BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN
MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA
PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Nama
NIM
Program Studi
Jurusan

oleh
: Niawati Indri Astuti
: 2501410040
: Pendidikan Seni Musik
: Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016


BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN
MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA
PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Nama
NIM
Program Studi
Jurusan

oleh
: Niawati Indri Astuti
: 2501410040
: Pendidikan Seni Musik
: Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i

ii

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Februari 2016


Niawati Indri Astuti
NIM 2501410040

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
-

Barang siapa ingin mencari kebahagiaan dunia harus dengan ilmu, barang
siapa ingin mencari kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu, dan barang siapa
ingin mencari kebahagiaan dunia akhirat harus dengan ilmu (Al Hadits)

PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT atassemuanikmat-Nya
ku persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Endra Siswaka dan Ibu Mai
Munisah yang selalu mendukung baik secara moral, material,
dan doa yang selalu terucap.

2. Adik saya, Kurnia Indriana Artanti (Nina), dan keluarga besar
saya yang selalu memberikan doa dan dorongannya.
3. Dosen Pembimbing dan Dosen Sendratasik yang telah
memberikan ilmu serta pengalamannya.
4. Almamaterku, Sendratasik UNNES.

v

SARI
Indriastuti Niawati. 2016.Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Musik Pop Mandarin
dalam Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang. Skripsi Jurusan
Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Moh. Muttaqin,
M.Hum.
Kata kunci: Bentuk dan fungsi pertunjukan, pop mandarin
Kota Semarang merupakan salah satu kota multikultural di Indonesia
dimana terdapat beberapa etnis masyarakat yang hidup berdampingan di kota
Semarang. Beberapa ritual budaya dan kesenian di Semarang pun berasal dari
pengaruh budaya etnis-etnis yang ada di Semarang, salah satunya adalah etnis
Tionghoa. Masyarakat etnis Tionghoa berinteraksi serta menjalin hubungan baik

dengan etnis lain dan masyarakat pribumi. Meski sudah menyatu dengan etnis lain
dan masyarakat pribumi, masyarakat etnis Tionghoa di Semarang tetap
mempertahankan budaya Tionghoa, salah satu contohnya dengan menyajikan
musik pop mandarin atau lagu-lagu pop mandarin pada pesta pernikahan etnis
Tionghoa di Semarang. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) Mengetahui,
menganalisis, dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan lagu-lagu pop mandarin
dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang. (2) Mengetahui,
menganalisis dan mendeskripsikan fungsi pertunjukan lagu pop mandarin dalam
pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data
interaktif yang ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan / verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertunjukan musik lagu pop
mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang merupakan salah
satu ragam pertunjukan musik Mandopop yang berasal dari cikal bakal yang
disebut Shidaiqu, yakni menggabungkan musik barat dengan melodi Tiongkok.
Bentuk penyajian terdiri dari: (1) Waktu penyajian, (2) Tempat, (3) Urutan
Penyajian (4) Perlengkapan Pementasan. Sedangkan urutan penyajian meliputi:

(1) Persiapan, (2) Pembukaan, (3) Prosesi dan Detail (4) Penutupan. Musik
pengiring yang digunakan pada waktu pementasan terdiri dari: (1) Midi, (2) Solo
Organ, (3) Band. Lagu pop mandarin yang disajikan dalam pesta pernikahan etnis
Tionghoa yaitu: (1) Yue Liang Dai Biao Wo De Xin, (2) Tian Mi Mi, (3) Lao Shu
Ai Da Mi. Fungsi lagu yang terkandung dalam pertunjukan pop mandarin pada
pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang yaitu sebagai kesinambungan
budaya, sarana hiburan, presentasi estetis, sebagai fungsi komunikasi.
Saran untuk penyaji musik bisa juga untuk menambahkan instrumen khas
Tionghoa pada pertunjukan musik pop mandarin pada pesta pernikahan etnis
Tionghoa di Semarang, agar pesan pelestarian dan pengenalan budaya Tionghoa
lebih tersampaikan kepada para tamu undangan.

vi

KATA PENGANTAR

Dengan berbagai upaya dan kerja keras, akhirnya penulisan skripsi
dengan judul BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN MUSIK POP
MANDARIN DALAM PESTA PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI
SEMARANG dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis memanjatkan

puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi taufiq dan
hidayah-Nya selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh kuliah di Universitas
Negeri Semarang.
2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Dr. Udi Utomo, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan
Musik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum., dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, arahan, serta diskusi dalam
penyusunan skripsi.

vii

5. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik yang telah

banyak memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.
6. Para musisi, MC, penyanyi, grup vokal dan EO Semarang yang telah bersedia
membantu memberikan banyak waktu dan informasi kepada penulis.
7. Para sahabat L. Rosita, M. Bayu, M. Taufiek, Andi Allegri, teman-teman
Sendratasik, Sekolah Musik Indonesia Semarang yang telah memberi
motivasi, bantuan dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada penulisan
skripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Besar harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Februari 2016

Penulis

viii

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................

ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................

iii

PERNYATAAN .........................................................................................

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................

v


SARI ...........................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...............................................................................

vii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xv

DAFTAR FOTO ........................................................................................

xvi


DAFTAR BAGAN.....................................................................................

xviii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xix

DAFTAR NOTASI ....................................................................................

xx

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xxi

BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

1.2

Identifikasi Masalah......................................................................

9

1.3

Rumusan Masalah .........................................................................

9

1.4

Tujuan Penelitian ..........................................................................

10

1.5

Manfaat Penelitian ........................................................................

10

ix

BAB 2: LANDASAN TEORI ..................................................................

12

2.1

Etnis Tionghoa .............................................................................

12

2.1.1

Masyarakat Etnis Tionghoa..........................................................

12

2.1.2

Ajaran yang Membentuk Golongan Tionghoa ............................

13

2.1.2.1 Ajaran Budha ...............................................................................

13

2.1.2.2 Ajaran Kong-Fu-Tse ....................................................................

13

2.1.2.3 Ajaran Tao ....................................................................................

14

2.2

Bentuk Pertunjukan .....................................................................

15

2.2.1

Pengertian Bentuk Pertunjukan ....................................................

16

2.2.2

Fungsi Pertunjukan.......................................................................

20

2.3

Pertunjukan lagu-lagu Mandarin ..................................................

22

2.3.1

Urutan Materi Penyajian ..............................................................

22

2.3.2

Unsur-unsur Dalam Lagu .............................................................

24

2.3.2.1 Harmoni .......................................................................................

25

2.3.2.2

Irama ............................................................................................

26

2.3.2.3

Melodi ..........................................................................................

27

2.3.3

Lagu Pop Mandarin ......................................................................

27

2.4

Pesta Pernikahan ..........................................................................

29

2.4.1

Prosesi Pernikahan Adat Tionghoa ..............................................

29

2.5

Kerangka Berpikir ........................................................................

32

BAB 3: METODE PENELITIAN ..........................................................

34

3.1

34

Jenis Penelitian ............................................................................

x

3.2

Latar dan Sasaran Penelitian ........................................................

35

3.2.1

Latar Penelitian ............................................................................

35

3.2.2

Sasaran Penelitian ........................................................................

35

3.3

Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

35

3.3.1

Teknik Observasi .........................................................................

35

3.3.2

Teknik Wawancara.......................................................................

36

3.3.1

Teknik Dokumentasi ....................................................................

38

3.4

Keabsahan Data............................................................................

38

3.5

Teknik Analisis Data ....................................................................

39

3.5.1

Reduksi Data ................................................................................

40

3.5.2

Penyajian Data .............................................................................

40

3.5.3

Verifikasi ......................................................................................

41

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................

42

4.1

Gambaran Umum .........................................................................

42

4.1.1

Geografis ......................................................................................

43

4.1.2

Letak Astronomis .........................................................................

43

4.1.3

Batas Wilayah ..............................................................................

43

4.1.4

Batas Administrasi .......................................................................

43

4.1.5

Penduduk ......................................................................................

44

4.1.6

Agama ..........................................................................................

44

4.1.7

Mata Pencaharian .........................................................................

46

4.1.8

Kehidupan Kesenian di Semarang ...............................................

47

xi

4.2

Lokasi kegiatan Pernikahan Etnis Tionghoa Semarang ...............

49

4.2.1

Palace Fine Cuisin and Ballroom .................................................

49

4.2.2

Quest Hotel and Ballroom ............................................................

50

4.2.3

Crowne Plaza Hotel and Resort ...................................................

52

4.3

Bentuk Pertunjukan Lagu Pop Mandarin Dalam Pesta Pernikahan
Etnis Tionghoa di Semarang........................................................

55

4.3.1

Waktu Penyajian ..........................................................................

57

4.3.2

Tempat Pentas ..............................................................................

58

4.3.3

Urutan Penyajian ..........................................................................

61

4.3.3.1 Persiapan ......................................................................................

61

4.3.3.2 Pembukaan ...................................................................................

63

4.3.3.3

Prosesi ..........................................................................................

64

4.3.3.4 Hiburan/Pertunjukan Inti ..............................................................

67

4.3.3.4.1 Tarian ...........................................................................................

67

4.3.3.4.2 Sajian Lagu Pop Barat/Indonesia .................................................

68

4.3.3.4.3 Sajian Lagu Pop Mandarin ...........................................................

69

4.3.3.5 Penutupan .....................................................................................

70

4.3.4

Perlengkapan Pementasan ............................................................

70

4.3.4.1 Tata Suara.....................................................................................

70

4.3.4.2 Tata Lampu ..................................................................................

72

4.3.4.3 Tata Rias.......................................................................................

74

4.3.4.4 Tata Busana ..................................................................................

74

4.3.4.5

75

Musik Pengiring ...........................................................................

xii

4.3.5

Unsur-unsur pertunjukan Lagu-lagu Pop Mandarin Dalam Pesta
Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang .....................................

86

4.3.6

Penonton.......................................................................................

86

4.3.7

Materi Sajian ................................................................................

86

4.4

Analisis Karya ..............................................................................

87

4.4.1

Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ..................................................

87

4.4.1.1 Partitur Yue Liang Dai Biao Wo De Xin .....................................

87

4.4.1.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ..................................................

88

4.4.1.3

Ritme Yue Liang Dai Biao Wo De Xin .......................................

88

4.4.1.4

Instrumen .....................................................................................

89

4.4.1.5

Lirik dan Arti Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ...........................

89

4.4.2

Tian Mi Mi ...................................................................................

92

4.4.2.1

Partitur Tian Mi Mi ......................................................................

92

4.4.2.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ..................................................

93

4.4.2.3

Ritme Tian Mi Mi ........................................................................

93

4.4.2.4

Instrumen Tian Mi Mi ..................................................................

94

4.4.2.5

Lirik dan Arti Tian Mi Mi ............................................................

94

4.4.3

Lao Shu Ai Da Mi ........................................................................

96

4.4.3.1

Partitur Lao Shu Ai Da Mi ...........................................................

96

4.4.3.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ..................................................

98

4.4.3.3

Ritme Lao Shu Ai Da Mi .............................................................

98

4.4.3.4

Instrumen Lao Shu Ai Da Mi .......................................................

99

4.4.3.5

Lirik dan Arti Lao Shu Ai Da Mi .................................................

99

xiii

4.5

Fungsi Pertunjukkan Lagu-lagu Pop Mandarin Dalam
Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang ............................

101

4.5.1

Kesinambungan Budaya...............................................................

101

4.5.2

Sebagai Sarana Hiburan ...............................................................

102

4.5.3

Presentasi Estetis ..........................................................................

102

4.5.4

Komunikasi ..................................................................................

103

BAB 5: PENUTUP ..................................................................................

104

5.1

Simpulan .....................................................................................

104

5.2

Saran .............................................................................................

105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

107

SUMBER INTERNET ..............................................................................

109

LAMPIRAN ...............................................................................................

110

xiv

DAFTAR TABEL

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kota Semarang 2013 ................ 46

xv

DAFTAR FOTO

Foto 1 Kesenian Tari Gambang Semarang ................................................

48

Foto 2 Penghormatan Leluhur pada Ritual Ceng Beng ............................

48

Foto 3 Palace Fine Cuisin and Ballroom .................................................

49

Foto 4 Foto penggunaan Palace Fine Cuisin and Ballroom untuk acara..

50

Foto 5 Palace Fine Cuisin and Ballroom Pernikahan Tionghoa ...............

50

Foto 6 Quest Hotel garden party ...............................................................

51

Foto 7 Quest Hotel outdoor Party .............................................................

52

Foto 8 Quest Hotel Semarang ...................................................................

52

Foto 9 Crowne plaza grand ballroom bagian luar .....................................

53

Foto 10 Crowne Plaza Hotel & Resort Semarang .....................................

53

Foto 11 Crowne Plaza Hotel & Resort Semarang......................................

54

Foto 12 Crowne Plaza Ballroom untuk Pernikahan Etnis Tionghoa di
Semarang .......................................................................................

54

Foto 13 Suasana Sesi Hiburan ...................................................................

59

Foto 14 Panggung Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang
dengan Perlengkapan pementasan.................................................

61

Foto 15 Nuansa lighting pertunjukkan .......................................................

61

Foto 16 Busana yang dipakai para penyaji ................................................

69

Foto 17 Pemain Kibor Groovy Band dengan KORG PA 600 dan Triton
Le ..................................................................................................

71

Foto 18 Permainan Gitar Akustik oleh Yoseph Hermanto ........................

74

xvi

Foto 19 Permainan Bass Elektrik ...............................................................

75

Foto 20 Drum Set Tama Starclassic Maple Japan .....................................

78

Foto 21 Kresna Raditya dalam pertunjukan lagu-lagu pop Mandarin .......

80

Foto 22 Permainan Biola pada pesta pernikahan etnis Tionghoa ..............

81

Foto 23 Permainan Flute pada pesta pernikahan etnis Tionghoa
Semarang .......................................................................................

82

Foto 24 Permainan Cello dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa ............

82

Foto 25 Permainan Saxophone pada pesta pernikahan etnis Tionghoa .....

84

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1

Kerangka Berpikir ....................................................................

32

Bagan 2

Bagan Triangulasi Data Keabsahan ..........................................

39

Bagan 3

Komponen Analisis Data .........................................................

40

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Gambaran bentuk panggung pesta pernikahan........................

Gambar 2

Komposisi penataan alat musik,penyanyi dan pelaminan,
panggung tampak dari atas .....................................................

xix

59

60

DAFTAR NOTASI

Part Melodi Vokal Lagu Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ..................................87
Part Melodi Vokal Lagu Tian Mi Mi ..................................................................92
Part Melodi Vokal Lagu Lao Shu Ai Da Mi........................................................96

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi .........................................................................111
Lampiran 2 Pedoman Studi Dokumen ................................................................112
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ......................................................................113
Lampiran 4 Catatan Lapangan ............................................................................114
Lampiran 5 Hasil Wawancara I...........................................................................117
Lampiran 6 Hasil Wawancara II .........................................................................120
Lampiran 7 Hasil Wawancara III ........................................................................125
Lampiran 8 Hasil Wawancara IV ........................................................................131
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .........................................................................135
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian ..........................................................136
Lampiran 11 Surat Penetapan Dosen Pembimbing .............................................137
Lampiran 12 Foto Hasil Penelitian .....................................................................138
Lampiran 13 Glosarium ......................................................................................154

xxi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multikultural.

Wajah

asli

kemajemukan

masyarakat

Indonesia

adalah

keanekaragaman kelompok-kelompok sosial atau suku-suku bangsa beserta
kebudayaannya, (Tim Sosiologi, 2006: 74).
Masyarakat
keanekaragaman

Indonesia
yang

sangat

merupakan

masyarakat

kompleks.

Masyarakat

dengan
dengan

tingkat
berbagai

keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Bila
kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu,
maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural
memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam
untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu, (Linton dalam
Safrudin, 2009: 1).
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap
suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain, sehingga masyarakat
multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup
menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang
mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

1

2

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing
yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Dari sinilah muncul istilah
multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya
multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of
recognition” (Azra, 2007: 5). Lawrence Blum (dikutip Lubis, 2006: 174)
mengungkapkan

bahwa

multikulturalisme

mencakup

suatu

pemahaman,

penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan
keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap
orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana setiap
pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu

3

masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai
masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan
yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Menurut Geertz dalam Hardiman (1992: 04), Indonesia merupakan negeri
tempat semua arus kultural sepanjang tiga milenia mengalir berurutan memasuki
Nusantara dari India, Cina, Timur Tengah, dan Eropa yang terwakili di tempattempat tertentu. Seperti di Bali terdapat komunitas agama Hindu, Permukiman
Cina terlihat di Jakarta, Semarang dan Surabaya, pusat-pusat muslim di Aceh,
Makasar atau Dataran Tinggi Padang, di daerah-daerah Minahasa dan Ambon
yang Calvinis atau daerah-daerah Flores yang Katolik.
Salah satu kota multikultural di Indonesia adalah Kota Semarang. Kota
Semarang merupakan kota multikultural yang terdiri dari berbagai macam etnis.
Hal tersebut membuat Kota Semarang memiliki potensi seni budaya yang berlatar
belakang pilar seni budaya masa lalu yang membentuk peradaban seni budaya
kota Semarang saat ini yaitu Jawa, Cina, Arab, dan Belanda.
Sebagai kota multikultural Semarang memiliki beberapa ritual budaya dan
kesenian di Semarang yang berasal dari pengaruh budaya etnis-etnis yang ada di
Semarang, Contohnya adalah ritual Ceng Beng, kesenian barongsai, dugderan,
adanya beberapa bangunan kolonial Belanda, kesenian gambang Semarang, dan
lain sebagainya. Salah satu hal yang menarik adalah adanya ikon kota Semarang
yaitu warak ngendog, yaitu mainan anak-anak yang menyerupai seekor hewan
yang memiliki kepala seperti naga (mewakili etnis Tionghoa),

tubuhnya

berbentuk layaknya buraq (khas kebudayaan arab), keempat kakinya menyerupai

4

kambing (khas kebudayaan dari etnis Jawa). Ikon tersebut memiliki makna
filosofi yang mendalam tentang etnis-etnis yang berbeda di kota Semarang dapat
hidup berdampingan.
Salah satu etnis yang berada di Kota Semarang adalah etnis Tionghoa.
Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa
dan daerah-daerah lain. Di pulau Jawa khususnya kota Semarang, terdapat etnis
Cina (Tionghoa) yang masih mempertahankan dan menggemari budaya ritual dan
musiknya. Secara umum masyarakat Tionghoa terbagi atas dua (2) golongan yaitu
golongan Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan. Golongan Tionghoa Totok
adalah golongan orang Tionghoa yang dilahirkan di Cina, dan masih memegang
teguh adat, tradisi dan kepercayaan dari negeri Cina. Secara umum golongan
Tionghoa Totok ini kurang beradaptasi dengan budaya lokal. Golongan Tionghoa
Peranakan adalah orang-orang Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia dan
merupakan hasil perkawinan antara orang Tionghoa dengan warga lokal serta
sudah beradaptasi dengan budaya lokal.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat etnis Tionghoa telah menyatu
dengan kebudayaan lokal, maupun berinteraksi dan menjalin hubungan baik
dengan masyarakat lokal atau orang pribumi Indonesia. Terbukti dari beberapa
acara yang merupakan ritual etnis Tionghoa, seperti acara pesta pernikahan etnis
Tionghoa terdapat banyak tamu yang merupakan orang pribumi / jawa maupun
etnis lain yang tinggal di Kota Semarang.
Salah satu usaha mempertahankan budaya, masyarakat Tionghoa
menyajikan lagu-lagu mandarin dalam berbagai acara termasuk acara pernikahan.

5

Pada umumnya musik (hiburan) biasanya termasuk dalam bagian susunan acara
disuatu pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang. Musik yang digunakan
biasanya lagu-lagu pop mandarin. Acara pesta penikahan yang masih menyajikan
lagu-lagu dengan gaya bahasa Tionghoa (mandarin), karena musik juga dapat
menjadi pembangun suasana yang baik dalam sebuah acara. Maka dari itu dapat
dilihat dalam setiap acara selalu disajikan musik baik penampilan secara langsung
dari para pelaku seni maupun musik yang berasal dari MP3.
Lagu pop Mandarin sebagai hiburan saat pesta pernikahan, biasanya
disajikan pada saat resepsi ataupun pada saat upacara pernikahan, tujuan
utamanya adalah untuk menghibur tuan rumah dan para tamu undangan yang
menghadiri pesta pernikahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Merriam (2000: 26) bahwa salah satu fungsi musik atau lagu adalah memberikan
kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Dalam memberikan suatu golongan
tentang solidaritas disekitar yang anggota-anggota masyarakat bersama-sama,
lagu berfungsi untuk mengintegrasikan masyarakat. Lagu dapat memberikan
sumbangan terhadap integritas masyarakat, jadi dengan begitu musik dapat
berfungsi penting dalam kehidupan manusia dan solidaritas dengan masyarakat.
Misalnya sekelompok masyarakat Tionghoa yang sangat menggemari musik
mandarin, maka akan tercipta solidaritas antar penggemar musik mandarin.
Lagu dapat digunakan sebagai identitas sebuah kelompok atau golongan
dalam suatu masyarakat, tidak hanya itu lagu juga bisa sebagai identitas sebuah
wilayah atau etnis tertentu misal lagu Mandarin sebagai musiknya orang Cina.
Sedikit intro yang khas dan ditambah logat bahasa, orang akan secara otomatis

6

menyebut itu musik Cina atau populernya disebut musik Mandarin. Hal ini berarti
bahwa musik dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya
melalui nilai dan norma yang terkandung dalam musik maupun kata-kata di
dalamnya.
Musik tercipta dengan berbagai konsep, gagasan dan ekspresi yang
mengalami perubahan melalui beberapa periode baik dari era Gregorian hingga
modern ataupun dari fungsi ritual hingga musik populer. Musik adalah cabang
seni yang membahas dan menetapkan berbagai pola-pola yang dapat dimengerti
dan dipahami oleh manusia (Banoe, 2003: 288). Demikian halnya dengan musik
yang ada di daerah masing-masing. Setiap daerah memiliki ragam musik
tradisional yang mewakili ciri khas sebuah daerah melalui musik, tarian dan
kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam bermusik, manusia menciptakan nada-nada atau bunyi musik yang

teratur sehingga menjadi suatu lagu. Lagu adalah bentuk karya seni musik yang
merupakan ekspresi (ungkapan pikiran dan perasaan manusia) dalam bentuk
rangkaian nada, bisa dalam bentuk teks maupun tanpa teks. Jadi dapat dikatakan
bahwa lagu adalah proses kegiatan berkomunikasi penyampaiaan idea tau
pemikiran komunikator (dalam hal ini pencipta lagu) kepada pendengar sebagai
komunikannya. Sebuah lagu, merupakan bagian dari seni juga sebagai suatu
kebutuhan dari kehidupan manusia. Melalui lagu, seorang pencipta maupun
penyaji berusaha menyampaikan sebuah pesan kepada pendengarnya. Oleh karena
itu, sebuah lagu penting untuk dikaji atau dinilai tidak hanya sekedar merupakan
bunyi-bunyian melaikan juga dapat bernilai arti lebih sehingga dapat mengetahui

7

nilai atau pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu maupun
penyaji.
Analisis yang difokuskan dalam penelitian ini adalah bentuk dan fungsi
pertunjukan lagu-lagu pop mandarin secara tekstual. Menurut Susetyo (2009: 1-2),
aspek kajian bersifat tekstual yang dimaksud adalah hal-hal yang terdapat pada
bentuk seni pertunjukan, saat disajikan secara utuh dan dinikmati langsung oleh
masyarakat pendukungnya, yaitu bentuk komposisi dan bentuk penyajiannya.
Bentuk komposisi suatu lagu atau musik meliputi ritme, melodi, harmoni,
struktur/bentuk lagu, syair, ekspresi, instrumen, dan aransemen. Sedangkan
bentuk penyajian lagu Mandarin yaitu urutan materi penyajian dalam pesta
pernikahan etnis Tionghoa.
Alan P. Merriam (1964: 223-226) menyebutkan keberadaan musik di
masyarakat mempunyai fungsi: sebagai ungkapan emosional, penghayatan estetis,
hiburan, media komunikasi, ungkapan simbolik, respon fisik, penguatan dan
penyelaras norma-norma sosial, pengesahan intitusi sosial dan religi, kontribusi
untuk kontinuitas dan stabilitas kebudayaan dan sebagai kontribusi integrasi
masyarakat.
Penelitian tentang bentuk pertunjukan musik pernah dilakukan oleh Isono
(2013) yang meneliti tentang bentuk pertunjukan musik kasidah modern Al-azhar
di desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan musik ditampilkan secara langsung
untuk mengisi hiburan pada acara pernikahan, khitanan dan menyelingi acara
pengajian, durasi dalam penyajian kira-kira dua setengah sampai tiga jam, dengan

8

membawakan lagu-lagu kasidah, alat musik yang digunakan adalah gitar elektrik,
bass elektrik, kibor, ketipung, drum set dan suling. Penelitian Prabowo (2013)
tentang bentuk pertunjukan musik Japanese rock di Semarang: kajian
musikologis. Hasil penelitian bahwa bentuk pertunjukan musik Japanese Rock di
kota Semarang adalah penampilan dari band yang terdiri atas beberapa personil
yaitu vokalis dan pemain alat musik seperti drum, gitar, bass, kibor. Pertunjukan
musik di kota Semarang tidak hanya menampilkan lagu sendiri tetapi juga
menampilkan lagu yang sudah terkenal dengan aransemen band itu sendiri.
Penelitian-penelitian tentang bentuk pertunjukan musik pop mandarin
hingga saat ini masih langka. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang bentuk pertujukan musik pop mandarin dalam acara pesta pernikahan
etnis Tionghoa di Semarang. Selain itu, peneliti tertarik untuk meneliti fungsi dari
pertunjukan musik pop mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di
Semarang, karena walaupun banyak jenis-jenis hiburan yang ada di kota
Semarang yang dapat disajikan pada pesta pernikahan, namun lagu-lagu pop
mandarin masih disajikan dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa. Berdasarkan
uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengkaji
pertunjukan lagu-lagu pop Mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di
Semarang. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Bentuk dan Fungsi
Pertunjukan Musik Pop Mandarin dalam Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa
di Semarang”.

9

1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Banyak pelaku seni yang sering membawakan lagu pop mandarin dalam pesta

pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang, maka perlu dikaji dari segi dari
bentuk pertunjukan lagu pop mandarin yang seperti apa yang dapat disajikan
pada pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang.
2. Keberadaan Etnis Tionghoa di Indonesia terutama di Semarang sudah sangat

menyatu dengan budaya pribumi Indonesia, dapat terlihat pada pesta
pernikahan Etnis Tionghoa yang tidak sedikit dihadiri oleh orang asli
Indonesia, namun Etnis Tionghoa masih sering menyajikan lagu-lagu pop
mandarin. Oleh karena itu perlu digali fungsi dari penyajian lagu pop
mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang tersebut, dipandang perlu
dirumuskan masalah penelitian, supaya tidak semakin melebar dan menyimpang
serta dianggap penting dari sudut pandang peneliti maka permasalahan yang akan
menjadi fokus dari peneliti ini dirumuskan sebagai berikut :
1.3.1 Bagaimana bentuk pertunjukan lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan
Etnis Tionghoa di Semarang?
1.3.2 Bagaimana fungsi pertunjukan lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan
etnis Tionghoa di Semarang?

10

1.4

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan suatu tujuan penelitian

sebagai berikut:
1.4.1. Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan lagulagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.
1.4.2. Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan fungsi pertunjukan lagulagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

1.5

Manfaat Penelitian
Diadakannya penelitian ini, karena penulis berharap ada manfaat yang dapat

diambil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.1.1 Sebagai sumbangsih pemikiran bagi UNNES khususnya mahasiswa
seni musik untuk menambah referensi dalam mengetahui bentuk dan
fungsi pertunjukan lagu-lagu mandarin dalam pesta pernikahan etnis
Tionghoa khususnya di Semarang.
1.5.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
mempelajari lagu mandarin.

1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Manfaat bagi mahasiswa seni musik dalam penelitian ini yaitu
memberikan ide lebih mendalam untuk meneliti lebih mendalam
makna dan bentuk lagu-lagu mandarin yang sering disajikan dalam
pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.
1.5.2.2 Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu sebagai bahan informasi
tentang lagu-lagu pop mandarin yang disajikan dalam pesta
pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

11

1.5.2.3 Manfaat bagi para pelaku seni sebagai referensi bentuk penyajian
lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa.

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Etnis Tionghoa
2.1.1. Masyarakat Etnis Tionghoa
Masyarakat dalam bahasa inggris disebut society (berasal dari kata latin
socius, yang berarti “kawan”) ini paling lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah
maupun dalam bahasa sehari-hari untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia. “Masyarakat” sendiri berasal dari akar kata arab syaraka, yang artinya
“ikut serta, berperan serta”. Jadi apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2003: 119).
Istilah “orang Tionghoa“ merupakan perdebatan hingga kini terus
berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada
orang tionghoa telah dijadikan politik identitas. Politik identitas telah terjadi pada
zaman penjajahan Belanda. Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi’na
yang mengacu pada Cina kunciran. Istilah cina mengandung arti yang
merendahkan, dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang
bersifat menghina dan meremehkan (Lim, 2009: 6).
Orang Tionghoa bukan merupakan kelompok homogen. Dari sudut
kebudayaan, mereka pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu mereka yang disebut dengan peranakan dan totok (Suryadinata, 2002:
17). Penggolongan tersebut bukan hanya berdasarkan kelahiran saja, artinya:
orang peranakan itu, bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia, hasil
perkawinan campuran antara orang Tionghoa dengan orang Indonesia, sedangkan

12

13

orang totok bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Negara Tionghoa.
Penggolongan tersebut juga menyangkut soal derajat penyesuaian dan akulturasi
dari para perantau Tionghoa itu terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di
sekitarnya, sedangkan derajat akulturasi itu tergantung kepada jumlah generasi
para perantau itu telah berada di Indonesia dan kepada intensitet perkawinan
campuran yang telah terjadi diantara para perantau itu dengan orang Indonesia.
Orang peranakan berasal dari suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi
Fukien bagian selatan, sedangkan orang totok berasal dari suku bangsa Hakka dan
mereka tinggal di propinsi Kwantung.
2.1.2. Ajaran yang Membentuk Golongan Tionghoa
Ajaran yang membentuk golongan Tionghoa terdiri dari ajaran Budha,
ajaran Kong Fu-Tse dan ajaran Tao.
2.1.2.1.

Ajaran Budha
Meskipun ajaran Buddha tidak asli dari Tionghoa, tetapi ajaran Budha

mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada golongan Tionghoa. Seperti di
ketahui, Buddha dianggap penganutnya seperti guru dunia yang memerangi umat
manusia dan menunjukkan kepadanya jalan yang melepaskan mereka dari
kesengsaraan.

Dalam

ajarannya

Buddha

Gautama

sebenarnya

hanya

menyampaikan ajaran moral belaka dan mengajarkan manusia menghindari
kejahatan tertentu, seperti membunuh, mencuri, menipu, berdusta, berzina,
mabuk, madat, dan lainnya.
2.1.2.2.

Ajaran Kong Fu-Tse
Ajaran Kong Fu-Tse berkisar sekitar soal-soal kekeluargaan dan

ketatanegaraan. Filsafatnya bertalian dengan hubungan antara anak dan orang tua

14

terutama mengenai kewajiban kebaktian anak terhadap orang tuanya. Dalam
pemujaan leluhur dengan memelihara abu dalam rumah, ayah menjadi pemuka
upacara. Kewajiban ini kemudian turun kepada anak laki-lakinya yang sulung,
dan begitu seterusnya. Anak perempuan tidak disebutkan dalam pemujaan leluhur,
oleh karena anak perempuan sesudah menikah mengikuti suaminya dan dengan
begitu

yang turut

diurusnya

ialah

pemujaan

leluhur

pihak

suaminya

(Koentjaraningrat, 2002: 369).
2.1.2.3.

Ajaran Tao
Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang berasal dari Tiongkok, dan

termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak abad
ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang
Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China yang artinya “jalan” yang oleh
penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini.
Berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao diyakini berasal dari
Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan terorganisasi menjadi
sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling (Tanggok, 2006: 17).
Tanggok juga mengatakan di dalam buku “Mengenal lebih Dekat Agama
Tao” tahun 2006, di dalam Taoisme, Ketuhanan terwujud di dalam berbagai cara.
Semua penciptaan yang ada di dalam ini adalah suatu wujud dari ungkapan
tentang Tuhan atau menggambarkan tentang kebenaran Tuhan, seperti ungkapan
dalam agama Tao bahwa segala sesuatu datang dari Tao (jalan) dan segala sesuatu
juga akan kembali kepada Tao. Tao bukanlah mahluk tertinggi, dia adalah prisipprinsip alam, menyerap semua aspek penciptaan dengan tenaga atau kekuatan.

15

Dalam kosmologi orang cina, kekuasaan tertinggi di alam ini terletak pada langit
atau sering disebut dewa langit atau Thian (Tuhan) yang sangat dihormati oleh
orang Cina, yang dianggap menciptakan segala-galanya dan yang menentukan
kebahagian serta nasib manusia.
Dengan ‘Naluri Alamiah’, para leluhur Tionghoa kuno mengembangkan
segenap potensi dirinya yaitu kecerdasan, nurani serta akal budi, dan mulai
mengembangkan sebuah metode untuk menjalani hidup. Proses perkembangan
ajaran Tao terjadi secara bertahap. Diwariskan dan diperbaiki dari generasi ke
generasi berikutnya. Membentuk berbagai seni dan ilmu yang mewarnai budaya
Tionghoa. Secara garis besar, pengembangan ajaran Tao dapat dikelompokkan
menjadi: hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan
tuhan/dewa-dewi/para suci, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan
manusia dengan kehidupan pribadinya.
2.2. Bentuk Pertunjukan
Pertunjukan adalah seni yang disajikan dengan penampilan peragaan,
maksudnya seni itu akan dapat dihayati selama berlangsungnya proses ungkap
oleh pelakunya (Bastomi, 1990: 72). Seni pertunjukan mengandung pengertian
untuk mempertunjukan sesuatu yang bernilai seni, senantiasa berusaha untuk
menarik perhatian bila ditonton, (Jazuli, 1994: 64). Jenis dan bentuk pertunjukan
berkaitan dengan materi pertunjukan. Jenis pertunjukan meliputi teater, tari,
musik, sedangkan bentuknya bisa berupa tradisional, kreasi atau pengembangan,
modern atau kotemporer (Jazuli, 2001: 72).

16

Menurut Soewito (1996: 3), bentuk pertunjukan musik ditinjau dari jumlah
pemusik atau pendukungnya digolongkan menjadi 4 golongan yaitu solo, duet,
ansambel, orkestrasi. Solo adalah bentuk pertunjukan musik yang dibawakan oleh
seseorang saja secara tunggal misalnya seorang membawakan suatu lagu, yang
tidak dibantu oleh orang lain. Duet adalah dua orang yang membawakan suatu
lagu secara vokal, atau memainkan alat musik dalam menyajikan suatu lagu.
Demikian selanjutnya Trio (tiga orang), Kwartet (empat orang), Kwintet (lima
orang), Sektet (enam orang), Septet (tujuh orang). Ansambel adalah pertunjukan
atau permainan musik yang dimainkan secara bersama baik alat musik sejenis,
beberapa jenis atau disertai nyanyian. Sedangkan orkestrasi adalah pertunjukan
musik yang terdiri dari gabungan berbagai alat musik yang dimainkan menurut
jenis lagunya. Orkestrasi ini terdiri dari: Orkes keroncong yang memainkan lagulagu keroncong, orkes gambus yang memainkan lagu-lagu padang pasir, dan lainlain.
Aspek kajian bentuk musik pop Mandarin tidak terlepas dari pengkajian
seni pertunjukan pada umumnya, dimana aspek yang bersifat tekstual senantiasa
menyertai bentuk musik itu sendiri. Dalam mewujudkan pertunjukan ada dua
faktor yang membentuk pertunjukan tersebut yaitu bentuk komposisi dan bentuk
penyajiannya (Susetyo, 2007: 1-2).
2.2.1. Pengertian Bentuk Pertunjukan
Seni pertunjukan merupakan suatu bentuk karya seni yang dipertunjukan
dan melibatkan aksi individu dan kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seperti
yang diungkapkan oleh Soedarsono (1998: 57) menyatakan bahwa: Pertunjukan

17

yang bersifat menyenangkan hati, jenis ini dipertunjukan untuk dinikmati oleh
apresiator dengan cara melibatkan diri dalam pertunjukan. Oleh karena itu tidak
ada aturan yang ketat untuk tampil diatas pentas yang penting asal penikmat bisa
mengikuti serta merespons. Maka kenikmatan pribadi akan tercipta.
Seni pertunjukan hadir dikarenakan kebutuhan masyarakat yang tidak
hanya sebatas sarana ritual saja, tetapi juga sebagai hal terpenting dalam adat
masyarakat. Seni pertunjukan memerlukan perhatian serius karena pertunjukan
kesenian memerlukan penyajian yang baik, seperti yang diungkapkan oleh
Soedarsono (1998: 58) menyatakan bahwa: Seni pertunjukan yang berfungsi
sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang serius, oleh karena
penikmat pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik.
Menurut Mulyadi (2008: 2) bentuk adalah organisasi yang paling cocok
dan kekuatan-kekuatan, dan hubungan-hubungan yang didasarkan oleh seniman,
hingga dia dapat meletakkannya dengan sesuatu yang obyektif.
Arti bentuk musik selanjutnya menurut Jamalus (1988: 34) bahwa bentuk
adalah susunan serta hubungan antara unsur-unsur musik sehingga menghasilkan
suatu komposisi atau lagu yang bermakna. Pendapat Suwanda berbeda dengan
Hadi (2003: 24) yang menyatakan bahwa bentuk adalah suatu aspek ruang yang
selalu ada dalam musik.
Bentuk adalah unsur dasar dari semua perwujudan. Bentuk seni sebagai
penciptaan seniman merupakan wujud dari ungkapan isi, pandangan dan
tanggapanya kedalam bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra. Bentuk
adalah suatu wujud yang ditampilkan (KBBI, 1999: 119). Bentuk dalam karya

18

musik adalah kerangka musikal sebagaimana halnya kerangka bagi mahluk hidup
sehingga sangat besar peranannya bagi suatu karya musik (Kurniasih, 2006: 5).
Bentuk musikal juga bisa dipahami sebagai disain atau rancangan karya musik,
kurang lebih sama dengan rancangan arsitektur sebuah rumah, suatu blok-blok
perkantoran atau sebuah pabrik. Dalam konteks musik, komposer harus membuat
rancangan karya musiknya karena jika tidak suatu karya seni atau karya musik
akan tidak seimbang atau tidak jelas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk
adalah suatu wujud dari suatu tata hubungan faktor-faktor yang mendukungnya
dan saling tergantung serta terkait satu sama lain, dan dapat ditangkap indra
sebagai media untuk menyampaikan arti yang ingin disampaikan oleh
penciptanya. Dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk adalah unsur dari dasar dari
semua perwujudan. Bentuk seni sebagai ciptaan seniman merupakan wujud dan
ungkapan isi, pandangan dan tanggapannya kedalam bentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh indra.
Pendapat Jazuli (1994: 72-74), jenis dan bentuk pertunjukan berkaitan
dengan materi pertunjukan. Jenis pertunjukan meliputi teater, tari, musik,
sedangkan bentuknya dapat berupa tradisional, kreasi/pengembangan, modern
atau kontemporer. Pertunjukan adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni
konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indones