Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Bumn (Persero) Di Indonesia Periode 2006 – 2013 Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif
yaitu penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dua variabel
atau lebih. Dalam penelitian ini meneliti pengaruh tingkat Inflasi, Return on
Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan
Biaya Opersional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.

3.2.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bank Indonesia melalui internet yaitu dengan

alamat website www.bi.co.id. Penelitian direncanakan dilakukan dari Awal Bulan
Maret 2014 sampai April 2014.

3.3.Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito

berjangka 12 Bulan.
b. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, Return on
Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Universitas Sumatera Utara

c. Perusahaan

yang

diteliti

adalah

Bank

BUMN

di


Indonesia

yang

mencantumkan laporan tahunan secara berturut – turut selama periode 2006 –
2013.

3.4.Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Variabel Dependen (Terikat)
Untuk penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah tingkat suku
bunga deposito berjangka (Y).Tingkat suku bunga deposito adalah besarnya suku
bunga yang ditentukan oleh masing–masing bank namun masih mengikuti
ketentuan dari Bank Indonesia (BI). Variabel ini dinyatakan dalam persen dan
data yang diambil adalah tingkat suku bunga deposito berjangka 12 bulan pada
Bank BUMN (Persero) mulai tahun 2006 sampai 2013. Data diperoleh dari
website Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Indonesia.

3.4.2. Variabel Independen (Bebas)

Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel independen adalah:
1. Inflasi (X 1 )
Inflasi adalah kondisi terjadinya kenaikan harga–harga secara umum. Variabel
ini dinyatakan dalam persen dan data yang diambil adalah tingkat inflasi
tahunan mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

2. Return on Asset(X 2 )
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh laba secara keseluruhan.

Semakin tinggi ROA suatu bank

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Variabel
ini dinyatakan dalam persentase dan data yang diambil adalah ROA pada
masing-masing Bank BUMN

tahun 2006 – 2013.


Berdasarkan SE No.

6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA =

Laba Bersih
x 100%
Total Aktiva

3. Capital Adequacy Ratio(X 3 )
CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

Semakin

tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung
risiko dari setiap kredit. Variabel ini dinyatakan dalam persentase dan data
yang diambil adalah CAR pada masing-masing Bank BUMN tahun 2006 –
2013. Sesuai ketentuan PBI No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008

perihal kewajiban penyediaan modal minimum Bank BUMN, dapat dihitung
sebagai berikut:
CAR =

Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

x 100%

Universitas Sumatera Utara

4. Loan to Deposit Ratio(X 4 )
LDR digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit yang diberikan. Variabel
ini dinyatakan dalam persen dan data yang diambil adalah LDR pada masingmasing Bank BUMN mulai tahun 2006 – 2013. Perhitungan LDR sesuai
dengan SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:
LDR =

Jumlah Kredit yang Diberikan

Jumlah Dana Pihak Ketiga

x 100%

5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X 5 )
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.

Variabel ini dinyatakan dalam

persentase dan data yang diambil adalah BOPO pada masing-masing Bank
BUMN tahun 2006 – 2013. Perhitungan BOPO berdasarkan SE BI No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:
BOPO =

Biaya (beban) Operasional
x 100%
Pendapatan Operasional

3.5. Operasional Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dipahami
berbagai unsur–unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang
termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian.

Secara lebih rinci,

operasionalisasi variabel penelitian adalah:

Universitas Sumatera Utara

No
1

2

Variabel

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi

Indikator

Tingkat
Suku Bunga
Deposito
Berjangka
(Y)

Suku bunga
deposito adalah
imbal jasa atas
pinjaman deposito.

Inflasi

Kondisi terjadinya
kenaikan harga –
harga secara umum.

(X 1 )


Skala

Tingkat suku bunga deposito berjangka
12 Bulan Pada Bank Persero.

CPI 1 – CPI 0
Inflasi =

Rasio

Rasio
x 100%

CPI 0

3

ROA


(X 2 )

4

CAR

(X 3 )

5.

LDR

(X 4 )

ROA digunakan
untuk mengukur
kemampuan
manajemen bank
dalam memperoleh
laba secara

keseluruhan.
CAR digunakan
untuk mengukur
kecukupan modal
yang dimiliki bank
untuk menunjang
aktiva yang
mengandung atau
menghasilkan
risiko.
LDR digunakan
untuk menunjukkan
kemampuan bank
dalam menjalankan
fungsinya sebagai
lembaga keuangan
yang menghimpun
dana dari
masyarakat dan
kemudian
menyalurkannya
dalam bentuk kredit
yang diberikan.

Rasio
Laba Bersih
ROA =

x 100%
Total Aktiva

Rasio
Modal Bank
CAR =

x 100%
ATMR

Rasio
Jlh. Kredit yg Diberikan
LDR =

x 100%
Jlh. Dana Pihak Ketiga

Universitas Sumatera Utara

No

Variabel

6.

Beban
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional

(X 5 )

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi
Indikator
BOPO
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
efesiensi dan
kemampuan
bank dalam
melakukan
kegiatan
operasinya.

Skala
Rasio

Beban Operasional
BOPO =

x 100%
Pendapatan Operasional

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Persero (BUMN) di
Indonesia yang kinerja keuangan CAR, ROA, LDR, dan BOPO – nya dihitung
dalam Statistika Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Jumlah Bank Persero (BUMN) tersebut terdapat 4 (empat) Bank yang semuanya
akan dijadikan sampel penelitian, yakni PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT.
Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, dan PT. Bank
Mandiri Tbk.
Periode penelitian selama 8 (delapan) tahun sejak 2006 – 2013, sehingga
jumlah observasi adalah 32 (tiga puluh dua) yang diperoleh dari 4 x 8 (perkalian
antara jumlah bank dengan periode tahun pengamatan).

3.7. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
inflasi dan kinerja keuangan Bank BUMN tahun 2006 – 2013 yang diperoleh dari
data Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) dan Statistik Perbankan

Universitas Sumatera Utara

Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Untuk melengkapi paparan
hasil penelitian juga digunakan rujukan dan referensi dari bank data lain yang
relevan, misalnya dari jurnal, laporan hasil penelitian terdahulu, serta publikasi
yang relevan dengan penelitian ini.

3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
studi dokumentasi dari jurnal atau buku – buku yang berkaitan dengan
permasalahan ini dan berbagai sumber – sumber lain yang berasal dari instansi –
instansi terkait.

3.9.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Untuk mencapai
tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik juga perlu dilakukan
untuk memastikan apakah model regresi linear berganda yang digunakan tidak
terdapat

masalah

normalitas,

multikolonieritas,

heterokedastisitas,

dan

autokorelasi.Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model analisis telah layak
digunakan.

3.9.1. Analisis Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini, maka digunakanlah analisis deskriptif ini yang meliputi nilai ratarata (mean), jumlah data (n),minimum dan maksimum, serta standar deviasi, dari

Universitas Sumatera Utara

5 (lima) variabel independen yaitu Tingkat Inflasi, Return on Asset (ROA),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai variabel yang
mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka.

3.9.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, Return on Asset (ROA), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap tingkat suku bunga deposito
berjangka, maka digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Bentuk umum
persamaan regresi linear berganda secara umum adalah:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana:
Y

= Suku Bunga Deposito Bank Persero

α

= Konstanta Persamaan Regresi

X1

= Tingkat Inflasi

X2

= Return on Assets (ROA)

X3

= Capital Adequacy Ratio (CAR)

X4

= Loan to Deposit Ratio (LDR)

X5
= Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
(B 1 – B 5 adalah Koefisien Regresi Variabel Bebas)
e

= Term of Error

Apabila masing – masing koefisien variabel bebas distandarisasi lebih dahulu
maka koefisien yang diperoleh berbeda.

Keuntungan dengan menggunakan

standardized beta adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran variabel

Universitas Sumatera Utara

bebas.

Oleh karena itu, jika unit ukuran variabel bebas tidak sama maka

sebaliknya interprestasi persamaan regresi menggunakan standardized beta
(Ghozali, 2009 : 67).

3.10.

Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian asumsi klasik,

langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian terhadap hipotesis–hipotesis yang
diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui uji F, uji t dan nilai koefisien
determinasi (R2). Tujuan digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui
pengaruh variabel – variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara
simultan maupun parsial, serta mengetahui besarnya dominasi variabel – variabel
independen terhadap variabel dependen.

3.10.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama–sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak
diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau
Ho : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis Alternatifnya (HA) tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau
HA : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ b 5 ≠ 0

Universitas Sumatera Utara

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah:
a. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
b. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

3.10.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing–masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (b i ) sama dengan nol, atau
Ho : b i = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis Alternatifnya (HA) parameter
suatu variabel tidak sama dengan nol, atau
HA : b i ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.Kriteria pengujian:
a. Jika t hitung > t

tabel

maka Ho ditolak

b. Jika t hitung < t

tabel

maka Ho diterima

Untuk mengukur nilai t

tabel ,

ditentukan tingkat signifikansi (α) 5% dengan

derajat kebebasan df = 4 dengan n adalah jumlah observasi.

Universitas Sumatera Utara

3.11.

Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Jadi
analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi
klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Sebelum pengujian hipotesis
dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik ini yang meliputi uji
Normalitas, Multikolonieritas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.

3.11.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal, yakni data tersebut tidak melenceng ke kiri atau melenceng ke kanan.
Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian ini bisa digeneralisasikan
pada populasi.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik.
Dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen
sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan
sebagai sumbu horizontal. Untuk menguji normalitas menggunakan cara lain
yaitu dengan pendekatan grafik adalah Normal Probability Plot, yaitu dengan
membandingkan distributif kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal
b. Jika Asym. Sig < 0,05 berarti seluruh data berdistribusi tidak normal

3.11.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar
analisisnya:
1. Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur

(bergelombang,

melebar

kemudian

menyempit),

maka

mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui
dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009 : 129).

Universitas Sumatera Utara

3.11.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross–section).

Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pengujian
asumsi ini, dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (Durbin–Watson
Tests), yaitu untuk menguji apakah terjadi serial atau tidak dengan menghitung
adanya autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin Watson (DW
Test).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Adapun kriteria pengujiannya adalah:
a. Jika nilai D-W di bawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif.
b. Jika nilai D-W diatara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Jika nilai D-W diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif.
Selain menggunakan Durbin–Watson untuk mengetahui apakah autokorelasi ini
terjadi dapat digunakan uji Runs Test. Penelitian ini menggunakan uji Runs Test,
dimana apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis nol diterima dan
artinya residual tidak terkena autokorelasi.

3.11.4. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas ini berguna untuk mengetahui apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah dengan menganalisis
matrik korelasi variabel–variabel bebas.

Universitas Sumatera Utara

Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini mengidentifikasi adanya multikolonieritas (Ghozali, 2009 :
95). Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai toleransi dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas
manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009 : 95 – 96).
Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:
1. Jika nilai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 10% dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil pengolahan
data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun pembahasan
yang dimaksud meliputi: deskripsi hasil penelitian, pengujian asumsi klasik, dan
pengujian variabel independen secara parsial dengan model regresi dan
pembahasan.

4.1. Gambaran Umum Bank BUMN Di Indonesia
Objek penelitian yang digunakan adalah Bank BUMN di Indonesia. Jumlah
Bank BUMN di Indonesia berjumlah 4 (empat) bank, yakni PT. Bank Negara
Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT.
Bank Tabungan Negara Tbk. Periode penelitian selama 8 (delapan) tahun sejak
2006 – 2013. Jumlah observasi adalah 32 (tiga puluh dua) yang diperoleh dari 4 x
8 (perkalian antara jumlah bank dengan periode tahun pengamatan).
Penelitian ini melihat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on
Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga
Deposito Berjangka Pada Bank BUMN di Indonesia periode tahun pengamatan
2006-2013.

Data rasio keuangan Bank BUMN di Indonesia sesuai periode

pengamatan diperoleh dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia, Laporan

Universitas Sumatera Utara

Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang diperoleh dari website www.bi.go.id
dan laporan keuangan tahunan dari Bank-bank BUMN yaitu: www.bni.co.id,
www.bri.co.id, www.mandiri.co.id, dan www.btn.co.id.

4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif.

Tabel statistik

deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi
dari 5 (lima) variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on
Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), dan tingkat Inflasi sebagai variabel yang
mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank BUMN di
Indonesia. Hasil analisis deskriptif statistik akan ditunjukkan dalam Tabel 4.1 di
bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

INFLASI

32

2.78

11.05

6.3063

2.54479

ROA

32

.85

5.15

2.8653

1.25780

CAR

32

13.18

25.30

16.5478

2.78628

LDR

32

49.98

108.42

77.8669

15.88172

BOPO

32

42.30

93.04

72.9919

12.71866

SUKUBUNGADEPOSITO

32

5.91

11.44

8.0537

1.71503

BERJANGKA12BLN
Valid N (listwise)

32

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 32 sampel data yang diambil dari laporan keuangan
yang dipublikasi oleh Bank Indonesia dan Laporan Tahunan Bank BUMN
(Persero) di Indonesia tahun 2006-2013:
1. Variabel Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan memiliki jumlah amatan
sebanyak 32 dengan minimum 5,91%, nilai maksimum 11,44%, rata-rata
8,05%, dan standar deviasi sebesar 1,7%. Nilai rata-rata (Mean) lebih besar
dibandingkan standar deviasi menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan
baik.

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel Inflasi memiliki jumlah amatan sebanyak 32 dengan minimum
2,78%, nilai maksimum 11,05%, rata-rata 6,30%, dan standar deviasi sebesar
2,54%.

Nilai rata-rata (Mean) lebih besar dibandingkan standar deviasi

menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.
3. Variabel ROA memiliki jumlah amatan sebanyak 32 dengan minimum 0,85%,
maksimum 5,15%, rata-rata 2,86%, dan standar deviasi sebesar 1,25%. Nilai
rata-rata

(Mean) lebih besar dibandingkan standar deviasi menunjukkan

bahwa data berdistribusi dengan baik.
4. Variabel CAR memiliki jumlah amatan sebanyak 32 dengan minimum
13,18%, maksimum 25,30%, rata-rata 16,54%, dan standar deviasi 2,78%.
Nilai rata-rata (Mean) lebih besar dibandingkan standar deviasi menunjukkan
bahwa data berdistribusi dengan baik.
5. Variabel LDR memiliki jumlah amatan sebanyak 32 dengan minimum
49,98%, maksimum 108,42%, rata-rata 77,86%, dan standar deviasi sebesar
15,88%.

Nilai rata-rata (Mean) lebih besar dibandingkan standar deviasi

menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.
6. Variabel BOPO memiliki jumlah amatan sebanyak 32 dengan minimum
42,30%, maksimum 93,04%, rata-rata 72,99%, dan standar deviasi sebesar
12,71%.

Nilai rata-rata (Mean) lebih besar dibandingkan standar deviasi

menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.

4.3. Uji Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Normalitas

Universitas Sumatera Utara

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Metode untuk mengetahui
normalitas adalah dengan menggunakan model analisis grafik, baik dengan
melihat grafik secara histogram ataupun secara Normal Probability Plot. Hasil uji
normalitas dengan grafik histogram yang diolah dengan SPSS, secara normal
probability plot ditunjukkan sebagai berikut:

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Gambar 4.1
Grafik Histogram
Berdasarkan tampilan grafik histogram pada Gambar 4.1 tersebut terlihat
bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data
tersebut tidan melenceng ke kiri maupun melenceng ke kanan.

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot

Sedangkan berdasarkan grafik normal plot pada Gambar 4.2 dilihat bahwa
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
data dalam model regresi berdistribusi secara normal. Pada hasil pengujian
analisis grafik dan analisis statistik menunjukkan bahwa hasil yang sama yaitu
normal, sehingga asumsi normalitas dapat dilakukan pengujian asumsi klasik
berikutnya pada data yang telah disajikan.

Universitas Sumatera Utara

Uji Kolmogorov Smirnov adalah membandingkan distribusi kumulatif relatif
hasil observasi dengan distribusi kumulatif relatif teoritisnya. Uji Kolmogorov
Smirnov memiliki ketentuan apabila probabilitas signifikansi nilai residual lebih
dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal, sebaliknya apabila kurang
dari 0,05 berarti residual terdistribusi tidak normal. Uji Kolmogorov Smirnov
dapat dilihat dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov – Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N
Normal Parametersa,b

32
Mean
Std. Deviation

Most Extreme

,0000000
1,33830507

Absolute

,107

Positive

,107

Negative

-,107

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

,608

Asymp. Sig. (2-tailed)

,854

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2tailed) adalah 0,854 dan di atas nilai signifikan (0,05). Dengan kata lain, variabel
residual berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih
kecil dari 1,97 yaitu 0,608 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik
dan distribusi empiris atau dengan kata lain data dikatakan normal.

4.3.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel
independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi terikatnya dapat
dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel (ZPRED) dengan residual
(SRESID). Heteroskedastisitas di dalam model regresi antara lain dapat
dilakukan dengan Scatterplot. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
Grafik Scatterplot berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut dapat terlihat titik-titik menyebar secara
acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi tingkat suku bunga deposito berjangka berdasarkan masukan
variabel independennya.

Universitas Sumatera Utara

4.3.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
apabila model tersebut tidak mengandung autokorelasi. Cara mengetahui adanya
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
Model Summaryb
Model
R
1

R Square

,625a

Adjusted R

Std. Error of

Durbin-

Square

the Estimate

Watson

,391

,274

1,46133

1,791

a. Predictors: (Constant), BOPO, INFLASI, CAR, LDR, ROA
b. Dependent Variable: SUKUBUNGADEPOSITOBERJANGKA12BLN
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Uji Autokorelasi pada Tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa nilai
Durbin-Watson (DW) sebesar 1,791, penelitian ini diantara 1,5 sampai 2,5.
Sehingga penelitian ini berarti tidak terdapat autokorelasi.

4.3.4. Uji Multikolinieritas

Universitas Sumatera Utara

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (Ghozali, 2009:54). Suatu variabel menunjukkan gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF dan tolerance pada variabel-variabel
bebas suatu model regresi. Berdasarkan uji multikolinieritas pada Tabel 4.4
diperoleh hasil bahwa variabel tingkat Inflasi, ROA, CAR, LDR, dan BOPO
bebas dari multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai tolerance>0,10 atau
VIF F tabel 2,40 dengan tingkat signifikansi 0,018. Dengan demikian
berarti H 1 diterima dan H 0 ditolak atau dapat dinyatakan Inflasi, ROA, CAR,
LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga Deposito
Berjangka 12 Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.

4.5.2. Uji t (Secara Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen (secara parsial) tingkat Inflasi, Return on Assets (ROA), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap variabel dependen tingkat

Universitas Sumatera Utara

Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan. Pada Tabel 4.8 dapat kita lihat hasil
uji t tersebut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model

Standardized
Unstandardized Coefficients
B

1

(Constant)

7,303

4,005

INFLASI

,314

,109

ROA

-,255

CAR
LDR
BOPO
a.

Std. Error

Coefficients
Beta

t

Sig.

1,824

,080

,465

2,877

,008

,285

-,187

-,894

,379

-,002

,116

-,004

-,021

,984

-,038

,019

-,354

-2,020

,054

,035

,030

,256

1,163

,256

Dependent Variable: SUKUBUNGADEPOSITOBERJANGKA12BLN

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf
nyata 5% untuk uji dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df) = nk = 32 – 6 = 26. Nilai t tabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 26 adalah
2,0555.
a. Inflasi (X 1 ) terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan (Y)
menunjukkan angka signifikansi (0,008) < α (0,05) dan t hitung adalah 2,877
dimana t hitung (2,877) > t tabel (2,0555) maka H 1 diterima dan H 0 ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Artinya, karena tingkat signifikansinya < 0,05 dan nilai t hitung bertanda positif,
maka secara parsial variabel independen Inflasi (X 1 ) berpengaruh positif
signifikan terhadap variabel dependen Suku Bunga Deposito Berjangka 12
Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.
b. Return on Assets (X 2 ) terhadap Suku Bunga Deposito Berjangka 12 bulan (Y)
menunjukkan angka signifikansi (0,379) > α (0,05) dan t hitung adalah -0,894
dimana t hitung (-0,894) < t tabel (-2,0555) maka H 1 ditolak dan H 0 diterima.
Artinya, karena tingkat signifikansinya >0,05 dan nilai t hitung bertanda negatif,
maka secara parsial variabel independen ROA (X 2 ) berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap variabel dependen Suku Bunga Deposito Berjangka 12
Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.
c. CAR (X 3 ) terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan (Y)
menunjukkan angka signifikansi (0,984) > α (0,05) dan t hitung adalah -0,021
dimana t hitung (-0,021) < t tabel (-2,0555) maka H 1 ditolak dan H 0 diterima.
Artinya, karena tingkat signifikansinya >0,05 dan nilai t hitung bertanda negatif,
maka secara parsial variabel independen CAR (X 3 ) berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap variabel dependen Suku Bunga Deposito Berjangka 12
Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.
d. LDR (X 4 ) terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan (Y)
menunjukkan angka signifikansi (0,054) > α (0,05) dan t hitung adalah -2,020
dimana t hitung (-2,020) < t tabel (-2,0555) maka H 1 ditolak dan H 0 diterima.
Artinya, karena tingkat signifikansinya > 0,05 dan nilai t hitung bertanda negatif,
maka secara parsial variabel independen LDR (X 4 ) berpengaruh negatif tidak

Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap variabel dependen Suku Bunga Deposito Berjangka 12
Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.
e. BOPO (X 5 ) terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan (Y)
menunjukkan angka signifikansi (0,256) > α (0,05) dan t hitung adalah 1,163
dimana t hitung (1,163) < t tabel (2,0555) maka H 1 ditolak dan H 0 diterima.
Artinya, karena tingkat signifikansinya > 0,05 dan nilai t hitung bertanda positif,
maka secara parsial variabel independen BOPO (X 5 ) berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap variabel dependen Suku Bunga Deposito Berjangka
12 Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.

4.6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0
sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah
untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Dari hasil analisis data diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model
R
1

,625a

R Square
,391

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate

,274

1,46133

Universitas Sumatera Utara

Model Summary
Model
R
,625a

1
a.

R Square

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate

,391

,274

1,46133

Predictors: (Constant), BOPO, INFLASI, CAR, LDR,
ROA

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,274. Hal ini
menunjukkan bahwa sebesar 27,4% Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan
Bank BUMN (Persero) di Indonesia dipengaruhi oleh variasi dari kelima variabel
independen yang digunakan, yaitu Inflasi, Return on Assets (ROA), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Sedangkan sisanya 72,6%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

4.7. Pembahasan
4,7,1, Pengaruh Inflasi terhadap Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
tingkat Inflasi selama periode penelitian berpengaruh positif terhadap tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan secara signifikan. Semakin tinggi
tingkat inflasi dianggap akan membahayakan tingkat perekonomian secara makro
sehingga pemerintah selalu berusaha menekan tingkat inflasi tersebut dengan cara
mengendalikan suku bunga.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil peneliti

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya yang dilakukan oleh Almilia (2006) yang menyatakan bahwa tingkat
Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat Suku Bunga Deposito
Berjangka 12 Bulan.

4.7.2. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Suku Bunga Deposito
Berjangka 12 Bulan
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Return on assets (ROA)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap suku bunga deposito berjangka
12 bulan, sehingga kondisi ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Tingginya
ROA suatu bank menunjukkan tingginya profitabilitas. Dengan profitabiliitas
yang tinggi, bank dapat mengumpulkan cadangan dan memperbesar modal untuk
mendapatkan kesempatan memberikan pinjaman dengan lebih luas. Di sisi lain,
kredibilitas bank juga meningkat karena para nasabah merasa aman menyimpan
dananya pada bank yang memiliki profitabilitas tinggi. Profitabilitas yang tinggi
menunjukkan keyakinan bank untuk mampu membayar kembali simpanan

Universitas Sumatera Utara

deposito berjangkanya saat jatuh tempo berikut bunganya. Pihak bank cenderung
akan menurunkan tingkat suku bunga depositonya untuk mengurangi biaya
bunganya, dan pada saat yang bersamaan bank tidak perlu cemas akan kekurangan
dana karena dengan kreditibilitas yang tinggi tidak perlu takut kehilangan
nasabah. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Raharja (2006) dan Oitshi (2013) yang menyatakan bahwa ROA tidak
signifikan berpengaruh terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12
Bulan.
4.7.3.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Suku Bunga
Deposito Berjangka 12 Bulan

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
CAR selama periode penelitian tidak signifikan mempengaruhi tingkat suku
bunga deposito berjangka 12 bulan. Semakin besar CAR maka semakin tinggi
kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko
kerugian kegiatan usahanya namun belum tentu secara nyata berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka 12 bulan bank BUMN (Persero)
di Indonesia. Di sisi lain, CAR pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia yang
tinggi dapat mengurangi kemampuan bank dalam melakukan ekspansi usahanya
seperti penentuan tingkat suku bunga deposito. Besarnya modal suatu bank akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Semakin
tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung
risiko dari setiap kredit atau aktiva yang berisiko.

Dengan meningkatnys

kepercayaan masyarakat terhadap bank, maka bank cenderung akan menurunkan

Universitas Sumatera Utara

tingkat suku bunga depositonya untuk mengurangi beban bunga dan pada saat
yang sama bank juga tidak perlu khawatir kehilangan nasabah karena tingginya
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2011) dan Almilia (2006) yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap suku
bunga deposito berjangka 12 bulan.
4.7.4. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Suku Bunga Deposito
Berjangka 12 Bulan
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap suku bunga deposito berjangka
12 bulan, sehingga kondisi ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Naiknya
suku bunga deposito akan meningkatkan pula suku bunga kredit, secara otomatis
hal ini menambah biaya yang akan ditanggung debitur saat meminjam di bank
sehingga minat masyarakat untuk melakukan pinjaman di bank akan menurun
karena tingkat suku bunga kreditnya naik.

Keadaan ini menyebabkan

menurunnya LDR pada perbankan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2006) dan Raharja (2011) yang
menyatakan bahwa variabel LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap suku
bunga deposito berjangka 12 bulan.
4.7.5. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) selama periode
penelitian mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap
suku bunga deposito berjangka 12 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi mencerminkan
bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari
rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang dikeluarkan
oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional (Rivai, et al.,
2007:722). Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan semakin banyak kredit yang dapat
disalurkan dan tingkat suku bunga deposito berjangka menurun untuk mengurangi
biaya operasional bank.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Oitshi (2013) yang menyatakan bahwa variabel BOPO
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap suku bunga deposito berjangka 12
bulan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara serempak tingkat Inflasi, Return on Assets (ROA), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan pada Bank BUMN (Persero) di
Indonesia.
2. Secara parsial hanya Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan Sedangkan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak signifikan
terhadap tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan.

Sedangkan

Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat Suku
Bunga Deposito Berjangka 12 Bulan pada Bank BUMN (Persero) di
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Nasabah Bank BUMN (Persero) di Indonesia dapat menjadikan tingkat Inflasi
sebagai indikator dalam berinvestasi atau menabung, karena secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat Suku Bunga Deposito
Berjangka 12 Bulan pada Bank BUMN (Persero) di Indonesia.
2. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan Bank BUMN (Persero) sebagai
sampel. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya menggunakan beberapa
kelompok bank yang berbeda atau memperluas jumlah sampel perusahaan dan
waktu pengamatan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
3. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan oleh peneliti adalah
tingkat suku bunga deposito berjangka dua belas bulan Bank BUMN
(Persero) di Indonesia. Dan variabel independen adalah tingkat Inflasi,
ROA, CAR, LDR dan BOPO. Saran peneliti adalah sebaiknya pada penelitian
selanjutnya menggunakan variabel independen yang berbeda agar lebih
beragam atau menambahkan variabel lainnya seperti Non Perfoming Loan
(NPL), tingkat Suku Bunga SBI, atau Exchange Rate.

Universitas Sumatera Utara