Deli Serdang Trade Center

(1)

DAFTAR PUSTAKA

De Chiara, John, Joseph & Callender. 1973. Times Saver Standard For Building Type. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Kasarda, John D. 2008. Shopping in the Airport City and Aerotropolis, Research Review 15 (2): 50-56.

Kasarda, John D., dan Lindsay, Greg. 2011. Aerotropolis: The Way We’ll Live Next. New York: Farrar, Straus, and Giroux.

Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka. 2010.

Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek Jilid I Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta: PT. Erlangga.

Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek Jilid II Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta: PT. Erlangga.

Republik Indonesia. 2007. Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Lembaran Negara Presiden Republik Indonesia.

RDTR Kecamatan Tanjung Morawa, Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2012.

Setyawarman, Adityo. 2009. Pola Sebaran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta). Tesis. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro.


(2)

BAB III

DESKRIPSI PROYEK

3.1. Terminologi Judul

Judul proyek ini terdiri dari tiga kata yaitu Deli Serdang, Trade dan Center. Adapun pengertian dari tiap kata adalah sebagai berikut :

 Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Luas areanya mencapai 249.772 ha yang terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan definitif dengan jumlah penduduk 1.788.351 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2010).  Trade berarti perdagangan.

Center berarti titik/pusat di mana suatu kegiatan atau proses diarahkan/difokuskan.

Trade Center merupakan sebuah pusat bisnis perdagangan yang menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa dengan menyatukan agen bisnis yang terlibat dalam perdagangan dan diharapkan dapat memicu perkembangan ekonomi di daerah pelayanannya. Sedangkan fungsi utamanya adalah menyediakan layanan infomasi, promosi dan transaksi yang berhubungan dengan kegiatan perdagangan.

Jadi Deli Serdang Trade Center adalah pusat perdagangan yang mewadahi usaha-usaha perdagangan temasuk di dalamnya UKM Kabupaten Deli Serdang, serta dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang sebagai leisure bagi masyarakat.

3.2. Lokasi

Dalam menentukan lokasi site untuk proyek Deli Serdang Trade Center agar menjadi layak untuk dibangun, diperlukan beberapa pertimbangan. Pertimbangan ini berupa ketentuan-ketentuan yang terdapat pada lapangan.


(3)

3.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan bagian dari Kabupaten Deli Serdang yang sedang berkembang. Deli Serdang Trade Center adalah bangunan yang tergolong dalam bangunan komersial sehingga dalam pemilihan lokasi nantinya harus mendukung fungsi bangunan sebagai fasilitas perdagangan dan jasa.

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan kota yang peruntukan lahannya merupakan fasilitas perdagangan dan jasa. Selain itu juga berada dekat dengan jalan besar sebagai penghubung transportasi.

2. Pencapaian Pada akses pencapaian harus terdapat angkutan umum dan pribadi dari setiap badan jalan serta kemacetan di sekitar site yang relatif rendah.

3. Area pelayanan Area di sekitar site hendaknya dekat dengan bangunan atau sarana prasarana yang membutuhkan jasa/pelayanan yang berhubungan dengan berbelanja. Adapun sarana prasarana tersebut seperti permukiman penduduk, pusat transportasi dan pusat komersil lainnya yang dapat saling mendukung terhadap proyek yang direncanakan.

4. Ukuran lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan. 5. Kontur tapak Kontur tapak sebaiknya relatif datar.

6. Kebisingan Tingkat kebisingan di sekitar site sebaiknya cukup tinggi karena hal tersebut menandakan intensitas keramaian yang akan mendukung keberadaan proyek. Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi


(4)

3.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Trade center merupakan bangunan komersil yang lebih mengarah kepada kegiatan untuk berbelanja atau berdagang, pusat bisnis dan rekreasi. Untuk itu dibutuhkan pilihan lokasi yang tepat untuk menjamin kelancaran aktifitas di dalam bangunan tersebut. Kawasan tersebut dalam rencana RDTRK Kecamatan Tanjung Morawa termasuk daerah yang diperuntukkan bagi fasilitas perdagangan dan jasa, yang diharapkan dapat mendukung eksistensi bangunan sebagai fungsi komersil.

1. Alternatif Lokasi I terletak di persimpangan Jalan Medan - Tanjung Morawa dengan Jalan Batang Kuis (mengarah ke Bandara Internasional Kuala Namu)

2. Alternatif Lokasi II terletak di persimpangan Jalan Limau Manis dengan Jalan Medan - Tanjung Morawa

Menuju ke Medan

Lokasi I

Lokasi II

Lokasi III Menuju Bandara

Internasional Kuala Namu Tol Belmera

Menuju ke Lubuk Pakam


(5)

3. Alternatif Lokasi III terletak berseberangan dengan alternatif lokasi I

Kriteria Lokasi I Lokasi II Lokasi III

Konteks RDTRK

- Kurang sesuai karena peruntukan lahannya adalah permukiman - KDB : 60-70% - KLB : 1-5

(2)

- Sesuai berdasarkan peruntukan lahannya yaitu fasilitas

perdagangan - KDB : 40-50% - KLB : 1-5

(4)

- Kurang sesuai karena peruntukan lahannya adalah RTH - KDB : 60-70% - KLB : 1-5

(2)

Aksesibilitas

- Ada jalan lebar menuju site - Ada kendaraan umum yang menuju ke lokasi site

- Tingkat kemacetan rendah

(4)

- Ada jalan lebar menuju site - Ada kendaraan umum yang menuju ke lokasi site

- Tingkat kemacetan sedang

(3)

- Ada jalan lebar menuju site - Ada kendaraan umum yang menuju ke lokasi site

- Tingkat kemacetan rendah (4) Status kepemilikan Hak milik (4) Hak milik (4) Hak milik (4) View lingkungan sekitar Dekat dengan permukiman dan perkantoran (3) Dekat dengan perkantoran, permukiman dan mesjid (4) Dekat dengan perkebunan dan sungai (2) Kebisingan Tinggi (4) Tinggi (4) Tinggi (4) Kontur Relatif datar

(4) Relatif datar (4) Relatif datar (4) Jalur utilitas Terdapat jalur utilitas yang dekat dengan site serta mudah dijangkau

(4)

Terdapat jalur utilitas yang dekat dengan lokasi serta mudah dijangkau

(4)

Terdapat jalur utilitas yang dengan dari lokasi serta mudah dijangkau

(4)

Total nilai 25 27 24


(6)

Keterangan kriteria penilaian : 4 = sangat baik

3 = baik 2 = kurang

1 = sangat kurang

Berdasarkan analisis pemlilihan lokasi di atas, maka diputuskan untuk memilih Alternatif Lokasi II sebagai lokasi site perancangan Deli Serdang Trade Center.

3.2.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Gambar 3.5 Lokasi Site Terpilih

Gambar 3.2 Alternatif Lokasi I Gambar 3.3 Alternatif Lokasi II


(7)

Luas lahan : ± 1,5 ha

Kontur : relatif datar (kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang) KDB/KLB : 40 - 60% / 1 - 5 lantai

GSB :

1. Jalan Raya Medan = 15 m 2. Jalan Limau Manis = 8 m Luas bangunan : ± 10.000 m2 Batas-batas site :

1. Barat : Jalan Limau Manis 2. Timur : Bangunan ruko 3. Utara : Jalan Raya Medan 4. Selatan : Permukiman penduduk Kepemilikan : hak milik

Bangunan eksisting : lahan kosong Keistimewaan site :

a. Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer yang berdekatan dengan akses Super Koridor yaitu menuju Pelabuhan Belawan - Bandara Internasional Kuala Namu - Pelabuhan Kuala Tanjung

b. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, taksi, sepeda motor, dsb).

c. Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti perkantoran, ruko, dan permukiman

d. Terdapat fasilitas umum di sekitar site seperti mesjid e. Memiliki jalur utilitas yang baik

Gambar 3.7 Suasana lalu lintas di Gambar 3.6 Mesjid di dekat lokasi


(8)

3.3. Tinjauan Fungsi

3.3.1. Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan 1. Pengguna

Pengguna dalam Deli Serdang Trade Center terdiri atas pengunjung, penyewa, dan pengelola.

Pengunjung

Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Deli Serdang Trade Center, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti:

1. Golongan :

a. Masyarakat berpenghasilan menengah b. Masyarakat berpenghasilan cukup 2. Asal-usul

a. Pengunjung yang datang dari Kabupaten Deli Serdang terutama Kecamatan Tanjung Morawa

b. Pengunjung yang datang dari Kota Medan dan sekitarnya 3. Kuantitas pengunjung yang datang

a. Pengunjung yang datang secara individu (dengan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

Gambar 3.9 Ruko-ruko di sekitar site Gambar 3.8 Penutup saluran


(9)

b. Pengunjung yang datang dengan kapasitas sedang, berkisar antara 2-50 orang (dengan menggunakan bus wisata, kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

c. Pengunjung yang datang dengan kapasitas besar antara 50-300 orang (dengan menggunakan bus wisata)

4. Motivasi atau tujuan :

a. Pengunjung dengan motivasi untuk berbelanja

b. Pengunjung dengan motivasi megadakan promo bisnis

c. Pengunjung dengan motivasi hanya untuk mencari hiburan/refreshing

Penyewa

Pihak individu atau badan usaha yang menggunakan ruang dan fasilitas komersial untuk usaha maupun pameran yang disediakan dengan sistem sewa. Penyewa terbagi atas 3 jenis, yaitu :

a. Penyewa kecil (Small tenant) b. Penyewa sedang (Medium tenant)

c. Penyewa besar (Large tenant), yang sekaligus dapat berfungsi sebagai anchor. Penyewa ini menempati ruang untuk kegiatan antara lain perdagangan, pameran, kegiatan promosi bisnis dan kegiatan penunjang lain seperti food court, bank (ATM), dan lain-lain.

Pengelola

Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu:

 Pimpinan, terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur. Direktur ini dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

 Kepala Bagian terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan, pemeliharaan dan perawatan gedung.


(10)

2. Kegiatan

Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Kegiatan pengunjung trade center :

a. Berbelanja

b. Mengunjungi event yang diadakan oleh pihak pengelola c. Jalan-jalan

d. Makan/minum

e. Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di trade center 2. Kegiatan penyewa (tenant) trade center :

a. Melayani kebutuhan pengunjung akan produk dagangan b. Melakukan promo bisnis

c. Mengadakan seminar/workshop

d. Mengadakan pameran produk dagangan 3. Kegiatan pengelola trade center :

a. Mengelola dan mengatur jalannya operasional trade center b. Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan c. Memberikan informasi singkat

d. Melakukan kegiatan administrasi

e. Penyelenggaraan kegiatan penunjang (bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang bersangkutan)

f. Mengadakan publikasi

g. Membersihkan setiap ruangan di trade center

h. Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan peralatan yang ada di dalamnya

i. Mengurus loading dock j. Mengurus utilitas bangunan k. Menjaga keamanan


(11)

3.3.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang

Tabel 3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang

FUNGSI FASILITAS PEMAKAI KEGIATAN KEBUTUHAN

RUANG Fasilitas Pameran dan Promosi Produk Unggulan Area pameran -Pengunjung - Pengelola - Karyawan

 Melihat dan menyaksikan produk unggulan yang sedang dipamerkan.  Membeli produk yang dipamerkan  Mengatur dan

menyeleksi para pengusaha UKM yang mengikuti pameran.  Melayani pengunjung yang datang melihat pameran. - Ruang/stand pameran

- Kantor eksibisi - Hall - Kasir -Gudang - KM/Toilet Pertokoan/ Retail Tenants/peny ewa Mengatur pengeluaran dan pemasukan barang, melayani pembeli, ishoma Toko/Retail

Karyawan Melayani

pembeli, ishoma Pengunjung Melihat-lihat, tawar-menawar, belanja Exhibition & convention hall

Pengelola Mengatur event, promosi R. Pengelola Karyawan Menyiapkan kebutuhan pameran R. Karyawan Gudang Pengunjung Melihat-lihat, mengambil gambar, jalan-Hall R. Pameran


(12)

jalan Foodcourt Pengelola Memonitor kegiatan, administrasi R. Pengelola Karyawan Melayani pengunjung R. Karyawan Retail Kasir Area makan Toilet Pengunjung Duduk, makan/minum, ngobrol Area makan Toilet Kasir Fasilitas Pendukung dan Pelayanan Kantor pengelola Pengelola utama Administrasi, ishoma R. Pimpinan Karyawan Administrasi, ishoma R. Manager R.Sekretaris R. Bendahara R .Karyawan R. Rapat

R.Tamu Pantry Toilet Toilet umum Tenants/peny ewa, karyawan, pengunjung

Buang air, cuci tangan, berbenah diri Toilet umum Musholla Tenants/peny ewa, karyawan, pengunjung

Wudhu, sholat R. Sholat R. Wudhu

Keamanan Petugas

Menjaga keamanan, menindak kriminal, ishoma Pos keamanan R.Istirahat/ jaga

Maintainance Karyawan

Mengawasi alat, bekerja

, menjalankan dan merawat alat, ishoma R. Pompa R. AHU R. Genset R. Trafo R. Mesin Lift R. Sampah R. Karyawan


(13)

Gudang Karyawan Mengontrol, servis, administrasi R. Bongkar muat barang Gudang Keamanan Tenants/peny ewa Menyimpan barang dagangan, administrasi

Mall Pengunjung

Duduk-duduk, bermain, jalan-jalan, mengambil uang di ATM, window shopping Jalur pedestrian Information center ATM center Area duduk Taman Fountain/plaza Parkir

Pengelola Memarkirkan kendaraan (roda dua/empat) Parking lot (pengunjung/ karyawan dan pengelola) Karyawan Pengunjung

3.3.3. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Tabel 3.4. Deskripsi Persyaratan Ruang Fungsi Kelompok

Fungsi

Kebutuhan

Ruang Persyaratan

Trade

Center Utama

Kantor pengelola Mudah dalam pencapaian

Hall Cukup luas

Food court Memerlukan view yang bagus, suasana tenang Retail Disesuaikan dengan modul

struktur

Mushalla Nyaman, tenang R. ME Tertutup bagi umum Area parkir Kemudahan pencapaian Ruang pameran Bebas kolom


(14)

3.4. Elaborasi Tema

Tema yang diterapkan pada proyek Deli Serdang Trade Center adalah Sustainable Design. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, akan dijelaskan secara rinci mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul.

3.4.1. Pengertian Tema

Desain sustainable yang merupakan salah satu pertimbangan penting pada bangunan sekarang ini, meliputi banyak faktor seperti efisiensi energi, ramah lingkungan, adaptibilitas, dan efisiensi penggunaan sumber daya. Sekarang ini trend desain arsitektural hanya bisa dimengerti melalui kemajemukan. Tanpa melihat arah desain yang dipilih, strategi sustainable harus di terapkan pada konteks manapun karena pendekatan desain ini adalah moral. Dalam istilah struktural, sustainable juga meliputi beragam aspek.

Secara sederhana, “Sustainable Architecture” atau “Arsitektur Berkelanjutan” dapat didefinisikan sebagai Desain Arsitektur yang Berwawasan Lingkungan. Selanjutnya, “Sustainable Architecture” mencari cara untuk menimimalisasi dampak negatif dari lingkungan dari bangunan dengan meningkatkan efisiensi dan kebijaksanaan dalam penerapan material, energi dan pengaturan ruang. Karena setiap langkah kita akan berdampak pada generasi masa depan, maka kesadaran akan lingkungan perlu diterapkan pada desain bangunan.

Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan


(15)

pembongkaran bangunan. Visi arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (glass houses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah.

Arsitektur berkelanjutan merupakan turunan dari sustainable development (perkembangan berkelanjutan). Isu perkembangan berkelanjutan ini telah dimulai sejak era tahun 1990-an. Arsitektur berkelanjutan pada hakekatnya adalah perancangan fisik dan nonfisik yang memadukan kebutuhan (need) saat sekarang (present) dengan kemampuan generasi masa depan (future) untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Ada dua aspek penting dalam defenisi ini. Pertama, arsitektur berkelanjutan merupakan perancangan yang melibatkan banyak disiplin ilmu (omnidisciplinary), tidak dapat dibatasi hanya untuk area disiplin ilmu tertentu, tetapi dapat diaplikasikan di seluruh dunia dan siapa saja, baik masa kini maupun masa mendatang. Kedua, tidak ada tujuan mutlak yang ditetapkan, yang ada hanya kesinambungan perkembangan itu sendiri. Jika dirumuskan dalam garis besar, ada tiga dimensi dan sudut pandang arsitektur berkelanjutan, yaitu :

Gambar 3.10 Dimensi dan sudut pandang arsitektur berkelanjutan Sumber: Understanding Sustainable Architecture


(16)

Indikator Lingkungan (Environmental)

Dari segi lingkungan, suatu bangunan bisa dikatakan sustainable apabila ada efisiensi penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) selama siklus masa bangunan tersebut, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan maupun pelestariannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam efisiensi pemanfaatan SDA tersebut adalah :

 Penggunaan air  Penggunaan energi  Pengolahan limbah

 Pemilihan material dan komponen bahan  Situasi site

Indikator Ekonomi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi ekonomi dalam perancangan bangunan yang sustainable adalah :

 Pendayagunaan komponen lokal demi memajukan pendapatan lokal / daerah setempat

 Efiensi bangunan

 Fleksibilitas tata ruang dalam dan luar bangunan  Biaya yang keluar sejak bangunan dimulai

 Alokasi total dana yang dipakai untuk membangun

Indikator Sosial

Dari segi sosial, hal-hal yang harus diperhatikan sehingga tercipta sebuah rancangan yang sustainable adalah :

 Kenyamanan pengguna bangunan

 Akses dalam bangunan (toilet, furnitur, fitting lampu dll)  Kemudahan akses menuju lokasi bangunan

 Partisipasi dan kontrol


(17)

Dalam Deklarasi Copenhagen pada 7 Desmber 2009, UIA (Union internationale des Architectes) sebuah organisasi asosiasi arsitek non-profit yang mewakili lebih dari satu juta arsitek di 124 negara, menyampaikan betapa bangunan dan industri konstruksi berdampak kepada perubahan iklim yang terjadi saaat ini. Dan berbagai dampak ini dapat dikurangi dengan menentukan bentuk sistem lingkungan binaan (built environment). Karena itu UIA berkomitmen untuk mengurangi dampak ini melalui “Sustainable by Design Strategy” program atau “Strategi Desain Berkelanjutan” Konsep Strategi Desain Berkelanjutan UIA ini dapat didefinisikan lebih detail dalam 9 butir sebagai berikut :

1. Sustainable by Design (SbD) dimulai pada tahapan awal proyek dan melibatkan komitmen seluruh pihak: klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan komunitas;

2. SbD harus mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaannya di masa depan berdasarkan “Full Life Cycle Analysis and Management” (Analisa dan Manajemen sepenuhnya dari Daur Hidup Bangunan);

3. SbD harus mengoptimalkan efisiensi melalui desain. Penggunaan energi terbarukan, teknologi modern dan ramah lingkungan harus diintegrasikan dalam praktek penyusunan konsep proyek tersebut;

4. SbD harus menyadari bahwa proyek – proyek arsitektur dan perencanaan merupakan sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitarnya yang lebih luas, mencakup warisan sejarah, kebudayaan dan nilai – nilai sosial masyarakatnya;

5. SbD harus mencari “healthy materials” (material bangunan yang sehat) untuk menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang terhormat secara ekologis dan visual, dan kesan estetik yang menginspirasi, meyakinkan dan memuliakan;

6. SbD harus bertujuan untuk mengurangi “carbon imprints”, mengurangi penggunaan material berbahaya, dan dampak kegiatan manusia, khususnya dalam lingkup lingkungan binaan, terhadap lingkungan;


(18)

7. SbD terus mengusahakan untuk meningkatkan kualitas hidup, mempromosikan kesetaraan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan – kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat dan pemberdayaan masyarakat; 8. SbD mengenal juga keterkaitan lokal dan sistem planet bumi yang

mempengaruhi segenap umat manusia. SbD juga mengakui bahwa populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintegrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidupnya (air bersih, udara, makanan, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan lain – lain);

9. SbD juga mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas sangat diperlukan oleh umat manusia.

3.4.2. Interpretasi Tema

Sustainable architecture tidak bisa lepas dari sustainable development. Sebagai konsep, pembangunan berkelanjutan mencakup hampir semua segi kehidupan, mulai dari kebijakan politik pemerintah, strategi bisnis, sampai gaya hidup. Mencakup tidak hanya permulaan, namun juga proses dan hasil akhir. Oleh karena itu, dalam realisasinya pembangunan berkelanjutan bersifat kompleks dan harus menerapkan sistem interdisipliner.

1. Sustainable architecture dapat diartikan sebagai arsitektur yang berkelanjutan, yaitu arsitektur bukan semata - mata membuat bangunan yang sekedar indah / sesuai keinginan pemilik / nyaman bagi pengguna saja, tetapi seharusnya memberikan dampak yang baik bagi lingkungan sekitar juga.

2. Sustainable architecture adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri,


(19)

kehutanan, dan tentu saja arsitektur.

3. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.

4. Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (glass houses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah.

5. Intinya, sebuah bangunan yang sustainable diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan manfaat bagi pengguna, masyarakat sekitar, alam dan aspek - aspek lainnya secara global.

Fitur-fitur Teknologi Sustainable Building

Di bawah ini terdapat penjelasan tentang beberapa fitur yang digunakan dalam bangunan sustainable menurut ahli :

1. Penerapan photovoltaic

Penerapan photovoltaic cell berguna untuk mengkonversi energi surya menjadi energi listrik. Jadi kalau dari arti katanya "photovoltaic cell" berarti "sel yang menghasilkan tegangan listrik dari cahaya", walaupun sebenarnya yang dihasilkan langsung bukanlah tegangan tetapi arus. Jadi prosesnya seperti ini :


(20)

Satu buah photovoltaic cell terbuat dari bahan dasar silikon yang dilapis kaca. Silikon mudah sekali didapat di bumi ini dalam bentuk pasir silika sehingga cahaya bisa menembus masuk. Ketika cahaya matahari menembus masuk ke dalam sel, partikel cahaya matahari yang disebut ‘photon’ juga ikut masuk. Partikel photon ini kemudian menumbuk elektron bermuatan negative di atom silikon penyusun photovoltaic cell. Pada saat tumbukan, energinya photon ditransfer ke elektron sehingga elektron terlepas dari atom silikonnya. Karena setiap detiknya ada tak terhingga photon yang menumbuk, maka akan dihasilkan banyak sekali elektron-elektron bebas. Elektron bebas ini akan didorong keluar photovoltaic cell karena adanya medan listrik di dalam cell. Apabila photovoltaic cell ini kita hubungkan ke beban listrik, maka arus akan dapat mengalir ke beban (Energi matahari telah diubah secara langsung menjadi energi listrik). Selama masih ada cahaya matahari yang masuk maka akan terus ada electron bebas yang mengalir ke beban.

Gambar 3.11 Sistem Kerja Photovoltaic

Satu buah photovoltaic cell sebenarnya terlalu kecil untuk menghasilkan energi listrik. Satu buah photovoltaic cell hanya menghasilkan sekitar 0.5V, jadi untuk menghasilkan tegangan 18V biasanya panel photovoltaic tersusun dari 36 buah photovoltaic cell yang disusun seri. Selain itu biasanya juga 36 buah cell tersebut juga disusun paralel dengan 36 buah cell yang lain supaya arus total yang dikeluarkan oleh satu buah panel photovoltaic cukup besar. Untuk menghasilkan daya yang lebih besar lagi, sejumlah banyak panel photovoltaic disusun menjadi array sehingga bisa melayani keperluan listrik yang cukup besar.


(21)

Gambar 3.12 Contoh pemasangan PV Panel

Untuk instalasi pembangkit listrik tenaga surya, diperlukan komponen sebagai berikut:

1. Solar panel, mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. 2. Charge controller, mengatur pengisian baterai dari solar panel.

3. Inverter, perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating current). 4. Battery, perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga

surya.

Gambar 3.13 Contoh aplikasi penggunaan solar panel pada sebuah rumah

Alat solar aktif seperti photovoltaic cell dan solar panel membantu untuk memperoleh kesustainable-an listrik. Elektrikal yang dihasilkan dari solar panel bergantung dari orientasi, efisiensi, latitude dan iklim. Efisiensi untuk bangunan komersial berkisar dari 4% - 28%. Efisiensi rendah untuk panel photovoltaic dapat secara signifikan mempengaruhi biaya instalasinya. Atap sering kali memiliki sudut yang menantang matahari langsung bertujuan untuk


(22)

mengumpulkan sinar matahari dengan maksimal untuk panel photovoltaic. Untuk kebanyakan solar panel, orientasi menghadap selatan. Jika tidak memungkinkan, solar panel juga dapat memproduksi energy dengan sudut 300 menghadap selatan.

2. Penerapan Wind Turbin

Turbin angin dengan ukuran dibawah rata-rata (ukuran normalnya adalah 250 kaki) telah banyak terjual dan mungkin tidak selalu menghasilkan apa yang telah dijanjikan, terutama untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat di Amerika Utara. Penggunaan turbin angin dengan ukuran dibawah rata-rata untuk aspek sustainable architecture memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari segi biaya, sistem yang kecil berbiaya lebih banyak dibandingkan dengan sistem yang lebih besar jika dilihat dari energi yang dihasilkannya. Untuk turbin angin kecil, biaya perawatanlah yang membuatnya lebih unggul. Sebuah turbin angin akan mulai dapat beroperasi ketika angin mencapai kecepatan 8 mph, dan mampu menghasilkan energy pada kapasitas kecepatan 32-37 mph, dan mati untuk menghindari kerusakan pada kecepatan 55 mph. Potensi energi dari turbin angin memiliki proporsi dengan panjang kuadrat dari lempeng (blade) nya yang berputar. Untuk itu sebaiknya penggunaan turbin angin ditempatkan pada site dengan banyak angin tetap (dengan rata-rata kecepatan angin lebih dari 15 mph).

Gambar 3.14 Wind Turbin

Tidak hanya dijadikan pasokan energi listrik, wind turbin juga bisa dimanfaatkan sebagai pompa air untuk diterapkan ke sistem bangunan sebagai


(23)

pengganti pompa sebagai peminimalan energi dalam bangunan mengingat fungsi awal dari wind turbin ini dulunya dipakai petani sebagai alat penggiling dan sebagainya.

3. Roof Garden

Roof garden atau taman di atas atap merupakan bentuk nyata dari konsep sustainable dimana kita sedikitnya telah menyumbangkan apa yang telah kita pakai dari alam ke dalam bangunan kita dan dimanfaatkan seefektif mungkin sebagai penghijauan, perputaran udara, peminimalan emisi, penanggulangan air hujan yang berlebih tidak terserap dan sebagai penghalang panas berlebih kepada bangunan.

Gambar 3.15 Lapisan Roof Garden Keuntungan pemakaian green roof :

a. Memperbaiki kualitas udara dan mengikat karbon dioksida.

b. Memperbaiki kondisi iklim mikro yang dapat membantu kehidupan alam. c. Membantu dalam menjaga kestabilan suhu pada bangunan sehingga

mengurangi penggunaan AC dengan kata lain mengurangi pemakaian energi pada bangunan.

d. Dapat digunakan sebagai pengganti ruang publik yang hilang akibat sempitnya lahan.

e. Dapat memperlambat jalannya penyebaran api saat kebakaran karena terdapat tanah yang dapat membantu memadamkan api.


(24)

4. Material

Material merupakan hal yang paling penting dalam mendesain bagaimana kita dapat berekspresi terhadap bangunan, namun saat ini kita telah mulai kehabisan sumber daya alam. Material yang terbagi kedalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat, menjadi perdebatan pemakaian material yang sustainable dimana material tersebut dapat membantu bangunan tersebut dalam efisiensi energi seperti mengurangi panas, tahan terhadap perubahan cuaca, ramah lingkungan dan proses pembuatan yang mudah, murah dan cepat. Yang paling dianjurkan dalam penerapan material adalah material daur ulang dimana kita memakai bahan bekas yang telah dimodif dan difilter sehingga proses produksinya lebih cepat, mudah, dan murah. Sehingga dapat mengurangi emisi proses, dan sesuai dengan konsep sustainable dimana kita membangun dengan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.

5. Raindrop Collector

Fitur ini merupakan fitur baru dimana kita memanfaatkan curah hujan, menampungnya, dan mengalirkannya kedalam penampungan yang akan memompanya keluar ada yang terhubung langsung dengan fungsi air bersih dimana air tersebut harus di filter kembali dan ada yang terhubung dengan springkler taman, dimana pemakaiannya sebagai penyiram tanaman di taman dan beberapa fungsi yang tidak memerlukan air bersih.

Atap bangunan terdiri dari sistem talang yang ditujukan untuk menangkap curah hujan sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhan air pada bangunan. Di bawah permukaan atap, ada penyimpan air dalam bentuk corong yang besar dan bidang buluh, yang berfungsi sebagai unit pengolahan hydro raya. Setelah diproses selanjutnya dikirim ke bangunan. Jaringan selokan di permukaan luar bangunan dirancang untuk menangkap curah hujan yang mengalir dari gedung. Curah hujan yang mengalir tersebut dikirimkan ke lantai dan surplus disimpan dalam reservoir di bawah gedung. Air ditangkap dan diproses oleh gedung dapat digunakan untuk pembilasan toilet, mesin cuci, menyiram tanaman, membersihkan lantai dan aplikasi domestik lainnya.


(25)

6. Penempatan Bangunan

Satu aspek penting yang sering dilupakan dalam arsitektur berkelanjutan adalah penempatan bangunan. Walaupun banyak bangunan yang dibangun di tengah hutan, penempatan seperti ini sering kali malah merugikan kondisi lingkungan sekitarnya. Pertama, struktur yang digunakan akan merusak keadaan tanah. Kedua, biasanya keberadaannya akan meningkatkan konsumsi energi yang dibutuhkan untuk transportasi dan emisi lainnya. Idealnya, bangunan harus dibangun dan dikembangkan didaerah perkotaan saja tanpa mengganggu daerah suburban dan bahkan hutan. Penzoningan yang hati-hati dan terhitung dapat membuat daerah komersil, permukiman, dan industri dapat dijangkau dengan berjalan, bersepeda atau kendaraan umum.

7. Sustainable Construction Assessment Tools (SCAT)

SCAT merupakan alat bantu untuk mengukur dan memberi penilaian apakah sebuah bangunan cukup sustainable atau tidak. Lebih dikenal dengan sebutan Spider Diagram. Ada 3 indikator utama yang diangkat menjadi issue utama alat bantu ini. Tiap indikator utama tersebut membawahi beberapa

sub-Gambar 3.17 Sistem Kerja Raindrop Collector Gambar 3.16 Potongan

Bangunan yang Mengaplikasikan Sistem


(26)

point kriteria yang harus diberi penilaian secara kuantitatif. Indikator-indikator utama itu meliputi indikator sosial, ekonomi, dan lingkungan.

3.4.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul

Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya. Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menimbukan masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam perancangan Deli Serdang Trade Center ini diterapkan konsep Sustainable Architecture (Arsitektur berkelanjutan) yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur.

Deli Serdang Trade Center adalah sebuah fasilitas publik yang menampung berbagai jenis kegiatan, seperti kegiatan pameran, perdagangan maupun rekreasi. Kegiatan yang berlangsung pada bangunan ini tentunya melibatkan banyak orang, sehingga perlu didesain sebuah bangunan yang memberi kenyaman pada para pengguna bangunan ini dan juga masyarakat sekitar. Kenyamanan tersebut dapat dicapai salah satunya dengan menerapkan konsep sustainable architecture, yang mengintegrasikan faktor sosial, ekonomi dan lingkungan dalam mendesain sebuah bangunan yang nyaman.


(27)

Penghematan energi sebagai isu lingkungan yang berusaha untuk diaplikasikan, seperti penerapan transformasi energi dari sinar matahari menjadi energi listrik. Sehingga bisa mengurangi konsumsi listrik yang tentunya akan mengurangi biaya dalam pemanfaatan bagunan. Konservasi dan rehabilitasi lahan hijau sebagai buffer dan elemen yang dapat menurunkan suhu mikro. Pemanfaatan ruang terbuka sebagai area bersosialisasi dan sarana mendidik bagi para pengunjung.

Deli Serdang Trade Center, nantinya berupa bangunan 5 lantai sehingga potensial untuk menerapkan ventilasi alami dan pencahayaan alami dengan inovasi dan kreasi bukaan pada dinding bangunan. Integrasi ruang dalam dan ruang luar pada site ini sangat diperlukan, sehingga memberi kenyaman pada pengunjung.

3.4.4. Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis Kampus Universitas Tarumanegara

Gedung yang berlokasi di kompleks Kampus I Universitas Tarumanagara ini dirancang dengan konsep gerbang kampus (the learning gateway). Kemampuan sebuah bangunan dalam mengakomodasi fungsi yang diwadahinya sekaligus menunjukkan citra institusi yang diwakilinya menjadi perhatian utama dalam perancangan bangunan ini. Selain mewadahi civitas akademika Universitas Tarumanagara, hasil rancangan juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap rancangan kota. Bangunan utama berupa tower sebagai city scale dan podium sebagai pedestrian scale yang ramah dihadirkan sebagai satu kesatuan rancangan.

Gambar 3.19 Perspektif Eksterior Universitas Tarumanagara Sumber: Indonesia Architecture Magazine (September 2006)


(28)

Gambar 3.20 Site Plan Universitas Tarumanagara Sumber: Indonesia Architecture Magazine (September 2006)

Fasad utama gedung ini dirancang dengan pendekatan yang responsif terhadap lingkungan tropis. Konsep menahan (bidang masif) dan menyaring panas sinar matahari barat (louvre modular) dihadirkan secara harmonis. Sebagai gerbang kampus, tampilan gedung ini diharapkan mampu menjadi pusat perhatian terhadap massa-massa bangunan di sekitarnya. Konsep tampilan yang diterapkan adalah total arsitektur modern kontemporer yang mencerminkan kecanggihan budaya dan teknologi zamannya.

Gambar 3.21 Suasana Ruang Luar dan Ruang Dalam Universitas Tarumanagara Sumber: Indonesia Architecture Magazine (September 2006)

Kesan ramah memasuki kampus terlihat pada rancangan dengan konsep welcoming facade berupa kanopi yang tinggi dan tiga buah pilar yang merupakan simbol Tri Darma Perguruan Tinggi: Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Sebuah urban green space dihadirkan di depan gedung. Ruang


(29)

terbuka dan keteduhan tropis ini merupakan respon terhadap konteks urban dan kebutuhan ruang sosialisasi warga kampus. Keteduhan tropis masih menjadi perhatian di bagian lain dari gedung ini dihadirkan rooftop tropical garden di atas podium.

Taman atap tersebut juga berfungsi sebagai sarana ruang baca perpustakaan. Menyatu dengan konsep The Learning Gateway terhadap massa 7 lantai dengan konsep multi fungsi, lantai dasar untuk kantin dan fasilitas mahasiswa, lantai atas berupa sports hall. Gedung dengan fungsi utama sebagai tempat parkir ini dirancang dengan mengoptimalkan potensi ruang di lantai atas. Ruang kotak kantilever dirancang sebagai ruang unit kegiatan mahasiswa atau bisa disewakan. Tampilan pada gedung parkir ini mengekspresikan bangunan yang ramah lingkungan. Kanopi dan railing tiap lantai diberi vegetasi tropis yang berfungsi sebagai screen dan vertical garden.

Proyek ini sudah terbukti memiliki pengaruh positif bagi iklim sekitar, yaitu berhasil mengubah macro climate menjadi jauh lebih baik. Lalu pada site berhasil memenuhi syarat sustainable, sebab luas area yang ditutupi pepohonan hijau dan keberadaan open space serta public space tergolong nyaman bagi pemakai. Sedangkan di sisi biaya perawatan, konsumsi energi dan air masih cenderung besar dan pemakaian bahan baku lokal yang digunakan tidak terlalu banyak, mengingat teknologi yang dipakai cukup mutakhir.

Kesimpulan:

Kampus Tarumanagara termasuk bangunan sustainable, dapat dilihat dari perancangannya yang responsif terhadap lingkungan tropis. Konsep menahan (bidang masif) dan menyaring panas sinar matahari barat (louvre modular) dihadirkan secara harmonis. Desain urban green space sebagai respon terhadap konteks urban dan kebutuhan ruang sosialisasi warga kampus. Ruang terbuka yang berupa rooftop tropical garden yang berada diatas podium difungsikan sebagai ruang baca perpustakaan.


(30)

Menara Mesiniaga, Malaysia

Bangunan ini dirancang dengan tetap mempertahankan konsep ramah lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Untuk itu, menara ini menggunakan banyak kanopi, kisi-kisi. Dapat dilihat pada gambar di bawah, Hitechniaga Tower setinggi 8 lantai dirancang dengan style modern dan bertemakan Bioklimatik. Pada bagian puncak tower terdapat kisi-kisi yang memayungi ruangan di bawahnya. Kemudian setiap lantai diberi kanopi yang cukup lebar untuk menepis sinar matahari.

Gambar 3.22 Suasana eksterior Menara Mesiniaga

Yeang mendesain bangunan sebagai filter lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan model bangunan tradisional Malaysia, Yeang menciptakan suatu transisi dan evolusi dengan sentuhan modern. Visinya untuk membuat kota dengan taman tropis diwujudkan dengan hububgan antara bangunan, lansekap, dan iklim. Sehingga bangunan tinggi Mesiniaga bertransformasi menjadi ekosistem dalam sebuah kota. Konsep Yeang dalam Mesiniaga diantaranya adalah sky garden yang melayani setiap unit lantai, lansekap spiral vertical, jendela dengan penutup bayangan di timur barat, curtain wall glazing di utara selatan, single core di timur, toilet yang menggunakan ventilasi alami, dan balkon spiral dengan pintu geser yang tinggi.

Menara Mesiniaga juga menjadi lebih efisien karena infrastruktur bangunan (service core) yang biasanya di tengah bangunan ditarik ke tepi timur sehingga ruang kerja bisa lebih leluasa dan gang untuk sirkulasi lebih sedikit. Yeang menempatkan inti bangunan (service core)- tangga, lift, toliet dan mekanikal, elektrikal dan plumbing-di sisi yang paling banyak menerima sengatan


(31)

matahari yakni timur gedung. Namun yang paling menarik adalah tampilnya dua 'taman di awan' yang mengelilingi bangunan

Gmbar 3.23 Perspektif dan Ground Plan Menara Mesiniaga

Taman itu memberikan efek bayangan dan amat kontras dengan permukaan dinding dari aluminium dan baja. Struktur bangunan dari rangka beton bertulang yang dilubangi dua jenis penangkis matahari, dinding baja dan kaca, sejalan dengan podium dan puncak gedung dari metal, mampu menghadirkan citra high tech. Gedung jangkung itu memiliki tiga bagian struktur.

Gambar 3.24 Konsep sky garden pada Menara Mesiniaga

Pertama, bagian 'kaki' dengan unsur panggung yang hijau. Kedua, bagian 'badan' dengan balkon- balkon taman berjenjang berbentuk spiral dan selubung kisi-kisi yang memberikan bayangan pada ruang kantor. Ketiga, bagian 'kepala'


(32)

yang berisi fasilitas rekreasi yaitu kolam renang dan sun roof. Yeang menyebut pendekatannya dengan "gedung jangkung bioklimatik" yang memberikan kontrol iklim yang peka terhadap hemat energi, termasuk di dalamnya penggunaan unsur hijau, pengudaraan dan pencahayaan alami secara intensif.

Gambar 3.25 "Taman Awan" pada Menara Mesiniaga

Penggunaan tanaman untuk penghijauan telah umum dikenal. Namun penggunaannya pada bangunan tinggi/pencakar langit merupakan sesuatu yang baru dan tidak umum. Pemanfaatan unsur penghijauan pada bangunan tinggi akan memberikan kontribusi terhadap estetika, ekologi, penghematan enerji, selain juga sebagai tanggapan terhadap kondisi iklim setempat (angin, matahari, hujan). Ide ini diilhami dari rumah tradisional dan keinginan untuk mengangkat taman kota dalam wujud vertikal, sehingga lebih ramah terhadap manusia (mata dan pikiran), alam dan lingkungan, serta tidak menambah kerusakan ozon yang lebih parah akibat bangunan tinggi lainnya yang sudah ada sejak dulu.

Taman/lansekap pada balkon, maupun pada sky court atau garden in the sky memungkinkan hawa sejuk masuk ke dalam ruang dan dapat memberikan nuansa yang berbeda dalam ruang. Warna tanaman dapat menyejukkan pandangan, menghilangkan kepenatan yang dirasakan sehari-hari, serta menghilangkan kejenuhan dari benda mati yang ada di sekeliling. Bau tanah dan tanaman yang basah membawa pikiran dan perasaan untuk lepas dan terbang menuju tempat yang tenang dan damai. Bangunan ini menjadi sangat berbeda dengan bangunan tinggi pada umumnya. Pipa saluran air hujan dibuat sedemikian rupa secara melingkar dan lebih ekstrim. Kenampakan ini sama seperti pada bangunan Tokyo Nara Tower di Jepang, menara 80 lantai, yang menggunakan lansekap vertikal berbentuk spiral (dikenal dengan istilah spiraling vertical


(33)

landscape). Lansekap vertikal ini dilengkapi dengan saluran pipa air hujan yang lurus sesuai dengan bentuk taman dan dipergunakan untuk mengairi/menyirami taman. Ini merupakan penghematan energi air. Pelindung tanaman dari sinar matahari pada sky court juga berfungsi sebagai penyerap tenaga matahari yang kemudian disalurkan ke pusat energi menjadi sumber energi bangunan.

Pembuatan sky court pada puncak menara ini merupakan hal yang sangat unik dan baru. Umumnya, pada puncak bangunan difungsikan sebagai helipad, maupun sebagai bagian ruang yang tidak memiliki nilai estetika karena biasanya difungsikan sebagai tempat utilitas bangunan outdoor. Kalaupun pada puncak bangunan tersebut ditata, cenderung hanya sebagai mahkota hiasan yang hanya bisa dinikmati dari luar Kesimpulan: Bangunan sebagai filter lingkungan dan bertransformasi menjadi ekosistem dalam sebuah kota melalui konsep bangunan yang berkelanjutan.

ACROS Fukuoka, Jepang

Sky court Kolam renang Atap gymnasium

Gambar 3.26 Penggunaan sky court pada puncak Mesiniaga


(34)

ACROS Fukuoka merupakan sebuah gedung perkantoran dengan dua sisi yang sangat jelas berebeda, di satu sisi kelihatan seperti gedung perkantoran yang konvensional dengan dinding kaca, tetapi disisi yang lainnya terdapat atap berteras-teras yang sangat besar yang bergabung dengan sebuah taman. Kebun yang berteras-teras tersebut mencapai 60 meter di atas tanah, terdiri dari 35.000 tanaman dari 76 spesies. Sebuah atrium berbentuk setengah lingkaran yang besar dan lobby berbentuk segitiga menyediakan kekontrasan dari penghijauan, di dalam ruang-ruang ini terdapat symphony hall, kantor dan toko-toko.

Gambar 3.29 Suasana ekstrerios ACROS Fukuoka dari berbagai sisi

1

2

3

4

5

6

7

8

Keterangan gambar :

1. Tampak Selatan Acros Fukuoka

2. Perspektif Acros Fukuoka pada skala urban city 3. Sisi gedung yang menghadap sungai

4. Ground plan Acros Fukuoka 5. Tampak atap berteras-teras

6. Potongan melintang gedung Acros Fukuoka 7. Atap berteras sebagai green roof


(35)

Acros Fukuoka dibangun setelah bangunan kantor administrasi pemerintah daerah Fukuoka sebagai gaya masa depan dari satu kompleks komersil pada Maret 1993. Penetapan-penetapan komersil dan fasilitas-fasilitas budaya seperti hall/aula simponi dan hall/aula konferensi internasional dengan rapi dan dengan lengkap dibangun di dalam gedung. Acros Fukuoka, nama yang datang dari "catchword" Fukuoka, jalan lintas dari Asia", kini berfungsi sebagai satu perpaduan budaya. Pada sisi jalan raya, bangunan dirancang dengan gaya kantor dengan menggunakan dinding kaca. Pada sisi lain, sisi utara bangunan mengadopsi gaya taman bertingkat untuk digabungkan dengan kebun raya. Bangunan ini telah mendirikan suatu kombinasi gaya dan konsep yang berbeda dari desain pada satu bangunan.

Gambar 3.30 Suasana Interior ACROS Fukuoka, Jepang

Bangunan tersebut didirikan dengan sisa ruang kosong yang ada di pusat kota, jadi sang arsitek Emilio Ambasz & Associates, menciptakan sebuah rancangan untuk memelihara ruang hijau sebanyak mungkin, sementara itu tetap menempatkan sebuah gedung perkantoran yang besar di dalamnya. Sebagai tambahan, green roof mengurangi konsumsi energi dari sebuah gedung, karena green roof tersebut memepertahankan temperatur didalam lebih konstan dan lebih nyaman. Green roof juga dapat menangkap air hujan yang jatuh dan mendukung kehidupan burung-burung dan serangga. Bangunan ini merupakan sebuah kesuksesan di Jepang. Fasade selatannya digunakan oleh banyak orang sebagai tempat beristirahat, berolahraga atau melakukan latihan, mendapatkan view sebuah kota dan sebuah pelabuhan dibelakangnya.

Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi,


(36)

arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya. Kesimpulan: Bangunan berperan dalam menurunkan suhu mikro kawasan disekitarnya. Atap hijau menjadi elemen arsitektur yang mempunyai nilai positif bagi bangunan dan lingkungannya.


(37)

BAB IV METODOLOGI

Dalam perancangan Deli Serdang Trade Center ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap antara lain :

4.1. Pencarian Ide / Gagasan

Tahapan kajian yang digunakan dalam proses pencarian ide perancangan Deli Serdang Trade Center adalah sebagai berikut :

1. Pencarian ide / gagasan dari sebuah pemikiran tentang kebutuhan akan sebuah sarana dimana retail-retail usaha dapat dipusatkan sekaligus menjadi tempat promosi bisnis pengusaha dari dalam maupun luar daerah. 2. Pemantapan ide perancangan melalui penelusuran informasi dan data-data

arsitektural maupun non-arsitektursl dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah.

3. Dari pengembangan ide rancangan yang diperoleh, kemudian akan dituangkan ke dalam analisis dan sintesis.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pembahasan yang dipakai dalam penyusunan laporan perancangan ini adalah metode deskriptif, yaitu memaparkan data-data, menguraikan, menjelaskan, baik itu data primer maupun sekunder berdasarkan fakta yang ada (aktual), lalu kemudian dianalisa untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan perencanaan dan perancangan Deli Serdang Trade Center ini, maka diperlukan data-data :

4.2.1. Data Primer

Data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan atau observasi. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara :

1. Survey Lapangan dengan cara melakukan pengamatan langsung mengenai objek yang akan dituju seperti lokasi tapak perencanaan.


(38)

2. Dokumentasi adalah metode yang bertujuan untuk memperkuat data dari metode di atas yang merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan digunakan dalam analisa.

4.2.2. Data Sekunder

Data yang didapat dari studi literatur yang berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan trade center.

1. Studi Literatur, didapat dari buku-buku yang berkaitan dengan pusat perdagangan dan literatur lainnya yang mendukung..

2. Referensi, didapat dari pengumpulan data, peta dan peraturan-peraturan dari instansi terkait.

4.2.3. Analisa dan Kesimpulan

Analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisa terhadap aspek pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, penataan ruang dan sirkulasi, kemudian dianalisa secara kuantitatif yaitu menganalisa terhadap kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi tapak. Adapun analisis yang dapat mempengaruhi perancangan Deli Serdang Trade Center ini antara lain :

1. Analisa Tapak

Untuk tapak trade center di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, penentuan lokasi tapak disesuaikan dengan tata guna lahan yaitu kawasan jasa dan wisata.

2. Analisa Fungsi

Fungsi utama Deli Serdang Trade Center adalah sebagai sarana yang dapat menjadi pusat kegiatan perdagangan masyarakat akan barang-barang primer, sekunder dan, tersier, juga sebagai pusat rekreasi. Trade center ini terdiri atas sederetan blok grosir dan retail modern serta didukung oleh fasilitas tambahan seperti convention and exhibition hall, dan pusat kuliner. Salah satu daya tarik dari sarana ini adalah terpusatnya retail-retail yang memfasilitasi para pelaku UKM dari berbagai daerah di Kabupaten Deli Serdang.


(39)

3. Analisa Aktivitas Pengguna

Pelaku aktivitas pada Deli Serdang Trade Center dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :

 Kelompok Pengunjung  Kelompok Penyewa/Tenants  Kelompok Pengelola

4. Analisa Ruang

Dalam menyusun program ruang trade center digunakan data statistik pusat perdagangan untuk menentukan jumlah pengunjung dan jumlah kebutuhan retail. Selain itu juga dilakukan studi banding terhadap bangunan trade center yang mempunyai kesamaan fungsi proyek dan tema untuk membantu dalam penentuan fasilitas dan ruang yang dibutuhkan.

5. Analisa Struktur

Persyaratan struktur meliputi struktur pondasi, struktur badan bangunan dan struktur atap dengan pertimbangan fungsi ruang, kemanan, keawetan, kekokohan dan estetika bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Kesimpulannya adalah proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah konsep yang nantinya akan menjadi pedoman di dalam perancangan.


(40)

BAB V

ANALISA PERANCANGAN

5.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

5.1.1. Lokasi

Gambar 5.1 Peta Lokasi Proyek

Lokasi proyek Deli Serdang Trade Center terletak di Kecamatan Tanjung Morawa. Kecamatan Tanjung Morawa adalah salah satu kecamatan dari 22 kecamatan yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Deli Serdang merupakan andalan dan kawasan strategis nasional

Peta Indonesia

Peta P. Sumatera

Peta Prov. Sumut

Peta Kec. Tanjung Morawa Peta Lokasi Proyek


(41)

bersama dengan Kota Medan, Binjai dan sebahagian wilayah Kabupaten Karo, yang disebut sebagai kawasan perkotaan metropolitan Mebidangro, yang merupakan kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial , budaya, dan lingkungan.

Dalam sistem kawasan Metropolitan Mebidangro, Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan yang termasuk ke dalam sub pusat metropolitan yang memiliki fungsi dan peran antara lain, sebagai pusat industri, perdagangan dan jasa dan pusat permukiman.

Lokasi Proyek terletak di persimpangan Jalan Raya Medan dengan Jalan Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa dengan luas site 15.000 m2 (1,5 Ha). Eksisting site berupa lahan kosong dengan kondisi sekitar site yang didominasi pemukiman penduduk.

a. Lokasi dalam Region

Secara geografis Kecamatan Tanjung Morawa teletak antara 03o30’ -

11o60’ Lintang Utara dan 98o46’ – 103o83’ Bujur Timur, dengan luas wilayah ±

131,75 Km2 atau 13.175 Ha. Keadaan topografi Kecamatan Tanjung Morawa dari landai sampai bergelombang, kondisi dataran pada umumnya terdapat di sepanjang pantai yang berhadapan dengan Selat Malaka, sedangkan bergelombang terdapat di bagian selatan kabupaten. Kecamatan Tanjung Morawa berada pada ketinggian berkisar 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut.

Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.

Menurut catatan Stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2009 terdapat 16 rata-rata hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata hujan


(42)

dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata 176 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu 439 mm dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 15 mm dengan hari hujan lima hari.

b. Transportasi Kecamatan Tanjung Morawa

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka Tahun 2010, menurut jenis permukaan jalan bahwa panjang jalan jenis aspal yaitu 89 Km, diperkeras dengan panjang jalan 148 Km dan jalan tanah sekitar 86 Km.

c. Analisis Site Terhadap Kecamatan Tanjung Morawa

Site terletak di Kecamtan Tanjung Morawa, Kelurahan Limau Manis. Secara administrasi Keamatan Tanjung Morawa berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin 2. Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hilir

3. Sebelah Barat : Kec. Patumbak, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Medan 4. Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar

Merbau

Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 25 desa dan 1 kelurahan. Bila dilihat dari setiap kelurahan/desa, terlihat bahwa Desa Sei Merah merupakan desa terluas di antara yang lainnya dengan luas 22,04 Km2 (2.204 Ha) atau 16,73 % dari luas Kecamatan Tanjung Morawa.


(43)

5.1.1. Analisa Tapak

Gambar 5.2. Deskripsi Ekstisting Tapak


(44)

Gambar 5.4. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki


(45)

Gambar 5.6. Analisa View


(46)

Gambar 5.8. Analisa Kebisingan


(47)

5.2. Analisa Fungsional

Analisis fungsional adalah analisis yang bertujuan untuk melakukan pendekatan terhadap perancangan Deli Serdang Trade Center yang bersifat non-fisik.

5.2.1. Analisa Kegiatan

Beberapa kegiatan yang terjadi pada Deli Serdang Trade Center adalah : 1. Kegiatan Utama

Kegiatan ini menjalankan fungsi utama dari trade center ini yaitu sebagai tempat untuk mempromosikan produk-produk unggulan daerah Deli Serdang dan sekitarnya serta sebagai pusat perbelanjaan yang didukung fasilitas penunjang seperti exhibition dan convention hall. Kegiatan tersebut antara lain:

a. Pameran

Trade center ini akan menyelenggarakan pameran setiap harinya mulai pukul 12.00-18.00 WIB. Penyelenggaraan pameran dikemas secara tematik dan tema komoditi pameran akan berganti setiap sebulan sekali.

b. Kegiatan Edukasi

Kegiatan ini berupa seminar maupun pelatihan keterampilan wirausahawan mandiri yang diselenggarakan oleh pengelola bekerja sama dengan instansi/dinas terkait. Kegiatan ini akan diadakan secara berkala dengan mendatangkan pengusaha-pengusaha sukses yang berasal dari daerah Sumatera Utara maupun luar daerah Sumatera Utara.

c. Berbelanja

Pengunjung yang datang ke trade center ini, selain dapat menikmati pameran yang sedang diselenggarakan juga dapat sembari berbelanja produk-produk yang dipasarkan pada pameran itu sendiri maupun retail-retail yang tersedia.

2. Kegiatan Penunjang

Kegiatan-kegiatan ini berfungsi untuk mendukung fungsi utamanya dan sebagai fasilitas pendukung dalam bangunan. Kegiatan-kegiatan penunjang ini


(48)

antara lain :

d. Makan / minum

Pada trade center ini juga tersedia berbagai pilihan kuliner. Pengunjung yang datang bisa menikmati makanan ataupun minuman yang tersedia di area foodcourt ataupun resto-resti yang berada pada lantai 3.

e. Kegiatan administratif

Setiap masyarakat yang ingin berusaha maupun mengkuti pelatihan di trade center ini harus terdaftar dulu. Untuk pengusaha UKM harus mendapat surat rekomendasi dari Dinas Kopersai dan UKM.

f. Layanan publik

Trade center ini meyediakan pusat layanan publik bagi setiap masyarakat yang ingin lebih mengetahui tentang produk-produk yang dipasarkan di dalamnya.

3. Kegiatan Pengelolaan dan Pelayanan Teknis a. Kegiatan pemeliharaan

b. Kegiatan servis c. Kegiatan administratif

5.2.2. Analisa Pengguna

Pelaku kegiatan yang terlibat dalam penggunaan Deli Serdang Trade Center ini terbagi dalam 3 kelompok yaitu pengunjung, pengelola dan penyewa/tenant. Pengunjung yang datang dapat dibagi berdasarkan beberapa kelompok yaitu :

1. Berdasarkan motivasi dan tujuan kunjungannya

 Pengunjung yang datang dengan motivasi tertentu dan dengan rencana kunjungan sebelumnya misalnya untuk mengikuti pelatihan atau seminar yang diselenggarakan di gedung ini, atau untuk mencari produk yang dipasarkan terutama produk-produk hasil UKM. Pengunjung kelompok ini antara lain terdiri dari masyarakat sekitar, kelompok pebisnis dari luar daerah, wisatawan domestik maupun


(49)

asing.

 Pengunjung yang datang tanpa motivasi dan tanpa rencana kunjungan sebelumnya, misalnya masyarakat Tanjung Morawa yang mencari tempat varian tempat rekreasi baru.

2. Berdasarkan usia

 Kelompok usia anak-anak  Kelompok usia remaja  Kelompok usia dewasa  Kelompok usia lanjut

3. Berdasarkan kuantitas pengunjung yang datang

 Pengunjung yang datang secara individu (dengan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

 Pengunjung yang datang dengan kapasitas sedang, berkisar antara 2-50 orang (dengan menggunakan bus wisata, kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

 Pengunjung yang datang dengan kapasitas besar antara 50-300 orang (dengan menggunakan bus wisata)

Tabel 5.1 Alur Kegiatan Pengguna Bangunan

No. Pengguna Alur Kegiatan

1. Pengunjung

Datang

Parkir

Penerima Melihat pameran

Berbelanja s

Mengikuti event

Makan

Istirahat


(50)

2. Pengelola

3. Tenants/ penyewa

4. Teknisi

Datang Penerima Kerja di kantor

Istirahat

Penerima

Pulang Parkir

Datang

Parkir

Penerima

Kerja di retail

Locker / R.Ganti

Makan

Istirahat

Pulang

Datang

Parkir

Penerima Locker / R.Ganti Kerja

teknisi Istirahat

Locker / R.Ganti

Penerima


(51)

5.2.3. Analisa Ruang

Penzoningan

Gambar 5.10. Zoning Tapak


(1)

Gambar 5.8. Analisa Kebisingan


(2)

5.2. Analisa Fungsional

Analisis fungsional adalah analisis yang bertujuan untuk melakukan pendekatan terhadap perancangan Deli Serdang Trade Center yang bersifat non-fisik.

5.2.1. Analisa Kegiatan

Beberapa kegiatan yang terjadi pada Deli Serdang Trade Center adalah :

1. Kegiatan Utama

Kegiatan ini menjalankan fungsi utama dari trade center ini yaitu sebagai tempat untuk mempromosikan produk-produk unggulan daerah Deli Serdang dan sekitarnya serta sebagai pusat perbelanjaan yang didukung fasilitas penunjang seperti exhibition dan convention hall. Kegiatan tersebut antara lain:

a. Pameran

Trade center ini akan menyelenggarakan pameran setiap harinya mulai pukul 12.00-18.00 WIB. Penyelenggaraan pameran dikemas secara tematik dan tema komoditi pameran akan berganti setiap sebulan sekali.

b. Kegiatan Edukasi

Kegiatan ini berupa seminar maupun pelatihan keterampilan wirausahawan mandiri yang diselenggarakan oleh pengelola bekerja sama dengan instansi/dinas terkait. Kegiatan ini akan diadakan secara berkala dengan mendatangkan pengusaha-pengusaha sukses yang berasal dari daerah Sumatera Utara maupun luar daerah Sumatera Utara.

c. Berbelanja

Pengunjung yang datang ke trade center ini, selain dapat menikmati pameran yang sedang diselenggarakan juga dapat sembari berbelanja produk-produk yang dipasarkan pada pameran itu sendiri maupun retail-retail yang tersedia.

2. Kegiatan Penunjang

Kegiatan-kegiatan ini berfungsi untuk mendukung fungsi utamanya dan sebagai fasilitas pendukung dalam bangunan. Kegiatan-kegiatan penunjang ini


(3)

antara lain :

d. Makan / minum

Pada trade center ini juga tersedia berbagai pilihan kuliner. Pengunjung yang datang bisa menikmati makanan ataupun minuman yang tersedia di area foodcourt ataupun resto-resti yang berada pada lantai 3.

e. Kegiatan administratif

Setiap masyarakat yang ingin berusaha maupun mengkuti pelatihan di trade center ini harus terdaftar dulu. Untuk pengusaha UKM harus mendapat surat rekomendasi dari Dinas Kopersai dan UKM.

f. Layanan publik

Trade center ini meyediakan pusat layanan publik bagi setiap masyarakat yang ingin lebih mengetahui tentang produk-produk yang dipasarkan di dalamnya.

3. Kegiatan Pengelolaan dan Pelayanan Teknis

a. Kegiatan pemeliharaan b. Kegiatan servis

c. Kegiatan administratif

5.2.2. Analisa Pengguna

Pelaku kegiatan yang terlibat dalam penggunaan Deli Serdang Trade Center ini terbagi dalam 3 kelompok yaitu pengunjung, pengelola dan penyewa/tenant. Pengunjung yang datang dapat dibagi berdasarkan beberapa kelompok yaitu :

1. Berdasarkan motivasi dan tujuan kunjungannya

 Pengunjung yang datang dengan motivasi tertentu dan dengan rencana kunjungan sebelumnya misalnya untuk mengikuti pelatihan atau seminar yang diselenggarakan di gedung ini, atau untuk mencari produk yang dipasarkan terutama produk-produk hasil UKM. Pengunjung kelompok ini antara lain terdiri dari masyarakat sekitar, kelompok pebisnis dari luar daerah, wisatawan domestik maupun


(4)

asing.

 Pengunjung yang datang tanpa motivasi dan tanpa rencana kunjungan sebelumnya, misalnya masyarakat Tanjung Morawa yang mencari tempat varian tempat rekreasi baru.

2. Berdasarkan usia

 Kelompok usia anak-anak  Kelompok usia remaja  Kelompok usia dewasa  Kelompok usia lanjut

3. Berdasarkan kuantitas pengunjung yang datang

 Pengunjung yang datang secara individu (dengan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

 Pengunjung yang datang dengan kapasitas sedang, berkisar antara 2-50 orang (dengan menggunakan bus wisata, kendaraan umum atau kendaraan pribadi)

 Pengunjung yang datang dengan kapasitas besar antara 50-300 orang (dengan menggunakan bus wisata)

Tabel 5.1 Alur Kegiatan Pengguna Bangunan

No. Pengguna Alur Kegiatan

1. Pengunjung

Datang

Parkir

Penerima Melihat pameran

Berbelanja s

Mengikuti event

Makan

Istirahat


(5)

2. Pengelola

3. Tenants/ penyewa

4. Teknisi

Datang Penerima Kerja di kantor

Istirahat

Penerima

Pulang Parkir

Datang

Parkir

Penerima

Kerja di retail

Locker / R.Ganti

Makan

Istirahat

Pulang

Datang

Parkir

Penerima Locker / R.Ganti Kerja

teknisi Istirahat

Locker / R.Ganti

Penerima


(6)

5.2.3. Analisa Ruang

Penzoningan

Gambar 5.10. Zoning Tapak