Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI WAJIB PAJAK
MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION). STUDI EMPIRIS PADA KPP PRATAMA BINJAI.
TOMMY SUHERI NIM : 120503056
PROGRAM STUDI STRATA I DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(2)
Petunjuk : mohon jawaban atas pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara.
IDENTITAS RESPONDEN
Beri tanda (x) atau (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama : ...
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Umur Responden : 20-24 25-35 > 35 Tahun
4. Pendidikan Terahir : D3 S1 S2 S3 Lainnya 5. Pekerjaan : Wiraswasta Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Keterangan :
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS)
Catatan :jawaban apapun yang diberikan tidak akan mempengaruhi apapun terhadap Bapak/Ibu, karena penelitian ini semata-mata digunakan hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
(3)
INTENSITAS PEMERIKSAAN PAJAK (TAX AUDIT)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Penggelapan pajak dianggap tidak etis meskipun pemeriksaan pajak telah dilakukan secara berkala dan intensif.
2. Penggelapan pajak dianggap etis jika intensitas pemeriksaan pajak sangat jarang dilakukan.
3. Penggelapan pajak dianggap etis jika pemeriksaan pajak yang telah dilakukan tidak membuahkan hasil untuk penerimaan pajak yang seharusnya.
4. Penggelapan pajak dianggap etis jika pemeriksaan pajak yang diterapkan oleh fiskus tidak dilaksanakan secara benar dan jujur.
KEPATUHAN WAJIB PAJAK (TAX COMPLIANCE)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Penggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib pajak yang telah direalisasikan tidak memperoleh feedback yang baik dikarenakan penyelewengan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).
2. Penggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib pajak yang telah direalisasikan tidak mampu meningkatkan penerimaan negara dalam sektor perpajakan.
3. Penggelapan pajak dianggap etis jika sosialisasi untuk memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak belum dilakukan secara maksimal. 4. Pnggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib
pajak yang semakin membaik tidak pernah dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para fiskus di DJP untuk dapat memanfaatkan penerimaan pajak sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara.
(4)
SISTEM PERPAJAKAN (TAX SYSTEM)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Penggelapan pajak dianggap etis jika sistem perpajakan yang diterapkan bersifat memihak dan tidak adil.
2. Penggelapan pajak dianggap etis jika sistem perpajakan di Indonesia tidak mampu menerapkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3. Penggelapan pajak dianggap etis dikarenakan sistem perpajakan di indonesia memiliki kontrol yang lemah dalam mendeteksi berbagai kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak.
4. Menurut saya, sistem perpajakan di indonesia sudah bagus tetapi harus diberikan pengawasan yang lebih ketat baik bagi para pemungut pajak maupun wajib pajak.
PENGETAHUAN WAJIB PAJAK (TAX KNOWLEDGE)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Penggelapan pajak dianggap tidak etis meskipun Direktorat Jendral Pajak telah melakukan berbagai sosialisasi mengenai perpajakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan wajib pajak untuk menghindari etika penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
2. Penggelapan pajak dianggap etis meskipun sistem perpajakan di Indonesia telah menerapkan self assesment system.
3. Penggelapan pajak dianggap etis jika setiap wajib pajak tidak memahami bagaimana cara untuk melakukan penghitungan pajak penghasilan mereka.
4. Penggelapan pajak dianggap etis bagi setiap wajib pajak yang memiliki pengetahuan tinggi di bidang perpajakan.
(5)
KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN (FISCAL FRAUD)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Wajib pajak akan melakukan pembayaran pajak dikarenakan mereka takut terhadap hukum perpajakan.
2. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan dalam pembayaran pajak sangat kecil dikarenakan sistem perpajakan di indonesia, memperbolehkan setiap wajib pajak untuk melakukan penghitungan pajak penghasilannya sendiri.
3. Kemungkinan terdetksinya kecurangan dalam pembayaran pajak sangat kecil dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Ditjen pajak sangat tinggi.
4. Menurut saya, fiskus seharusnya mampu bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban yang diembannya serta layak memperoleh sanksi jika tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.
PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Menurut saya, etika penggelapan pajak harus diatasi sedini mungkin mengingat penerimaan negara dari sektor pajak merupakan bagian dari penerimaan yang paling besar.
2. Jika kinerja pemerintahan khususnya aparatur perpajakan baik, komunikatif dan inspiratif terhadap masyarakat/WP, maka masyarakat/WP tidak akan melakukan pnggelapan pajak.
3. Jika sanksi terhadap setiap pelanggaran di bidang perpajakan direalisasikan secara jelas, baik bagi pihak pemungut pajak maupun wajib pajak, maka penggelapan pajak tidak akan dilakukan.
4. Jika kinerja pemerintah khususnya aparatur perpajakan buruk dan tingginya angka korupsi terhadap dana perpajakan, maka masyarakat/WP akan enggan dalam membayar pajak.
(Kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini di adopsi dari mahasiswi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta atas nama Irma Suryani Rahman (2013).
(6)
Lampiran 2: Data Mentah Hasil Jawaban Responden
No.
Intensitas Pemeriksaan Pajak(Tax Audit)
IPP1 IPP2 IPP3 IPP4 X1 RATA2
1. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
2. 2.00 3.00 1.00 2.00 8.00 2.00
3. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
4. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
5. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
6. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
7. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
8. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
9. 5.00 4.00 4.00 3.00 16.00 4.00
10. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
11. 2.00 2.00 2.00 2.00 8.00 2.00
12. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
13. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
14. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
15. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
16. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
17. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
18. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
19. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
20. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
21. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
22. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
23. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
24. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
25. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
26. 4.00 3.00 4.00 4.00 15.00 3.75
27. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
28. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
29. 4.00 4.00 2.00 5.00 15.00 3.75
30. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
31. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
32. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
33. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
34. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
35. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
36. 5.00 4.00 3.00 5.00 17.00 4.25
37. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
38. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
39. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
40. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
(7)
42. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
43. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
44. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
45. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
46. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
47. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
48. 5.00 5.00 4.00 5.00 1.00 4.75
49. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
50. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
No.
Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)
KWPP1 KWPP2 KWPP3 KWPP4 X1 RATA2
1. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
2. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
3. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
4. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
5. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
6. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
7. 2.00 2.00 2.00 2.00 8.00 2.00
8. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
9. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
10. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
11. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
12. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
13. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
14. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
15. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
16. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
17. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
18. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
19. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
20. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
21. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
22. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
23. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
24. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
25. 4.00 5.00 4.00 5.00 18.00 4.50
26. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
27. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
28. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
29. 4.00 3.00 4.00 5.00 16.00 4.00
30. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
(8)
33. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
34. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
35. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
36. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75
37. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
38. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
39. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
40. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
41. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
42. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
43. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
44. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
45. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
46. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
47. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
48. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
49. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
50. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
No.
Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledge)
PWPP1 PWPP2 PWPP3 PWPP4 X1 RATA2
1. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
2. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
3. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
4. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
5. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
6. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
7. 2.00 2.00 1.00 2.00 7.00 1.75
8. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
9. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
10. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
11. 4.00 5.00 4.00 5.00 18.00 4.50
12. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
13. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
14. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
15. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
16. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
17. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
18. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
19. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
20. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
21. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
22. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
(9)
24. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
25. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
26. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
27. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
28. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
29. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
30. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
31. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
32. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
33. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
34. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
35. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
36. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
37. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
38. 4.00 4.00 4.00 3.00 15.00 3.75
39. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
40. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
41. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
42. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
43. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
44. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
45. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
46. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
47. 2.00 2.00 2.00 2.00 8.00 2.00
48. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
49. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
50. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
No.
Sistem Perpajakan (Tax System)
SPP1 SPP2 SPP3 SPP4 X1 RATA2
1. 2.00 1.00 2.00 2.00 7.00 1.75
2. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
3. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
4. 4.00 4.00 2.00 4.00 14.00 3.50
5. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
6. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
7. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
8. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
9. 4.00 5.00 5.00 4.00 18.00 4.50
10. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
11. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
12. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
(10)
15. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
16. 4.00 5.00 4.00 5.00 18.00 4.50
17. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
18. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
19. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
20. 2.00 4.00 4.00 4.00 14.00 3.50
21. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75
22. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
23. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
24. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75
25. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
26. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
27. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
28. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
29. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
30. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
31. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
32. 3.00 4.00 4.00 4.00 15.00 3.75
33. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
34. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
35. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
36. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
37. 3.00 4.00 4.00 5.00 16.00 4.00
38. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
39. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
40. 3.00 4.00 4.00 4.00 15.00 3.75
41. 4.00 5.00 5.00 4.00 18.00 4.50
42. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
43. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
44. 4.00 4.00 2.00 4.00 14.00 3.50
45. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
46. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
47. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
48. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
49. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
(11)
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Tax
Fraud)
No. KTKP1 KTKP2 KTKP3 KTKP4 X1 RATA2
1. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
2. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
3. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
4. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
5. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
6. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75
7. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
8. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
9. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
10. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
11. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
12. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
13. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
14. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
15. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
16. 4.00 5.00 4.00 5.00 18.00 4.50
17. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
18. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
19. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
20. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50
21. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
22. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
23. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
24. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50
25. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
26. 4.00 4.00 3.00 3.00 14.00 3.50
27. 4.00 5.00 4.00 1.00 14.00 3.50
28. 4.00 4.00 4.00 2.00 14.00 3.50
29. 4.00 4.00 4.00 2.00 14.00 3.50
30. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
31. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
32. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
33. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
34. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
35. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
36. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
37. 4.00 4.00 4.00 3.00 15.00 3.75
38. 4.00 4.00 3.00 5.00 16.00 4.00
39. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
40. 4.00 4.00 3.00 3.00 14.00 3.50
(12)
43. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
44. 4.00 4.00 3.00 5.00 16.00 4.00
45. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
46. 4.00 4.00 3.00 3.00 14.00 3.50
47. 5.00 3.00 4.00 2.00 14.00 3.50
48. 2.00 5.00 5.00 5.00 17.00 4.25
49. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
50. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan
Pajak (Tax Evasion)
No. PWPMEPP P1 PWPMEPP P2 PWPMEPP P3 PWPMEPP
P4 X1 RATA2
1. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
2. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
3. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
4. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
5. 3.00 4.00 3.00 4.00 14.00 3.50
6. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
7. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
8. 1.00 2.00 1.00 2.00 6.00 1.50
9. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
10. 4.00 4.00 3.00 4.00 15.00 3.75
11. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
12. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
13. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
14. 5.00 4.00 1.00 4.00 14.00 3.50
15. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
16. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25
17. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25
18. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
19. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
20. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
21. 2.00 1.00 1.00 2.00 6.00 1.50
22. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
23. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
24. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
25. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
26. 4.00 4.00 5.00 3.00 16.00 4.00
27. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
28. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75
29. 4.00 4.00 3.00 4.00 15.00 3.75
(13)
31. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
32. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
33. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
34. 2.00 2.00 1.00 2.00 7.00 1.75
35. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75
36. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75
37. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
38. 4.00 4.00 4.00 3.00 15.00 3.75
39. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
40. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25
41. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50
42. 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00
43. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50
44. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25
45. 3.00 4.00 3.00 4.00 14.00 3.50
46. 2.00 1.00 2.00 1.00 6.00 1.50
47. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00
48. 3.00 2.00 2.00 2.00 9.00 2.25
49. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00
(14)
Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Intensitas Pemeriksaan Pajak(Tax Audit)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .835 4
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
x11 12.6600 3.045 .740 .758
x12 13.2800 3.553 .715 .788
x13 13.1400 2.735 .653 .809
x14 13.0000 3.143 .622 .811
Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .759 4 Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
x21 12.9400 1.853 .697 .621
x22 13.1400 2.245 .467 .747
x23 12.9400 2.058 .545 .708
(15)
Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledge)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .883 4 Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
x31 12.8200 3.375 .792 .833
x32 12.9400 3.568 .761 .846
x33 12.8600 3.347 .689 .875
x34 12.8600 3.388 .754 .847
Sistem Perpajakan (Tax System)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .719 4
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
x41 12.9400 2.547 .459 .689
x42 12.9600 2.651 .531 .646
x43 12.7800 2.257 .563 .624
(16)
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Tax
Fraud)
Reliability Statistics Cronbach'sAlpha N of Items .630 4 Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
x51 12.6600 2.188 .351 .601
x52 12.8400 2.178 .369 .592
x53 12.8200 1.824 .575 .456
x54 13.0400 1.304 .445 .585
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan
Pajak (Tax Evasion)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .923 4
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
y11 11.6000 8.408 .826 .899
y12 11.7000 8.133 .880 .881
y13 11.7800 7.604 .761 .931
(17)
Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Intensitas Pemeriksaan Pajak
(X1)
50 2.00 5.00 4.3400 .57312 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) 50 2.00 5.00 4.3350 .45906 Pengetahuan Wajib Pajak
(X3)
50 1.75 5.00 4.2900 .60474 Sistem Perpajakan (X4) 50 1.75 5.00 4.2950 .51182 Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X5)
50 3.50 5.00 4.2350 .43860 Etika Penggelapan Pajak (Y) 50 1.00 5.00 3.8850 .95058 Valid N (listwise) 50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.02751973 Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .045
Negative -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .707
Asymp. Sig. (2-tailed) .700
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(18)
Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .605a .366 .294 3.195
a. Predictors: (Constant), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X5), Pengetahuan Wajib Pajak (X3), Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1), Sistem Perpajakan (X4), Kepatuhan Wajib Pajak (X2)
b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak (Y)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 259.292 5 51.858 5.080 .001a
Residual 449.128 44 10.207
Total 708.420 49
a. Predictors: (Constant), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X5), Pengetahuan Wajib Pajak (X3), Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1), Sistem Perpajakan (X4), Kepatuhan Wajib Pajak (X2) b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak (Y)
(19)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 48.948 7.757 6.310 .000
Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
-.518 .201 -.312 -2.576 .013 .980 1.021 Kepatuhan Wajib Pajak
(X2)
-.377 .290 -.182 -1.302 .200 .735 1.361 Pengetahuan Wajib
Pajak (X3)
-.447 .219 -.284 -2.043 .047 .745 1.343 Sistem Perpajakan
(X4)
-.511 .227 -.275 -2.257 .029 .968 1.033 Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan (X5)
-.084 .265 -.039 -.315 .754 .961 1.040 a. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.101 36.271 -.058 .954
Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
-.121 .941 -.019 -.129 .898 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) 1.778 1.356 .224 1.311 .197 Pengetahuan Wajib Pajak
(X3)
-1.571 1.022 -.260 -1.537 .131 Sistem Perpajakan (X4) -.208 1.060 -.029 -.196 .846 Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X5)
.241 1.241 .029 .194 .847 a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser
Tabel Distribusi F
Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel
0.05 5 39 2.455831
0.05 5 40 2.449466
0.05 5 41 2.443429
0.05 5 42 2.437693
0.05 5 43 2.432236
0.05 5 44 2.42704
0.05 5 45 2.422085
0.05 5 46 2.417356
0.05 5 47 2.412837
(20)
Tabel Distribusi t
Derajat Bebas Tingkat Signifikansi T Tabel
31 0.05 2.039513
32 0.05 2.036933
33 0.05 2.034515
34 0.05 2.032245
44 0.05 2.015368
36 0.05 2.028094
37 0.05 2.026192
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Augustine, Y. dan R. Kristaung.2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Anggraeni, Fanny. 2013. Pengaruh Penerapan Peraturan Perpajakan Dan Kualitas
Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Formal, Fakultas Ekonomi
Universitas computer Indonesia, Bandung.
Ayu, Dyah dan Rini Hastuti. 2009. Persepsi WP: Dampak Pertentangan Diametral Pada Tax
Evasion WP Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Personal (Studi WP Orang Pribadi"). Kajian akuntansi.
Bertens, K. 2004. Etika.Gramedia. Jakarta.
Bologna, G. Jack, Robert J. Lindquist and Joseph T. Wells. (1993). Investigation Audit, 4th Edition, New Jersey: Prentice-Hall.
Doane, D. P., & Seward, L. E. (2011). Measuring Skewness: A Forgotten Statistic? Journal
Of Statistics Education, Volume19, Number 2.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gio, P.U. 2013.Aplikasi Statistika dalam SPSS.Medan: USUPress.
Gio, P.U. dan E. Rosmaini, 2015.Belajar Olah Data dengan SPSS, Minitab, R, Microsoft Excel, EViews, LISREL, AMOS, dan SmartPLS. Medan: USUpress.
Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Hamid, Abdul. 2010. Buku Panduan Penulisan Skripsi, Jakarta.
Hidayat, Nur. 2013. Pemeriksaan Pajak, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Insukindro. 1998. Pemilihan Model Ekonomi Empirik dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan. Journal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, hal 1-8.
Kassipillai. 2006. Gender And Echnicity Differences In Tax Compliance. Asian Academy of
Management Journal.
Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga. Jakarta. Kurnia, Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Kencana, Jakarta.
Masri, Indah dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Tax Avoidence Terhadap Cost of Debt. PPJK 20, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
(22)
McGee, R.W., Simon dan Annie. 2008. A comparative Study on Perceived Ethics of Tax
Evasion: Hong Kong Vs the United Stated, Journal of Business Ethics 2008, pp.
147-158.
Nickerson, Inge. 2009. Pleshko dan McGee. Presenting the Dimensionality of An Ethics Scale pertaining To Tax Evasion, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 12, Number 1.
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Nugroho. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak
Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening. Universitas
Diponegoro: Skripsi Akuntansi.
Palil, M. R. 2005. Taxpayers Knowledge: A Descriptive Evidence On Demographic Factors In Malaysia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan7 (1): 11-21.
Prasetyo, Sigit. 2010. Persepsi Etis Penggelapan Pajak Bagi Wajib Pajak Di Wilayah
Surakarta.Universitas Sebelas Maret: Skripsi Akuntansi.
Priyatno, Duwi.2010. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian Dengan
SPSS.Yogyakarta: Gava Media.
Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak, Erlangga, Jakarta. Pusdiklatwas BPKP. 2008. Fraud Auditing. Edisi Kelima
Putrawan, I Made. 2007. Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-Penelitian Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahayu, Dewi P. dan Fallan. 2010. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Transparansi
Belanja Pajak, dan Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Wajib Pajak di Kota Surakarta. Yogyakarta, Tesis Program Magister Sains Akuntansi UGM.
Rahman, I. S. 2013.Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Skripsi.Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rietveld dan Sunaryanto. 1994. 87 Masalah Pokok dalam Regresi Berganda, Andi Offset, Yogyakarta
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business, Edisi 4, Salemba 4, Jakarta.
Sudarmanto, Gunawan. 2013. Statistika Terapan Berbasis Komputer, Mitra Wacana Media, Jakarta.
(23)
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2011. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan
Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.
Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada.
Suryani, Irma. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Susetyo, B. 2010.Statistika untuk Analisis Data Penelitian, Bandung: Penerbit Refika Aditama. Syopiansyah. 2009. Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta.
Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak, Volume 7, Nomor 2, Hal 1-13, Indonesia.
Xynas, Lidya. 2011. Tax Planning, Avoidence and Evasion in Australia 1970-2010; The
Regulatory Responses and Taxpayer Compliance. Review Law Journal, Vol. 20 No.
1.
Zain, M. 2007. Manajemen Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Trihastuti. (2009).Penghindaran atau Penggelapan Pajak?. Diakses pada dari World Wide web: http://trihastutie. wordpress.com /2009/05/20/ penghindaran-atau-penggelapan-pajak/
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1.Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini akan menguji pengaruh intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax
system), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap persepsi
Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
3.2.Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Doane dan Seward (2011) menyatakan bahwa “population is all of the items that we are interested in”. Sugiyono (2013:215) menyatakan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yaitu sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan dimana peneliti akan melakukan penyebaran kuesioner sejumlah 50 kuesioner kepada WP OP. Dalam metode ini, anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Hal ini dilakukan peneliti karena pertimbangan pengambilan sampel yang berupa data primer yang membutuhkan lokasi yang mudah untuk dijangkau dan biaya yang cukup murah yaitu di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Pengambilan
(25)
sampel ini dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, maka peneliti memilih Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai sebagai sampelnya.
3.3.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan survei literatur dan melakukan studi lapangan dengan pengumpulan data primer secara aktif, diantaranya adalah :
1. Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti (Sekaran, 2007 : 82). Perpustakaan merupakan pusat penyimpanan yang kaya bagi data sekunder, dan biasanya peneliti menghabiskan beberapa minggu dan terkadang bulan untuk menelusuri buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan konferensi, disertasi doctoral, tesis master, publikasi pemerintah, laporan keuangan dan lainnya untuk menemukan informasi yang terkait dengan topik penelitian mereka. 2. Pengumpulan Data Primer Secara Aktif (Penelitian Lapangan)
Penelitian bisnis kontemporer sangat menggantungkan pada penggunaan metode PDF aktif. Ini didasarkan fakta bahwa bisnis pada dasarnya adalah fenomena sosial yang berhubungan dengan manusia (Kuncoro, 2013 : 160). Akibatnya, data yang diperlukan untuk membuat keputusan harus berasal dari manusia itu sendiri.PDF aktif dirancang terutama untuk memperoleh informasi dari responden manusia.Kelebihan utama metode ini adalah versatility-nya.Semua jenis opini abstrak berupa opini, sikap, kehendak, dan pengharapan dapat diperoleh melalui survei. Kelemahan dari metode ini adalah, kualitas informasi akan sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan responden untuk bekerjasama dengan peneliti. Sering sekali responden akan menolak untuk diwawancarai atau untuk membalas surat survei karena alasan pribadi, atau
(26)
mereka memandang topik yang sedang diteliti terlalu sensitif. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti Indriantoro dan Supomo (dalam Suryani 2013 :154). Kuesioner yang
3.4.Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji regresi berganda.
3.4.1. Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara la 3.4.2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data dalam pengolahan data penelitian ini, maka peneliti akan melakukan uji validitas dan realibilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka disebut valid
(27)
dan sebaliknya, apabila tidak mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka dinyatakan tidak valid (Sudarmanto, 2013). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi dengan taraf Signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1. Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). 2. Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010:94)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan.Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali (Sudarmanto, 2013). Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach
alphanya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen tersebut
dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi (Ghozali, 2011:48).
(28)
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data primer ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokeralasi.
a. Uji Normalitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik yaitu uji normalitas data populasi. Hal ini dapat ditegaskan bahwa suatu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan uji-F menuntut suatu asumsi yang harus diuji, yaitu populasi harus berdistribusi normal (Putrawan, 2007 : 133). Untuk menafsirkan apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak, maka dapat dilakukan dengan cara menggunakan harga koefisien Skewness atau Kurtosis. Jika koefisien Skewness atau Kurtosis berada pada rentangan nilai -0,5 sampai dengan 0,5 maka dapat dikatakan bahwa data masing-masing variabel penelitian terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji asumsi tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya.Gujarati (dalam Zain, 2007) menyatakan bahwa istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Apabila menggunakan pendekatan Variance
Inflation Factor (VIF) untuk menguji hipotesisnya maka kriteria atau ukuran yang
(29)
1. Apabila harga koefisien VIF hitung pada Collinearity Statistics sama dengan atau lebih kecil daripada 10 (VIP hitung ≤ 10) maka H 0 diterima yang berarti
tidak terdapat hubungan antar variabel independen (tidak terjadi gejala multikolinearitas).
2. Apabila harga koefisien VIP hitung pada Collinearity Statistics lebih besar daripada 10 (VIP hitung > 10), maka H0 ditolak yang berarti terdapat
hubungan antar variabel independen (terjadi gejala multikolinearitas). c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan (Sudarmanto, 2013). Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 2004) dan estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat (Rietveld dan Sunaryanto, 1994). Jika menerapkan uji heteroskedastisitas menggunakan korelasi Rank-Order dari Spearman, maka kriteria atau ketentuan yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi hubungan antara data hasil pengamatan dengan nilai residual absolutnya atau tidak (heteroskedastisitas), dapat dilakukan dengan cara:
1. Apabila koefisien Signifikansi (nilai probabilitas) lebih besar dari alpha yang ditetapkan (Sig. > alpha), maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya berarti H0 diterima.
2. Apabila koefisien Signifikansi (nilai probabilitas) lebih kecil dari alpha yang ditetapkan (Sig. < alpha), maka dapat dinyatakan terjadi adanya
(30)
heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya berarti H0 ditolak.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini tidak digunakan, karena penelitian ini melakukan pengolahan data dengan menggunakan data primer.Sehingga tidak menggunakan autokorelasi karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak.
3.4.4. Uji Regresi Linier Berganda
Pengujian Regresi Berganda dilakukan dengan penerapan uji persamaan regresi linear berganda.Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4, ……Xn) dengan variabel
dependen (Y).Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan (Kuncoro, 2013).Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu: intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system) dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion). adapun rumus yang digunakan:
(31)
Y = a + β1X1+β2X2+ β3X3+ β4X4+β5X5+e
Dimana:
Y= Etika Penggelapan Pajak
X1 = Intensitas Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
X2 =Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)
X3 =Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledege)
X4 =Sistem Perpajakan (Tax System)
X5 = Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Tax Fraud)
a = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0) e= Erroryang ditolerir (5%)
3.4.5. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujuan hipotesis penelitian dilakukan melalui uji statistik t, uji statistik F (Fishier), dan uji koefisien determinan (Adjusted R2).
a. Uji statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel-variabel terikat (Kuncoro, 2013 : 244). Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion). Maka nilai Signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila Sig t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Demikian pula sebaliknya jika Sig t lebih kecil
(32)
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:101).
b. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara simultan. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion).Secara bebas dengan Signifikan sebesar 0,05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2011:98). 1. Jika nilai Signifikan < 0,05 maka Haditerima dan H0ditolak, ini berarti
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2. Jika nilai Signifikan > 0,05 maka Haditolak dan H0diterima, ini berarti
menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1.Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
(33)
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Kuncoro, 2013 : 247). Insukindro menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik. Alasannya, bisa suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi regresi linear asumsi klasik, misalnya, maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi model empirik (Insukindro, 1998).
3.4.6. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan penafsiran mengenai variabel yang dipilih oleh peneliti sekaligus dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
3.4.6.1. Variabel Independen
3.4.6.1.1. Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
Pengertian pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24 sebagai berikut: pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan. Dengan demikian, pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan.
(34)
Intensitas pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah Self Assesment System. Pemeriksaan pajak akan memberikan partisipasi aktif untuk mengontrol penghitungan pajak bahkan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
3.4.6.1.2. Kepatuhan Wajib Pajak (X2)
Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Kurnia (2006: 111) pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”.Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan mampu mematuhi berbagai Peraturan Undang-Undang Perpajakan.Wajib Pajak yang patuh dan taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh keadilan dari penerimaan perpajakan yang diperoleh pemerintah.
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang
(35)
diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela.Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.
Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan penggelapan pajak (tax evasion).Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
3.4.6.1.3.Pengetahuan Wajib Pajak (X3)
Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya motivasi akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku (termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis), dan kesesuaian dengan tujuan perilaku (efektif, tidak efektif).
Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan
(36)
moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib Pajak. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
3.4.6.1.4. Sistem Perpajakan (X4)
Sistem perpajakan di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak mereka.Sistem perpajakan di Indonesia, telah diterapkan sedemikian rupa dimana setiap Wajib Pajak harus menghitung, dan menyetorkan pajak mereka sendiri.Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya sistem perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan yang baik kepada setiap Wajib Pajak untuk turut serta dan menjadi Wajib Pajak yang aktif.Sedangkan yang menjadi kontrolnya adalah pihak fiskus, sistem ini disebut dengan Self Assesment System.Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan
(37)
terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''.
Dengan demikian, sistem perpajakan di Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi untuk setiap Wajib Pajak bahwa pihak Ditjen pajak tidak akan menerapkan sebuah sistem yang ribet dan merepotkan. Analoginya, sebuah sistem perpajakan yang baik akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajak mereka. Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
3.4.6.1.5. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X5)
G.Jack Bologna, Robert J.Lindquistdan Joseph T.Wellsmendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception
intended to financially benefit the deceiver ( 1993 : 3 )” yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan
(38)
korbannya secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act (2) Penyembunyian/the
concealmentdan (3) konversi/the conversion.
Dalam bidang perpajakan, yang dimaksudkan dengan kecurangan adalah adanya perlakuan untuk melakukan penggelapan pajak, meminimalisir pajak secara ilegal dan bahkan tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
3.4.6.2. Variabel Dependen
3.4.6.2.1. Etika Penggelapan Pajak (Y)
Salah satu upaya yang dilakukan Wajib Pajakdalam meminimalisir pajaknya adalah dengan melakukan penggelapan pajak (tax evasion).Tax evasion adalah perbuatan melanggar Undang-Undang Perpajakan, misalnya menyampaikan didalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) jumlah penghasilan yang lebih rendahdaripada yang sebenarnya (understatement of income) di satu pihak dan ataumelaporkan biaya yang lebih besar daripada yang sebenarnya (overstatement of the deductions) di lain pihak. Bentuk tax
evasionyang lebih parah adalah apabila WajibPajak (WP) sama sekali
tidak melaporkan penghasilannya (non-reporting of income).Adanya perlakuan tax evasiondipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak
(39)
terlalutinggi, kurang informasinya fiskus kepada WP tentang hak dan kewajibannya dalammembayar pajak, kurangnya ketegasan pemerintah dalam menanggapi kecurangandalam pembayaran pajak sehingga WP mempunyai peluang untuk melakukan tax evasion.
Penggelapan pajak pada dasarnya dimotivasi oleh tarif yang terlalu tinggi, tetapi tidak hanya itu melainkan setiap Wajib Pajak tidak ingin membagi penghasilannya kepada pihak lain. Terlebih lagi apabila laba yang diperoleh perusahaannya besar, maka pajaknya juga akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan setiap Wajib Pajak berusaha untuk melakukan penggelapan pajak.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
(40)
Tabel 3.1
Operasional Variabel penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Butir
Pertanyaan
Skala Pengukuran Intensitas
Pemeriksaan Pajak (X1)
(Sumber: Suryani (2013)). 1. Pengertian pemeriksaan pajak.
1.Penerapan pemeriksaan pajak untuk mencegah penggelapan pajak.
1, 2 Interval
2. Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak.
1.Pemeriksan pajak dilakukan atas dasar sebuah kebijakan yang seharusnya dilaksanakan secara jujur.
3, 4 Interval
Kepatuhan Perpajakan (X2)
(sumber: (Suryani (2013)). Pengertian Kepatuhan Perpajakan.
Kepatuhan Wajib Pajak diharapkan mampu
meningkatkan penerimaan negara dalam sektor perpajakan.
2, 4 Interval
1. Pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak.
1.Sosialisasi yang
diberikan oleh pihak KPP diharapkan mampu memberikan motivasi untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 2. Pelayanan yang baik dari
pihak Ditjen Pajak akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 3 1 Interval Pengetahuan Wajib Pajak (X3)
(Sumber: Suryani (2013)).
1. Pengetahuan Wajib Pajak.
1.Setiap Wajib Pajak harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai perpajakan.
2. Pengetahuan Wajib Pajak yang cukup baik, akan mampu menghindari penggelapan pajak.
1, 2, 4
3 Interval Sistem Perpajakan (X ) Asas-asas Pemungutan Pajak.
1.Setiap Wajib Pajak perlu mengetahui asas-asas perpajakan agar mereka
(41)
(Sumber: Suryani(2013)).
memahami pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara.
1. Sistem Pemungutan Pajak.
1.Sistem pemungutan pajak yang diterapkan di
Indonesia membutuhkan kontrol yang ketat.
3, 4 Interval
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X5)
(Sumber: Suryani 2013)). 1. Kecurangan Dalam Bidang Perpajakan.
1.Kecurangan dalam bidang perpajakan salah satunya adalah
melakukan penggelapan pajak.
2. Kecurangan dalam bidang perpajakan sangat mudah dilakukan karena sistem perpajakan di Indonesia memberikan kebebasan kepada Wajib Pajak untuk menghitung jumlah hutang pajaknya.
1, 3 2, 4 Interval Etika Penggelapan Pajak (Y) (Sumber: Suryani (2013)).
2. 1.Etika penggelapan pajak sangat bergantung pada kinerja fiskus.
2. Penerapan hukum di dalam bidang perpajakan, akan sangat
mempengaruhi etika penggelapan pajak. 3. Penggelapan pajak terjadi
karena adanya diskriminasi dan
rendahnya keadilan yang diterapkan.
2, 4
3
1
(42)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan penyebaran kuesioner sejumlah 50 kuesioner, dengan objek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai yang beralamat di Jalan Jambi No. 1, Rambung Barat, Binjai Selatan. Sampel diambil dengan metode
convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan
kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian dan dilakukan dengan penyebaran atau pembagian kuesioner di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai yang di lakukan mulai dari 2 Mei 2016 sampai dengan 1 Juni 2016. Dimana data distribusi sampel penelitian dapat di lihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama KPP Kuesioner Yang di
Bagikan
Kuesioner Yang di Kembalikan
1. KPP Pratama Binjai 50 50
Kuesioner yang dibagikan ataupun disebarkan berjumlah 50 buah kuesioner, dan yang kembali berjumlah 50 buah kuesioner.Dengan demikian kuesioner yang
(43)
kembali sejumlah 100% dan kuesioner yang dapat diolah sejumlah 50 buah kuesioner atau 100%.
Tabel 4.2 Sampel Penelitian
No. Keterangan Wajib Pajak Persentase
1. Jumlah kuesioner yang
disebar 50 100%
2. Jumlah kuesioner yang
tidak kembali 0 0
3. Jumlah kuesioner yang
tidak dapat diolah 0 0
4. Jumlah kuesioner yang
dapat diolah 50 100%
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016.
4.1.2. Data Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini diukur dengan skala interval yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir responden dan jenis pekerjaan responden.Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh para pegawai yang berkedudukan pada bagian pelayanan di KPP Pratama Binjai untuk melakukan penyebaran kuesioner, dengan tujuan agar kuesioner tersebut dapat dijawab oleh para Wajib Pajak yang memang memiliki keseriusan untuk memberikan respon mereka terhadap kuesioner penelitian ini. Dengan demikian, penyebaran kuesioner ini dilakukan berdasarkan kebijakan pegawai. Berdasarkan pegawai disini bermaksud bahwa para pegawai yang merupakan bagian pelayanan pada KPP Pratama Binjai tersebut telah lebih mengenal dan bahkan memahami karakter setiap Wajib Pajak yang terdaftar, maka dari itu kerja sama dengan para pegawai tersebut akan sangat membantu proses penelitian ini. Pada karakteristik responden, terdapat 50
(44)
menjadi responden.Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Data Statistik Responden
Deskripsi Jumlah Persentase (%) Jenis kelamin Jumlah responden Pria Wanita 50 23 27 100% 46% 54% Umur Responden Jumlah Responden 20-24 Tahun 25-35 Tahun > 35 Tahun
50 20 16 14 100% 40% 32% 28% Pendidikan Terakhir Jumlah Responden D3 S1 S2 S3 Lainnya 50 21 19 4 - 6 100% 42% 38% 8% - 12% Pekerjaan Jumlah Responden Wiraswasta Pegawai Negeri Pegawai Swasta 50 26 17 7 100% 52% 34% 14% Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016.
Tabel di atas menjelaskan mengenai data responden dilihat dari jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan responden.Data-data tersebut menjelaskan identitas Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai. Adapun penjelasan mengenai data responden di jelaskan di dalam gambar grafik sebagai berikut:
(45)
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai yaitu pria berjumlah 23 responden atau 46% sedangkan wanita berjumlah 27 responden atau 54%. Hal ini dapat diasumsikan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai mayoritas yang melakukan penyetoran pajak adalah wanita.
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.2
Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP
46% 54%
pria wanita
40%
32% 28%
20-24 Tahun 25-35 Tahun > 35 Tahun
(46)
Pratama Binjai yaitu yang berumur 20-24 Tahun berjumlah 20 responden atau 40% sedangkan yang berumur 25-35 berjumlah 16 responden atau 32%. Dan yang berumur > 35 Tahun berjumlah 14 responden atau 28%. Dengan demikian, Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai yang melakukan penyetoran pajak mayoritas berumur 20-24 Tahun dan ini merupakan sesuatu hal yang sangat baik, karena ada suatu kesadaran untuk melakukan pembayaran pajak yang dilakukan oleh responden yang dapat dikatakan masih berusia lebih muda.
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.3
Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai menurut jenjang pendidikan terakhirnya yaitu D3 berjumlah 21 orang atau 42%, S1 berjumlah 19 orang atau 38%, S2 berjumlah 4 orang atau 8%, S3 tidak ada dan Lainnya berjumlah 4 orang atau 12 %. Dengan demikian, menurut jenjang pendidikan terakhirnya maka mayoritas Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai adalah yang berasal dari Diploma 3.
42%
38% 8%
0%
12%
D3
S1
S2
S3
(47)
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.4
Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai menurut pekerjaannya yaitu wiraswasta berjumlah 26 orang atau 52%, pegawai negeri berjumlah 17 orang atau 34%, dan pegawai swasta berjumlah 7 orang atau 14%. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai dan melakukan penyetoran pajak, mayoritas berasal dari wiraswasta berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
4.1.3. Hasil dan Pembahasan
4.1.3.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel intensitas pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, dan persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.
52% 34%
14%
(48)
Tabel 4.4Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Intensitas Pemeriksaan
Pajak (X1)
50 2.00 5.00 4.3400 .57312 Kepatuhan Wajib Pajak
(X2)
50 2.00 5.00 4.3350 .45906 Pengetahuan Wajib
Pajak (X3)
50 1.75 5.00 4.2900 .60474 Sistem Perpajakan (X4) 50 1.75 5.00 4.2950 .51182 Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan (X5)
50 3.50 5.00 4.2350 .43860
Etika Penggelapan Pajak (Y)
50 1.00 5.00 3.8850 .95058 Valid N (listwise) 50
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai minimum untuk variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 2, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 4,34, dan standar deviasinya bernilai 0,57312. Nilai minimum untuk variabel kepatuhan wajib pajak adalah 2, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel kepatuhan wajib pajak adalah 4,335, dan standar deviasinya bernilai 0,45906. Nilai minimum untuk variabel pengetahuan wajib pajak adalah 1,75, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel pengetahuan wajib pajak adalah 4,29, dan standar deviasinya bernilai 0,60574. Nilai minimum untuk variabel sistem perpajakan adalah 1,75, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel sistem perpajakan adalah 4,295, dan standar deviasinya bernilai 0,51182. Nilai minimum untuk variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 3,5, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 4,2350, dan standar deviasinya bernilai 0,43860. Nilai minimum untuk variabel etika penggelapan pajak adalah 1, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel penggelapan pajak adalah 3,885, dan standar deviasinya bernilai 0,95058.
(49)
4.1.3.2.Hasil Uji Kualitas Data
4.1.3.2.1. Hasil Uji Validitas
Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan dari variabel intensitas pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, kemungkinan terdeteksinya kecurangan, dan etika penggelapan pajak.
Tabel 4.5Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Pemeriksaan Pajak
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted x11 12.6600 3.045 .740 .758 x12 13.2800 3.553 .715 .788 x13 13.1400 2.735 .653 .809 x14 13.0000 3.143 .622 .811
Tabel 4.6Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted x21 12.9400 1.853 .697 .621 x22 13.1400 2.245 .467 .747 x23 12.9400 2.058 .545 .708 x24 13.0000 2.041 .525 .720
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted x31 12.8200 3.375 .792 .833 x32 12.9400 3.568 .761 .846 x33 12.8600 3.347 .689 .875 x34 12.8600 3.388 .754 .847
(50)
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Sistem Perpajakan
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted x41 12.9400 2.547 .459 .689 x42 12.9600 2.651 .531 .646 x43 12.7800 2.257 .563 .624 x44 12.8600 2.858 .499 .668
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted x51 12.6600 2.188 .351 .601 x52 12.8400 2.178 .369 .592 x53 12.8200 1.824 .575 .456 x54 13.0400 1.304 .445 .585
Tabel 4.10Hasil Uji Validitas Variabel
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted y11 11.6000 8.408 .826 .899 y12 11.7000 8.133 .880 .881 y13 11.7800 7.604 .761 .931 y14 11.7800 8.624 .858 .892
Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70). Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.5 hingga 4.10, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid. Hal ini karena seluruh nilai Corrected Item-Total Correlation bernilai di atas 0,3
(51)
4.1.3.2.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011:130).Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Cronbach
intensitas pemeriksaan pajak kepatuhan wajib pajak pengetahuan wajib pajak
sistem perpajakan
kemungkinan terdeteksinya kecurangan etika penggelapan pajak
0,835 0,759 0,883 0,719 0,630 0,923
Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliable (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165). Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliable, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
4.1.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.1.3.3.1Hasil UjiNormalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan � = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut.Jika nilai probabilitas � ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.(Gio dan Elly, 2015).
Tabel 4.12Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(52)
Unstandardize d Residual
N 50
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.02751973 Most Extreme
Differences
Absolute .100
Positive .045
Negative -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .707
Asymp. Sig. (2-tailed) .700
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.12, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,700. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,700, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas Data
(53)
Berdasarkan plot di atas yang merupakan hasil dari pengujian SPSS 19, maka dapat dilihat pada grafik plot tersebut terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian, setiap variabel bergerak mengikuti garis diagonal secara normal.
Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas Data
Selain itu histogram ini juga membuktikan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal.Gambar histogram ini menunjukkan bahwa pola distribusinya melenceng ke kanan yang artinya adalah data tersebut berdistribusi secara normal.
4.1.3.3.2 HasilUji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).
(54)
Tabel 4.13Hasil Uji Multikolinearitas Data
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
.980 1.021 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) .735 1.361 Pengetahuan Wajib Pajak (X3) .745 1.343 Sistem Perpajakan (X4) .968 1.033 Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X5)
.961 1.040
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.10, nilai VIF dari variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 1,021, nilai VIF dari variabel kepatuhan wajib pajakadalah 1,361, nilai VIF dari variabel pengetahuan wajib pajakadalah 1,343, nilai VIF dari variabel sistem perpajakanadalah 1,033, dan nilai VIF dari kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 1,040. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.
4.1.3.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) menyatakan terjadi kesamaan varians dari error (errors with constant
variance) untuk setiap tingkatan atau level dari variabel-variabel
bebas. Ketika asumsi homoskedastisitas tidak dipenuhi, maka peristiwa tersebut disebut heteroskedastisitas.Untuk mendeteksi terjadinya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser (Gio dan Elly, 2015).
Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat
(55)
menimbulkan bias (Ghozali, 2011, Gujarati, 2004, Gio dan Elly, 2015). Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak di antara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi.Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya (5%).Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas).Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.14Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.101 36.271 -.058 .954
Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
-.121 .941 -.019 -.129 .898
Kepatuhan Wajib Pajak (X2)
1.778 1.356 .224 1.311 .197
Pengetahuan Wajib Pajak (X3)
-1.571 1.022 -.260 -1.537 .131
Sistem Perpajakan (X4) -.208 1.060 -.029 -.196 .846
Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan (X5)
.241 1.241 .029 .194 .847
a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser
Berdasarkan Tabel 4.14, diketahui nilai probabilitas atau
Sig. dari intensitas pemeriksaan pajak adalah 0,898, nilai probabilitas
(56)
atau Sig. dari sistem perpajakan adalah 0,846, dan nilai probabilitas atau Sig. dari kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 0,847. Karena masing-masing nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastistas.
4.1.3.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dengan jumlah variabel independen lebih dari satu.Secara umum, analisis regresi biasanya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mngestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Susetyo, 2010:63), berikut ini hasil persamaan regresi linier berganda.
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients B Std. Error Beta
1 (Constant) 48.948 7.757
Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)
-.518 .201 -.312 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) -.377 .290 -.182 Pengetahuan Wajib Pajak
(X3)
-.447 .219 -.284 Sistem Perpajakan (X4) -.511 .227 -.275 Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan (X5)
(1)
2.8. Penelitian Terdahulu ... 39 2.9. Keterkaitan Antar Variabel Dengan Hipotesis ... 44
2.9.1. Intensitas Pemeriksaan Pajak Dengan Etika
(2)
ix
2.9.2. Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Etika Penggelapan
Pajak ... 45
2.9.3. Pengetahuan Wajib Pajak Dengan Etika Penggelapan Pajak ... 46
2.9.4. Sistem Perpajakan Dengan Etika Penggelapan Pajak ... 47
2.9.5. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Dengan Etika Penggelapan Pajak ... 49
2.10. Kerangka Konseptual ... 51
2.11. Kerangka Operasional Penelitian ... 52
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 54
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 54
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 55
3.4 Metode Analisis Data ... 56
3.4.1. Statistik Deskriptif ... 56
3.4.2. Uji Kualitas Data ... 56
3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 58
3.4.4. Uji Regresi Linier Berganda ... 60
3.4.5. Uji Hipotesis Penelitian ... 61
3.4.6. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 63
3.4.6.1. Variabel Independen ... 63
3.4.6.1.1. Intensitas Pemeriksaan Pajak ... 63
3.4.6.1.2. Kepatuhan Wajib Pajak ... 64
3.4.6.1.3. Pengetahuan Wajib Pajak ... 65
3.4.6.1.4. Sistem Perpajakan ... 66
3.4.6.1.5. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan ... 67
3.4.6.2. Variabel Dependen ... 68
3.4.6.2.1. Etika Penggelapan Pajak ... 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 72
4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 72
4.1.2 Data Responden ... 73
4.1.3 Hasil dan Pembahasan... 77
4.1.3.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 77
4.1.3.2. Hasil Uji Kualitas Data ... 78
4.1.3.2.1. Hasil Uji Validitas ... 78
4.1.3.2.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 80
4.1.3.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 81
4.1.3.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 81
4.1.3.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 83
4.1.3.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 84
4.1.3.4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 85
4.1.3.5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 87
4.1.3.5.1. Hasil Uji Statistik F ... 87
4.1.3.5.2. Hasil Uji Statistik t ... 88
(3)
4.1.3.5.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi... 95
4.1.4. Interpretasi ... 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Implikasi ... 104
5.3 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
(4)
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Realisasi Penerimaan Negara (Trilyun-Rupiah)
Tahun (2010-2014) ... 3
1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Di Provinsi Sumatera Utara ... 3
1.3 Beberapa Kasus Tindak Pidana Penggelapan dan Mafia Pajak di Indonesia ... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 70
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 72
4.2 Sampel Penelitian ... 73
4.3 Data Statistik Responden ... 74
4.4 Statistik Deskriptif ... 77
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Pemeriksaan Pajak ... 78
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 79
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak ... 79
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Perpajakan ... 79
4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan ... 79
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak ... 80
4.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 80
4.12 Hasil Uji Normalitas Data ... 81
4.13 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 82
4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 85
4.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 86
4.16 Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya ... 87
4.17 Hasil Uji Statistik F ... 87
4.18 Hasil Uji Statistik t ... 88
4.19 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t ... 89
4.20 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas ... 89
4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 96
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 52
2.2 Kerangka Operasional Penelitian ... 53
4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74
4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden ... 75
4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 76
4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 76
4.5 Scatterplot Hasil Uji Normalitas Data ... 82
(6)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 110
Lampiran 2 Data Mentah Hasil Jawaban Responden ... 115
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 123
Lampiran 4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 126