ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : ELIN DANIA 0711010040/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tugas penyusunan skripsi ini dengan

judul

“ ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TUNGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO

BERJANGKA PADA BANK UMUM DI INDONESIA “

Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur di Surabaya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, bimbingan, serta motivasi yang sangat berharga dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hamidah Hendrarini,MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan amsukan-masukan, yang tidak bosan-bosannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :


(3)

perijinan guna guna pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN “ Jawa Timur di Surabaya. 3. Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT Selaku Kepala Program Studi Ilmu

Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur.

4. Kedua Orang Tuaku Beserta Semua Anggota Keluargaku yang tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan dorongan moral serta spiritualnya yang tulus kepada panulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Pembanguna Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Dan Semua Pihak yang namanya tidak dapat disebutkan yang telah banyak membantu penulis dalam memudahkan penyusunan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasn, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.


(4)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya , Februari 2011


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Dan Fungsi Bank ... 11

2.2.1.1. Jenis Bank... ... 12

2.2.1.2. Sumber Dana Perbankan... ... 14

2.2.1.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 15

2.2.1.3.1 Teori Tingkat Suku Bunga... 18

2.2.1.4. Pengertian, Jenis Dan Fungsi Deposito ... 24

2.2.1.4.1. Pengertian Deposito... 24

2.2.1.4.2. Jenis-jenis Deposito ... 25

2.2.1.4.3. Fungsi Deposito ... 27


(6)

Tingkat Bunga Deposito ... 35

2.2.3. Pengertian Kurs………. 36

2.2.3.1. Sistem Kurs Berubah-ubah………... 37

2.2.3.2. Sistem Kurs Stabil ……… 38

2.2.3.3. Pengawasan Devisa ………. 39

2.2.3.4. Kurs Mengambang ……… 40

2.2.3.4.1.Keunggulan Dan Kelemahan Kurs Mengambang ………. 41

2.2.3.5. Hubungan Kurs Rupiah Terhadap Dlloar DenganTingkat Suku Bunga Deposito …… 43

2.2.4. Pengertian Inflasi ... .. 44

2.2.4.1. Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ………. 49

2.2.5. Pengertian Uang Bereda……… 50

2.2.5.1. Teori Permintaan Uang……….. …... 53

2.2.5.1.1. Teori Kuantitas Uang……… 53

2.2.5.1.2. Teori Permintaan Uang Keynes…. 54 2.2.5.2. Teori Penawaran Uang ……….. 56

2.2.5.2.1. Teori Penawaran Uang Tanpa Bank ……… 56


(7)

2.3. Kerangka Pikir ... 61

2.4. Hipotesis ... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 65

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 67

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 68

3.4.1. Teknik Analisis ... 68

3.4.2. Uji Hipotesis ... 71

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………... 78

4.1.1. Kondisi Geografis... 78

4.1.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Bank Umum… 78

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 79

4.2.1. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Dposito... 80

4.2.2. Perkembangan Likuiditas Bank ... 81


(8)

Linier Unbiased Estimator) ... 85

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 89

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ………..…... 90

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...…... 92

4.3.4. Pembahasan………...………... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan... 100

5.2.Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Gambar 1 : Kurva Permintaan Dana Tabungan...20

Gambar 2 : Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang……...23

Gambar 3 : Kurva Demand Pull Inflation...45

Gambar 4 : Kurva Cost Push Inflation...45

Gambar 5 : Kurva Teori Tingkat Inflasi Keynes...48

Gambar 6 : Kurva Uang Untuk Spekulasi...55

Gambar 7 : Kurva Permintaan Uang Kas Pada Tingkat Bunga...56

Gambar 8 : Kurva Efek Jumlah Uang Terhadap Tingkat Bunga...60

Gambar 9 : Kerangka Pikir………...63

Gambar 10 : Kurva Distribusi Kreteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis………...72

Gambar 11 : Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan ...74

Gambar 12 : Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan……...75

Gambar 13 : Kurva Statistik Durbin Watson...86

Gambar 14 : Kurva Distribusi Kreteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan Atau Keseluruhan...91


(10)

Gambar 16 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas (X2) Trhadap Suku Bunga Deposito

(Y)………...94 Gambar 17 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat

Inflasi (X3) Terhadap Suku Bunga Deposito

(Y)………...96 Gambar 18 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah Uang

Beredar (X4) Terhadap Suku Bunga Deposito


(11)

2009...80

Tabel 2 : Perkembangan Likuiditas Bank Than 1995-2009...81

Tabel 3 : Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1995-2009……...………...82

Tabel 4 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1995 – 2009...83

Tabel 5 : Perkembangan Jumlah Uang Beredar Tahun 1995-2009...84

Tabel 6 : Tes Multikolinier...87

Tabel 7 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi...88

Tabel 8 : Analisis Varian (ANOVA)………...….90

Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel X Terhadap Y...92


(12)

(13)

Oleh :

Elin Dania

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui likuiditas bank, kurs valuta asing, tingkat inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum dan untuk mengetahui faktor uang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun waktu lima belas tahun (1995-2009), dimana data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia Jawa Timur. Model analisis ini menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 5,551 > Ftabel sebesar 3,48

maka H0 ditolak dan Hi diterima. Sedangkan uji pengaruh masing-masing variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t, yaitu variabel likuiditas bank thitung sebesar -0,620 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara

parsial likuiditas bank (X1) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap

tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Variabel kurs valuta asing (X2) thitung sebesar 0,316 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara

parsial kurs rupiah terhadap US$ (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap

tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Variabel tingkat inflasi (X3) thitung sebesar 2,412 > ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial

tingkat inflasi (X3) berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito pada

bank umum di Indonesia (Y). Variabel jumlah uang beredar (X4) thitung sebesar

-0,778 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial jumlah uang beredar (X4)

tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y).

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, maka diketahui bahwa likuiditas bank (X1), kurs valuta asing (X2), tingkat inflasi (X3),

dan jumlah uang deredar (X4) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku

bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Dan dari semua variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah tingkat inflasi (X3).

Kata Kunci : Likuiditas Bank, Kurs valuta Asing, Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga Deposito.


(14)

Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan di Indonesia dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada kestabilan perekonomian bangsa. Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997 bangsa indonesia mengalami krisis moneter sehingga menyebabkan ketidakseimbangan faktor-faktor ekonomi dan hal ini juga berdampak luas pada seluruh sendi perekonomian dan tatanan kehidupan termasuk perbankan di Indonesia. Kendala tersebut menjadi salah satu penyebab semakin terbatasnya dana pemerintah untuk pembangunan. (Muslicah, 2001 : 1)

Pelaksanaan pembangunan Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi diharapkan akan membawa hasil yang nantinya dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia. Maka dalam hal ini diperlukan adanya pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan sebaik mungkin. Lembaga-lembaga perekonomian bahu membahu dalam mengelola dan menggerakkan seluruh potensi ekonomi agar berdaya guna dan berhasil guna secara optimal. (Wijaya, 1998:32)

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang memegang perananan penting bagi kelancaran arus dana pembangunan


(15)

terutama sekali dalam membiayai berbagai aktifitas yang berhubungan dengan uang selain itu lembaga perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

Bank sebagai lembaga keuangan, memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat untuk jangka tertentu secara efektif dan efesien. Sebagai lembaga keuangan bank sangat dibutuhkan masyarakt karena itu pengaturan gerak langka perbankan sangat erat kaitanya dengan kebijaksanaan moneter pemerintah sebagaimana erat kaitannya bank dengan uang. Dengan kebijaksanaan moneter pemerintah dapat mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga bank meskipun tidak secara langsung ikut menetapkan besar kecilnya suku bunga bank tersebut. (Suyatno, 2001: 23)

Sejalan dengan cepatnya proses pembangunan nasional perbankan Indonesia. Akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang pesat yaitu dengan dihasilkannya jumlah produk-produk perbankan seperti giro, tabungan, deposito dan sebagainnya.

Menabung atau investasi di sektor perbankan merupakan pengetahuan yang di miliki hampir oleh semua kalangan masyarakat. Sektor perbankan sampai menjadi idola dan pilihan masyarakat untuk menyimpan dana serta investasi untuk tujuan masa depan. Tapi begitu krisis melanda indonesia sektor perbankan terkena dampak yang sangat kronis. Selama masa krisis banyak bank yang terkena likuidasi. Sampai


(16)

saat ini sektor ini belum kembali pulih seperti sebelumnya dengan melihat serta mempelajari kembali berbagai produk atau jasa yang ditawarkan oleh sector perbankan menjadi sangat dibutuhkan.

Efek dari kebijaksanaan tersebut bank-bank swasta maupun pemerintah menaikkan suku bunga. Tentunya keadaan ini bukan gejala yang baik bagi perekonomian dalam negeri. Upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah uang beredar melalui kebijaksanaan moneter dengan menaikkan tingkat bunga sejalan dengan likuidity theory dari Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat bunga adalah arah yang berlawanan atau dengan perkataan lain jika jumlah uang beredar turun, ceteris paribus, tingkat bunga naik dan sebaliknya.

Adapun kondisi tingkat bunga di Indonesia tinggi atau rendahnya tidak hanya dapat dijelaskan dengan kondisi riil uang beredar, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh aktifitas ekonomi lain, seperti inflasi, terutama harapan inflasi masyarakat. Hal tersebut didasarkan atas adanya ekspansi kebijaksanaan moneter, kecepatan dan kekuatan respon dari pendapatan nasional terhadap ekspansi moneter.

Jumlah uang beredar yang tinggi akan mempengaruhi pertimbangan pengambilan kebijaksanaan pemerintah untuk menaikkan tingkat bunga, pengeluaran pemerintah yang tinggi mendorong pembengkakan anggaran Negara yang membutuhkan dana yang besar sehingga kebijaksanaan untuk menghimpun dana dengan menaikkan


(17)

tingkat bunga, peningkatan produk-produk nasional mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berbanding terbalik dengan tingkat bunga sedangkan tingkat inflasi menyebabkan pertimbangan kebijaksanaan tingkat bunga dan berbanding terbalik dengan kebijaksanaan tingkat inflasi, tinggi inflasi mempengaruhi kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat bunga.

Perkembangan tingkat suku bunga deposito berjangka yang mengalami fluktuasi mendasari perlunya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan tingkat tingkat suku bunga deposito berjangka terutama pada bank swasta nasional di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut :

1. Apakah likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia ?

2. Faktor mana yang paling dominan pengaruhnya dari keempat

variabel di atas terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia ?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah melihat latar belakang dan pernasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di capai sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui apakah faktor-faktor likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia.

2. Ingin mengetahui faktor mana di antara faktor likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar yang berpengaruh lebih kuat satu dengan yang lainnya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui kondisi dan perkembangan tingkat bunga deposito

berjangka pada bank umum di Indonesia yang di pengaruhi oleh likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang berhubungan

dengan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membuat

kebijakan.


(19)

2.1 Hasil – Hasil penelitian terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah tingkat bunga, pernah disampaikan oleh beberapa peneliti :

1. Purwitasari 2002 : ix

Dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Penentuan Besarnya Tingkat Suku Bunga Tabungan di indonesia ”. Dengan variable terikat (Y) ialah tingkat tabungan di Jawa Timur. Sedangkan variable bebas meliputi jumlah uang beredar (X1), pengeluaran pemerintah (X2), produk domestik bruto (X3), tingkat inflasi (X4). Dari hasil analisis dengan menggunaka uji-F diketahui F- hitung sebesar 4,928 lebih besar dari F-tabel sebesar 3,63 yang berarti secara simultan jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, produk domestik bruto dan tingkat inflasi secara bersama – sama dan berpengaruh terhadap tingkat bunga di Jawa Timur (Y). Berdasarkan hasil uji-t diketahui terdapat dua variabel bebas yang tidak siknifikan yaitu nilai t-hitung 2,102 untuk jumlah uang beredar dan nilai t-t-hitung 0,369 untuk tingkat inflasi yang berarti lebih kecil dari t-tabel 2,262 sedangkan untuk pengeluaran pemerintah diperoleh t-hitung 3,528 lebih besar dari t-tabel 2,262 dan untuk produk domestik bruto


(20)

diperoleh t-tabel -2,660 lebih kecil dari t-tabel -2,262 yang berarti secara parsial variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap deposito berjangka pada bank umu di indonesia (Y). Variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat bunga tabungan di indonesia yaitu variabel pengeluaran pemerintah dari nilai t-hitung yang besar.

2. Kuspina 2003 : ix

Jurnal ekonomi berjudul “Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Terhadap Deposito

Berjangka pada Bank Pemerintah di Jawa Timur”. Dengan

variabel terkait (Y) ialah tingkat suku bunga deposito. Sedangkan variabel bebas meliputi inflasi (X1), nilai tukar rupiah terhadap dollar (X2), jumlah uang beredar (X3) hasil analisis disimpulkan bahwa secara simultan menunjukan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas inflasi di Jawa Timur, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan jumlah uang beredar terhadap variabel terikat terhadap deposito berjangka di Jawa Timur. Hal ini diketahui dari uji-F yaitu diperoleh F- hitung 13,775 > F- table 3,59 sedangkan secara persial variabel terhadap deposito berjangka di Jawa Timur (X1) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur (Y) dengan pengujian uji-t dimana t-hitung 6,372 > t-tabel 2,201, nilai tukar rupiah terhadap dollar (X2) tidak berpengaruh terhadap deposito berjangka di Jawa Timur (Y)


(21)

dimana t-hitung 1,468< t- table 2,201, dan variable jumlah uang beredar (X3) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka di Jawa Timur (Y) dimana t-hitung -2,474<t-tabel -2,201.

3. Leksono 2003 : ix

Jurnal ekonomi berjudul “ Pengaruh Kurs Valas,

Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Jawa Timur”.

Dengan variabel terkait (Y) ialah deposito. Sedangkan variabel bebas meliputi kurs valas (XI), inflasi (X2) jumlah uang beredar (X3). Hasil analisis disimpulkan bahwa dari penelitian ini secara simultan menunjukan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas kurs valas, jumlah uang beredar dan deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur. Hal ini diketahui dari uji-F yaitu diperoleh F-hitung 13,563 > F-tabel 3,59 sedangkan secara persial, variabel kurs valas (X1), berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur (Y) dengan menggunaka uji-t dimana t-hitung 1,470 <t-label 2,201, dan jumlah uang beredar (X3) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka pada bank umum di Jawa Timur (Y) dimana dihitung 6,288> t-tabel 2,201.


(22)

4. Kurniawati 2004 : x

Dengna judul penelitian “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Deposito berjangka pada PT. BANK

RAKYAT INDONESIA (persero) Tbk” Dengan variabel terikat

(Y) ialah suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk. Sedangkan variabel bebas meliputi tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (X1), kurs rupiah terhadap dollar (X2), produk domestik bruto (X3), Singapura Interbank Offer Rate (X4). Dari hasil analisis dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap US $, produk domestik bruto dan singpura interbank offer rate terhadap suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk, Dapat diketahui dari uji-F yaitu diperoleh F-hitung = 52,808>F-tabel = 3,06 sedangkan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI (X1) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk (Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung = 4,882 > t-tabel = 2,131, variabel kurs rupiah terhadap US $ (X2) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dimana t-hitung = 2,410> t-tabel = 2,131, variabel produk domestik bruto (X3) berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dimana t-hitung 2,262> t-tabel = 2,131 dan variabel


(23)

singapura interbank offer rate (X4) tidak berpengaruh terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung =-1,061>-t-tabel =-2,131.

5. Sunardi, (2003 : 8)

Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang mempengaruhi

suku bunga” Berdasarkan kesimpulan analisis yang ditulis oleh

penulis bahwa penghitung suku bunga pinjaman yang menggunakan weighted Average Cost Of Fund biaya sumber dana bank serta konstribusi dan spread yang diinginkan ikut serta di perhitungkan. Didalam perhitunmgan kredit. Faktor yang tidak boleh di tinggalkan adalah adanya provinsi dan komisi yang harus dipungut bersamaan dengan persetujuan dan pencarian kredit tersebut besarnya provinsi bervariasi, tergantung dari jumlah kredit dan hubungan baik dengan nasabah dan bank.

Didalam penelitian terdahulu telah dinyatakan bahwa tingkat suku bunga di bank umum dapat meningkat dengan adanya faktor yang mempengaruhinya antara lain likuiditas bank, kurs valuta asing (Rupiah terhadap US $), tingkat suku bunga dan sebagainya. Hasil penelitian terdahulu pernah menjelaskan bahwa faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap peningkatan tingkat suku bunga tabungan di bank umum, dan hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan penelitian yang akan dilakukan sekarang.


(24)

2.2 Landasan teori

2.2.1 Pengertian dan Fungsi Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan keuangan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpan kepadanya. Lembaga keuangan ini akan mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya, dengan di beri balas jasa sebagai pendapatanya berupa bunga atas simpananya. (Poli, 2002 : 253)

Menurut UU No : 10 Thun 1998 fungsi utama bank adalah penghimpunan dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan menurut

Reed, Cotter, Gill, Smitli, dalam buku Commercial Banking,

mengatakan bahwa perbankan (Khususnya bank-bank komersial/bank umum) m empunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah pemberian jasa-jasa yang semakin luas meliputi:

1. Pelayanan dalam mekanisme pembayaran (transfer of funds)

2. Menerima tabungan

3. Memberikan kredit

4. Pelayanan dalam vasilitas pembayaran perdagangan luar negeri

5. Penyimpanan barang-barang berharga

6. Trush service, yaitu jasa-jasa yang diberikan dalam bentuk pengamanan dan pengawasan harta milik.


(25)

Dengan demikian, sebagian besar dana yang berada di bank adalah milik penabung dan deposen. (Suyatno,: 2001 : 2)

1. Agent of trust

Adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.

2. Agent of Development

Bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi .

Di Indonesia pengemban tertinggi atas dua fungsi diatas terletak pada bank Indonesia selaku bank sentral dan bank-bank umum.

2.2.1.1 Jenis Bank

Menurut UU pokok perbankan No. 10 tahun 1998

tentang jenis bank, bank Indonesia terdiri hanya dua jenis yakni:

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang


(26)

dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syari ah yang ada dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Selain itu di indonesiajuga terdapat bank sentral yakni Bank Indonesia (BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana di tetapkan dalam UU No : 23 Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Santoso, 1003:1)

Selain itu bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi sebagai lembaga Pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.


(27)

2.2.1.2 Sumber Dana Perbankan

Dalam garis besarnya sumber dana bagi sebuah bank ada tiga (Suyatno, 2001 :32) yaitu:

a. Dana yang bersumber dari bank sendiri

Adalah dana berbentuk model sektor yang berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum di bagikan kepada pemegang saham.

b. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Dana yang berasal dari masyarakat luas itu terdiri dari :

1. Simpanan Giro (demand deposit)

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek surat perintah pembayaran lainya atau dengan cara pemindah bukuan.

2. Simpanan Deposito (time deposit)

Adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.


(28)

3. Tabungan (saving)

Adalah tabungan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.

4. Setoran jaminan

Adalah dana yang mengendap yang berasal dari nasabah sebagai akibat dari pembukaan ataupun permintaan jaminan bank.

5. Dana dari transfer

Selama uang yang di transfer belum di ambil dari bank maka uang tersebut merupakan salah satu sumber dana yang diperhitungkan oleh bank.

2.2.1.3 Pengertian tingkat suku bunga

Suku bunga adalah harga yang di bayar “pinjaman” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber dana seluruh interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal, dan harga yang dibayar biasanya di ekspresikan sebagai presentasi dari principal per/unit waktu (umumnya setahun) (fabozzi dkk, 1999:204).


(29)

Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau untuk jangka wktu tertentu atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Sama halnya dengan harga barang-barang lain, apabila jumlah dana yang ditawarkan kreditur lebih kecil dari yang diminta debitur, maka tingkat bunga cenderung naik. Begitu pula sebaliknya. Pengertian tingkat bunga sebagai harga bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi petukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah di masa yang akan datang. Dengan demikian tingkat bunga berkaitan sekali dengan kurun waktu di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari (Boediono 1996 : 2)

Tingkat bunga memerankan peran penting bagi kalangan perekonomian khususnya rumah tangga dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang-barang tahan lama, membeli rumah, membeli obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabungannya , tingkat bunga yang tinggi dapat menghalangi seseorang untuk membeli barang kebutuhan karena onkos pembiayaanya akan tinggi, di lain pihak tingkat bunga yang tinggi dapat mendorong orang untuk menabunmg karena memungkinkan untuk memperoleh penghasilan bunga yang lebih banyak. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.


(30)

Yang paling penting lagi tingkat bunga riil, yaitu tingkat bunga setelah disesuaikan dengan yang diharapkan. Selain mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan investasi, tingkat riil mempunyai implikasi besar terhadap kesejahteraan debitur maupun kreditur karena mempengaruhi cara bagaimana kekayaan riil di diredistribusikan diantara mereka. Tingkat bunga riil juga mempengaruhi kurs di pasar internasional. Melalui kurs, perubahan tingkat bunga riil menentukan biaya impor. Jika faktor-faktor lain tetap, kenaikan tingkat bunga riil di dalam negeri akan menarik dana dari luar negeri sehingga menaikkan nilai mata uang domestic. Naiknya nilai mata uang domestic akan mengakibatkan lebih mahalnya barang-barang domestic dimata orang-orang asing, dan sebaliknya barang luar negeri menjadi lebih murah di pasar domestic. (Puspopranoto, 2004:12)

Bunga dapat dipandang dari dua sudut pandang yang berbeda dan mempunyai arti yang berbeda pula. Pertama adalah dilihat dari sudut pandang yang mempunyai dana atau modal atau yang membarikan kredit, maka bunga dalam hal ini adalah merupakan pendapatan. Kedua dipandang dari sudut pandang yang memerlukan dana atau yang meminjam dana atau yang mengambil kredit, maka bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh debitur sebagai imbalan atas penggunaan dana yang telah ia pergunakan dengan demikian bunga merupakan sewa atau harga


(31)

atas dana atau uang atau modal yang telah dipergunakan (Hariyanto, 1997 : 36)

Tingkat bunga sebagai indikator moneter merupakan variabel yang memberikan informasi atau sasaran kebijaksanaan moneter telah mencapai sasaran yang diinginkan. Pemerintah mempunyai peranan yang besar dalam menetapkan tinggi rendahnya tingkat bunga meskipun tidak mutlak. Penjelasan diatas memberikan masukan bagi kita bahwa tingkat bunga merupakan satu alat yang penting untuk mengendalikan berbagai masalah dalam bidang perbankkan yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat.

2.2.1.3.1 Teori Tingkat Suku Bunga

Ada banyak teori tentang tingkat suku bunga. Berikut ini disampaikan beberapa diantaranya:

1. Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory.

Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam ekonomi dengan mengkaji mengapa orang-orang menabung dan mengapa orang lain meminjam. Factor utama yang mempengaruhi keputusa untuk menmabung adalah preferensi pilihan waktu marginal seorang individu, yaitu kemauan untuk menukarkan


(32)

sebagian konsumsi sekarang dengan konsumsi di masa depan (Fbozzi, 1999 : 204).

Faktor lain yang mempengaruhi keputusan menabung adalah penghasilan. Secara umum, semakin tinggi penghasilan berjalan, semakin banyak uang yang akan ditabung, walaupun individu-individu yang memiliki

tingkat penghasilan yang sama mungkin memiliki time

preference yang berbeda-beda. Variabel ketiga yang mempengaruhi keputusan untuk menabung adalah balas jasa (kompensasi) bagi tabungan atau tingkat bunga untuk pinjaman yang diberikan oleh para penabung (Fabozzi, 1999:205).

Teori ini menyatkan tingkat suku bunga umum ditentukan oleh interaksi komplrks dari dua faktor, pertama adalah total permintaan dana oleh para nasabah debitur. Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku bunga. Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah total penawaran dana dari para nasabah kreditur, penawaran berhubungan positif dengan suku bunga, jika semua faktor ekonomi yang lain konstan.


(33)

Berikut kurva yang menggambarkan terjadinya tingkat bunga keseimbangan di pasar investasi (loanable funds) dalam suatu periode.

Gambar 1: Kurva Permintaan Dana Tabungan

Suku bunga (%)

Investaasi

Sumber : Fabozzi, 1990, Pasar dan Lembaga Keuangan,

Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, hal 205 Hubungan antara total tabungan dengan suku bunga

digambarkan sebagai kurva penawaran yang bergerak ke atas (S), yang menghubungkan jumlah investasi pada sisi vertikal. Permintaan total terhadap pinjaman (pendapatan pinjaman yang tidak di konsumsi) dalam suatu perekonomian, sebagai fungsi dari suku bunga, terlihat sebagai garis yang menurun ke bawah (I).

S i


(34)

Penawaran akan dana investasi (S) betemu dengan permintaan dana investasi (I) di pasar dana investasi (loanable funds) dan disitu tercipta tingkat bunga keseimbangan yang diberi lebel Si. Faktor penentu utama dari bentuk kurva S adalah rate of time preference para penabung,

dan faktor penentu utama dari kurva I adalah marginal

product dari capital. Jadi tingkat bunga berubah, yang satu kerena perubahan subyektif para pelaku ekonomi, yang lain karena perubahan teknologi (Boediono, 1996:82).

Pada masa sekarang masyarakat cenderung untuk menabung karena faktor pendapatan dan faktor keamanan. 2. Teori Keynes (liquidity preference)

Teori ini menganalisis suku bunga keseimbangan melalui interaksi penawaran dengan permintaan uang. Keynes mengansumsikan bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam bentuk “uang” dan “obligasi” menurut Keynes uang ekivalen dengan valuta dan rekening dan giro (demand deposit), yang tidak membayar bunga (bunga sangat sangat rendah), tetapi sangat likuid dan bisa digunakan bagi transaksi. Obligasi menurut Keynes mewakili kategori yang luas dan meliputi asset-aset keuangan jangka panjang yang membayar bunga, tidak likuid dan memiliki sejumlah resiko karena harga


(35)

aset-aset ini bervariasi dan berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga (Fabozzi, 1999:209)

Menurut teori ini ada tiga motif (yakni, transaksi berjaga-jaga dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah merupakan sumber timbulnya permintaan

akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Artinya

permintaan akanuang menurut teori Keynes berlandaskan dari konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Keinginan tetap likuid inilahbersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono, 1996:20)

Hubungan negatif antara suku bunga dengan permintaan terhadap uang digambarkan sebagai kurva D yang menghubungkan suku bunga dengan jumlah uang dalam perekonomian, pada tingkat pendapatan dan ekspektasi tertentu. Berikut kurva yang menggambarkan keseimbangan dalam pasar uang menurut Keynes.


(36)

Gambar 2: Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang

Suku bunga (%) i

i

0 MS D Penawaran Uang

Sumber : Fabozzi, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta hal 210

Penawaran uang sebagai garis vertikal, MS, dan garis diatas “MS” mengindikasikan bahwa kuantitas tidak bervariasi dengan perubahan suku bunga. Keseimbangan dalam pasar untuk menghendaki total permintaan uang sama dengan total

penawarannya. Dalam kurva diatas suku bunga keseimbangan

adalah Suku bunga ekuilibrium bisa berubah jika terjadi perubahan dalam variabel apapun yang mempengaruhi kurva permintaan atau penawaran. Pada sisi permintaan, Keynes mengemukakan dua variabel penting yakni, tingkat pendapatan dan tingkat harga barang dan jasa. Kenaikan penghasilan, cateris paribus, menaikan nilai likuiditas uang serta menggerakkan kurva permintaan kekanan sehingga menaikkan suku bunga ekuilibrium.


(37)

Keynes berpendapat bahwa, peningkatan penawaran uang akan menggerakkan kurva penawaran kekanan, dan menurunkan suku bunga ekuilibrium, begitupun sebaliknya penurunan penawaran uang akan menaikkan suku bunga (Fabozzi, 1999:210).

2.2.1.4 Pengertian, jenis dan Fungsi Deposito

2.2.1.4.1 Pengertian Deposito

Arti deposito berjangka (time deposit) menurut UU No:7 tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan. Adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian pada pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Bila waktu yang ditentukan telah habis. Deposen dapat menarik deposito berjangka tersebut atau memperpanjang dengan suatu periode yang ditentukan.

Secara makro, bagi bank deposito merupakan sumber likuiditas. Bila likuiditas bank dapat menaikkan suku bunga untuk m enarik dana deposito berjangka. Dana deposito digunakan juga sebagai bentuk pinjaman.

Secara makro, sebagai alat stabilitas moneter dengan menaikkan suku bunga untuk menarik dana deposito berjangka. Sehingga terjadi konstraksi..


(38)

Menempatkan dana dalam deposito berjangka memerlukan periode waktu tertentu mengendap di bank memperoleh keuntungan bunga dalam jumlah tertentu. Periode waktu ini biasanya, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Pengambilan deposito yang belum jatuh tempo akan di kenai pinalti, berupa denda yang ditentukan oleh bank.

Dalam hal ini deposito merupakan sarana investasi jangka menengah dimana masyarakat dapat menentukan sendiri jatuh tempo yang diinginkan. Penentuan jangka waktu sangat penting dalam investasi ini. Bila masyarakat sudah cukup memiliki dana yang dan ingin mendapatkan bunga tetap selama jangka waktu tertentu, produk deposito dapat menjadi pilihan. Tapi bila kebijakan investasi yang diinginkan adalah penembangan dari dana awal, maka masih ada produk lain yang lebih memingkinkan. Anda mendapatkan pengembalian yang yang lebih tinggi dengan resiko yang tetap terukur.

2.2.1.4.2 Jenis-jenis Deposito

Deposito atau dana yang bersumber dari masyarakat ini, pada dasarnya dibedakan menurut sifat dan ketentuan yang mengatur tersebut. Adapun dana yang berasal dari simpanan masyarakat ini terdiri dari berbagai jenis yaitu


(39)

1. Deposito Berjangka (time deposit)

Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan atau lembaga. Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik tunai maupun non tunai.

2. Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam berbentuk sertifikat. Artinya didalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjual belikan pada pihak lain. Pencairan bunga dapat dilakukan di muka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai.

3. Deposit on Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar (tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dapat dilakukan pada saat pencairan deposit on coll dicairkan terlebih


(40)

dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit Besarnya bunga ditentukan dengan negoisasi terlebih dahulu antara pihak bank dengan nasabah. (Kasmir 2002:94).

2.2.1.4.3 Fungsi Deposito

Fungsi deposito ataupun dana yang ditanamkan masyarakat dalam

investasi perbankan secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Deposito berjangka pada hakekatnya adalah sebagai alat pengaman kekayaan. Deposito memberikan rasa aman kepada pihak-pihak yang memilki kekayaan dalam bentuk uang.

2. Mengurangi sifat konsumtif yang ada pada masyarakat, dikarenakan dengan menyimpan dana dalam bentuk deposito masyarakat tidak dapat sewaktu-waktu mengambil dananya yang berada di bank tersebut.

3. Bila deposito meningkat, hal ini menunjukan bahwa dunia perbankan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini perbankan dapat bertindak dalam mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang kelebihan dana untuk dapat dimanfaatkan secara produktif.


(41)

2.2.1.5 Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko (2000: 84) terdapat 2 teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:


(42)

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000: 84):

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang


(43)

2.2.1.5.1 Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan

sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau ( investasi

terpengaruh ) adalah investasi yang besar kecilnya sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan , makin tinggi tingkat pendapatan maka makin tinggi pula investment .

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan


(44)

peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3.Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri,

sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.

Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4 .Gross Investmentdan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti


(45)

bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi, 1994: 161).

2.2.2 Pengerttian likuiditas bank

Secara umum likuiditas bank dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kewajiban membayar uang kas apabila diperlukan. Devisi ini bersifat umum dan mungkin dapat diperlukan pada perorangan dan lembaga perusahan apa saja termasuk perusahaan perbankan. Dalam pengertian seperti ini, likuiditas bank mempunyai peranan yang penting bagi suatu perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek, sedangkan pengertian likuiditas bank terdiri dari tiga unsur yaitu jumlah dana, biaya dana, dan waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.

Semakin besar jumlah dana yang didapat oleh suatu bank dalam waktu tertentu untuk memenuhi likuiditasnya, dan dengan biaya yang ditetapkan, semakin likuid bank tersebut semakin cepat suatu bank memperoleh sejumlah dana dengan waktu tertentu, semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Selanjutnya semakin rendah biaya dana yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, maka semakin likuid pula bank yang bersangkutan. ( Burn, 1984 :128 )

Likuiditas yang diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya jangka pendek yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat –alat pembayaran (alat-alat likuit) yang dimiliki oleh


(46)

suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum mampunyai kemampuan membayar (Rianto, 1990:18).

Jika kekuatan membayar bank dapat ditunjukkan dengan kepemilikan alat-alat membayar seperti asset dan alat-alat likuit, sedangkan kemampuan membayar adalah pemanfaatan alat-alat sebagai kekuatan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi dikatan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknnya yang

tidak mempunyai kamampuan membayar adalah illikuid. Apabila

kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban financial untuk menyelenggarakan proses produksi maka disebut likuiditas perusahaan.

Berdasarkan asumsi diatas maka pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dengan aktiva lain yang


(47)

dapat disamakan dengan uang tunai disuatu pihak dengan jumlah hutang lancer dipihak lain.

Didalam likuiditas bank maka terdapat beberapa aspek yaitu :

a. Implikasi dari ketidak seimbangan antara pinjaman –

pinjaman bank umum dan deposito untuk tujuan moneter. b. Sejauh mana kelebihan likuiditas dalam kenyataan benar –

benar ada dalam bank – bank.

Asumsi tentang deposito dengan uang kartal yang menunjukkan tentang likuiditas bank, terlihat sangant jelas banyak deposito. Hal ini didukung dengan pemberian tingkat suku bunga deposito yang tinggi sehingga orang cenderung untuk mendepositokan uangnya dari pada harus menginvestasikan yang lain. Kondisi seperti ini karena bank – bank komersial memiliki kelebihan likuiditas, maka mereka cenderung untuk memberikan pinjaman baik dengan uang kartal maupun dengan memciptakan deposito tambahan. Dalam salah satu kasus terssebut, tambahan pinjaman yang diberikan oleh bank – bank komersial akan menaikkan penawaran uang (termasuk deposito berjangka) dalam jumlah yang sama, sehingga jumlah klaim moneter yang lebih besar masih akan dipinjamkan keluar seluruhnya. Ini merupakan aspek teknis dari masalah tersebut bahwa uang kartal dan deposito


(48)

berapapun besarnya selalu dipinjamkan keluar oleh salah satu bagian dari system moneter.

2.2.2.1 Hubungan Antara Likuiditas Bank Dengan Timgkat Bunga Deposito

Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga

uang, dan harga uang (bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money

supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia (money supply) rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang yang tersedia (money supply) amat rendah, maka akan terjadi kesulitan likuiditas yang pada akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris. Krisis global yang terjadi saat ini diantaranya disebabkan karena rendah jumlah uang yang tersedia terutama di Amerika Serikat akibat kredit macet (subprime mortgage) yang berdampak kebanyak negara dan akhirnya menimbulkan krisis keuangan global. Kredit macet yang terjadi di Amerika Serikat tersebut disebabkan karena naiknya suku bunga kredit dari 1 persen menjadi sekitar 5% untuk subprime mortgage tersebut. Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah yang tidak mampu membayar kreditnya. Kredit macet ini mencapai 1,2 triliun US $ yang mengakibatkan macetnya sistem keuangan AS dan akhirnya kebanyak negara di dunia. Dari fakta ini jelas bahwa penyebab krisis keuangan dan krisis ekonomi global di picu oleh harga uang alias bunga (interest) yang tinggi atau naik. Dan krisis tahun 2007 – 2008 ini barulah awal (Smick. 2008), akan menyusul krisis-krisis lain bila sistem keuangan yang berlaku tetap seperti ini.


(49)

2.2.3 Pengertian Kurs

Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvaton,1994: 140).

Kurs tukar uang (exchange rate) adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan dengan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara. Kurs valuta asing dalam periode waktu dapat saja tetap nialinnya. Artinya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dari waktu tersebut. Akan tetapi pada umumnya biasanya kurs mata uang itu seringa mengalami fluktuasi, bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang besar.

Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal :

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing, selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perdagangan dalam waktu

pembayarannya.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak


(50)

sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat valuta pasar, apabila transaksi jual beli valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawarannya. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilitas kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat di ubah dari waktu ke waktu, pemerintahan juga dapat menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. (Nopirin, 2000:172).

Adapun kurs valuta asing ada beberapa macam, antara lain : a. Sistem kurs berubah-ubah

b. Sistem kurs stabil

c. Sistem pengawasan devisa (Exchannge control)

2.2.3.1 Sistem Kurs berubah-ubah

Dalm pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, bahwa permintaan valuta asing perlukan guna melakukan transaksi pembayaran luar negeri (impor), dan permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debit (importir) dalam neraca pembayaran internasional, sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir dan berasal dari transaksi kredit pembayaran nasional. (Nopirin, 2000:173).


(51)

2.2.3.2 Sistem Kurs stabil

Pada dasarnya kurs stabil berasal dari kebijakan pemerintah yang berusaha menstabilkan kurs. Karena kurs bebas yang dapat menimbulkan berbagai tindakan spekulasi yang tidak menentu di dalam perekonomian.

Kurs stabil dapat ditimbulakan karena :

• Aktif : stabilization funds

Yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabillitas kurs, dan cara ini disebut dengan cara aktif yaitu dengan cara :

1. Pemerintah membeli valuta asing dipasar valuta asing,

apabila tendensi kurs valuta akan turun (yaitu dengan menaikkan permintaan pemerintah, sehinggan turunnya kurs dapat dicegah)

2. Pemerintah akan menjual valuta asing kepasar valuta asing, apabila tendensi kurs valuta asing naik (yaitu dengan menaikkan penawaran valuta asing sehingga meningkatnya kurs dapat dicegah)

• Pasif : Gold Standart

Yaitu dimana suatu negara menggunakan standart emas sebagai patokan terhadap kurs yang dipakai, dengan catatan :

1. Nilai mata uangnya dijaminkan denagn nilai seberat emas tertentu.


(52)

3. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah). (Nopirin, 2000 :175-177).

2.2.3.3 Pengawasan Devisa

Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing, dengan tujuan untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing di bandingkan dengan permintaannya. Karena kondisi yang demikian maka pemerintah melakukan kebijakan alokasi-alokasi di dalam penggunaan valuta asing tersebut untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program pemerintah.

Sedangkan berdasarka waktunya kurs valuta asing dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

a. Kurs tukar untuk masa yang akan datang (Forward Exchange

Rate)

Yaitu karena kurs untuk mata uang yang sama dapat berbeda antara saat ini dengan antara saat yang akan datang, sehingga timbul adanya kliring, Hedging dan Spekulasi.

b. Kurs tukar saat ini (Spot Exchange Rate)

Didasari oleh permintaan dan penawaran akan valuta asing untuk menentukan nilai tukar valuta asing, maka ada dua sistem yang


(53)

menjelaskan ada dan tidaknya intervensi pemerintah terhadap kurs tukar valuta asing, yaitu :

1. Standart kurs tetap (fixed exchange standart)

Dimana para pejabat (penguasa bank sentral) berusaha untuk mempertahankan agar kurs tukar pada dasarnya tetap meskipun, apabila

kurs yang mereka pilih menyimpang dari kurs keseimbangan yang berlaku. (Kindleberger, 1982 : 279). 2. Standart kurs mengambang (floating exchange standart)

Yaitu sistem tanpa campur tangan pemerintah atau penguasa bank sentral.

2.2.3.4 Kurs Mengambang (floating Exchange Standart)

System kurs mengambang bercirikan kurs yang berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing yaitu penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan kurs, tingkat bunga dan valuta asing. Kurs mengambang merupakan system kurs yang tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetetif dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga perubahan factor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Factor-faktor ini dapat berasal dari pasar barang, seperti perubahan tingkat bunga, tetapi dalam kedua kurs tersebut akan dapat cepat apabila tidak seketika itu juga tergabung dengan kurs yang


(54)

berlaku. Dengan demikian pada momentum tertentu kurs mengambang dapat diharapkan untuk menggabungkan dan mencerminkan informasi yang relevan yang disebarkan ke masyarakat untuk penentuan kurs dan pada tingkat ini dapat di anggap efisien secara alokatif.

Implikasinya adalah bahwa kurs mengambang akan lebih volatile dari pada kurs tetap karena campur tangan pemerintah tidak akan mengurangi efek “goyangan” / Fluktuasi kurs. Jadi folatilitas bukan merupakan sifat dari kurs mengambang tetapi merupakan akibat dari ketidak pastian ekonomi yang selalu ada dan merupakan akibat tiadanya tindak stabilisasi oleh pemerintah. (Jamli, 1993 :209-210).

2.2.3.4.1 Keunggulan dan kelemahan kurs mengambang

Keunggulan kurs mengambang antara lain : (Jamli, 1993 : 213)

1. Karena system kurs mengambang dapat bekerja dengan efisien, kurs

mengambang dapat diharapkan untuk menyesuaikan secara otomatis menjamin keseimbangan neraca pembayaran.

2. Karena kurs mengambang mencerminkan harga mata uanng yang

ditentukan pasar akan berperan dalam alokasi sumber-sumber yang efisien, kurs yang mengambang dapat diharapkan untuk menaikkan efisiensi alokasi sumber-sumber internasional.

3. Kurs mengambang dapat mendorong spekulasi yang menstabilkan dan


(55)

4. Kurs memberikan kemudahan ekonomi domestik dengan memindahkan kendala neraca pembayaran eksternal, kebijaksanaan dalam negeri mengenai kesempatan kerja penuh, misalnya, dapat diteruskan dengan diperkenankan berfluktuasi untuk mempertahankan keseimbangan eksternal.

5. Tiadanya kebutuhan untuk mempertahankan cadangan internasional,

menghilangkan biaya oportinas pemilikan cadangan dan campur tangan pemerintah di pasar valuta asing.

6. Tidak adanya campur tangan pemerintah dan tiadanya pengendalian valuta asing dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, politik, dan ekonomi.

Sedangkan kelemahan dari kurs mengambang antara lain :

1. Ketidakstabilan temporer atau silkis dan menjangkitka ketidak stabilan harga yang dapat meredam perdagangan, dengan demikian mengurangi kesejahteraan ekonomi semakin tidak elastis permintaan dan penawaran valuta asing semakin besar volatibilitas kurs untuk setiap perubahan permintaan dan penawaran, sehingga semakin besar ketidakstabilan harga potensial yang sehubungan dengan volatabilitas.

2. Spekulasi yang merusak kestabilan dapat memperbesar volatabilitas kurs dengan mendorong kurs secara progresif lebih jauh dari ekilibrium, namun demikian spekulasi seperti itu pada dasarnya berjangka waktu pendek dan hanya dapat dilangsungkan selama spekulan siap untuk menyebabkan meningkatnya pengurangan valuta yang di akibatkan oleh kekuatan pasar


(56)

yang mendorong kurs ke atas tingkat keseimbangna yang ditentukan pasar dan mendorong kurs menjauh.

2.2.3.5. Hubungan Kurs Rupiah terhadap Dollar dengan Tingkat Suku Bunga Deposito

Di Indonesia kurs valas mengalami perubahan setiap waktu, ada kalanya rupiah menganut mata uang asing pada saat kondisi Indonesia stabil atau cenderung membaik dari kondisi sebelumnya, sebaliknya rupiah akan melemah terhadap mata uang asing pada saat kondisi Indonesia memburuk.

Hubungan atau pengaruh kurs terhadap indeks harga saham itu sendiri sangat berkaitan erat, hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu factor yang mempengaruhi indeks harga saham, sedangkan indeks harga saham adalah dampak simultan dari berbagai kejadian utama pada fenomena – fenomena ekonomi. Dalam perekonomian suatu Negara itu biasanya dilihat dari kurs Negara itu sendiri terhadap kurs kurs valas. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tapi bila kurs itu melemah maka indeks harga saham juga ikut menurun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan saham dipasar modal oleh investor. Dan hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham. Apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal memilih menabung di bank.


(57)

2.2.4 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang-barang secara terus menerus (Nopirin,1992 : 25 ).

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. (Insukindro,1991 : 136 )

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus,kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak disebut inflasi,kecuali jika kenaikan tersebut meluas kepada ( mengakibatkan) sebagian besar dari barang lain.( Boediono, 1998 : 162 ). a. Berdasarkan sumber penyebabnya inflasi di golongkan sebagai berikut:

1. Inflasi permintaan ( Demand pull inflation)

Adalah inflasi yang timbul adanya banyaknya permintaan atas barang– barang konsumsi oleh masyarakat.karena permintaan masyarakat.karena permintaan masyarakat ( Agregat Demand ) bertambah maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat harga berubah dari P1 ke P2 kenaikan harga barang akhir mendahului kenaikan harga impor dan kenaikan harga factor produksi.


(58)

Gambar 3 : Demand pull Inflatio

P D2

P2 D1

P1 Q1 Q2 Q

Sumber : Boediono,1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogjakarta, halaman 152.

2. Inflasi penawaran ( cost push inflation )

Adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran agregat akibat kenaikan ongkos produksi.

Gambar 4 : Cost-push inflation P S2

S1

D Q1 Q2 Q

Sumber : Boediono, 1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No, 2 BPFE UGM Yogjakarta, halaman 157.


(59)

pada gambar tersebut terlihat bila ongkos produksi naik dari kurva penawaran akan bergerser akhir (output) naik. Mengikiti kenaikan harga barang input atau factor produksi.

b. Berdasarkan adanya inflasi dapat menjadi :

1) Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi jenis ini umumnya disebabkan oleh panen yang gagal, devisit anggaran pendapatan dan belanja Negara yang dibiayai dengan cara pencetakan uang baru.

2) Inflasi dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi dari luar negeri ini berawal dari naiknya harga barang impor dan mengakibatkan :

a) Kenaikan harga barang-barang luar negeri yang dijual di dalam negeri

b) Kenaikan biaya produksi, yang diakibatkan oleh

kenaikan harga barang baku barang yang berasal dari luar negeri atau barang impor

c) Ikut menaikkan harga barang-barang dari dalam negeri. Kenaikan tersebut berdasarkan kenaikan acuan kenaikan harga barang impor dijual didalam negeri.

Menurut tingkat laju infalsi :

a. Mild inflation < 10 % per/tahun

b. Moderate inflation 10% - < 30% per/tahun c. High inflation 30% - 100% per/tahun


(60)

d. Hyper inflation > 100% per/tahun Menurut sifat-sifat inflasi :

a. Creeping inflation : inflasi merayap, laju inflasi yang rendah / ringan.

b. Galloping inflation : inflasi moderat, tinggi, jangka pendek, akseleratif.

c. Hyper inflation : inflasi yang terjadi secara cepat sekali. Tiga teori utama mengenai inflasi :

a. Teori kwantitas

Teori ini mengatakan penyebab dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan harapan psikologis masyarakat terhadap kenaikan harga-harga dimasa dating.

b. Teori Keynes

Teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia (apalagi timbul inflatory gap). Selama inflatory gap tetap ada selama itupula proses inflasi berlanjut dan menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan pendapatan proses ekonomis (Boediono, 1998 : 158).


(61)

Gambar 5 : Teori tingkat inflasi Keynes CIG(X-M)

C+I+G+TX+(X-M)

Full Employment

Y Y(GDP)

Sumber : Boediono, 1998, ekonomi makro seri synopsis pengantar ilmu ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogyakarta, hal 159.

c. Teori struktural

Teori ini bersifat jangka panjang karena menyoroti sebab inflasi yag berasal dari kekuatan struktur ekonomi khususnya kategori suplay. Bahan makan dan barang-barang ekspor, karena structural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat disbanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa akibat kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi semacam ini tidak bisa diobati dengan misalnya jumlah uang


(62)

beredar, tetapi harus dengan sector bahan makan dan ekspor (Boediono, 1998:179).

Tingkat inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan dari tekanan permintaan dan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter disebut inflasi inti (core inflation). Gangguan

permintaan yang mengakibatkan inflasi tinggi dapat diatasi dengan mengetatkan uang beredar atau dengan menaikkan tingkat bunga, hal tersebut disamping dapat menekan inflasi, juga dapat menyesuaikan kembali pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan kapasitas perekonomian (Rachbini, 2000:197).

2.2.4.1 Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Suku Bungan Deposito

Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.

Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price of capital), dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan naik pula, tetapi orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-mata untuk investasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan


(63)

spekulasi. Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya dalam ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.

Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher

equation). Dari persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;

1). Karena tingkat bunga riil berubah dan

2). Karena tingkat inflasi berubah

Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen, selanjutnya dari persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1 persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Dari fakta ini jelas bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai hubungan yang positif.

2.2.5 Pengertian uang beredar

Pengertian yang paling sempit adalah bahwa yang termasuk dalam devinisi uang adalah uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat. (Boediono, 1998 :2).

Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kartal ditambah uang giral sedangkan dalam arti luas adalah M1 ditambah deposito


(64)

berjangka atau time deposito ditambah dengan saldo tabungan atau seving deposit. Pengertian uang beredar yang lebih luas lagi (M2) adalah M1 ditambah dengan uang kuasai. (Boediono, 1998 : 3-6).

Uang beredar menurut pengertian yang terbatas (M1) adalah uang kartal ditambah uang giral, sedangkan pengertian yang luas (M2) adalah M1 ditambah dengan uang kuasai yang terdiri dari deposito, tabungan dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. (Sukirno, 1998 : 207).

Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah jumlah rekening deposito yang dapat dijadikan cek (sertifikat of deposit) ditambah uang kartal (currency) yang dipegang oleh masyarakat ukuran yang lebih luas dari uang beredar adalah mencakup M1 ditambah deposito berjangka ditambah tabungan. (Fisher, 1992 : 339).

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka dapat di ambil suatu batasan mengenai pengertian uang beredar, yaitu :

1. Uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus giral (currency plus demand deposits) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money (M1)

M1=C+DD………(Boedionno, 1998 : 4) Dimana, C = currency (uang kartal)


(65)

2. Uang dalam arti luas M2 (broad money) adalah kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri atas uang M1 ditambah deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarkat pada bank-bank. M2 = M1+TD+S………..(Boediono, 1998 : 5) Dimana, TD = time deposit (deposito berjangka)

SD = saving deposits (saldo tabungan)

3. Devinisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yaitu mencakup semua deposito berjangka dan saldo tabungan besar kecil rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non bank.

M3 = M1 + QM………(Boediono, 1998 : 6) Dimana, QM = quasy money

Uang kuasai merupakan aktiva milik sektor swasta domestik yang dapat memenuhi sebagian fungsi uang atau sementara kehilangan fungsinya sebagai media pertukaran. (Insukindro, 1993 : 78).

Berdasarkan beberapa devinisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditangan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasai, (quasay money).


(66)

2.2.5.1 Teori Permintaan Uang

2.2.5.1.1 Teori Kuantitas Uang

Dalam menerangkan teori kuantitas yang dilakukan oleh Irving Fisher digunakan persamaan aljabar yang digunakan persamaan pertukaran,Persamaan pertukaran ttersebut dinyatakan sebagai berikut : MV =PT……… (Sukirno, 2000 :410) Dimana, M = jumlah uang beredar

V = kelajuan peredaran uang P = tingkat harga-harga

T = jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan

didalam satu tahun tertentu

Di dalam persamaan itu M di artikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M adalah sama dengan uang kertas, logam, dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang, yaitu V, ditentukan berdasarkan keseimbangan (berapa sering) uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Dalam penentuan nilai P yang perlu diketahui adalah indeks harga. Faktor yang terakhir persamaan pertukaran di atas, yaitu T, menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan setengah jadi yang diperjual belikan. (Sukirno, 1998 : 221).


(67)

2.2.5.1.2 Teori Permintaan Uang Keynes

Pada hakekatnya keynes mengemukakan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini dekenal dengan nama teori liquidity preferenc. (Boediono, 1998 : 27).

Keynes dalam teorinya dalam permintaan akan uang kas, membedakan akan motif transaksi, berja-jaga serta spekulasi. Jadi dia mengakui adanya motif transaksi, hanya saja yang lebih penting (dalam arti pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi) adalah motif spekulasi. 1) Permintaan uang untuk tujuan transaksi

Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi karena mereka pikir bahwa pengeluaran ini sering terjadi lebih dahulu dari pada uang masuk (dari pendapatannya). Meskipun seandainya pengeluaran dan permintaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas ditangan tetap diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima atau pengeluaran untuk transaksi sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberi keuntungan sangat besar menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

Keynes menyatakan bahwa, permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung pada pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan , makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi.


(68)

2) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi

Keynes juga menyadari bahwa, masyarakat juga menghendaki jumlah uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi, karena keingina untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancer (uang kas). Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai penimbun kekayaan (store of value).

Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan spekulasi.

Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga dapatlah digambarkan seperti berikut :

Gambar 6: Permintaan Uang Untuk Spekulasi

Tingkat Bunga (r) L2

L2

(a) L2

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter 1, Penerbit BPFE Yogyakarta, hal 120


(69)

Gambar 7: Permintaan Uang Kas Pada Tingkat Bunga

Tingkat Bunga (r) L2

L2

(b) - L2

Sumber : Nopirin,2000,Ekonomi Moneter 1,Penerbit BPFE Yogyakarta,hal 120

Gambar (a) menunjukkan adanya hubungan negative antara tingkat bunga (r) dengan permintaan uang dengan spekulasi (L2). Gambar (b) menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disbut “ liquidity trap” bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga (r). (Nopirin,2000: 121).

2.2.5.2 Teori penawaran uang

2.2.5.2.1 Teori penawaran uang tanpa bank

Teori penawaran uang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari system standart emas. Disini emas dianggap sebagai satu-satunya alat pembayaran. Uang beredar atau uang yang ditawarkan dimasyarakat naik atau turun sesuai atas tersedianya emas dimasyarakat.


(70)

Jumlah uang beredar (emas) bisa turun apabila , misalnya emas dikirim keluar negeri untuk menutup deficit neraca pembayaran, yaitu untuk membayar barang-barang yang di import yang jumlahnya lebih besar dari pada nilai barang-barang yang di ekspor atau karena industri-industri yang menggunakan emas, dalam proses industrinya menyedot emas yang ada, sehingga mengurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran atau karena produksi emas meningkat (misalnya ditemukan tambang baru).

Dalam system moneter seperti itu uang beredar ditentukan oleh pasar, sedangka pemerintah, bank sentral, ataupun perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar. Berarti bahwa jumlah uang emas yang tersedia bertambah, dan sesuai dengan hukum pasar, hal ini kemudian akan cenderung menurunkan harga emas (menaikkan harga barang-barang). Sebaliknya apabila harga emas turun (harga barang naik), produksi emas akan berkurang atau berhenti dan ini cenderung untuk menghentikan penurunan harga emas (kenaikan harga barang).

Jadi dalam dunia yang seperti itu, penawaran uang akan secara otomatis menyesuaikan diri denagn kebutuhan (permintaan) akan uang, sehingga harga emas secara otomatis selalu mencapai kestabilan.

2.2.5.2.2 Teori panawaran uang modern

Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang penting seperti dahulu dalam sistem


(71)

standart emas. Dalam sistem standart kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga keuangan (keduanya bersama-sam disebut sebagai “sistem moneter”). Otorita moneter merupakan suplayer uang inti atau uang primer, sedangkan lembaga keuangan (perbankan) merupakan supleyer uang sekunder bagi masyarakat.

Jadi sebenarnya pasar uang itu terdiri dari dua “sub pasar” yaitu sub pasar uang primer dan sub pasar uang sekunder (giral). Sub pasar uang primer bersifat lebih fundamental karena uang sekunder (giral) hanya bisa tumbuh karena ada uang primer. Proses terciptanya uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi antara permintaan dan penawaran, dan bukan sekedar pencetakan uang atau suatu keputusan pemerintah belaka. Para pelaku pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam teori moneter kita mempunyai istilah khusus bagi proses penyesuaian komposisi neraca ; kita menamakannya penyesuaian portofolio atau portofolio adjusment.

Tambahan uang inti dari pemerintah (otorita moneter). Kembali kepada bank indonesia (otorita moneter). Jadi sebagian (paling tidak) kembali lagi kesumbernya (suppliernya), yaitu otorita moneter dalam proses tersebut diatas uang kartal yang di pegang masyarakat tetap, tetapi uang giralnya (saldo rekening gironya) bertambah. Jadi tambahan uang ini


(72)

diatas akhirnya akan menambah jumlah uang yang bereadar (M1 atau M2). Setelah banyak kali putaran penyesuaian melalui proses penyesuaian portofolia tersebut sebenarnya telah trejadi semacam “pelipatan” uang beredar, atau terjadi proses multiplier. Proses inilah yang merupakan inti dari teori mengenai penawaran uang.

Dalam penawaran uang modern,dapat disimpulkan bahwa pemerintah (otorita moneter) bisa mempengaruhi perkembangan uang beredar M1 atau M2 melalui dua cara yaitu :

a) Dengan jalan mempengaruhi koefisiensi pelipat uang b) Dengan jalan mempengaruhi perkembangan uang inti

Kedua hal tersebut merupakan dua jalur utama bagi “kebijaksanaan” moneter. (Boediono, 1985 :117).

2.2.5.3 Hubungan Antara Jumlah Uang Beredar Dengan Tingkat Bunga Tabungan

Meningkatnya jumlah uang yang beredar di masyarakat menyebabkan tingkat bunga tabungan naik. Hal ini dilakukan oleh pemerintah malalui bank sentral (bank Indonesia) untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Karena dengan dinaikkannya tingkat bunga tabungan, maka msyarakat lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sector – sector produktif. (Khalwaty, 2000:144).


(1)

tingkat suku bunga, dimaksudkan untuk meningkatkan minat masyarakat menyimpan uangnya di bank.

Tingkat Inflasi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Suku Bunga Deposito. Hal ini disebabkan karena jika ada kenaikan inflasi maka akan diikuti pula oleh turunnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber-sumber pembiayaan yang disebabkan naiknya harga-harga barang yang di konsumsi dan masyarakat cenderung untuk membelanjakan uangnya untuk kebutuhan makronya dibandingkan mendepositokan uangnya.

Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Suku Bunga Deposito. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatanlah yang sangat mempengaruhi naik atau turunya permintaan deposito, hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan dimana pendapatan perkapitanya masih rendah, pendapatan yang mereka terima sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi sehari-hari, jika ada sisanya maka akan ditabung dan umumnya sebagian besar dari masyarakat menabung uang secara tradisional. karena dapat digunakan sewaktu-waktu dan hanya sebagian kecil masyarakat saja yang memiliki pendapatan tinggi yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk deposito untuk mendapatkan keamanan untuk tujuan jangka panjang.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Likuiditas Bank (X1), Kurs Valas (X2), Tingkat Inflasi (X3) dan Jumlah Uang Beredar (X4) terhadap variabel terikatnya Suku Bunga Deposito (Y) diperoleh F hitung = 5,551 > F tabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Suku Bunga Deposito.

2. Pengujian secara parsial atau individu Likuiditas Bank (X1) terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -0,620 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Likuiditas Bank (X1) tidak berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Hal ini disebabkan karena masyarakat yang akan menabung di bank tidak akan memilih mana bank yang likuid maupun yang tidak likuid sehingga naik turunnya likuiditas tidak berpengaruh terhadap suku bunga deposito.


(3)

3. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valas (X2) terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 0,316 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Kurs Valas (X2) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan dimana pendapatan perkapitanyamasih rendah, dimana pendapatan yang mereka terima sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi sehari-hari, sedangkan jika ada sisanya ditabung dan umumnya sebagian besar dari masyarakat menabung uang secara tradisional karena lebih dapat digunakan sewaktu-waktu dan hanya sebagian kecil masyarakat saja yang memiliki pendapatan tinggi yang menyimpan uangnya di bankdalam bentuk deposito untuk mendapatkan keamanan dan untuk tujuan jangka panjang.

4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Inflasi (X3) terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 2,412 > t tabel = 2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Tingkat Inflasi (X3) berpengaruh secara nyata positif terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Hal ini disebabakan karena jika ada kenaikan inflasi maka akan diikuti pula oleh turunnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber-sumber pembiayaan yang disebabkan naiknya harga-harga barang yang di konsumsi dan


(4)

102

masyarakat cenderung untuk membelanjakan uangnya untuk kebutuhan makronya dibandingkan mendepositokan uangnya.

5. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Uang Beredar (X4) terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -0,778 < t tabel - 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Uang Beredar (X4) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Suku Bunga Deposito (Y). Hal ini disebabakan karena tingkat pendapatanlah yang sangat mempengaruhi naik atau turunya permintaan deposito, hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan dimana pendapatan perkapitanya masih rendah, dimana pendapatan yang mereka terima sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi sehari-hari.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah memberikan kebijakaan moneter khususnya kurs agar tingkat aktivitas masyarakat untuk menabung semakin meningkat.

2. Pemerintah membuat kebijakaan perbankan didalam menarik minat untuk menabung di bank.

3. Pemerintah dapat memperbaiki kinerja bank-bank umum yang ada di indonesia agar mampu bersaing dengan bank-bank umum yang ada di luar negeri.


(5)

Anonim, 2003, Statistik Keuangan Indonesi , Bank Indonesia, Surabaya

Boediono, 1998, Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogyakarta.

Coki Ahmad dkk, Penentuan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),Isei Cabang Bandung / Universitas Pasundan.

Denda wijaya, Lukman, 2003, Manajemen Perbankan,Cetakan kedua, penerbit Ghelia Indonesia, Jakarta

Diulio, Eugene, 1990, Uang Dan Bank, Penerbit Erlangga Jakarta.

Fabozzi, 1999, Pasar Dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar,Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hariyanto, 1997, Bank Dan Kebijaksanaan Moneter, Penerbit Primkop, UPN “ VETERAN “ Jawa Timur

, 1997, Kebijaksanaan Moneter, Pasar Uang Dan Pasar Modal, UPN “ VETERAN “ Jawa Timur

Insukindro, 1991, Ekonomi Uang Dan Bank, Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Jamli Ahmad, 1993, Keuangan Internasional, Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Judisseno, Rimsky K, 2002, Sistem Moneter dan perbankan Indonesia, Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.

Khalwati, Tajul, 2001, Inflasi Dan Solusinya, Penerbit, PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Kurniawati, 2004, Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga deposito Berjangka Pada PT. BANK RAKYAT INDONESIA,

Universitas pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur

Manurung, Mandala; Pratama Rahardjo, 2004, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter(Kajian Konseptual Indonesia) Penerbit FE UI, Jakarta


(6)

Nasution Anwar, 1991, Tinjauan Ekonomi Atas Dampak Deregulasi Tahun 1988

Pada Sistem Keuangan Indonesia, Penerbit PT.Gramedia Utama

Jakarta.

Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter1. Penerbit BPFE Yogyakarta. , 2000, Ekonomi Moneter2. Penerbit BPFE Yogyakarta.

Purwitasari, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Besarnya

Tingkat Suku Bunga Tabungan Di Indonesia, Universitas

Pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur.

Samuelson, Nodharus, 2004, Ilmu Makro ekonomi, edisi tujuh belas, Penerbit PT Media Global Edukasi, Jakarta.

Sunardi, 2000, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga, Jurnal Keuangan Dan Perbankan.

Suroso, 1993, Perekonomian Indonesia, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyatno, Thomas, 1997, Kelembagaan Perbankan, edisi kedua, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

, 1991, Kelembagaan Perbankan, edisi kedua, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.