Deli Serdang Trade Center

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity yang tergolong
paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Dalam
konsep aerocity, bandara dirancang menjadi sebuah kota yang di dalamnya
terdapat sejumlah kegiatan bisnis. Konsep ini diperluas dengan mengintegrasikan
bandara dengan kawasan di sekitar bandara dengan radius hingga 30 kilometer
dan dampak ekonomi sampai 70 kilometer.

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

Bandara merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan transportasi jalur udara, secara langsung turut berperan dalam
hal pertumbuhan, pendorong maupun penggerak serta pemerataan pembangunan
wilayah. Bandara juga merupakan salah satu pintu masuk terhadap suatu wilayah

1
Universitas Sumatera Utara


dan menjadi penghubung antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Sesuai
Keppres No. 15 tahun 2002 bahwasanya untuk mendistribusikan sebagian beban
penumpukan aktivitas dari pusat kota ke wilayah lain, serta mengakselerasikan
perkembangan kota, maka salah satu cara dalam perwujudannya adalah dengan
cara memindahkan bandara yang terdapat di pusat kota ke daerah lain di mana
daerah tersebut merupakan daerah penunjang ibukota. Pemerintah Kota Medan
menjadikan keputusan tersebut sebagai dasar untuk memindahkan Bandara
Polonia ke Bandara Kuala Namu dengan tujuan agar tidak terjadi penumpukan
aktivitas di Kota Medan.
Kawasan Aerotropolis untuk Bandara Internasional Kuala Namu sendiri
akan diintegrasikan dengan dua pelabuhan sehingga membentuk super koridor
Bandara Internasional Kuala Namu – Pelabuhan Belawan – Pelabuhan Kuala
Tanjung.
Super koridor ini akan mendukung pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, atau Mebidangro, serta Kawasan Ekonomi
Khusus Sei Mangke, dan kawasan-kawasan industri lainnya.
Super Koridor
Pelabuhan
Belawan
Bandara

Internasional
Kuala Namu

Pelabuhan Kuala
Tanjung

Gambar 1.2. Skema Super Koridor

Bandara Internasional Kuala Namu mulai resmi beroperasi sejak tahun
2013. Seiring dengan meningkatnya aktivitas di kawasan Kuala Namu, wilayah di
sekitarnya

pun

perlahan-lahan

berkembang,

meliputi


fasilitas-fasilitas

perdagangan dan jasa. Pertumbuhan wilayah tersebut memberi dampak yang
cukup signifikan bagi kondisi perekonomian warga walaupun prosesnya tergolong

2
Universitas Sumatera Utara

lambat. Sejauh ini kondisi fisik wilayah sekitar Kuala Namu masih didominasi
oleh perkebunan, ruko, bisnis waralaba dan rumah makan. Sebagian dari usahausaha yang tumbuh dikelola dengan cukup rapi. Namun, tidak sedikit juga yang
berdiri tidak beraturan.
Perkembangan wilayah dan perekonomian tidak luput dari kegiatan
komersil. Tidak bisa dipungkiri, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
akan memberikan dampak positif dan negatif bagi industri-industri perdagangan.
Dampak positif yang ada antara lain adalah terciptanya pasar internasional yang
lebih luas, sementara dampak negatif yang bisa dipastikan muncul adalah
persaingan pasar internasional yang akan semakin tinggi bagi UKM di daerahdaerah yang sedang berkembang.
Struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara pada dasarnya
didominasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Peran strategis UKM dalam
perekonomian Sumatera Utara dapat dilihat dari konstribusinya dalam

pembentukan PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto), penciptaan lapangan
kerja dan pengentasan kemiskinan. Selain itu pada masa krisis usaha kecil dan
menengah telah terbukti tangguh sebagai jaring pengaman perekonomian
Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 1996 di Sumatera Utara tercatat ada
sebanyak 1.816.130 usaha kecil dan Informal yang mencakup 662.159 usaha di
luar usaha pertanian dan 1.153.971 usaha pertanian. Dalam kurun waktu 10 tahun,
jumlah UKM berkembang begitu pesat adari 317.656 unit usaha pada tahun 1986
meningkat tajam sekitar 108,45 % atau tumbuh rata-rata 10,8 % setiap tahunnya.
Setelah krisis melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 jumlah
UKM pada tahun 1998 berkurang menjadi 598.031 usaha atau berkurang
sebanyak 64.128 usaha. Sampai tahun 1999 keadaan tidak menguntungkan bagi
dunia usaha termasuk UKM. Hal ini tercermin dari menurunnya jumlah UKM
menjadi 580.227 usaha atau berkurang 17.804 unit usaha dibanding tahun
sebelumya. Jumah UKM ini terus berkurang selama kurun waktu tahun 1999
hingga mencapai 4.416 unit usaha. Namun pada tahun 2000 dan 2001 jumlah
UKM mulai bertambah menjadi 593.615 unit usaha dan 618.670.

3
Universitas Sumatera Utara


Semenjak tahun 1996 pergeseran sektor-sektor pada Usaha Kecil
Menengah tidak terjadi sehingga sebaran unit usaha menurut sektor identik dari
tahun ke tahun. Sektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan dan
akomodasi umumnya menjadi pilihan pengusaha kecil menengah untuk mencari
nafkah. Kecenderungan masyarakat memilih usaha di sektor ini erat kaitannya
dengan karakter usaha jenis ini yang relatif mudah karena dapat dilakukan oleh
orang yang kurang skill serta modal yang dibutuhkan juga kecil.
Berdasarkan hasil survey ekonomi yang dilakukan Badan Pusat Statistik
tahun 2006, Kota Medan dan Deli Serdang merupakan dua daerah yang
mempunyai usaha non-pertanian yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan
jumlah UKM 88.675 dan 57.076 unit usaha. Salah satu produk UKM yang unggul
di Kabupaten Deli Serdang yaitu kain tenun dengan motif melayu seperti bunga
bakung, bunga sekaki, pucuk rebung, sulur kangkung, bunga cengkeh yang
diharapkan mampu menjadi ciri khas daerah ini.
Pertumbuhan retail modern maupun konvensional di wilayah Kuala Namu
cenderung kurang menaati aturan. Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat juga
belum dikelola secara jelas dan baik. Padahal potensi pasarnya cukup luas untuk
dikembangkan. Persebaran lokasi yang tidak merata membuat customer sulit
untuk mencari barang yang diinginkan. Akibatnya, usaha-usaha ini menjadi

kurang berhasil.

Tabel 1.1 Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan
Tanjung Morawa
Jumlah
Luas/Unit
No

Jenis Fasilitas

Tahun 2016

Penduduk
Pendukung

(M2)

(jiwa)

JP =213005 Jiwa

Jumlah

Luas Lahan

(unit)

(Ha)

1

Warung

100

250

852

8.52


2

Pertokoan

3600

3000

71

25.56

4
Universitas Sumatera Utara

3

Pasar Kecamatan

10000


30000

7

7.10

4

Pasar Perbelanjaan

10000

60000

4

3.55

36000


120000

2

6.39

935

51.12

5

Department Store,
Bank-bank
Perusahaan Swata
dan Jasajasa lainnya
Jumlah

Keterangan : JP = Jumlah Penduduk

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan hasil analisis perkiraan kebutuhan fasilitas perdagangan dan
jasa di Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2016, dibutuhkan empat unit pasar
perbelanjaan dengan luas 10.000 m2 per unitnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan adanya aglomerasi
lokasi retail usaha dalam suatu unit yang didukung fasilitas-fasilitas lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari perencanaan dan perancangan dari Deli Serdang Trade
Center ini adalah menyediakan sarana yang dapat memusatkan kegiatan
perdagangan masyarakat akan barang-barang primer, sekunder dan, tersier, juga
sebagai pusat rekreasi. Trade center ini terdiri atas sederetan retail modern serta
didukung oleh fasilitas tambahan seperti convention hall dan. Salah satu daya
tarik dari sarana ini adalah terpusatnya retail-retail yang memfasilitasi para pelaku
UKM dari berbagai daerah di Kabupaten Deli Serdang. Di samping itu, tempat ini
juga akan menjadi tujuan para pelaku bisnis dari dalam maupun luar daerah untuk
melakukan promo. Aktifitas tersebut dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia,
terutama produk-produk UKM hasil produksi dari Deli Serdang agar dapat
terpromosikan ke pasar yang lebih luas.
Kaitan proyek ini dengan kawasan Aerotropolis Kuala Namu yaitu
bandara akan menjadi pintu gerbang bagi para pebisnis dari luar daerah untuk
menuju ke lokasi trade center.

5
Universitas Sumatera Utara

Tujuan:


Menyediakan fasilitas perdagangan, sarana promo bisnis dan rekreasi bagi
penduduk Kecamatan Tanjung Morawa serta pendatang dari luar daerah



Merangsang pertumbuhan perekonomian kawasan Kuala Namu dan
sekitarnya terutama Kecamatan Tanjung Morawa

1.3. Masalah Perancangan
Permasalahan umum dalam perancangan kasus proyek ini adalah
menciptakan sebuah rancangan fisik untuk mencapai maksud dan tujuan
perancangan yang dapat menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan
kasus proyek.
Permasalahan khusus dalam perancangan kasus proyek ini adalah:


Bagaimana merancang pusat perdagangan/trade center yang tidak hanya
mengandalkan suatu faktor tertentu



Bagaimana menentukan kebutuhan program ruang dan menciptakan pola
hubungan antar ruang yang dapat menampung segala kegiatan manusia
yang mungkin terjadi di dalam bangunan



Bagaimana menciptakan hubungan yang harmonis antara ruang dalam
dengan ruang luar dan antara bangunan dengan lingkungannya



Bagaimana memberikan kemudahan akses pada setiap ruang untuk setiap
pengguna bangunan



Bagaimana proyek ini dapat meningkatkan kondisi perekonomian
masyarakat

1.4. Pendekatan
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah
perencanaan dan perancangan kasus proyek Deli Serdang Trade Center adalah :


Studi literatur atau pustaka
Metode ini dilakukan berdasarkan pada pengumpulan data-data untuk
mendapatkan landasan yang mengacu pada kaidah-kaidah yang sesuai
dengan kasus proyek dan memperkuat fakta secara ilmiah.

6
Universitas Sumatera Utara



Survey lapangan
Metode ini berupa pengamatan langsung tentang karakteristik dan
permasalahan yang ada pada kawasan dan pengamatan mengenai kondisi
eksisting site dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus
proyek.

1.5. Lingkup dan Batasan
Lingkup dan batasan perencanaan kasus proyek ini terbatas pada
perancangan Deli Serdang Trade Center yang meliputi :

Lingkup


Perancangan trade center yang memfasilitasi retail-retail lokal serta
UKM dari berbagai daerah di Deli Serdang



Perancangan trade center sebagai sarana promo bisnis pengusahapengusaha dari dalam maupun luar daerah



Menerapkan

pendekatan

tema

sustainable

pada

perancangan

bangunan
Batasan


Tidak membahas secara detail tentang produk-produk yang dipasarkan
pada trade center ini

7
Universitas Sumatera Utara

1.6. Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Deli Serdang Trade Center

Maksud dan Tujuan

Masalah Perancangan

Pengumpulan Data

Lingkup dan
Batasan
Analisa

Pendekatan

Pendekatan Konsep
Desain

Tema

Asumsi

Konsep Perancangan

Gambar Kerja
Laporan
Maket

8
Universitas Sumatera Utara

1.7. Sistematika Laporan

Sistematika laporan meliputi:
Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan
perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, masalah
perancangan, pendekatan, lingkup dan batasan, kerangka berfikir dan sistematika
laporan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Menjelaskan dasar tinjauan teori secara umum yang berkaitan dengan
proyek, meliputi pengertian fungsi, klasifikasi fungsi serta studi banding tema dan
proyek sejenis.
Bab III. Deskripsi Proyek
Menjelaskan tentang pengertian dan tinjauan tentang kasus proyek serta
deskripsi umum tentang proyek, meliputi terminologi judul, lokasi, tinjauan
fungsi, dan elaborasi tema.
Bab IV. Metodologi
Berisi

penjelasan

kerangka

pendekatan,

metode,

dan

teknik

diagnosis/analisis yang akan digunakan untuk menghasilkan desain/perancangan
bangunan.
Bab V. Analisa Perancangan
Menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan bangunan, masalah,
potensi, pemecahan masalah, pemakai dan aktivitas, kebutuhan ruang, organisasi
ruang, penzoningan, dan program ruang.
Bab VI. Konsep Perancangan
Menjelaskan tentang konsep tapak, bangunan, struktur, dan sistem utilitas
yang akan diterapkan dalam perancangan.
Bab VII. Perancangan Arsitektur
Berisi gambar-gambar hasil perancangan.

9
Universitas Sumatera Utara