Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia) Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Penelitian ini akan menguji pengaruh intensitas pemeriksaan pajak
(tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance),
pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system),
diskriminasi (discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan
(fiscal fraud) terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan
pajak (Tax Evasion) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama MedanPolonia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang pribadi yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan-Polonia. Doane
dan Seward (2011) menyatakan bahwa “population is all of the items that we
are interested in”. Sugiyono (1999) menyatakan bahwa populasi adalah
“wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling

yaitu sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan dimana peneliti

Universitas Sumatera Utara

akan melakukan penyebaran kuesioner sejumlah 50 kuesioner kepada WP OP.
Dalam metode ini, anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan
kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik
mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Hal ini
dilakukan peneliti karena pertimbangan pengambilan sampel yang berupa data
primer yang membutuhkan lokasi yang mudah untuk dijangkau dan biaya
yang cukup murah yaitu di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama MedanPolonia. Pengambilan sampel ini dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
mengetahui persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, maka
peneliti memilih Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan-Polonia sebagai sampelnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan
survei literatur dan melakukan studi lapangan dengan pengumpulan data
primer secara aktif, diantaranya adalah :
1. Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap
karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang

minat khusus bagi peneliti (Sekaran, 2007 : 82). Perpustakaan merupakan
pusat penyimpanan yang kaya bagi data sekunder, dan biasanya peneliti
menghabiskan beberapa minggu dan terkadang bulan untuk menelusuri
buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan konferensi, disertasi doctoral,
tesis master, publikasi pemerintah, laporan keuangan dan lainnya untuk
menemukan informasi yang terkait dengan topik penelitian mereka.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengumpulan Data Primer Secara Aktif (Penelitian Lapangan)
Penelitian bisnis kontemporer sangat menggantungkan pada penggunaan
metode PDF aktif. Ini didasarkan fakta bahwa bisnis pada dasarnya adalah
fenomena sosial yang berhubungan dengan manusia (Kuncoro, 2013 :
160). Akibatnya, data yang diperlukan untuk membuat keputusan harus
berasal dari manusia itu sendiri. PDF aktif dirancang terutama untuk
memperoleh informasi dari responden manusia. Kelebihan utama metode
ini adalah versatility-nya. Semua jenis opini abstrak berupa opini, sikap,
kehendak, dan pengharapan dapat diperoleh melalui survei. Kelemahan
dari metode ini adalah, kualitas informasi akan sangat bergantung pada
kemampuan dan kemauan responden untuk bekerjasama dengan peneliti.

Sering sekali responden akan menolak untuk diwawancarai atau untuk
membalas surat survei karena alasan pribadi, atau mereka memandang
topik yang sedang diteliti terlalu sensitif. Pengumpulan data kuesioner
dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu
kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti Indriantoro
dan Supomo (dalam Suryani 2013 : 154).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas
data, uji asumsi klasik dan uji regresi berganda.
1. Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan

Universitas Sumatera Utara

informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi
mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia
atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh
statistika deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan
besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran (Dergibson, 2002).

Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji
dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari
kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika
deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data,
serta kecenderungan suatu gugus data.
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data dalam pengolahan data
penelitian ini, maka peneliti akan melakukan uji validitas dan realibilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur
secara tepat. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa
yang diukur, maka disebut valid dan sebalinya, apabila tidak mampu
untuk mengukur apa yang diukur, maka dinyatakan tidak valid
(Sudarmanto, 2005). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi

Universitas Sumatera Utara


dengan taraf Signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
1. Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
2. Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor
total (dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010 : 94)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan
alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat
ukur tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan (dependability)
dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability). Dengan
demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil yang tidak
berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila
digunakan berkali-kali (Sudarmanto, 2005). Variabel-variabel tersebut
dikatakan cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang
berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai
pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien

jika dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk
melihat konsistensi (Ghozali, 2011 : 48).

Universitas Sumatera Utara

3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data primer ini, maka
peneliti

melakukan

uji

normalitas,

uji

multikolonieritas,

uji


heteroskedastisitas, dan uji autokeralasi.
a. Uji Normalitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan
analisis parametrik yaitu uji normalitas data populasi. Hal ini dapat
ditegaskan bahwa suatu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t dan uji-F menuntut suatu asumsi yang harus
diuji, yaitu populasi harus berdistribusi normal (Putrawan, 1990 : 133).
Untuk menafsirkan apakah data yang diuji berdistribusi normal atau
tidak, maka dapat dilakukan dengan cara menggunakan harga koefisien
Skewness atau Kurtosis. Jika koefisien Skewness atau Kurtosis berada
pada rentangan nilai -0,5 sampai dengan 0,5 maka dapat dikatakan
bahwa data masing-masing variabel penelitian terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji

asumsi

tentang


multikolinearitas

ini

dimaksudkan

untuk

membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara
variabel bebas (independen) satu dengan dengan variabel bebas
(independen) yang lainnya. Frisch dalam Gujarati dalam Zein (1997)
menyatakan bahwa istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan
linear yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua

Universitas Sumatera Utara

variabel yang menjelaskan dari model regresi. Apabila menggunakan
pendekatan


Variance

Inflation

Factor

(VIF)

untuk

menguji

hipotesisnya maka kriteria atau ukuran yang akan digunakan adalah:
1. Apabila harga koefisien VIF hitung pada Collinearity Statistics
sama dengan atau lebih kecil daripada 10 (VIP hitung≤ 10) maka
H0 diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antar variabel
independen (tidak terjadi gejala multikolinearitas).
2. Apabila harga koefisien VIP hitung pada Collinearity Statistics
lebih besar daripada 10 (VIP hitung > 10), maka H0 ditolak yang
berarti terdapat hubungan antar variabel independen (terjadi gejala

multikolinearitas).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan
(Sudarmanto,

2005).

Apabila

asumsi

tidak

terjadinya

heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak
lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1997) dan
estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat (Rietveld
dan Sunaryanto, 1993). Jika menerapkan uji heteroskedastisitas

menggunakan korelasi Rank-Order dari Spearman, maka kriteria atau
ketentuan yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi hubungan
antara data hasil pengamatan dengan nilai residual absolutnya atau
tidak (heteroskedastisitas), dapat dilakukan dengan cara:

Universitas Sumatera Utara

1. Apabila koefisien Signifikansi (nilai probabilitas) lebih besar dari
alpha yang ditetapkan (Sig. > alpha), maka dapat dinyatakan tidak
terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai
residual mutlaknya berarti H0 diterima.
2. Apabila koefisien Signifikansi (nilai probabilitas) lebih kecil dari
alpha yang ditetapkan (Sig. < alpha), maka dapat dinyatakan terjadi
adanya heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai
residual mutlaknya berarti H0 ditolak.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini tidak digunakan, karena
penelitian ini melakukan pengolahan data dengan menggunakan data
primer. Sehingga tidak menggunakan autokorelasi karena tidak
dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data
pengamatan atau tidak.
4. Uji Regresi Linier Berganda
Pengujian Regresi Berganda dilakukan dengan penerapan uji
persamaan regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,
X3, X4, …… Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan (Dwi,

Universitas Sumatera Utara

2013:2). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model
ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara
kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel
independen, yaitu: intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax
fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib
Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi
(discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud)
terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai
etika penggelapan pajak (Tax Evasion). adapun rumus yang digunakan:
Y = a + β1X1+β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+e
Dimana:
Y = Etika Penggelapan Pajak
X1 = Intensitas Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
X2 = Keadilan (Tax Fairness)
X3 = Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)
X4 = Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledege)
X5 = Sistem Perpajakan (Tax System)
X6 = Diskriminasi (Discrimination)
X7 = Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Tax Fraud)
a = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0)
e = Error yang ditolerir (5%)

Universitas Sumatera Utara

5. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujuan hipotesis penelitian dilakukan melalui uji statistik t, uji statistik
F (Fishier), dan uji koefisien determinan (Adjusted R2).
a. Uji statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabelvariabel terikat (Kuncoro, 2013 : 244). Uji t bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu:
intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan
Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge),
sistem

perpajakan

(tax

system),

diskriminasi

(discrimination),

dan

kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap suatu variabel
dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak (Tax
Evasion). Maka nilai Signifikan t dibandingkan dengan derajat

kepercayaannya. Apabila Sig t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima.
Demikian pula sebaliknya jika Sig t lebih kecil dari 0,05, maka H0
ditolak. Bila H0 ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011 : 101).
b. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen secara simultan. Untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen
yaitu: intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness),
kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak
(tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi
(discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal
fraud) terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak
mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion). Secara bebas dengan
Signifikan sebesar 0,05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2011:98).
1. Jika nilai Signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
2. Jika nilai Signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

Universitas Sumatera Utara

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Kuncoro, 2013 : 247). Insukindro menekankan bahwa
koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya
kriteria memilih model yang baik. Alasannya, bisa suatu estimasi
regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi
tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau
tidak lolos dari uji asumsi regresi linear asumsi klasik, misalnya, maka
model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya
tidak dipilih menjadi model empirik (Insukindro, 1998).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan penafsiran mengenai variabel yang
dipilih oleh peneliti sekaligus dengan definisi operasional dan cara
pengukurannya.
1. Variabel Independen
a. Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
Pengertian pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24
sebagai berikut: pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan perpajakan. Dengan demikian, pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara

pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai tujuan untuk menguji tingkat
kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
Perundang-Undangan Perpajakan.
Intensitas pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dilakukan, mengingat sistem perpajakan yang diterapkan
di Indonesia adalah Self Assesment System. Pemeriksaan pajak akan
memberikan partisipasi aktif untuk mengontrol penghitungan pajak
bahkan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Instrumen
pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang
dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan
menjelaskan

masing-masing

variabel.

Setiap

item

pertanyaan

menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2)
Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
b. Keadilan (X2)
Setiap Wajib Pajak berhak memperoleh keadilan yang sama
dalam penerapan sistem perpajakan yang ada di Indonesia. Menurut
Hidayat (2013 : 188) menyatakan bahwa “pemungutan pajak yang adil
berarti pajak yang dipungut harus adil dan merata sehingga harus
sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan
manfaat yang diminta Wajib Pajak dari pemerintah”. Untuk
mewujudkan pemungutan yang adil, pemungutan pajak harus dapat

Universitas Sumatera Utara

memberikan kepastian hukum bagi negara dan warga negaranya. Oleh
karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan atas Undang-Undang
yang disahkan oleh lembaga legislatif. Untuk mewujudkannya,
pemungutan pajak dilandaskan atas Undang-Undang Pasal 23 Ayat 2
UUD 1945. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah
pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing
pertanyaan

menjelaskan

masing-masing

variabel.

Setiap

item

pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1)
Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak
setuju.
c. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha
dan di kemukakan kembali oleh Kurnia (2006 : 111) pengertian
kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi
Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka
tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”.
Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan mampu mematuhi berbagai
Peraturan Undang-Undang Perpajakan. Wajib Pajak yang patuh dan
taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh
keadilan dari penerimaan perpajakan yang diperoleh pemerintah.
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban
perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka
memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara

di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan Wajib
Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia
menganut sistem Self Assesment dimana dalam prosesnya secara
mutlak

memberikan

kepercayaan

kepada

Wajib

Pajak

untuk

menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.
Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk
menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan
penggelapan pajak (tax evasion). Instrumen pengukuran variabel ini
menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti,
dimana

masing-masing

pertanyaan

menjelaskan

masing-masing

variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang
terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju,
(5) Sangat tidak setuju.
d. Pengetahuan Wajib Pajak (X4)
Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat
didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya motivasi
akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku (termotivasi, tanpa
motivasi, dan apatis), dan kesesuaian dengan tujuan perilaku (efektif,
tidak efektif).
Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara

Universitas Sumatera Utara

mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan
moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs
peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib Pajak. Sehingga
dengan adanya sosialisasi tersebut pengetahuan Wajib Pajak terhadap
kewajiban perpajakannya bertambah tinggi. Pengetahuan tentang
peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh,
karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka
tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana
Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka
tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah
pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing
pertanyaan

menjelaskan

masing-masing

variabel.

Setiap

item

pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1)
Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak
setuju.
e. Sistem Perpajakan (X5)
Sistem

perpajakan

di

Indonesia

diharapkan

mampu

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak
mereka. Sistem perpajakan di Indonesia, telah diterapkan sedemikian
rupa dimana setiap Wajib Pajak harus menghitung, dan menyetorkan
pajak mereka sendiri. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya
sistem perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan yang baik

Universitas Sumatera Utara

kepada setiap Wajib Pajak untuk turut serta dan menjadi Wajib Pajak
yang aktif. Sedangkan yang menjadi kontrolnya adalah pihak fiskus,
sistem ini disebut dengan Self Assesment System. Pajak menurut Pasal
1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan
terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan
tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat''.
Dengan demikian, sistem perpajakan di Indonesia diharapkan
dapat memberikan motivasi untuk setiap Wajib Pajak bahwa pihak
Ditjen pajak tidak akan menerapkan sebuah sistem yang ribet dan
merepotkan. Analoginya, sebuah sistem perpajakan yang baik akan
memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membayarkan
kewajiban pajak mereka. Maka dari itu, Instrumen pengukuran
variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan
oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masingmasing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5
poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4)
Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

Universitas Sumatera Utara

f. Diskriminasi (X6)
Pengertian diskriminasi dalam ruang lingkup hukum hak asasi
manusia Indonesia (human rights law) dapat dilihat dalam Pasal 1
Ayat (3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
berbunyi, “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung atau tak langsung didasarkan pada
pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.
Sedangkan yang dimaksudkan diskriminasi di dalam bidang
perpajakan adalah adanya suatu perlakuan yang beda yang disebabkan
oleh hal-hal tertentu terhadap Wajib Pajak. Mulai dari perbedaan
perlakuan dalam bentuk pelayanan, perbedaan tarif perpajakan, dan
bahkan adanya sikap memberikan peluang untuk melakukan
penggelapan pajak. Oleh karena itu, sebuah sikap ataupun tindakan
diskriminasi menyebabkan etika penggelapan pajak semakin tinggi.
Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana
masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.

Universitas Sumatera Utara

Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri
dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5)
Sangat tidak setuju.
g. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X7)
G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells
mendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception intended to
financially benefit the deceiver ( 1993 : 3 )” yaitu kecurangan adalah
penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan
kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan
serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat
tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara
finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1)
tindakan/the act (2) Penyembunyian/the concealment dan (3)
konversi/the conversion.
Dalam

bidang

perpajakan,

yang

dimaksudkan

dengan

kecurangan adalah adanya perlakuan untuk melakukan penggelapan
pajak,

meminimalisir

pajak

secara

ilegal

dan

bahkan

tidak

mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel
ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh
peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masingmasing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5
poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4)
Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel Dependen
a. Etika Penggelapan Pajak (Y)
Salah satu upaya yang dilakukan Wajib Pajak dalam
meminimalisir pajaknya adalah dengan melakukan penggelapan pajak
(tax evasion). Tax evasion adalah perbuatan melanggar UndangUndang Perpajakan, misalnya menyampaikan di dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) jumlah penghasilan yang lebih rendah
daripada yang sebenarnya (understatement of income) di satu pihak
dan atau melaporkan biaya yang lebih besar daripada yang sebenarnya
(overstatement of the deductions) di lain pihak. Bentuk tax evasion
yang lebih parah adalah apabila Wajib Pajak (WP) sama sekali tidak
melaporkan penghasilannya (non-reporting of income). Adanya
perlakuan tax evasion dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak
terlalu tinggi, kurang informasinya fiskus kepada WP tentang hak dan
kewajibannya

dalam

membayar

pajak,

kurangnya

ketegasan

pemerintah dalam menanggapi kecurangan dalam pembayaran pajak
sehingga WP mempunyai peluang untuk melakukan tax evasion.
Penggelapan pajak pada dasarnya dimotivasi oleh tarif yang
terlalu tinggi, tetapi tidak hanya itu melainkan setiap Wajib Pajak tidak
ingin membagi penghasilannya kepada pihak lain. Terlebih lagi apabila
laba yang diperoleh perusahaannya besar, maka pajaknya juga akan
semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan setiap Wajib Pajak
berusaha untuk melakukan penggelapan pajak. Instrumen pengukuran

Universitas Sumatera Utara

variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan
oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masingmasing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5
poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4)
Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
Tabel 3.1
Operasional Variabel penelitian
Variabel
Intensitas
Pemeriksaan
Pajak (X1)
(Sumber:
Hidayat
(2013)).

Keadilan
Pajak (X2)
(Sumber:
Herry (2010)
dan Hidayat
(2013)).

Sub Variabel

Indikator

Butir
Pertanyaan
1, 2

Skala
Pengukuran
Interval

1. Pengertian
pemeriksaan
pajak.

1. Penerapan pemeriksaan
pajak untuk mencegah
penggelapan pajak.

2. Dasar
Hukum
Pemeriksaan
Pajak.

1. Pemeriksaan pajak
dilakukan atas dasar
hukum yang telah ada dan
seharusnya dipatuhi.

5

Interval

3. Kebijakan
Umum
Pemeriksaan
Pajak.

1. Pemeriksan pajak
dilakukan atas dasar
sebuah kebijakan yang
seharusnya dilaksanakan
secara jujur.

3, 4, 6

Interval

1. Pengertian
keadilan.

1. Prinsip keadilan harus di
terapkan di dalam bidang
perpajakan.

4

Interval

2. Parameter
Penerapan
Keadilan
dalam

2. Setiap Wajib Pajak
mengharapkan realisasi
dari pajak yang mereka
setorkan

1, 7

1. Salah satu yang menjadi
parameter di dalam
penerapan keadilan
tersebut adalah

2, 5, 6

Interval

Universitas Sumatera Utara

Perpajakan.

pemberlakuan tarif yang
sesuai terhadap setiap
Wajib Pajak.
3
2. Keadilan yang merupakan
hak bagi Wajib Pajak
sering sekali menjadi
sebuah permasalahan
karena adanya kasus
penggelapan pajak oleh
pihak fiskus, seperti
korupsi.

Kepatuhan
Perpajakan
(X3)
(sumber:
(Andriani
(2012)).

1. Pengertian
Kepatuhan
Perpajakan.

1. Kepatuhan Wajib Pajak
diharapkan mampu
meningkatkan penerimaan
negara dalam sektor
perpajakan.

2, 4

Interval

2. Pentingnya
Kepatuhan
Wajib Pajak.

1. Sosialisasi yang diberikan
oleh pihak KPP
diharapkan mampu
memberikan motivasi
untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak.

3

Interval

2. Pelayanan yang baik dari
pihak Ditjen Pajak akan
meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak.

1, 5, 6

1. Setiap Wajib Pajak harus
memiliki pengetahuan
yang baik mengenai
perpajakan.

1, 2, 4, 5

2. Pengetahuan Wajib Pajak
yang cukup baik, akan
mampu menghindari
penggelapan pajak.

3, 6, 7

1. Setiap Wajib Pajak perlu
mengetahui asas-asas
perpajakan agar mereka
memahami pemungutan
pajak yang dilakukan oleh

1, 2, 5, 6

Pengetahuan
1. Pengetahuan
Wajib Pajak
Wajib Pajak.
(X4)
(Sumber: Palil
(2005)).

Sistem
Perpajakan
(X5)
(Sumber:
Waluyo

1. Asas-asas
Pemungutan
Pajak.

Interval

Interval

Universitas Sumatera Utara

(2010)).

Diskriminasi
(X6)
(Sumber:
Wikipedia
(2010)).

Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan
(X7)
(Sumber:
Tuanakota
2013)).

Etika
Penggelapan
Pajak (Y)
(Sumber:
Hidayat

negara.
2. Sistem
Pemungutan
Pajak.

1. Sistem pemungutan pajak
yang diterapkan di
Indonesia membutuhkan
kontrol yang ketat.

1. Pengertian
Diskriminasi.

1. Diskriminasi dapat
menyebabkan
penggelapan pajak akan
semakin marak untuk
dilakukan.

2. Diskriminasi
Dalam
Bidang
Perpajakan.

1. Kecurangan
Dalam
Bidang
Perpajakan.

3, 4

Interval

3

Interval

1. Diskriminasi dalam
bidang perpajakan
disebabkan oleh tindakan
fiskus yang memberikan
perlakuan yang berbedabeda kepada setiap Wajib
Pajak.

1, 2, 6

Interval

2. Diskriminasi
menyebabkan Wajib Pajak
enggan untuk membayar
pajak dan tidak percaya
lagi kepada pihak fiskus.

4, 5

1. Kecurangan dalam bidang
perpajakan salah satunya
adalah melakukan
penggelapan pajak.

1, 3, 6

2. Kecurangan dalam bidang
perpajakan sangat mudah
dilakukan karena sistem
perpajakan di Indonesia
memberikan kebebasan
kepada Wajib Pajak untuk
menghitung jumlah hutang
pajaknya.

2, 4, 5

1. Etika penggelapan pajak
sangat bergantung pada
kinerja fiskus.

2, 4

2. Penerapan hukum di

3, 6

Interval

Interval

Universitas Sumatera Utara

(2013)).

dalam bidang perpajakan,
akan sangat
mempengaruhi etika
penggelapan pajak.
3. Penggelapan pajak terjadi
karena adanya
diskriminasi dan
rendahnya keadilan yang
diterapkan.

1, 5, 7

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan penyebaran
kuesioner sejumlah 50 kuesioner, dengan objek penelitian adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan-Polonia yang beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A,
Medan-20151. Sampel diambil dengan metode convenience sampling,
yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan
memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah
untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Teknik pemilihan
sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk
dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian dan dilakukan dengan
penyebaran atau pembagian kuesioner di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan-Polonia yang di lakukan mulai dari 2 Desember 2014
sampai dengan 24 Desember 2014. Dimana data distribusi sampel
penelitian dapat di lihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No.
1.

Nama KPP
Pratama Medan-Polonia

Kuesioner Yang di
Bagikan
50

Kuesioner Yang
di Kembalikan
50

Universitas Sumatera Utara

Kuesioner yang dibagikan ataupun disebarkan berjumlah 50 buah
kuesioner, dan yang kembali berjumlah 50 buah kuesioner. Dengan
demikian kuesioner yang kembali sejumlah 100% dan kuesioner yang
dapat diolah sejumlah 50 buah kuesioner atau 100%.
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No.

Keterangan
Wajib Pajak
Jumlah kuesioner yang
1.
50
disebar
Jumlah kuesioner yang
2.
0
tidak kembali
Jumlah kuesioner yang
3.
0
tidak dapat diolah
Jumlah kuesioner yang
4.
50
dapat diolah
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Persentase
100%
0
0
100%

2. Data Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini diukur dengan skala
interval yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase
jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir responden dan jenis
pekerjaan responden. Responden yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan-Polonia. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh para pegawai
di yang berkedudukan bagian pelayanan di KPP Pratama Medan-Polonia
untuk melakukan penyebaran kuesioner, dengan tujuan agar kuesioner
tersebut dapat dijawab oleh para Wajib Pajak yang memang memiliki
keseriusan untuk memberikan respon mereka terhadap kuesioner
penelitian ini. Dengan demikian, penyebaran kuesioner ini dilakukan

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan kebijakan pegawai. Berdasarkan pegawai disini bermaksud
bahwa para pegawai yang merupakan bagian pelayanan pada KPP Pratama
Medan-Polonia tersebut telah lebih mengenal dan bahkan memahami
karakter setiap Wajib Pajak yang terdaftar, maka dari itu kerja sama
dengan para pegawai tersebut akan sangat membantu proses penelitian ini.
Pada karakteristik reponden, terdapat 50 responden yang terdiri dari para
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dapat mewakili dan menjadi responden.
Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Data Statistik Responden

Jenis
kelamin

Umur
Responden

Deskripsi
Jumlah responden
Pria
Wanita

Jumlah
50
23
27

Persentase (%)
100%
46%
54%

Jumlah Responden
20-24 Tahun
25-35 Tahun
> 35 Tahun

50
20
16
14

100%
40%
32%
28%

50
21
19
4
6
50
23
27

100%
42%
38%
8%
12%
100%
46%
54%

Jumlah Responden
D3
Pendidikan
S1
Terakhir
S2
S3
Lainnya
Jumlah Responden
Wiraswasta
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Tabel di atas menjelaskan mengenai data responden dilihat dari
jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir dan pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

responden. Data-data tersebut menjelaskan identitas Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia. Adapun penjelasan
mengenai data responden di jelaskan di dalam gambar grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

54%
46%

pria
wanita

Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah
diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia yaitu pria berjumlah 23
responden atau 46% sedangkan wanita berjumlah 27 responden atau 54%.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang
terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia mayoritas yang melakukan
penyetoran pajak adalah wanita.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2
Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden

28%
40%

20-24 Tahun
25-35 Tahun

32%

> 35 Tahun

Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah
diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia yaitu yang berumur 20-24
Tahun berjumlah 20 responden atau 40% sedangkan yang berumur 25-35
berjumlah 16 responden atau 32%. Dan yang berumur > 35 Tahun
berjumlah 14 responden atau 28%. Dengan demikian, Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia yang melakukan
penyetoran pajak mayoritas berumur 20-24 Tahun dan ini merupakan
sesuatu hal yang sangat baik, karena ada suatu kesadaran untuk melakukan
pembayaran pajak yang dilakukan oleh responden yang dapat dikatakan
masih berusia lebih muda.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3
Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

0%
8%

12%
D3
S1

42%

S2

38%

S3
Lainnya

Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah
diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia menurut jenjang
pendidikan terakhirnya yaitu D3 berjumlah 21 orang atau 42%,

S1

berjumlah 19 orang atau 38%, S2 berjumlah 4 orang atau 8%, S3 tidak ada
dan Lainnya berjumlah 4 orang atau 12 %. Dengan demikian, menurut
jenjang pendidikan terakhirnya maka mayoritas Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia adalah yang berasal
dari Diploma 3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.4
Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan

54%

Wiraswasta
46%

Pegawai Negeri
Pegawai Swasta

0%
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah
diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia menurut pekerjaannya yaitu
wiraswasta berjumlah 23 orang atau 46%, pegawai negeri tidak ada, dan
pegawai swasta berjumlah 27 orang atau 54%. Hal ini menunjukkan
bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama MedanPolonia dan melakukan penyetoran pajak, mayoritas berasal dari pegawai
swasta berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pengukuran

statistik

deskriptif

variabel

dilakukan

untuk

memberikan gambaran umum mengenai kisaran teoritis, dan beberapa
besaran statistik yang berupa mean, sum, standar deviasi, variance, range,
minimum, maximum, s.e mean, kurtosis dan skweness dari masing-masing

Universitas Sumatera Utara

variabel yaitu: intensitas pemeriksaan pajak, keadilan pajak, kepatuhan
wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, diskriminasi
perpajakan, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi
Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak. Hasil analisis deskriptif
disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Range

Mean

Std.
Deviation

Variance

5.00

3.6750

.99904

.998

5.00
5.00
5.00
5.00
5.00

3.7350
3.5600
3.9300
2.8350
3.3150

.86516
.88289
.88069
.97626
1.01997

.748
.779
.776
.953
1.040

4.00

2.4450

.86202

.743

4.00

1.7850

.90211

.814

Minimum Maximum

Intensitas Pemeriksaan
50
3.75
1.25
Pajak
Keadilan Pajak
50
3.75
1.25
Kepatuhan Wajib Pajak
50
3.75
1.25
Pengetahuan Wajib Pajak 50
3.75
1.25
Sistem Perpajakan
50
3.75
1.25
Diskriminasi Perpajakan
50
3.75
1.25
Kemungkinan
Terdeteksinya
50
3.00
1.00
Kecurangan
Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Etika
50
3.00
1.00
Penggelapan Pajak
Valid N (listwise)
50
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel di atas, dimana
dapat di ketahui bahwa intensitas pemeriksaan pajak memiliki nilai range
3.75, nilai minimum 1.25, nilai maksimum 5.00, nilai mean 3.6750, nilai
standar deviasi .99904, dan nilai variance .998. Keadilan pajak dengan
sampel 50, memiliki nilai range 3.75, nilai minimum 1.25, nilai maksimum

Universitas Sumatera Utara

5.00, nilai mean 3.6750, nilai standar deviasi .86516, dan nilai variance
.748. Kepatuhan Wajib Pajak memiliki nilai range 3.75, nilai minimum
1.25, nilai maksimum 5.00, nilai mean 3.5600, nilai standar deviasi
.88289, dan nilai variance .779. Pengetahuan Wajib Pajak memiliki nilai
range 3.75, nilai minimum 1.25, nilai maksimum 5.00, nilai mean 3.9300,
nilai standar deviasi .88069, dan nilai variance .776.
Sistem perpajakan memiliki nilai range 3.75, nilai minimum 1.25,
nilai maksimum 5.00, nilai mean 2.8350, nilai standar deviasi .97626, dan
nilai variance .953. Diskriminasi perpajakan memiliki nilai range 3.75,
nilai minimum 1.25, nilai maksimum 5.00, nilai mean 3.3150, nilai standar
deviasi 1.01997, dan nilai variance 1.040. Kemungkinan terdeteksinya
kecurangan memiliki nilai range 3.00, nilai minimum 1.00, nilai
maksimum 4.00, nilai mean 2.4450, nilai standar deviasi .86202, dan nilai
variance .743. Persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak
memiliki nilai range 3.00, nilai minimum 1.00, nilai maksimum 4.00, nilai
mean 1.7850, nilai standar deviasi .90211, dan nilai variance .814.
Dengan demikian hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan
bahwa N merupakan banyaknya sampel yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Medan-Polonia. Nilai range menunjukkan
besarnya rentangan nilai yang dicapai pada setiap variabel, nilai minimum
menunjukkan nilai terkecil dari setiap variabel, sedangkan nilai maksimum
menunjukkan nilai terbesar dari setiap variabel. Nilai mean menunjukkan
besarnya nilai rata-rata untuk setiap variabel. Nilai standar deviasi

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan besarnya simpangan baku dan skor untuk setiap variabel,
dan nilai variance menunjukkan besarnya kuadrat simpangan baku untuk
masing-masing variabel.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban setiap
responden untuk setiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan
dengan r tabel. Nilai r tabel 0,284, didapat dari jumlah sampel yaitu 50
kemudian dikurangkan 2 untuk mengetahui tingkat df, atau 50-2 = 48,
tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0.284. Setiap butir
pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari
perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel (Imam Ghozali,
2011:53). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua
pertanyaan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r
tabel. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
Intensitas Pemeriksaan Pajak dengan sampel berjumlah 50.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Pemeriksaan Pajak
Harga
Harga
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
IPPP1
0.699
0.284
IPPP2
0.841
0.284
IPPP3
0.777
0.284
IPPP4
0.850
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Item Pertanyaan

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji validitas variabel intensitas pemeriksaan pajak dapat
dilihat pada tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang
terkait dengan variabel intensitas pemeriksaan pajak dapat dikatakan
valid karena seluruh harga koefisien r hitung lebih besar dari pada
harga koefisien r tabel. Untuk IPP1 harga koefisien r hitung 0.699 >
0.284 r tabel maka dinyatakan valid begitu juga dengan IPP2 (0.841 >
0.284), IPP3 (0.777 > 0.284), dan IPP4 (0.850 > 0.284).
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Keadilan Pajak
Harga
Harga
Item Pertanyaan
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
KPP1
0.624
0.284
KPP2
0.913
0.284
KPP3
0.813
0.284
KPP4
0.740
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Hasil uji validitas variabel keadilan pajak dapat dilihat pada
tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang terkait dengan
variabel keadilan pajak dapat dikatakan valid karena seluruh harga
koefisien r hitung lebih besar dari pada harga koefisien r tabel. Untuk
KPP1 harga koefisien r hitung 0.624 > 0.284 r tabel maka dinyatakan
valid begitu juga dengan KPP2 (0.913 > 0.284), KPP3 (0.813 > 0.284),
dan KPP4 (0.740 > 0.284).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Harga
Harga
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
KWPP1
0.860
0.284
KWPP2
0.821
0.284
KWPP3
0.828
0.284
KWPP4
0.679
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Item Pertanyaan

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Hasil uji validitas variabel kepatuhan wajib pajak dapat dilihat
pada tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang terkait
dengan variabel kepatuhan wajib pajak dapat dikatakan valid karena
seluruh harga koefisien r hitung lebih besar dari pada harga koefisien r
tabel. Untuk KWPP1 harga koefisien r hitung 0.860 > 0.284 r tabel
maka dinyatakan valid begitu juga dengan KWPP2 (0.821 > 0.284),
KWPP3 (0.828 > 0.284), dan KWPP4 (0.679 > 0.284).
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak
Harga
Harga
Item Pertanyaan
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
PWPP1
0.728
0.284
PWPP2
0.917
0.284
PWPP3
0.863
0.284
PWPP4
0.900
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Hasil uji validitas variabel pengetahuan wajib pajak dapat
dilihat pada tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang
terkait dengan variabel pengetahuan wajib pajak dapat dikatakan valid
karena seluruh harga koefisien r hitung lebih besar dari pada harga

Universitas Sumatera Utara

koefisien r tabel. Untuk PWPP1 harga koefisien r hitung 0.728 > 0.284
r tabel maka dinyatakan valid begitu juga dengan PWPP2 (0.917 >
0.284), PWPP3 (0.863 > 0.284), dan PWPP4 (0.900 > 0.284).
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Perpajakan
Harga
Harga
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
SPP1
0.834
0.284
SPP2
0.822
0.284
SPP3
0.761
0.284
SPP4
0.750
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Item Pertanyaan

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Hasil uji validitas variabel sistem perpajakan dapat dilihat pada
tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang terkait dengan
variabel sistem perpajakan dapat dikatakan valid karena seluruh harga
koefisien r hitung lebih besar dari pada harga koefisien r tabel. Untuk
SPP1 harga koefisien r hitung 0.834 > 0.284 r tabel maka dinyatakan
valid begitu juga dengan SPP2 (0.822 > 0.284), SPP3 (0.761 > 0.284),
dan SPP4 (0.750 > 0.284).
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Diskriminasi Perpajakan
Harga
Harga
Item Pertanyaan
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
DPP1
0.877
0.284
DPP2
0.865
0.284
DPP3
0.709
0.284
DPP4
0.611
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji validitas variabel diskriminasi perpajakan dapat dilihat
pada tabel di atas. Dengan demikian semua pertanyaan yang terkait
dengan variabel diskriminasi perpajakan dapat dikatakan valid karena
seluruh harga koefisien r hitung lebih besar dari pada harga koefisien r
tabel. Untuk DPP1 harga koefisien r hitung 0.877 > 0.284 r tabel maka
dinyatakan valid begitu juga dengan DPP2 (0.865 > 0.284), DPP3
(0.709 > 0.284), dan DPP4 (0.611 > 0.284).
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan
Harga
Harga
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
KTKP1
0.727
0.284
KTKP2
0.854
0.284
KTKP3
0.755
0.284
KTKP4
0.734
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Item Pertanyaan

Hasil

uji

validitas

variabel

kemungkinan

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

terdeteksinya

kecurangan dapat dilihat pada tabel di atas. Dengan demikian semua
pertanyaan yang terkait dengan variabel kemungkinan terdeteksinya
kecurangan dapat dikatakan valid karena seluruh harga koefisien r
hitung lebih besar dari pada harga koefisien r tabel. Untuk DPP1 harga
koefisien r hitung 0.727 > 0.284 r tabel maka dinyatakan valid begitu
juga dengan KTKP2 (0.854 > 0.284), KTKP3 (0.755 > 0.284), dan
KTKP4 (0.734 > 0.284).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Wajib pajak Mengenai Etika
Penggelapan Pajak
Harga
Harga
Item Pertanyaan
Koefisien r
Koefisien r
Hitung
Tabel
PWPMEPPP1
0.917
0.284
PWPMEPPP2
0.696
0.284
PWPMEPPP3
0.889
0.284
PWPMEPPP4
0.890
0.284
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Simpulan
Valid
Valid
Valid
Valid

Hasil uji validitas variabel persepsi wajib pajak mengenai etika
penggelapan pajak dapat dilihat pada tabel di atas. Dengan demikian
semua pertanyaan yang terkait dengan variabel persepsi wajib pajak
mengenai etika penggelapan pajak dapat dikatakan valid karena
seluruh harga koefisien r hitung lebih besar dari pada harga koefisien r
tabel. Untuk DPP1 harga koefisien r hitung 0.917 > 0.284 r tabel maka
dinyatakan valid begitu juga dengan PWPMEPPP2 (0.696 > 0.284),
PWPMEPPP3 (0.889 > 0.284), dan PWPMEPPP4 (0.890 > 0.284).
b. Hasil Uji Reliabilitas
Suatu instrumen penelitian atau alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi atau baik apabila instrumen penelitian atau alat
ukur tersebut selalu memberikan hasil yang sama ketika digunakan
berkali-kali, baik oleh peneliti yang sama maupun oleh peneliti yang
berbeda. Oleh karena itu, pengujian reliabilitas instrumen penelitian
atau angket dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsistensi atau
keajegan hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur tersebut.
Instrumen penelitian atau alat ukur yang reliabel maka akan

Universitas Sumatera Utara

memberikan hasil pengukuran yang relatif sama apabila dilakukan
pengulangan atas penggunaan instrumen atau alat ukur tersebut.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

21 176 216

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

11 62 145

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 1 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 3 52

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 6

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 40