Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Bumn (Persero) Di Indonesia Periode 2006 – 2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL,
DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Pasal 1 Undang–Undang No. 4 Tahun 2003 tentang perbankan,
bank adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan tahap
perkembangan

bank.

Pada

dasarnya,

aneka

ragam


definisi

itu

dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu yang menekankan fungsi bank
sebagai penerima simpanan yang menonjolkan fungsi bank sebagai lembaga yang
memberikan kredit, dan yang terakhir merupakan kombinasi yang diperluas
sampai pada penciptaan tenaga beli baru. Berikut ini adalah beberapa pengertian
mengenai bank, antara lain:
1. Silvanita (2009 : 14)
Bank adalah anggota lembaga keuangan yang paling dominan, mampu
memobilisasi dana, mengumpulkan dan mengalokasikan dana dalam jumlah
besar dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Prof. G. M. Verryn Stuart (Sabarita, et al,. 2008 : 5)

Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat–alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat–alat
penukar baru berupa uang giral.
3. Ismail (2010 : 12)
Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat,
dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa – jasa perbankan.
Berdasarkan definisi–definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank
berfungsi:
1. Menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat.

Fungsi ini

mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif
dengan menghimpun dana dari piha ketiga.
2. Memberikan kredit, baik bersumber dari dana milik masyarakat maupun
berdasarkan kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru. Fungsi ini
menunjukkan kegiatan bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.
3. Memberikan jasa–jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Sejauh mana fungsi itu dapat dilaksanakan tergantung pada jenis dan lapangan
usaha bank tersebut, di samping harus mengikuti peraturan perundang–
undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Jenis – jenis Bank di Indonesia
1. Jenis bank berdasarkan ada tidaknya hak untuk menciptakan tenaga beli baru,
yaitu:
a. Bank Primer
Bank primer adalah bank yang berhak untuk menciptakan tenaga beli baru,
yaitu berupa uang kartal dan uang giral.
b. Bank Sekunder
Bank sekunder tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan tenaga
beli baru, melainkan hanya sebagai perantara kredit atau perantara dalam
lalu lintas modal.
2. Jenis bank menurut fungsinya:
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito, dan usahanya

terutama memberikan kredit jangka pendek.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
3.

Jenis bank menurut kepemilikannya:
Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang
dimiliki bank yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya tersebut adalah:
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Namun Bank
Indonesia selaku Bank Sentral menyebut bank tesebut sebagai Bank Persero,
karena bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak sepenuhnya lagi
milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik masyarakat.

b. Bank Milik Pemerintah Daerah
Bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah
Provinsi.
c. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
d. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham – saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
e. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik
swasta asing atau pemerintah asing.Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri.

Universitas Sumatera Utara

f. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional.Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh

Warga Negara Indonesia (WNI).
4. Jenis bank menurut statusnya,terdiri dari:
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih
dalam batas-batas negara.
5. Jenis bank menurut penentuan harga,yaitu:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Peranan dan Fungsi Bank
Bank mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan, yaitu:
1. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan
Bank dapat diibaratkan sebagai toko serba ada bagi penyedia jasa, baik di
bidang keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan serta
melaksanakan tugas pokok sebagai perantara keuangan, seperti menjual
produk keuangan yang bermacam ragam.
2. Sebagai Jantung Perekonomian
Kemampuan sistem perbankan untuk melaksanakan perannya yang sangat
menentukan dalam perekonomian secara efisien dan efektif.Oleh karena itu,
setiap bank harus sehat dan mendatangkan laba yang memadai agar bank itu
dapat berkembang dan tumbuh kuat serta mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat.
3. Melaksanakan Kebijakan Moneter
Bank berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan kebijaksanaan
pemerintah di bidang perekonomian melalui pengendalian jumlah uang yang
beredar dengan mematuhi cadangan wajib.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006 : 9), secara umum, fungsi utama
bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat untuk

berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi
bank sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
penghimpunan dana maupun menyalurkan dana.

Masyarakat akan mau

menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
2. Agent of development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa,
mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan
dengan penggunaan uang.


Dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan

pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa–jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

Universitas Sumatera Utara

2. 2. Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2004 :635) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur

yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi suku bunga menurut
Sunariyah (2004:81) adalah:
a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor
industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah
dibandingkan sektor lain.
c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu: penawaran
tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan
adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi.

Universitas Sumatera Utara

Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat

bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya
tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat
masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana
investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
Bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang
diberikan. Suku bunga dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal
Adalah suku bunga dalam nilai uang.Suku bunga ini merupakan nilai yang
dapat dibaca secara umum.Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah
untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2. Suku bunga riil
Adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan
didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.
Ada beberapa teori yang membahas mengenai tingkat bunga, diantaranya:
1. Teori tingkat bunga Fischer
2. Teori tingkat bunga Keynes
3. Teori Loanable Funds

2.2.1. Teori Tingkat Bunga Fischer
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada dua tingkatan bunga, yaitu
tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat bunga nominal dan kenaikan
dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga riil.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan
Fisher sebagai berikut:
r = I- π
dimana:
r = real interest rate (tingkat bunga riil)
i = nominal interest rate (tingkat bunga nominal)
Π = tingkat inflasi
Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat
inflasi.Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat
terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi.

2.2.2. Teori Tingkat Bunga Keynes
Bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang.Dalam teori
preferensi likuiditas, Keynes menjelaskan pandangannya mengenai bagaimana
tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek.

Uang menurut Keynes

merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki masyarakat (portfolio),
seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saham atau surat
berharga lainnya. Alasan masyarakat memegang uang dengan berbagai alasan:
mudah digunakan untuk tujuan transaksi, berjaga–jaga dan spekulasi.
Keynes menganggap bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi dan
berjaga–jaga tidak peka terhadap tingkat bunga.

Untuk menyederhanakan

modelnya, Keynes membagi dua komponen kekayaan dalam dua bentuk yaitu
uang dan surat berharga (obligasi).

Universitas Sumatera Utara

Keuntungan kekayaaan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan melakukan
transaksi dan merupakan alat pembayaran yang paling likuid serta uang tidak
memiliki risiko kerugian (capital loss).
Sedangkan obligasi mendatangkan hasil dalam bentuk bunga. Dengan asumsi
masyarakat tidak suka akan risiko, maka dia akan memegang surat berharga
apabila diganti dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Jadi ada hubungan negatif
antara permintaan uang dengan tingkat bunga, hal ini dapat dilihat pada gambar
2.1 berikut:
Tingkat suku bunga

Jumlah uang

r 1,2

liquidity preference

S1

S2

Jumlah uang dan permintaan uang

Sumber: Noegroho (2002 : 16)

Gambar 2. 1
Teori Keynes Mengenai Suku Bunga
Dari Gambar 2.1 menunjukkan bahwa sumbu horizontal mengukur jumlah
dan permintaan uang, dan sumbu vertikal untuk tingkat bunga.Asumsi Money
Supply adalah tetap, hal ini ditunjukkan oleh kurva vertikalnya, sedangkan kurva
Money Demand mempunyai slope negatif.
Terlihat jelas hubungan permintaan uang dengan tingkat bunga negatif, jika
jumlah uang beredar tetap (dengan anggapan MS ditetapkan oleh pemerintah),

Universitas Sumatera Utara

maka permintaan uang ini akan menentukan tingkat bunga.

Tingkat bunga

keseimbangan apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya
(MS). Apabila tingkat bunga di bawah tingkat bunga keseimbangan, masyarakat
akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga,
hal ini akan mendorong harga turun (tingkat bunga naik) sampai pada tingkat
keseimbangan. Sebaliknya, apabila tingkat bunga berada di atas keseimbangan,
masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat
berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya surat berharga (tingkat
bunga turun) menuju keseimbangan.
Dengan demikian tingkat bunga keseimbangan dapat berubah yang
disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi kurva permintaan maupun kurva
penawaran dari uang.Dari sisi permintaan, Keynes menganggap ada 2 (dua) faktor
penting yaitu tingkat pendapatan dan harga. Peningkatan pendapatan dengan
asumsi faktor lain tetap akan menaikkan likuiditas uang yang dibutuhkan
masyarakat sehingga kurva permintaan uang bergeser ke kanan dan tingkat bunga
meningkat. Pengaruh harga muncul karena orang ingin memegang sejumlah uang
riil.
Jika harga barang di pasar naik secara umum, maka dalam rangka
mempertahankan uang riil yang dipegang sama dengan sebelumnya, permintaan
terhadap uang nominal naik. Ini berarti bahwa apabila ekspektasi inflasi naik,
kurva permintaan bergeser ke kanan yang mengakibatkan tingkat bunga naik.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Teori Loanable Funds
Teori loanable funds meramalkan dan menganalisis perubahan suku bunga
dengan menggunakan penawaran dan permintaan dana sebagai dasarnya.
r
S(r)

r2

B

r1

A
I2
I1

I1 = S1

I2 = S2

I, S

Sumber: Raharja (2011 : 26)
Gambar 2.2
Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds

Kurva penawaran menunjukkan tabungan atau keinginan pemilik dana untuk
meminjamkan dana kepada investor. Suku bunga dalam hal ini menunjukkan
harga dari loanable funds.
Slope kurva penawaran positif menunjukkan semakin tinggi tingkat suku
bunga akan mempengaruhi pemilik dana untuk menyediakan dana dengan volume
lebih besar.

Kurva permintaan menunjukkan investasi atau permintaan

peminjaman dana baik secara langsung ke publik atau melalui bank. Suku bunga
bagi peminjam menunjukkan biaya dari peminjaman.Slope kurva permintaan
negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya maka semakin rendah
dana yang diinginkan peminjam dan sebaliknya (Gambar 2.2).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Deposito
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2004 : 79) mengatakan bahwa jasa giro
memiliki suatu tingkat bunga yang kecil sehingga kurang menarik bagi pemilik
uang untuk menabungkan uangnya pada rekening koran maka bank menciptakan
deposito sebagai suatu sarana untuk menabung. Deposito ini bunganya lebih
besar karena memiliki tenggang waktu yang pasti. Deposito berjangka adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.Jangka waktu
deposito adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, atau 24 bulan.Semakin lama
deposito, tingkat suku bunganya semakin besar pula.
Tetapi di Indonesia, sejak dikeluarkannya Paktri 28/ 1991 terjadi sebaliknya,
yaitu suku bunga berjangka pendek (misalnya satu bulan) lebih besar daripada
suku bunga berjangka lebih panjang (misalnya tiga bulan). Tabungan deposito ini
cost of fund-nya tinggi, karena itu pimpinan bank harus dapat mengelolanya
secara efektif. Efektif diartikan begitu deposito diterima maka pada hari itu juga
harus dapat disalurkan kepada debitur dan jangan sampai deposito itu menjadi idle
money di kas bank tersebut.

2.3.1.

Macam – macam Deposito

Menurut Hasibuan (2008 : 79) macam–macam deposito dibedakan menjadi:
1. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

2. Deposito On Call
Deposito on call adalah simpanan deposan yang tetap berada di bank
bersangkutan, penarikannya harus terlebih dahulu diberitahukan kepada bank
bersangkutan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah
pihak.Misalnya 30 hari sebelum ditarik, deposan harus terlebih dahulu
memberitahukannya kepada bank bersangkutan.
3. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito adalah deposito berjangka atas unjuk dan dapat
diperjualbelikan oleh pemiliknya sebelum jatuh tempo, bunganya dibayar
dimuka.Sertifikat

deposito

adalah

deposito

berjangka

yang

terbukti

simpanannya dapat diperdagangkan (UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan Bab I Pasal 1 ayat ( 8 )). Sertifikat deposito ini hanya dapat
diterbitkan dan diedarkan oleh suatu bank yang telah mendapat izin khusus
dari Bank Indonesia.

2.3.2. Karakteristik Deposito
Deposito pada dasarnya hampir sama dengan tabungan, namun memiliki
karakteristik yang berbeda, antara lain (Raharja, 2011):
1. Setoran nominal
Tidak seperti tabungan yang dapat dibuka dengan setoran awal yang
kecil.Minimal penempatan deposito lebih besar, sehingga memerlukan uang
lebih banyak untuk membuka deposito.Besarnya minimal pembukaan deposito
pada tiap bank bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

2. Jangka waktu
Penempatan deposito mengharuskan adanya pengendapan dana selama jangka
waktu tertentu yang dapat dipilih oleh nasabahnya yaitu 1, 3, 6, atau 12 bulan.
3. Jika membutuhkan uang kemudian ingin mencairkan dana pada deposito.
Karena adanya jangka waktu tadi maka deposito juga tidak bisa dicairkan
setiap saat, tetapi pada saat jatuh tempo saja. Dengan demikian jika ingin
menambah saldo deposito atau mencairkan deposito hanya bisa dilakukan
pada saat jatuh temponya.
4. Jika terpaksa harus mencairkan deposito
Biasanya bank akan mengenakan denda penalty pada tiap penarikan dana
deposito yang belum jatuh tempo. Besarnya denda penalty juga bervariasi di
berbagai bank.Ada yang berupa persentase dari nilai deposito pada saat
dicairkan (pokok+bunga), atau berupa persentase dari nilai pokok depositonya
saja.
5. Bunga deposito
Bunga deposito selalu lebih besar dari bunga tabungan sehingga otomatis dana
pun akan berkembang lebih cepat. Inilah biasanya yang menjadi daya tarik
utama deposito, sehingga deposito lebih cocok dijadikan sarana investasi
dibandingkan tabungan.
6. Risiko rendah
Walaupun tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tabungan maupun
giro, namun karena masih sama–sama produk simpanan di bank maka
deposito bisa digolongkan produk simpanan berisiko rendah.

Universitas Sumatera Utara

7. Biaya administrasi dan pajak
Keuntungan lainnya dari deposito adalah tidak dikenakannya biaya
administrasi bulanan.Tidak seperti tabungan atau giro yang dikenakan biaya
administrasi bulanan.Walaupun demikian pemotongan tetap ada yaitu sebesar
pajak deposito yang diperhitungkan dari hasil bunga deposito saja tidak
termasuk pokok.

2.4.

Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga – harga umum secara terus

menerus (Waluyo, 2009 : 167).

Dalam perekonomian global sekarang ini,

masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks.Dampak buruk inflasi
diantaranya yang paling nyata adalah menurunnya pendapatan riil yang diterima
masyarakat.Dalam perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang rendah
tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap, yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai
4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan.
Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5
sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan
atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi,
yaitu tingkatnya dapat mencapai beberapa ratus atau beberapa ribu persen.
Kenaikan harga–harga seperti ini dinamakan inflasi hiper (Sukirno, 2002 : 302).
Dalam menentukan tingkat inflasi biasanya ada dua kemungkinan yang
digambarkan, yaitu kenaikan harga dari satu bulan dan kenaikan harga dalam satu
tahun.Tingkat inflasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Inflasi =

CPI 1 – CPI 0
CPI 0

x 100%

Berdasarkan sumber penyebabnya inflasi dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Demand – Pull Inflation
Inflasi jenis ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan
permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian.Biasanya demand –
pull inflation terjadi pada negara dengan tingkat pengangguran yang tinggi
maupun negara dengan kesempatan kerja penuh sudah tercapai.
2. Cost – Push Inflation
Terjadinya kenaikan biaya–biaya akan mendorong para pengusaha untuk
menaikkan harga–harga barang yang diproduksinya. Keadaan inilah yang
menimbulkan cost–push inflation.Biasanya inflasi jenis ini terjadi pada negara
yang industri–industrinya telah beroperasi pada kapasitas maksimal dan
tingkat pengangguran sangat rendah.
Keadaan ekonomi yang seperti ini cenderung membuat para pekerja menuntut
kenaikan gaji dan upah sehingga akan meningkatkan biaya produksi
perusahaan.
3. Imported Inflation
Sumber dari masalah inflasi jenis ini adalah masalah ekonomi yang terjadi di
luar negeri, misalnya kenaikan harga minyak dunia yang dapat meningkatkan
biaya produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan harga–harga produk.

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio seperti halnya alat – alat analisa yang lain adalah “future

oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor–
faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor–faktor di masa yang
akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu
angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan
penganalisa dalam menginterpretasikan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 64).
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan
tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan suatu
perusahaan (profitability perusahaan). Untuk dapat menentukan/mengukur halhal tersebut diperlukan alat pembanding dan rasio dalam industri sebagai
keseluruhan yang sejenis di mana perusahaan menjadi anggotanya dapat
digunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio suatu perusahaan, angka
rasio dari industri sebagai keseluruhan ini disebut standar rasio rata–rata
(Munawir, 2007 : 65).

2.5.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Kebutuhan modal minimum atau kecukupan modal bank dihitung dengan
rasio CAR.Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
di samping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank. Seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain – lain (Dendawijaya 2009 ; 121).

Universitas Sumatera Utara

Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya
kredit yang diberikan.Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang
berisiko. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, CAR dirumuskan sebagai berikut:
CAR =

Modal Bank
x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia No.
10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank
minimal 8% dari Asset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Angka tersebut
merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara Internasional
berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS).

2.5.2. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank sesuai dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA
dirumuskan sebagai berikut:
ROA =

Laba Bersih
x 100%
Total Aktiva

Return on Asset (ROA) sangat penting bagi bank karena ROA digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA suatu
bank, semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Universitas Sumatera Utara

Analisa ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan kekayaan (total asset) yang dimiliki perusahaan yang
bersangkutan setelah disesuaikan dengan biaya–biaya yang mendanai asset
tersebut.

2.5.3.

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit yang
diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank
(Dendawijaya, 2009:116).

Rasio ini menunjukkan tingkat kemampuan bank

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi yaitu menghimpun
dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit yang
diberikan.

Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai

sampai seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan
kegiatan operasinya. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang
ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit (Dendawijaya, 2009 : 116). Dengan kata lain, LDR digunakan
sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.
Semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan, juga merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa
batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80 % dan batas toleransi berkisar
antara 85% dan 100%.Besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah
ditetapkan oleh pemerintah maksimum adalah 110%. Untuk menghitung nilai

Universitas Sumatera Utara

dari LDR, dapat digunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:
LDR =

Jumlah Kredit yang Diberikan
Jumlah Dana Pihak Ketiga

x 100%

Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda–beda tergantung antara lain pada
kekhususan usaha bank dan sebagainya. Oleh karenanya, untuk menilai cukup
tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran–ukuran tersebut di
atas perlu diteliti apakah bank telah memperhitungkan berbagai aspek yang
berkaitan dengan kewajibannya. Hasil pengukuran tadi kemudian dibandingkan
dengan target dan limit likuiditas yang telah ditetapkan.
Apabila hasil pengukuran berada jauh di atas target dan limitnya berarti tidak
tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada
akhirnya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada di
bawah target dan limitnya berarti bahwa bank menyimpan alat likuid yang
berlebihan dan dapat menyebabkan adanya idle cash.

2.5.4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank
yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit
dan penempatan operasi lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam
mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Rivai, et al., 2007:722). Secara sistematis, BOPO dapat dirumuskan
sebagai berikut:
BOPO =

Biaya (beban) Operasional
x 100%
Pendapatan Operasional

Apabila rasio BOPO semakin rendah maka semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.Semakin efisien bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank semakin
meningkat.Nilai risiko BOPO yang ideal berada antara 50% - 70% sesuai dengan
ketentuan BI.
Berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori
peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki
adalah:
Tabel 2.1
Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO
Peringkat
Predikat
1
Sangat sehat
2
Sehat
3
Cukup sehat
4
Kurang sehat
5
Tidak sehat
Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Besaran Nilai BOPO (%)
50 – 70
76 – 93
94 – 96
96 – 100
>100

Universitas Sumatera Utara

2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan refrensi dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Almilia (2006)
Melakukan penelitian terhadap “Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia”.Variabel
independen dalam penelitian ini adalah ROA, LDR, CAR, Inflasi, likuiditas
perekonomian, dan pertumbuhan ekonomi.sementara variabel dependennya
adalah tingkat suku bunga deposito bank umum berjangka 1, 3, 6, dan 12 bulan.
Dalam waktu pengamatan dari tahun 1999 hingga 2003 penelitian ini
menghasilkan variabel perkembangan likuiditas perekenomian, tingkat inflasi,
perkembangan perekonomian, CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on
Asset), dan LDR (Loan to Deposits Ratio) secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan pada taraf 95% terhadap penetapan tingkat suku bunga deposito
berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan dua belas bulan pada bank
umum di Indonesia.

Dan secara parsial variabel ROA dan LDR memiliki

pengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka 3, 6, dan 12
bulan.Kemudian variabel inflasi hanya berpengaruh signifikan pada tingkat suku
bunga deposito berjangka 3 bulan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis regresi linear berganda.

Universitas Sumatera Utara

2. Noegroho (2002)
Dalam

penelitiannya

yang

berjudul

“Analisis

Faktor–Faktor

yang

Mempengaruhi Besarnya Tingkat Bunga Deposito di Indonesia” meneliti variabel
independen tingkat inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI, tingkat bunga
luar negeri (LIBOR) dan nilai tukar rupiah terhadap variabel dependen tingkat
bunga deposito.Teknik analisis menggunakan Ordinary Least Squares (OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor luar negeri dari tingkat bunga luar
negeri (LIBOR), perubahan nilai tukar rupiah per US Dollar,

Jumlah Uang

Beredar (JUB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap besarnya tingkat
bunga deposito.

Sedangkan suku bunga SBI berpengaruh signifikan positif

terhadap tingkat bunga deposito, dan inflasi tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan.Secara simultan, variabel – variabel faktor luar negeri, suku bunga SBI,
Jumlah Uang Beredar, dan inflasi secara signifikan berpengaruh positif.
3. Raharja (2011)
Melakukan

penelitian

dengan

judul

“Analisis

Faktor–Faktor

yang

Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum Di Indonesia Tahun
2007–2010”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini tingkat
suku bunga deposito berjangka. Sedangkan variabel independen yang digunakan
tingkat inflasi, CAR, LDR, ROA.Metode analisis yang dilakukan menggunakan
analisis regresi linear berganda dan uji asumsi klasik.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga

deposito

Universitas Sumatera Utara

berjangka bank umum di Indonesia. Sedangkan secara parsial, variabel yang
berpengaruh signifikan adalah tingkat inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio (LDR), sementara variabel Return on Asset (ROA) tidak
berpengaruh signifikan.
4. Haron (2000)
Melakukan penelitian yang membahas tentang “The Effect of Conventional
Interest Rates And Rate of Profit On Funds Deposited With Islamic Banking
System In Malaysia”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
tingkat bunga deposito, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah
ROI, ROA.Metode yang digunakan untuk penelitian dengan model ekspektasi
adaptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROI dan ROA berpengaruh terhadap
tingkat bunga deposito.
5. Siyanbola, et al (2012)
Melakukan penelitian yang membahas tentang “Effect of Interest Rate
Deregulation On Banks Deposit Mobilization In Nigeria”. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini tingkat suku bunga tabungan dan deposito,
sedangkan variabel independen yang digunakan Time Deposit (TD), Money
Supply (M2), dan Total Institutional Savings (TIS).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi
Ordinary Least Square (OLS).Hasil penelitian memberitahukan bahwa ditemukan
hubungan positif antara variabel dependen dan variabel independen.
Untuk lebih jelasnya hasil – hasil penelitian terdahulu di atas dapat diringkas
seperti tampak pada Tabel 2. 2 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. 2
Reviews Penelitian Terdahulu
No
1

2.

Peneliti /
Tahun
Luciana Spica
Almilia &
Anton Wahyu
Utomo
(2006)

Widjajanto
Noegroho
(2002)

Judul Penelitian
Faktor – Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat Suku
Bunga Deposito
Berjangka Pada
Bank Umum Di
Indonesia

Analisis Faktor–
Faktor yang
Mempengaruhi
Besarnya Tingkat
Bunga Deposito
Di Indonesia

Variabel
Dependen:
Sukubunga
deposito
berjangka
Independen:
1. Likuiditas
ekonomi
2. Pertumbuhan
ekonomi
3. Tingkat inflasi
4. CAR
5. ROA
6. LDR
Dependen:
Bunga deposito
Independen:
1. Inflasi
2. JUB
3. Suku bunga
SBI
3. Bunga luar
negeri
4. Nilai tukar

Metode
Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Hasil Peneliti
1.

ROA berpengaruh
signifikan terhadap
bunga deposito
berjangka.

2.

LDR berpengaruh
signifikan terhadap
bunga deposito
berjangka

Ordinary
1.
Least Square
(OLS)

2.

Secara parsial
bungaluar negeri,
nilai tukar, JUB,
dan suku bunga
SBI berpengaruh
signifikan
terhadap bunga
deposito
Indonesia.
Secara parsial
inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap bunga
deposito
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Table 2.2
Reviews Penelitian Terdahulu
No
3.

4.

5.

Peneliti /
Tahun
Sanityasa
Raharja
(2011)

Sudin Haron
& Norafifah
Ahmad
(2000)

Siyanbola,
TrimisiuTunji,
Sobande,
David,Adedeji
Samuel
Babatunji
(2012)

Judul Penelitian
Analisis Faktor –
Faktor yang
Mempengaruhi
Tingkat Suku
Bunga Deposito
Bank Umum di
Indonesia Tahun
2007 – 2010.

Variabel
Dependen:
Suku bunga
deposito

Metode
Analisis
Regresi
Linear
Berganda.

Independen:
1. Inflasi
2. CAR
3. LDR
4. ROA

The Effects of
Conventional
Interest Rates And
Rate of Profit on
Funds Deposited
With Islamic
Banking System
In Malaysia.

Dependen:
Tingkat bunga
deposito

Effect of Interest
Rate
Deregulations on
Banks Deposit
Mobilization In
Nigeria.

Dependen:
Tingkat suku bunga
tabungan dan
deposito

Hasil Peneliti
1.

Inflasi mempunyai
pengaruh positif
terhadap tingkat
suku bunga
deposito berjangka

2.

CAR dan LDR
berpengaruh
negative terhadap
tingkat suku bunga
deposito berjangka

3.

ROA tidak
mempunyai
pengaruh terhadap
tingkat suku bunga
deposito
berjangka.

4.

Secara simultan
variabel
independen
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap
penentuan tingkat
suku bunga
deposito
berjangka.

Model
Ekspektif
Adaptif

Variabel independen
mempunyai pengaruh
terhadap variabel
dependen.

Regresi
Ordinary
Least Square
(OLS)

Terdapat pengaruh
yang positif antara
variabel Independen
terhadap variabel
dependen.

Independen:
ROI dan ROA

Independen:
Time Deposit(TD),
Money Supply
(M2), and Total
Institutional
Saving(TIS).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konseptual
Berdasarkan telaah pustaka dan didukung dengan penelitian terdahulu diduga
bahwa tingkat inflasi, Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap penentuan tingkat suku bunga
deposito berjangka pada Bank BUMN di Indonesia.

2.7.1. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito
Perubahan tingkat harga dalam perekonomian dicerminkan dengan variabel
inflasi.Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus
(Waluyo, 2009:167).
Menurut kaum monetaris, inflasi disebabkan oleh pertumbuhan penawaran
uang yang tinggi, oleh sebab itu mereka berpendapat bahwa inflasi merupakan
fenomena moneter.

Menurut Keynesian, inflasi yang tinggi tidak bisa

dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal. Perpaduan kebijakan moneter dan
fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi. Teori kuantitas menyatakan
bahwa bank sentral yang mengawasi suplai uang memiliki kendala tertinggi atas
tingkat inflasi.Inflasi yang tinggi tentu tidak baik bagi perekonomian suatu
negara.Adapun strategi pemerintah dalam menekan inflasi adalah mengurangi
jumlah uang beredar. Jumlah uang yang beredar dapat dikurangi dengan cara
menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sehingga dengan
sendirinya bank – bank swasta, asing maupun pemerintah akan menaikkan suku
bunga yang telah ditetapkan, dalam hal ini suku bunga deposito.

Universitas Sumatera Utara

Jika suku bunga bank dirasa lebih menguntungkan oleh investor untuk
melakukan investasi, maka mereka akan menanamkan dananya di bank yang
mana investasi dalam bentuk deposito berjangka ini tidak memiliki risiko.
Oleh karena tingkat inflasi dianggap membahayakan tingkat perekonomian
secara makro, pemerintah selalu berusaha menekan tingkat inflasi tersebut dengan
cara mengendalikan suku bunga bank (Raharja, 2011). Hal ini dapat diartikan
bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh positif terhadap suku bunga bank.
Penelitian oleh Almilia (2006) dengan judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Bank Umum Indonesia menunjukkan
bahwa secara parsial tingkat inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan.

2.7.2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Suku
Bunga Deposito
CAR adalah rasio kecukupan modal yang merupakan faktor yang penting
bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian.Bank Indonesia menerapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (Dendawijaya, 2009: 121).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping
memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank. Rendahnya CAR
secara langsung akan menyebabkan corporate value dari perbankan menurun di
pasar bursa. Agregasi dari hal ini akan menyebabkan sentiment yang kurang baik

Universitas Sumatera Utara

pada pasar yang secara umum akan membawa perekonomian kearah resesi
(Almilia, 2006).Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Raharja, 2011).
Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Dengan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, maka bank cenderung akan
menurunkan tingkat suku bunga depositonya untuk mengurangi beban bunganya
dan pada saat yang sama bank juga tidak perlu khawatir kehilangan nasabah
karena tingginya kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Penelitian yang
dilakukan Raharja (2011) dengan judul Analisis Faktor– Faktor yang
Mempengaruhi Besarnya Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum di Indonesia
menunjukkan hasil bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap tingkat suku bunga
deposito berjangka.

2.7.3. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Tingkat Suku Bunga
Deposito
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit yang
diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank.
Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa
jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit
(Dendawijaya, 2009: 116).

Universitas Sumatera Utara

Jika diasumsikan tingkat suku bunga deposito memiliki hubungan yang
searah dengan tingkat suku bunga kredit, maka LDR dan tingkat suku bunga
deposito akan memiliki hubungan yang negatif.
Naiknya suku bunga deposito akan meningkatkan pula suku bunga kredit,
secara otomatis hal ini menambah biaya yang akan ditanggung debitur saat
meminjam di bank sehingga minat masyarakat untuk melakukan pinjaman di bank
akan menurun karena tingkat suku bunga kreditnya naik. Keadaan ini
menyebabkan menurunnya LDR pada perbankan (Raharja, 2011). Penelitian oleh
Almilia (2006) menunjukkan bahwa secara parsial tingkat Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito berjangka 3, 6, dan 12 bulan pada taraf nyata 95%.

2.7.4. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Tingkat Suku Bunga
Deposito
Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk
melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa– masa
mendatang (Raharja, 2011). Tingginya ROA suatu bank menunjukkan tingginya
profitabilitas.Dengan profitabilitas yang tinggi, bank dapat mengumpulkan
cadangan dan memperbesar modal untuk mendapatkan kesempatan memberikan
pinjaman dengan lebih luas. Di sisi lain, kredibilitas bank juga meningkat karena
para nasabah merasa aman menyimpan dananya pada bank yang memiliki
profitabilitas tinggi.Profitabilitas yang tinggi menunjukkan keyakinan bank untuk

Universitas Sumatera Utara

mampu membayarkan kembali simpanan deposito berjangkanya saat jatuh tempo
berikut bunganya (Almilia, 2006).
Maka mereka cenderung akan menurunkan tingkat suku bunga depositonya
untuk mengurangi biaya bunganya, dan pada saat yang bersamaan bank tersebut
tidak perlu cemas akan kekurangan dana karena dengan kredibilitas yang tinggi,
tidak perlu takut kehilangan nasabah. Penelitian yang dilakukan oleh Noegroho
meneliti pengaruh CAR, LDR, dan ROA terhadap tingkat suku bunga deposito
berjangka bank umum di Indonesia.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito bank umum di Indonesia.

2.7.5. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009:112). Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nur Sabillah (2013) yang menghasilkan bahwa BOPO
berpengaruh secara signifikan terhadap Suku Bunga Deposito Berjangka pada
Bank Persero di Indonesia. Akan tetapi hasil ini tidak sesuai dengan teori,
menurut teori BOPO berpengaruh terhadap penetapan suku bunga deposito
karena untuk menentukan besarnya bunga deposito, pihak bank juga perlu
memperhitungkan

biaya operasional

yang

dikeluarkan

dan

pendapatan

operasional yang didapatkan.

Universitas Sumatera Utara

Ketidaksesuaian ini diperkirakan disebabkan oleh terjadinya pendapatan
yang cukup besar tiap bulannya secara rata-rata khususnya pada pendapatan
(beban) non operasional atau pendapatan yang tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan bank-bank persero, sehingga bank–bank persero tidak terlalu
memperhatikan rasio BOPO dalam mengambil keputusan mengenai besarnya
suku bunga deposito berjangka waktu pendek yaitu 1,3,6 dan 12 bulan.
Perkembangan tingkat bunga deposito dipengaruhi oleh banyak faktor, namun
berdasarkan pemaparan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka
variabel–variabel yang akan diteliti dapat ditunjukkan dalam kerangka konseptual
sebagai berikut:
Inflasi
ROA

Suku Bunga
Deposito
Berjangka

CAR
LDR
BOPO

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
2.8. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah tingkat inflasi, Return on
Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka Pada Bank Umum Milik Negara
(BUMN) di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara