Evaluasi Populasi Beberapa Cendawan Pada Piringan Kelapa Sawit (Elaeis guinnensis Jacq.) Akibat Pemberian Pupuk NPK Kompleks

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2013 produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar
27.782.004 ton dengan luas areal sebesar 10.465.020 ha. Pada tahun 2014
mengalami pertumbuhan sebesar 4,69% sehingga luas areal perkebunan
mencapai 10.956.231 ha dengan hasil produksi sebesar 29.344.479 ton
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014).
Sifat tanah dan kondisi lingkungan terkait mengatur berbagai fungsi dari
ekosistem tanah seperti dekomposisi dan transformasi dari limbah organik,
mediasi siklus hara, dan juga mempengaruhi populasi organisme tanah seperti
bakteri dan jamur. Sementara itu sulit untuk menjelaskan seberapa baik daya
dukung tanah terkait fungsinya, definisi sebelumnya termasuk ‘kesuburan’, dan
yang kemudian disebut ‘kualitas’, dan yang terkini disebut ‘kesehatan tanah’,
istilah yang lebih inklusif (Singh dan Ryan, 2015).
Konservasi dari spesies yang berguna dan proses biologi yang
menguntungkan penting untuk menyeimbangkan kondisi positif dalam melawan
patogen dalam tanah, bertujuan kearah pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.
Beberapa variabel biologi dan biokimia dapat digunakan sebagai penanda penting
pada perubahan iklim yang menyangkut penggunaan lahan, dan juga sebagai alat
yang potensial untuk memprediksi kualitas tanah dan membantu dalam
pengambilan keputusan pada manajemen lahan (Oliveira et al., 2016).

Akibat pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dan kurang
diimbangi dengan pupuk organik, telah menurunkan kesuburan lahan. Sebagian
besar lahan pertanian di Indonesia mempunyai kandungan bahan organik < 2%.

Universitas Sumatera Utara

Bahkan banyak lahan pertanian di Indonesia yang mempunyai kadar bahan
organik < 1%. Padahal kadar bahan organik optimum untuk pertumbuhan
tanaman sekitar 3% - 5%. Tanah – tanah dengan kandungan bahan organik rendah
mengakibatkan struktur tanah kurang baik untuk pertumbuhan akar, kapasitas
tukar kation menurun, daya sanggah tanah terhadap air menurun, aktifitas jasad
mikro terhambat dan ketersediaan unsure hara yang mudah tersedia sepeeti N, P,
K, dan S hasil pelapukan bahan organik menjadi menurun (Ruswandi, 2010).
Meningkatnya kesadaran manusia akan isu lingkungan, maka penggunaan
pupuk sintesis secara perlahan akan diminimalkan dan ditingkatkan ke
penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan bersumber dari bahan baku
terbaharui (renewable resources) seperti pupuk hayati dan pupuk organik.
Pengelolaan sistem produksi pertanian secara terpadu, intensif, dan berkelanjutan
melalui aplikasi pupuk hayati yang bermutu unggul dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan, penghematan biaya pupuk, tenaga kerja, pendapatan petani,

produktivitas pertanian serta kelestarian lahan pertanian (Saraswati, 2012).
Beberapa perkebunan kelapa sawit di Desa Gajah Kabupaten Batubara
telah menggunakan pupuk NPK Hi-Grade selama 3 tahun yang diklaim mampu
memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah serta diyakini mampu
meningkatkan hasil produksi dan kehidupan biota tanah yang mampu
menyuburkan tanah serta menekan pertumbuhan pathogen seperti ganoderma.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
evaluasi populasi beberapa jenis cendawan tanah pada piringan kelapa sawit
akibat pemberian pupuk NPK kompleks.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi populasi beberapa jenis cendawan tanah dan
beberapa karakteristik fisik-kimia tanah di piringan kelapa sawit akibat pemberian
pupuk NPK kompleks.
Kegunaan Penelitian
-

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

-

Sebagai bahan informasi untuk kepentingan perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat diterapkan.

Universitas Sumatera Utara