Kedudukan Hukum Negara dalam Kasus Perta

Kedudukan Hukum Negara dalam Kasus Pertambangan Liar
di Maluku
Fransiska Rachel
Fransiskarachel@students.unnes.ac.id
Abstrak
Kabupaten Buru, Maluku, darurat tambang liar. Setidaknya ada tiga
lokasi yang dirambah pertambangan liar, yakni Gunung Botak, Gunung Nona,
dan Gogorea. Tambang liar menimbulkan kerusakan lingkungan sangat parah
dipulau itu akibat penggunaan merkuri dan sianida. Belum lagi tewasnya
sekitar 1.600 orang karena saling bunuh dan terkubur material dalam lubang
tambang. Merkuri dan sianida yang digunakan untuk mengolah material tanah
menjadi emas telah mencemari tanaman pangan dan air bersih. Di Buru
terdapat sekitar 7.500 hektar sawah atau lebih keruang 40 persen dari total
areal sawah di Maluku. Standar minimal konsentrasi merkuri di alam tak boleh
lebih dari 1 mg per kg sampel. Lokasi pengambilan sampel di Sungai Wacapo
sekitar Desa Dafa, Kecamatan Waelata. Sungai dengan sembilan anak sungai
itu merupaan sumber utama pengairan di Pulau Buru. Pada November tahun
lalu, limbah pengolahan tambang Gunung Nona mencemari 326 hektar sawah
milik petani di Desa Grandeng, Kecamatan Lolongguba. Selain mencemari
sawah, merkuri juga mencemari biota laut. Temuan kandungan merkuri pada
udang melebihi tiga kali dari standar, pada ikan tujuh kali, kerang-kerangan

enam kali, dan kepiting dua kali. Standar maksimal merkuri pada hasil laut 0,5
mg per kg sampel. Kepala kepolisisan Resor Pulau Buru Ajun Komisaris Besar
Leo Simatupang, saat dihubungi, mengatakan bahwa pada hari Rabu petang,
seorang penambang asal Jepara, Jawa Tengah, terbunuh secara sadis di
Gunung Nona. Bagian perut robek dibacok dengan parang. Satu bulan
sebelumnya, petambang asal Manado, Sulawesi Utara, juga terbunuh di sekitar
Gunung Botak.
Kata kunci: Tambang Liar, Merkuri
PENDAHULUAN
1
Dua puluh tahun setelah Konferensi Stockholm 1972, PBB kembali
melaksanakan sebuah Konferensi di Rio de Janeiro, Brasil mengenai lingkungan
dan pembangunan. Lembaga menjadi wadah berbagai negara di dunia tersebut
menyadari bahwa lingkungan dan pembangunan merupakan hal yang bisa
mengancam kehidupan manusia di masa yang akan datang 1. Kehidupan
manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama
manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Secara kodrati, manusia
adalah makhluk sosial. Manusia tidak mungkin hidup tanpa bantuan atau
campur tangan orang lain. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem

pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Lazimnya manusia bergantung pada bagaimana keadaan lingkungan
disekitarnya yaitu sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan seharihari. Sumber daya alam tersebut yang utama bagi manusia seperti tanah, air,
udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.
1 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers), hlm.vii

Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen tubuh manusia yang
terbesar. Tubuh manusia terdiri dari 70% air. Untuk menjaga keseimbangan, air
sangat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas
yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi
pernafasan manusia. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun,
manusia akan selalu butuh udara untuk bernafas kecuali yang sudah
meninggal. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling
kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu
yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun
komunitas pada tempat tertentu. Masalah pencemaran merupakan suatu
masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat

diseluruh permukaan bumi. Masalah pencemaran ini memerlukan suatu
penanganan yang serius dan tegas oleh semua pihak untuk dapat
menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sebisa
mungkin untuk dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin
penting untuk disleesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kelangsungan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam penyebab
pencemaran maupun pencegah pencemaran. Dimulai dari lingkungan terkecil
yaitu diri sendiri sampai ke ranah lingkungan yang lebih luas. Setiap kegiatan
manusia pasti ada dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak tersebut sesungguhnya akan
berbalik kepada manusia, manusia yang membuat maka manusia yang akan
menganggungnya.
Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan
zaman pada saat ini. Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam, semakin
banyak manusia tinggal di suatu daerah maka kebutuhan hidup juga
bertambah. Dengan bertambahnya manusia yang berperan sebagai konsumen,
para produsen memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan
konsumen mereka. Contohnya kasus tambang liar yang terjadi di Pulau Buru,
Maluku. Para penambang liar menggunakan merkuri dan sianida guna

mengolah material tanah menjadi emas dimana penggunaan zat kimia
tersebut sudah mencemari tanaman pangan dan air bersih. Selain itu, zat
tersebut juga telah mencemari biota laut seperti udang, kerang-kerangan, ikan,
dan kepiting. Penambangan liar ini juga mengakibatkan adanya korban tewas
akibat saling bunuh maupun tertimbun material dalam lubang tambang. Saling
bunuh diakibatkan adanya perebutan wilayah antara penduduk asli dan
penduduk pendatang yang merebutkan wilayah penambangan. Kericuhan juga
terjadi saat pihak kepolisian hendak menutup lahan tambang mereka. Mereka
menganggap jika tanah tambang tersebut merupakan tanah ulayat yang
berhak untuk mereka manfaatkan karena tanah tersebut milik mereka.
Berdasarkan latar belakang kasus ini, rumusan masalah yang dapat ditarik
ialah:
1. Apa faktor terjadinya masalah-masalah lingkungan?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus ini?
3. Bagaimana bentuk pengendalian yang dilakukan pemerintah atas kasus
ini?

PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Terjadinya Masalah-Masalah Lingkungan
Maslah-masalah lingkungan menurut UU No. 32 Tahun 2009 (UUPLH)

hanya dikelompokkan menjadi dua bentuk, yakni pencemaran lingkungan
hidup dan perusakan lingkungan hidup. Pengertian pencemaran lingkungan
hidup menurut UUPLH adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup , zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan. Sedangkan pengertian perusakan lingkungan hidup adalah
tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kemudian yang termasuk
kedalam zat kimia yaitu bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya.
2
Makin maraknya pembangunan industri di Indonesia tentu membawa
dampak makin banyaknya limbah B3 yang sulit dikelola. Himbauan kepada
pelaku usaha agar dalam menjalankan usaha atas bisnisnya tidak
mencemarkan dan merusak lingkungan hidup tidaklah cukup2. Pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup tersebut memberikan dampak yang besar
terhadap kelangsungan hidup manusia. dampak tersebut dapat dilihat dari
beberapa aspek berikut:
1. Kesehatan
Dampak terhadap kesehatan manusia seringkali dirasakan dalam jangka
panjang setelah masuknya zat-zat tersebut ke dalam tubuh manusia.
Zat-zat kimia tersebut memerlukan proses akumulatif hingga sampai
pada waktu tertentu dimana manusia tidak dapat memastikannya. Hal
itulah yang membuat manusia menyadarinya setelah beberapa tahun
kemudian dan dengan keadaan yang sudah parah. Contohnya yang
terjadi diIndonesia yaitu kasus penambangan liar di Pulau Buru yang
2 Eko Handoyo, Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Hukum, Vol. 3 No. 2, hlm.
20.

menggunakan merkuri untuk mengolah material tanah menjadi emas.
Merkuri tesebut sudah mencemari tanaman pangan dan air bersih yang
kemudian digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kehidupan seharihari.
2. Estetika
Dewasa ini orang-orang mengharapkan dapat menikmati lingkungan
hidup yang baik dan sehat tidak sekedar terbebas dari pencemaran

lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan mereka, tetapi juga
terbebas dari gangguan-gangguan lain yang dapat merusak estetika
(keindahan) dan kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka.
Contohnya seperti gangguan berupa bau, kebisingan maupun kabut yang
mengganggu lingkungan tempat tinggal mereka.
3. Kerugian ekonomi
Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh timbulnya masalah-masalah
lingkungan dapat mencapai rasutan juta bahkan milyaran. Secara umum
kerugian tersebut dapat digambarkan oleh penderita pencemaran berupa
biaya pemeliharaan, biaya pengobatan atau dokter, dan hilangnya mata
pencaharian. Contohnya kasus kebocoran kilang minyak lepas pantai
yang menyebabkan tercemarnya air disekitarnya dan mengakibatkan
para nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya karean telah
terkontaminasi dengan minyak mentah.
4. Terganggunya ekosistem alami
Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seringkali
bertentangan dengan kewajiban manusia dalam menjaga lingkungannya.
Contohnya seperti penebangan hutan. Manusia membutuhkan kayu
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya seperti kursi meja, pintu,
dan lain-lain. Penebangan hutan yang dilakukan sesungguhnya telah

mengganggu ekosistem alami di hutan tersebut. Gangguan tersebut
seperti penebangan pohon yang tadinya merupakan tempat tinggal
hewan, terpaksa hewan tersebut harus mencari tempat tinggal baru yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka seringkali dijumpai hewan
liar masuk ke pemukiman warga, hal tersebut diakibatkan karena tempat
tinggal mereka telah dirusak oleh kegiatan manusia yang menebang
pohon demi kebutuhan manusia.
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia akan terus menerus
terjadi apabila kegiatan tersebut tidak diikuti dengan proses pemulihan
kembali. Manusia terkadang hanya memikirkan kehidupannya sendiri tanpa
memikirkan apa yang terjadi ke depannya. Setiap kegiatan manusia sekecil
apapun pasti akan menimbulkan akibat yang akan menimbulkan masalahmasalah lingkungan. Masalah-masalah lingkungan tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa faktor pendorong sebagai berikut:
1. Teknologi
Perkembangan teknologi yang signifikan menjadi salah satu faktor
terjadinya masalah lingkungan. Demi terciptanya teknologi terbaru,
para ilmuwan seringkali menerapkan hasil-hasil penemuan tersebut
dalam sektir industri, pertanian, transportasi dan komunikasi. Proses
penerapan tersebut tentu saja dapat menyebabkan dampak yang bisa
terbilang sedikit tetapi apabila terus digunakan dalam jumlah besar

akan menghasilakan dampak yang besar pula. Contonhnya
penggunaan merkuri dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang telah
ditetapkan tidak akan berdampak buruk yang besar bagi kesehatan
manusia, namun dalam kasus ini, penggunaan merkuri dalam jumlah

besar yang digunakan untuk mengolah material tanah menjadi emas
telah menyebabkan pencemaran air dan tanaman pangan yang telah
memakan korban.
2. Motif Ekonomi
Penduduk Indonesia termasuk golongan penduduk yang padat. Oleh
karena itu, untuk kelangsungan hidup penduduk yang makin banyak
diperlukan usaha yang lebih pula untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dalam kasus ini, para penambang berusaha mencari emas
untuk kemudian dijual guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun,
cara untuk mendapatkan emas tersebut terbilang salah dan
mengakibatkan dampak yang cukup besar.
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk
Indonesia

yang pesat
memberikan
sumbangan penting terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup.
Dalam kasus ini semua faktor pendorong dapat menjadi faktor terjadinya
penambangan liar di Pulau Buru ini. Faktor teknologi dilihat dari segi
penggunaan merkuri, faktor motif ekonomi dilihat dari latar belakang
penambang melakukan pekerjaan tersebut guna memenuhi kebutuhan
ekonominya, dan faktor pertumbuhan penduduk dilihat dari penurunan kualitas
manusia yang menggunakan bahan kimia tersebut tanpa menilik dan
memikirkan dampak ke depannya.
Peran Pemerintah dalam Penanganan Kasus Penambangan Liar Pulau
Buru
3
Dengan
peraturan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
No.04/P/M/pertmb/1977 telah ditetapkan Pencegahan dan Penanggulangan

Terhadap Gangguan dan Pencemaran sebagai Akibat Usaha Pertambangan
umum. Yang dimaksud dengan “Usaha Pertambangan Umum” ialah usaha
pertambangan di luar pertambangan minyak dan gas bumi3.
Peran pemerintah dalam menangani kasus ini sebenarnya sudah
terlaksana sejak 2015 dengan menutup lahan tambang liar tersebut dan
mengirim beberapa personel polisi dan TNI yang mengevakuasi masyarakat
setempat. Lahan tersebut juga telah dijaga ketat oleh aparat kepolisian, tetapi
walaupun demikian, masyarakat tetap berusaha masuk ke lokasi tambang
tersebut melalui jalur tikus. Terjadi kucing-kucingan antara aparat dengan para
penambang itu. Sampai akhirnya aparat ditarik kembali dari lokasi
penambangan karena diperintahkan untuk membantu pengamanan Pilkada.
Namun, sesuatu yang tidak diduga terjadi. Masyarakat yang mengetahui
bahwa para aparat telah ditarik dari lokasi penambang, berbondong-bondong
kembali ke tempat semula yang sebenarnya sedang dalam proses normalisasi
dan rehabilitasi itu. Lagi-lagi masyarakat melakukan penambangan dengan
merkuri.
Presiden Jokowi akhirnya menindak tegas agar pertambangan rakyat
tidak boleh menggunakan merkuri. Ada dua lokasi tambang emas liar atau
yang sering disebut pertambangan emas tanpa izin yaitu Gunung Botak dan
Gogorea. Tindakan Presiden Jokowi dengan memngeluarkan surat perintah
nomor 84 tahun 2017 dimana selanjutnya surat perintah ini ditindaklanjuti oleh
Polri, TNI, Satpol PP, dinas-dinas dan pihak-pihak terkait lainnya. Akhirnya

3 Mohammad Taufik Makarao, Aspek-Aspek Hukum lingkungan (Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia), hlm.132.

tanggal 17 maret 2017 tempat penambangan liar tersebut resmi ditutup dan
kini sedang dalam proses pemulihan kembali.
Bentuk Pengendalian Pemerintah
Lokasi penambangan liar yang telah ditutup pemerintah lantas tidak
dibiarkan terbengkalai begitu saja. Perlu adanya upaya dari pemerintah untuk
memperbaiki dan mengembalikan lingkungan seperti semula agar terbebas
dari zat-zat berbahaya dan aman bagi kehidupan manusia. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara penanaman pohon kembali. Namun, upaya
tersebut dirasa tidak cukup efektif karena sebagian besar tanaman kurang
dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrim termasuk bekas lahan tambang.
Teknologi alternatif perbaikan lahan bekas tambang menggunakan
mikroorganisme terutama jamur merupakan hal yang sangat menarik dan
penting dilakukan. Hal ini karena jamur memiliki keistimewaan selain adaptif
terhadap berbagai kondisi tanah juga kemampuan dalam menguraikan bahan
organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah.
Upaya lain dengan cara reklamasi yang merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan. Reklamasi adalah
kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah agar
tidak terjadi longsor. Pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air masam
tambang yang beracun yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia
dan biologis tanah tersebut.
Semua upaya yang dilakukan pemerintah, dapat memakan waktu yang
cukup lama sehingga perlu adanya pengawasan dan penjagaan ketat dari
aparat kepolisian agar tidak ada lagi masyarakat yang diam-diam masuk dan
melakukan penambangan liar kembali. Pemerintah dituntut agar dapat
bertindak tegas kepada masyarakatnya demi keberlangsungan hidup manusia
dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

KESIMPULAN
Dalam kasus ini, faktor pendorong terjadinya penambangan liar tersebut
bisa dilihat dari 3 segi, yaitu teknologi yang memungkinkan adanya penerapan
penggunaan teknologi terbaru yang dapat menyebabkan terjadi kerusakan
lingkungan dengan penggunaan merkuri yang berlebihan, dari segi motif
ekonomi dengan adanya kepadatan penduduk, manusia dituntut untuk dapat
melakukan apapun demi terpenuhinya kebutuhan sehari-harinya. Kemudian
dari segi pertumbuhan penduduk yang signifikan
terus meningkat
menyebabkan terdapat daerah-daerah yang tidak mendapat perhatian

pemerintah dalam pengembangan pendidikan sehingga terjadinya penurunan
kualitas manusia. Penurunan kualitas tersebut yang menyebabkan manusia
tidak dapat berpikir panjang dalam penggunaan zat-zat berbahaya.
Kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh penambangan liar tersebut
menimbulkan dampak-dampak dari berbagai aspek seperti aspek kesehatan,
estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya ekosistem alami. Dari aspek
kesehatan, penggunaan merkuri yang berlebihan telah mencemari tanaman
pangan dan air bersih. Dari segi estetika, lokasi penambangan telah berubah
menjadi lokasi yang rusak dan terdapat banyak tebing-tebing yang rawan
longsor. Dari segi kerugian ekonomi, pemerintah harus mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit guna membayar korban pencemaran tersebut mulai dari
biaya pengobatan, pemulihan daerah, dan lain-lain. Dan dari segi
terganggunya ekosistem alami yaitu dengan adanya penambangan liar maka
ada ekosistem alami yang harus berpindah tempat untuk mencari tempat
tinggal yang baru.
Peran pemerintah dalam menanggulangi kasus penambangan liar ini
sudah terealisasi dengan tepat meskipun terdapat banyak halangan. Pada
tahun 2015 sebenarnya sudah ada tindakan tegas dari pemerintah, namun hal
tersebut tidak berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa pemberontakan yang
terjadi antara aparat kepolisian dengan penduduk setempat. Penduduk merasa
jika tanah yang mereka gunakan sebagai mata pencaharian merupakan tanah
ulayat sehingga mereka dengan bebas melakukan pemanfaatan terhadap
tanah tersebut. Kemudian bertabrakan dengan pelaksanaan Pilkada sehingga
aparat yang menjaga di daerah tersebut ditarik kembali untuk membantu
penjagaan pelaksanaan Pilkada. Saat penarikan kembali aparat kepolisian,
masyarakat berbondong-bondong kembali ke tempat mereka di Gunung Botak
dan Gogorea yang sebelumnya telah ditutup oleh pemerintah.
Pada tahun 2017, Presiden Jokowi menindak tegas kasus tersebut dengan
mengeluarkan Surat Perintah No. 84 Tahun 2017 dimana surat tersebut
ditindaklanjuti oleh Polri, TNI dan dinas-dinas terkait. Tepat pada tanggal 17
Maret 2017, lokasi penambangan tersebut resmi ditutup berdasarkan Surat
Perintah tersebut dan masyarakat bersedia untuk dievakuasi dari Gunung
Botak dan Gogorea menuju Pulau Buru dan Ambon.
Pemerintah dituntut untuk melakukan upaya perbaikan kembali lahanlahan yang digunakan untuk lahan pertambangan tersebut. Upaya awal
pemerintah dengan melakukan penanaman pohon kembali. Namun, upaya
tersebut dirasa kurang cukup untuk melakukan perbaikan kondisi tanah karena
sebagian besar tanaman tidak dapat beradaptasi terhadap kondisi tanah yang
cukup ekstrim. Pemerintah juga harus mampu membuat waduk untuk
memperbaiki kualitas air masam tambang yang beracun agar ke depannya air
di daerah tersebut dapat digunakan kembali oleh masyarakat.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi tanah
di lahan bekas tambang dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur,
karena jamur dianggap mempunyai keistimewaan yaitu dapat beradaptasi
dengan cepat terhadap lingkungan yang berbeda serta dapat menguraikan
bahan organik dan membantu proses mineralisasi. Semua proses perbaikan
yang dilakukan oleh pemerintah memerlukan waktu yang lama dan perlu
adanya pengawasan dari aparat kepolisian agar tidak ada lagi masyarakat
yang diam-diam memasuki lokasi pertambangan secara ilegal.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Rahmadi, Takdir. 2015. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Makarao, Taufik Mohammad. 2004. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan. Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia.
Jurnal:
Mirdat. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah Pada Kawasan
Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu. Palu: Jurnal
Agrotekbis. Vol.1, No.2.
Handoyo, Eko. 2009. Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup. Semarang:
Jurnal Hukum. Vol. 3, No.2.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74