Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trig. pdf
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk Siswa
SMA Kelas XI IPA
Naufal Ishartono
Prodi S2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Abstrak
Jenis penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Adapun yang dikembangkan dalam penelitian ini adlaah perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKS, dan THB. Model pengembangan perangkat pembelajara yang digunakan adalah model pengembangan ADDIE. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran dan menghasilkan perangkat pembelajaran trigonometri berbasis penemuan terbimbing untuk siswa kelas XI IPA yang memenuhi aspek validitas, kepraktisan, dan efektifitas, serta mengetahui keefektifan pembelajaran trigonometri dengan metode Penemuan Terbimbing. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran trigonometri berbasis penemuan terbimbing untuk siswa kelas XI IPA yang baik, maka dilakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran dan uji coba perangkat pembelajaran guna mengetahui kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan: (1) perangkat pembelajaran trigonometri berbasis penemuan terbimbing yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid dan praktis, namun belum efektif, dan (2) pembelajaran trigonometri berbasis penemuan terbimbing kurang efektif. Kata Kunci: Penemuan Terbimbing, Trigonometri
Abstract
This research is categorized as Research and Development (R & D). As developed in this research is learning device that consists of lesson plan, student worksheet, and test. This research adopts ADDIE as a R & D model that stands for Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The aim of this study are to describe the development process and to produce trigonometry learning device based on guided discovery method for students of grade XI Natural Science, as well as determine the effectiveness of trigonometry learning process using Guided Discovery method. To produce the trigonometry learning device based on guided discovery method for students of grade XI Natural Science, so it requires a validation from the experts and a trial to determine its practicability and effectiveness. According to the result of data analysis, it can be concluded: (1) trigonometry learning device based on guided discovery method for students of grade XI Natural Science fulfills criterion of valid and practically, but not effective yet, and (2) trigonometry learning process based on guided discovery method is not yet effective. Keywords: Guided Discovery, Trigonometry
persamaan, dan identitas trigonometri di kelas X, dan PENDAHULUAN pada tingkatan berikutnya, yaitu siswa yang mengambil
Trigonometri adalah salah satu cabang dari jurusan IPA pada penjurusan di kelas XI, materi matematika yang memiliki objek kerja berupa unsur-
trigonometri yang diajarkan adalah tentang menurunkan unsur segitiga seperti ketiga sudut segitiga dan ketiga sisi
rumus trigonometri dan penggunaannya. Penelitian ini segitiga, serta menggunakan fungsi-fungsi trigonometri
akan fokus pada materi trigonometri yang diajarkan pada seperti sinus, cosinus, tangen, secan, cosecan, dan
kelas XI IPA dimana banyak konsep-konsep hasil cotangen, beserta aplikasinya (Rusgianto, 2008:1-29).
penurunan rumus trigonometri yang harus dipahami dan Banyak sekali bidang-bidang yang menggunakan
dimengerti siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran dalam trigonometri sebagai salah satu ilmu hitungnya, seperti
materi ini haruslah bermakna bagi siswa dimana mereka pada bidang astronomi, teori statistika, ekonomi,
tidak hanya tahu atau hafal rumus-rumus tersebut, arsitektur, musik, geodesi, kimia, oseanografi, farmasi,
melainkan juga harus mengerti proses bagaimana rumus kimia, biologi, statistika, teknik sipil, analisis pasar
tersebut dapat ditemukan, yang tentunya hal-hal tersebut finansial, dan lain-lain. Oleh sebab itu, terlihat bahwa
haruslah terakomodir dalam buku pelajaran yang mereka betapa pentingnya trigonometri dalam kehidupan
gunakan sebagai sumber belajar. Tetapi apa yang keseharian kita.
disajikan dalam buku pelajaran yang mereka miliki sering Jika ditarik dalam dunia pendidikan, materi
kali tidak memberi ruang bagi siswa untuk dapat terlibat tigonometri diajarkan kepada siswa pada tingkatan SMA,
aktif dalam proses penemuan atau pengkonstruksian dimana berdasarkan kurikulum 2006 materi yang
konsep tersebut.
dipelajari masuk pada ranah perbandingan, fungsi,
Dzikra Fu’adiah: Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau dari Gender
Berdasarkan rangkuman hasil wawancara peneliti dengan bebearapa guru matematika SMA di Yogyakarta tentang pengelaman mereka mengajarkan materi rumus turunan trigonometri, diketahui bahwa dalam materi turunan trigonometri, guru cenderung lebih banyak menjelaskan rumus di depan kelas dan siswa lebih banyak mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Dalam hal ini, guru jarang atau hampir tidak pernah memberikan melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan rumus-rumus turunan trigonometri. Guru lebih banyak mendominasi pembelajaran dikarenakan guru belum menemukan sumber belajar yang dapat membantu guru untuk menyiapkan siswa agar dapat secara mandiri atau paling tidak terlibat aktif dalam menemukan rumus- rumus turunan trigonometri. Sehingga, siswa hanya mencatat hasil rumus yang dijelaskan guru dan menghafalkannya. Selain itu, masalah ini pun juga sering kali ditemukan pada buku-buku yang diproduksi oleh production house dimana pihak pengarang buku hanya menyediakan rangkuman rumus-rumus untuk dihapalkan oleh siswa. Sehingga akan ada kecenderungan siswa untuk lebih memilih cara belajar yang lebih mudah yaitu dengan menghafalkan apa yang mereka pelajari atau kebiasaan tersebut kita kenal sebagai rote-learning behaviour .
Hal ini akan berdampak buruk terhadap proses belajar mereka, karena ada kemungkinan apa yang mereka pelajari tidak akan bermakna (meaningless). Seperti apa yang dikatakan oleh Ausubel dalam Bell (1978:132) bahwa jika seorang anak berkeinginan untuk mengingat sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya. Oleh sebab itu, untuk meminimalisir kecenderungan itu, maka guru haruslah bisa merancang dan mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan mengubah gaya belajar mereka yang tadinya lebih ke arah menghafalkan rumus atau konsep ke arah gaya belajar yang lebih bermakna dimana siswa benar-benar tahu apa yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan makna dari pembelajaran dimana menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran tersebut, guru haruslah dapat memilih pendekatan yang tepat
untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, dimana pendekatan tersebut memberikan banyak pengalaman bagi siswa yang nantinya akan bermanfaat bagi mereka ke depan. Contohnya adalah ketika mereka lupa akan suatu konsep rumus turunan trigonometri ketika sedang mengerjakan soal-soal, mereka akan dengan mudah menggunakan pengalaman mereka untuk mengonstruksi ulang konsep itu secara mandiri. Tentunya kondisi ini akan sangat berbeda ketika mereka mempelajari konsep tersebut dengan menghafal. Selain itu, pengalaman tersebut akan berguna ketika siswa menghadapi soal-soal yang tidak rutin, dimana mereka perlu memanipulasi cara untuk menemukan
jawaban dari soal-soal tidak rutin tersebut. Fink (2003:6) mengatakan
bahwa
pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran haruslah mencakup dua dimensi yaitu proses dan hasil. Dimensi yang dimaksud memiliki ciri-ciri tersendiri:
1. Proses:
a. Engaged: siswa diikutsertakan dalam proses
pembelajaran mereka.
b. High energy: kelas memiliki tingkat energi yang
tinggi.
2. Hasil:
a. Significant and lasting change: pembelajaran menghasilkan perubahan yang signifikan pada siswa, perubahan yang berkelanjutan setelah proses pembelajaran berakhir dan bahkan setelah siswa telah lulus.
b. Value in live: apa yang siswa pelajari memiliki sebuah potensi yang tinggi sebagai nilai dalam hidup mereka setelah proses pembelajaran usai, dengan
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi mereka, mempersiapkan mereka dalam komunitas masyarakat, atau mempersiapkan mereka menju dunia kerja.
Salah satu bentuk perangkat pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kecenderungan siswa belajar secara menghafal dan mengubahnya menjadi belajar secara aktif dan mandiri adalah perangkat pembelajaran yang berbasis pada metode Penemuan Terbimbing. Secara umum,
metode
Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery ) adalah suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki di bawah bimbingan guru. Dan adapun perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya meliputi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes Hasil Belajar (THB). Sedangkan metode Penemuan Terbimbing akan dititik beratkan sebagai basis dalam pengembangan RPP yang memuat LKS di dalamnya. Alasan pemilihan LKS sebagai perangkat kedua yang akan dikembangkan dikarenakan media ini terdiri dari lembaran-lembaran
yang
berisi langkah-langkah terstruktur dan terurut untuk menemukan suatu konsep. Berikutnya adalah THB, ini akan dikembangkan berdasarkan dari apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran, tujuannya adalah untuk menjadi salah satu ukuruan kelayakan perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan.
Jadi, perangkat pembelajaran berbasis metode Penemuan
Terbimbing
adalah suatu perangkat pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengembangan keterampilan mereka untuk mengkonstruksi suatu pengetahuan baru, serta mampu mendistorsi kebiasaan belajar yang cenderung lebih menghafal ke arah pembelajaran yang lebih bermakna. Selain didasarkan pada metode Penemuan Terbimbing.
Dengan demikian, penulis termotivasi untuk
mengembangkan
sebuah
Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk siswa SMA kelas XI IPA, serta mengetahui seberapa
Naufal Ishartono: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk Siswa SMA Kelas XI IPA
efektif produk yang telah dikembangkan dalam proses
2. Mengembangkan solusi yang mungkin. pembelajaran.
Siswa membuat hipotesis-hipotesis yang didasarkan Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini
pada masalah-masalah yang sudah diubah dalam secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses
bentuk pernyataan pada tahap pertama. dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
3. Mengumpulkan data.
trigonometri berbasis penemuan terbimbing untuk siswa Setelah hipotesis selesai dibuat, maka siswa SMA kelas XI IPA, serta mengetahui keefektifan
melakukan pengumpulan bukti-bukti, mengadakan pembelajaran dengan metode Penemuan Terbimbing
berbagai ujicoba, dan melakukan survei untuk untuk materi trigonometri SMA kelas XI IPA.
sampel-sampel yang dibutuhkan.
4. Analisis dan interpretasi data.
KAJIAN PUSTAKA
dikumpulkan, siswa Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang Metode
mengembangkan data tersebut ke dalam bentuk Pembelajaran
pernyataan yang berarti. Selesai dengan itu, siswa Discovery ), ada baiknya kita membahas terlebih dahulu
menguji hipotesis yang telah mereka buat pada tahap tentang pengertian dari Penemuan (Discovery). Ditinjau
kedua, dan mencari hubungan-hubungan atau pola dari sejarahnya,
Cooney dan Davis (1975:136) dari data yang telah mereka temukan lalu menyatakan bahwa metode Penemuan pertama kali di
digeneralisasikan.
berikan contoh oleh Plato tetang dialog antara Socrates
5. Uji kesimpulan.
dengan seorang budak muda, oleh sebab itu metode ini Pada tahap terakhir ini, siswa menguji hasil dikenal sebagai Socratic Method. Menurut Bruner (dalam
kesimpulan yang telah mereka buat untuk melihat Co oney dan Davis, 1975:138) menyatakan, “discovery is
apakah ada data baru yang bisa mereka dapat guna
a process, a way of aproaching problems rather than a merevisi hasil kesimpulan awal yang telah mereka product or particular item of knowledge ”. Penemuan
buat.
adalah sebuah proses, sebuah cara dari pendekatan
menjelaskan Discovery masalah daripada sebuah hasil atau bagian khusus dari
Selanjutnya,
Moore
Learning dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, pengetahuan. Dengan pendek kata, Jerome Bruner
tergantung pada tingkat penyelesaian masalahnya. Pada mengatakan,”learning by discovery is learning to
level pertama, penemuan yang dibimbing secara hati-hati discover ”, dimana seorang siswa dihadapkan dengan
(Guided Discovery); pada level kedua, penemuan yang suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil
dibimbing secara seperlunya (Modified Discovery); dan sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Menurut
pada level ketiga, penemuan yang hanya sebatas
(Open Discovery ). Oleh sebab itu, intentional learning through supervised problem solving
de finisi Moore (2005: 295), “Discovery learning is
disupervisi
dikarenakan sasaran dari penelitian ini adalah perangkat following the scientific method of investigation. ” Belajar
pembelajaran bagi siswa SMA yang mana siswa SMA Penemuan adalah pembelajaran melalui pemecahan
masih secara rata-rata adalah pemula dalam melakukan masalah yang tersupervisi mengikuti metode saintifik
sebuah penelitian maka tingkatan Discovery Lea rning investigasi. Sedangkan menurut Abruscato (1996:38),
yang dipilih adalah pada tingkatan pertama yaitu Guided “Discovery learning is hands-on, experiential learning
Discovery .
that requires a teacher’s full knowledge of content, Menurut Hammerman, E. yang dikutip oleh Muhtar pedagogy, and child development to create an
(2010:27) menyatakan, “guided discovery was the name environment in which new learnings are rela ted to what
to hand-on activities and laboratory investigation that led has come before and to that which will follow. ”
the learner to a predetermined or a predictable data set Pembelajaran penemuan adalah berkaitan erat dengan
or response”. Penemuan terbimbing merupakan aktivitas pembelajaran eksperimen yang memerlukan pengetahuan
atau penyelidikan di laboratorium yang akan menuntun guru akan isi, pedagogi, dan perkembangan anak untuk
siswa untuk menemukan tujuan, data atau tanggapan menciptakan sebuah lingkungan yang mana pembelajaran
yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut baru terhubung dengan apa yang sudah dan akan
(http://www.learning-theories.com/discovery- dilakukan. Jika ditarik garis merah dari pernyataan
Bruner
learning-bruner.html ), Penemuan Terbimbing (Guided Bruner, Moore, dan Abruscato maka ketiga-tiganya
Discovery ) adalah metode pengajaran yang berbasis mendefinisikan Discovery Learning sebagai suatu proses
inquiri, sebuah teori pembelajaran konstruktif yang pembelajaran melalui proses pemecahan masalah yang di
terdapat pada situasi problem-solving dimana siswa dalamnya tersusun dari langkah-langkah investigasi
menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk menemukan suatu pengetahuan atau keterampilan
untuk menemukan fakta, hubungan, dan kebenaran- baru bagi siswa.
kebenaran baru untuk dipelajari. Sehingga dari kedua Adapun tahapan metode saintifik yang dimaksud oleh
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Metode Moore adalah sebagai berikut:
Penemuan Terbimbing adalah suatu metode pembelajaran
1. Identifikasi masalah. yang dapat mengarahkan siswa untuk dapat membangun Dalam tahap ini siswa diminta untuk lebih teliti
pengetahuannya sendiri melalui penemuan suatu konsep dalam menganalisis masalah yang ada dan
dan pengetahuan baru dibawah bimbingan guru. menuliskan semua masalah tersebut dalam bentuk
Tentunya metode ini memiliki tujuan utama dalam pernyataan-pernyataan.
mengembangkan kemampuan siswa, dimana menurut Carin (1993:A- 3), “The prime objective of theses (guided
Dzikra Fu’adiah: Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau dari Gender
discovery) activities is to have stduents discover, and/or
ditemukan untuk self-construct,
menyelesaikan masalah yang ada di task kriteria. embedded in the activities as students do the activities. ”
the scientific/technological
concept
7. Siswa memperoleh jawaban dari maslaah yang Tujuan utama dari kegiatan-kegiatan (pembelajaran
diberikan pada task kriteria.
melalui Penemuan Terbimbing) ini adalah untuk meminta
8. Jawaban dari task kriteria masih terkaan, maka perlu siswa menemukan, dan/atau mengkonstruksi sendiri,
dibuktikan (diverivikasi), sehingga guru harus tetap konsep saintifik/teknologi yang tertanam dalam kegiatan
memberi penegasan bahwa jawaban yang diperoleh yang sedang dilakukan oleh siswa. Selanjutnya di dalam
siswa sudah benar.
halaman yang sama, Carin mengingatkan bahwa
9. Siswa diberikan soal-soal penerapan dan diharapkan walaupun aktifitas ini telah di desain semaksimal
soal-soal tersebut mungkin, akan ada siswa yang tidak mengikuti rencana
dalam
menyelesaikan
menggunakan konsep yang baru saja diperolehnya. pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru. Oleh
10. Jika siswa dapat menyelesaikan soal-soal terapan karena itu, guru diminta untuk lebih fleksibel selama
yang diberikan secara benar, maka dapat dikatakan proses pembelajaran.
berhasil membangun Menurut Hirdjan (dalam Sasmito, 16:2012), langkah-
pengetahuannya tentang suatu konsep yang sedang langkah penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
dipelajarinya dan proses pebelajaran selesai.
1. Guru menentukan task kriteria, yaitu memberikan Sedangkan menurut Soedjadi (dalam Sasmito, masalah, siswa mencari penyelesaian dari maslaah
2012:15) mengatakan bahwa terdapat 6 langkah-langkah itu. Maslaah yang diberikan harus mengandung
yang harus dilakukan dalam pembelajaran menggunakan petunjuk akan arah dan tuuan yang akan dilakukan
metode Penemuan Terbimbing:
siswa, yaitu siswa menemukan sendiri penyelesaian
1. Pemberian Masalah
dari masalah itu. Siswa diminta memahami masalah yang diberikan.
2. Siswa yang pandai dimungkinkan tanpa bimbingan
2. Pengembangan Data
dapat menemukan sendiri jawaban dari amasalah Siswa diminta mencari atau menunjuk kemungkinan yang diberikan. Sedangkan siswa yang belum
data lain sebagai kelanjutan dari data yang sudah mampu memperoleh jawaban dari masalah yang
diketahui.
diberikan, mempekroleh bimbingan ke-1, bimbingan
3. Penyusunan Data
Siswa diminta menyusun data yang diperoleh dari pengembangan dimulai yang paling sederhana.
yang diberikan
berupa
tertanyaan-pertanyaan
langkah 1 dan langkah 2 pada sebuah data.
3. Sesudah diberikan bimbingan ke-1, siswa yang
4. Penambahan Data
mampu memperoleh jawaban dari masalah diminta Siswa diminta menambah beberapa data sebagai mengecek kebenaran jawaban dari masalah yang
kelanjutan dari data yang sudah ada jika pola yang diperoleh menggunakan
diharapkan belum diperolehnya. Sedangkan bagi siswa yang belum mampu
data-data
yang ada.
5. Menjawab Masalah
memperoleh jawaban setelah diberi bimbingan ke-1, Siswa diminta menjawab maslaah dari butir (1). memperoleh bimbingan ke-2, bimbingan berupa
6. Pengecekan Hasil
pertanyaan-pertanyaan untuk penyusunan data yang Siswa diminta melihat kebenaran pola atau aturan sudah ada dalam daftar. Tujuan data disusun dalam
umum yang dieroleh dengan beberapa data yang ada. sebuah daftar yaitu agar siswa dapat memperoleh
tentang langkah-langkah contoh-contoh jawaban dari beberapa masalah yang
penemuan terbimbing yang telah disampaikan, peneliti sudah ada.
berpendapat
bahwa
langkah-langkah penemuan
4. Setelah bimbingan ke-2 diberikan, siswa yang terbimbing dari Hirdjan lebih fleksibel, artinya bahwa berhasil memperoleh ajwaban dari maslaah dengan
penemuan terbimbing contoh-contoh jawaban dari maslaah yang sudah ada,
dalam
langkah-langkah
diperbolehkan adanya lompatan-lompatan pada langkah- diminta mengecek kebeneran dari jawaban yang
langkah tertentu.
diperoleh menggunakan data-data yang sudah ada. Contoh kongkrit dalam lompatan-lompatan yang Siswa yang belum mampu memperoleh jawaban
dimaksud adalah pada beberapa langkah seperti langkah setelah bimbingan ke-2 diberikan, memperoleh
2 dan 3, bagi siswa yang pintar atau siswa yang mampu bimbingan ke-3 yaitu kepada siswa diberikan
menyelesaikan langkah pertama dengan benar dapat penambahan data pada daftar yang sudah dibuat.
melewati 2 langkah setelahya. Oleh sebab itu, langkah- Tujuan yang diharapkan dari bimbingan ke-3 itu
langkah penemuan terbimbing yang akan digunakan adalah agar jawaban dapat ditemukan siswa. Jika
dalam penelitian ini akan mengadopsi dari langkah- dengan penambahan
langkah penemuan terbimbing menurut pendapat Hirdjan menemukan jawaban, guru perlu memberikan
data
ini siswa
belum
dengan beberapa modifikasi. Adapun hasil dari tambahan bimbingan-bimbingan singkat secara llisan
modifikasi adalah sebagai berikut: sehingga siswa segera memperoleh jawaban yang
1. Pemberian Masalah
diharapkan. Guru memberikan masalah, dan siswa mencari
5. Siswa diminta melakukan pengecekan kebenaran penyelesaian dari masalah tersebut. Masalah yang dari jawaban yang diperolehnya setelah siswa
diberikan harus mengandung petunjuk akan arah dan diberikan bimbingan ke-3 atau bimbingan tambahan
tujuan yang akan dilakukan siswa, yaitu siswa dengan menggunakan data-data yang sudah ada.
menemukan sendiri penyelesaian dari masalah itu.
Naufal Ishartono: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk Siswa SMA Kelas XI IPA
2. Pengembangan Data terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang Dalam tahap ini, siswa diminta mencari/menunjuk
baik dan benar.
kemungkinan data yang lain sebagai kelanjutan dari
5. Pokok bahasan yang dipelajari dapat mencapai data yang sudah diketahui. Siswa yang pandai
tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama dimungkinkan tenpa bimbingan dapat menemukan
membekas karena siswa dilibatkan dalam proses sendiri jawaban dari masalah yang diberikan.
menemukannya.
Sedangkan siswa yang belum mampu memperoleh Sedangkan kekurangannya adalah: jawaban dari amasalah yang diberikan, memperoleh
1. Untuk pokok bahasan tertentu, waktu yang tersisa bimbingan, bimbingan yang diberikan berupa
lebih lama.
pertanyaan-pertanyaan pengembangan dimulai dari
2. Tidak semua siswa dapat megikuti pelajaran dengan yang paling sederhana.
cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa
3. Penyusunan Data dan mudah mengerti dengan metode ceramah. Siswa menyusun data yang diperoleh dari langkah 1
3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model dan 2 pada sebuah data. Siswa yang mampu
ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan memperoleh
dikembangkan dengan model mengecek kebenaran jawaban dari masalah yang
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). diperoleh menggunakan
Munculnya metode Penemuan Terbimbing tentunya Sedangkan yang belum mampu, mendapatkan
data-data
yang ada.
didasarkan pada alasan-alasan kenapa pendidik dianggap bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan untuk
perlu menggunakan metode ini. Bruner (dalam Carin dan penyusunan data yang sudah ada. Tujuan data
Sund, 1989: 95-96) menggaris bawahi empat alasan disusun dalam sebuah daftar yaitu agar siswa dapat
perlunya penggunaan metode ini: memperoleh contoh-contoh jawaban dari beberapa
1. Intellectual potency
masalah yang sudah ada. Melalui potensi intelektual, seseorang dapat
4. Penambahan Data belajar dan mengembangkan pikiran mereka dengan Yaitu
sebab itu, Bruner penambahan data baru yang mana akan mengarahkan
siswa diberikan
menjelaskan lebih dalam bahwa ketika siswa siswa kepada konsep atau rumus. Diharapkan dalam
menemukan suatu konsep secara mandiri, hal ini bimbingan ini, siswa dapat menemukan rumus atau
akan sangat mudah untuk diingat dan lebih tahan konsep yang dimaksud. Bagi siswa yang telah
lama, daripada ketika siswa mengingat dengan menyelesaikan
melafalkannya. Hal ini memverifikasinya
kegiatan
ini, dapat
dikarenakan, terdapat kepuasan yang sangat besar sedangkan
ketika siswa menemukan sendiri suatu konsep atau menyelesaikan kegiatan ini dapat berkonsultasi
berhasil dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan guru atau teman yang sudah dapat
yang konseptual (satisfying intelectual thrill). menyelesaikannya.
Satisfying
intelectual
thrill tersebut yang
5. Verifikasi membangkitkan motivasi siswa dari dalam diri Dalam
mereka (intrinsic motivation), dan hal itu akan memverifikasi sendiri rumus atau konsep yang telah
bertahan lebih lama daripada motivasi yang muncul mereka temukan di kegiatan Penambahan Data. Jika
dari luar (extrinsic motivation). hasil verifikasi siswa benar, maka dapat melanjutkan
2. Shifting student from extrinsic to intrinsic motivation ke kegiatan penerapan. Sedangkan bagi yang belum
Dalam proses belajar terdapat dua jenis motivasi benar, diminta untuk memeriksa kembali hasil
yang muncul pada diri siswa, yaitu motivasi yang pekerjaan mereka di tahapan Penambahan Data, serta
dikarenakan oleh reward atau penghargaan (nilai, dapat berkonsultasi dengan guru atau teman yang
ranking , dll) dan motivasi yang muncul karena ingin telah berhasil mengerjakan tahapan Verifikasi.
menghindari kesalahan yang belum atau pernah
6. Latihan Penerapan
mengakibatkan diberikannya Siswa diberikan soal-soal penerapan dan diharapkan
dilakukan
yang
hukuman oleh guru. Dua jenis motovasi tersebut dalam
yang menjadi masalah dalam proses belajar siswa. menggunakan konsep yang baru saja diperolehnya.
Ketika hal itu dibiarkan, maka akan menjadi pola Menurut Marzano yang dikutip oleh Markaban
pada diri mereka dalam membangun motivasi (2006:16), Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
belajar. Akibatnya adalah siswa tidak akan pernah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
sadar akan kebutuhan mereka untuk belajar dan Penemuan Terbimbing adalah:
menjadi ketergantungan (dependent) pada otoritas
1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran penghargaan, motivasi, dan arahan yang konstan dari yang disajikan.
guru. Oleh sebab itu, penggunaan metode Penemuan
2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry Terbimbing membantu siswa untuk lebih mandiri (mencari-temukan)
(independent), belajar untuk dapat menetukan pilihan
3. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
mereka
(high
self-directed ), dan belajar
4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun bertanggungjawab dalam kegiatan belajar mereka. siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga
Hal ini dikarenakan, metode Penemuan Terbimbing membentuk siswa menjadi termotivasi dengan
Dzikra Fu’adiah: Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau dari Gender
sendirinya dari diri mereka sendiri (self-motivated) ini dilakukan menggunakan model pengembangan ketika mereka menemukan suatu konsep dari usaha
ADDIE. Model ini memiliki lima langkah pengembangan mereka sendiri daripada ketika mereka hanya
yaitu Analysis (Analisis), Design (Desain), Development membaca
(Pengembangan), Implementation (Penerapan), dan menemukan konsep tersebutlah siswa akan mendapat
Evaluation (Evaluasi).
kepuasan (gratification), dan kepuasan itulah yang Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan akan menjadi reward dalam diri siswa (self-reward).
data pada penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi
3. Learning the heuristic of discovery empat macam instrumen. Masing-masing digunakan Dewey (dalam Carin & Sund, 1989: 96)
untuk memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan mengatakan, “We learn by doing and reflection on
keefektifan. Instrumen tersebut adalah: what we do ”. Kita belajar dengan melakukannya dan
1. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli merefleksikannya pada apa yang kita lakukan. Jadi
Lembar validasi perangkat pembelajaran oleh dalam koteks belajar, siswa haruslah telibat secara
ahli bertujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan aktif
dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan mendengarkan, membaca, berbicara, melihat, dan
dalam proses
yang terdiri dari RPP, LKS, dan THB. Dalam berfikir, sehingga mereka dapat belajar dari apa yang
lembar ini, peneliti menggunakan skala 4 (Sangat mereka lakukan. Hal tersebut memberikan mereka
Setuju), 3 (Setuju), 2 (Kurang Setuju), dan 1 (Tidak pengalaman yang berharga dalam proses belajar
Setuju). Di dalam lembar validasi untuk ahli media yang nantinya akan bermanfaat pada tingkatan
berisi aspek syarat teknis, syarat konstruksi, syarat proses belajar yang berikutnya.
evaluasi, dan syarat keterlaksanaan. Untuk lembar
4. Helping student with memory processing penilaian oleh ahli materi dan pembelajaran berisi Dalam metode Penemuan Terbimbing, siswa
tentang aspek penemuan terbimbing, aspek kualitas akan dilibatkan dalam proses untuk menemukan
isi, dan aspek syarat didaktik. sesuatu konsep. Ketertliabatan siswa tersebut
2. Lembar Observasi
a. Lembar Pengamatan Kemampuan Guru dapat memaksimalkan potensi yang ada pada diri
memberikan efek yang positif kepada siswa untuk
Mengelola Pembelajaran mereka untuk menemukan suatu konsep. Hal
Seorang pengamat akan melakukan pengamatan tersebut tentunya secara langsung mengaktifkan
terhadap kemampuan seorang guru yang akan kemampuan berfikir mereka dan menggali memori
menerapkan perangkat pembelajaran yang mereka untuk digunakan dalam menemukan konsep
dikembangkan ke dalam kelas. Pengamat tersebut. Disitulah
memberikan tanda cek ( V ) pada baris dan Terbimbing dalam membantu siswa dalam proses
kolom yang sesuai pada lembar pengamatan berfikir mereka.
pengelolaan pembelajaran yang disediakan. Skor Jadi metode Penemuan Terbimbing (Guided
yang diberikan terdiri dari 4 kategori, yaitu tidak Discovery ) adalah suatu model pembelajaran dimana
baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), baik (nilai siswa menggunakan pengalaman dan pengetahuan
3), dan sangat baik (nilai 4). Adapun indicator mereka untuk menemukan fakta, hubungan, dan
kemampuan guru mengelola pembelajaran kebenaran-kebenaran baru untuk dipelajari melalui
adalah sebagai berikut:
bimbingan guru. Sehingga dalam penelitian ini metode
1) Tahap Pendahuluan, meliputi kemampuan Penemuan Terbimbing yang digunakan adalah yang
menginformasikan tujuan pembelajaran, menggunakan langkah-langkah Penemuan Terbimbing
siswa, dan melakukan sesuai dengan penjabaran Markaban.
memotivasi
apersepsi.
2) Tahap presentasi, meliputi kemampuan
METODE
menyajikan materi yang akan dipelajari. Ditinjau dari pertanyaan penelitian, maka penelitian
3) Tahap belajar kelompok, meliputi ini digolongkan sebagai penelitian pengembangan,
kemampuan mengorganisir siswa ke dalam dimana dalam proses penelitian ini akan dikembangkan
belajar, membimbing dan perangkat
kelompok
siswa bekerja dalam matematika yang baik melalui penerapan di kelas ujicoba
untuk mendapatkan perangkat yang baik, berikutnya
4) Tahap pengayaan, meliputi kemampuan diimplementasikan di kelas lain untuk melihat keefektifan
guru untuk meberikan soal-soal pengayaan pembelajaran. Adapun perangkat pembelajarannya adalah
berupa quis untuk mengukur tingkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di
pemahaman siswa. dalamnya meliputi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan
5) Tahap penutup, meliputi kemampuan Tes Hasil Belajar (THB). memberi penghargaan, menegaskan hal- Subjek dalam peelitian ini adalah satu orang guru
hal yang penting atau intisari yang berserta siswa-siswa SMA kelas XI IPA yang dipilih dari
berkaitan dengan pembelajaran, meberikan
PR, mengingatkan materi yang akan perangkat pembelajaran berbasis penemuan terbimbing
salah satu SMA di Yogyakarta. Desain pengembangan
pembelajaran pada pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas XI IPA
dipelajri
pada
pertemuan berikutnya.
Naufal Ishartono: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk Siswa SMA Kelas XI IPA
6) Kemampuan mengelola waktu yang dilihat divalidasi oleh para ahli. Setelah mendapatkan hasil dari ketepatan guru dalam melaksanakan
validasi dan saran dari para ahli, peneliti merevisi scenario pembelajaran.
perangkat sesuai saran ahli. Berikutnya, perangkat
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa diujicobakan di kelas uji coba. Adapun tempat untuk Instrument ini digunakan untuk memperoleh
mengujicoba prototype perangkat adalah di SMAN 9 data aktivitas siswa selama pembelajaran
Yogyakarta dengan pemilihan kelas XI IPA 2 sebagai berlangsung, yaitu pembelajaran menggunakan
kelas Uji Coba.
Setelah selesai diuji coba, perangkat pembelajaran dikembangkan. Lembar pengamatan aktivitas
perangkat pembelajaran
yang
telah
direvisi kembali sesuai dengan hasil evaluasi setelah siswa berisi tentang aktivitas siswa dalam proses
proses uji coba prototipe. Kemudian, perangkat pembelajaran
pembelajaran diimplementasikan di kelas implementasi mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
yang dalam hal ini adalah di kelas XI IPA 5. atau teman, (2) membaca atau memahami
Dalam pelaksanaan uji coba dan implementasi perangkat, masalah dalam LKS, (3) Menyelesaikan
guru menyediakan perangkat RPP dan LKS yang masalah/menemukan cara dan jawaban dari
digunakan dalam tiga kali pertemuan. Kusus pada masalah,
perangkat LKS, terdapat 3 LKS yang akan digunakan per teman/guru, (5) Menarik kesimpulan suatu
Bediskusi/bertanya
pada
masing-masing pertemuan. Pada LKS 1, materi yang prosedur atau konsep, (6) Perlaku yang tidak
dibahas adalah tentang jumlah dan selisih dua sudut. relevan dengan kegiatan pembelajaran.
2. Angket Tanggapan Siswa ini, apa yang disajikan dalam LKS 1 yaitu tentang Menurut Riduwan (2009:25- 26), “angket adalah menemukan rumus sin (a ± b), cos (a ± b), dan tan (a ± b)
Dalam pembelajaran rumus turunan turunan trigonometri
daftar pernyataan/pertanyaan yang diberikan kepada merupakan dasar untuk menemukan rumus-rumus orang lain yang bersedia memberikan respon
turunan trigonometri berikutnya. Oleh sebab itu, (responden) sesuai dengan pe rmintaan pengguna”. keterlibatan siswa dalam menemukan rumus dasar ini
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini yang terakomodasi dalam LKS 1 dengan menggunakan adalah angket respon siswa. Angket respon siswa ini
langkah-langkah dalam metode Penemuan Terbimbing bertujuan untuk mengetahui respon siswa setelah
(Pemberian Masalah, Pengembangan Data, Penyusunan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
Data, Penambahan Data, Verifikasi, dan Penerapan) akan matematika SMA berbasis penemuan terbimbing
membantu mereka dalam mengkontruksi rumus-rumus pada materi Trigonometri untuk siswa kelas XI IPA.
Angket ini disusun dengan alternatif jawaban “SS” berikutnya, sehingga siswa akan mengetahui proses untuk Sangat Setuju, “S” untuk Setuju, “KS” untuk terbentuknya rumus-rumus tersebut dan akan lebih Kurang Setuju, dan “TS” untuk Tidak Setuju. Selain melekat di benak siswa daripada ketika mereka
menghafalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner itu, poin-poin pada angket tersebut terdiri dari dua
(dalam Carin dan Sund, 1989: 95-96) yaitu ketika siswa jenis poin, yaitu poin untuk pernyataan negatif dan
menemukan suatu konsep secara mandiri, hal ini akan poin untuk pernyataan positif. sangat mudah untuk diingat dan lebih tahan lama,
daripada ketika siswa mengingat dengan mengucapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan melafalkannya. Dengan kata lain, keterlibatan siswa Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang
dalam proses penemuan rumus tersebut akan membuat di bertujuan untuk mendeskribsikan proses dan hasil
pembelajaran jauh lebih bermakna. pengembangan perangkat pembelajaran trigonometri
Berikutnya pada LKS 2, siswa diminta untuk berbasis penemuan terbimbing untuk siswa kelas XI IPA
menemukan rumus turunan trigonometri untuk sudut yang baik, serta keefektifan proses pembelajaran
ganda menggunakan apa yang telah mereka temukan di trigonometri
LKS 1. Dalam LKS 2 ini ada beberapa langkah yang dikembangkan. Adapun deskripsinya adalah sebagai
menggunakan perangkat
yang telah
dihilangkan yaitu langkah Pengembangan Data dan berikut:
Penyususnan Data. Pada LKS 3, siswa diminta untuk menemukan rumus turunan trigonometri untuk setengah
Proses Pengembangan Perangkat
sudut, dimana penyusunan langkah-langkah penemuan Perangkat
rumus turunan trigonometri tersebut di dasarkan pada penemuan terbimbing untuk siswa kelas XI IPA
hasil penemuan LKS 2 terutama pada penemuan rumus dikembangkan dengan model pengembangan ADDIE
Cos 2a.
(Analysis, Design, Development, Implementation, dan
Evaluation). Adapun perangkat yang dikembangkan adalah berupa RPP yang di dalamnya mencakup LKS dan
Hasil Pengembangan Perangkat
1. Validasi Perangkat Pembelajaran menganalisis karakteristik
THB. Pengembangan perangkat ini diawali dengan
Perangkat pembelajaran Penemuan Terbimbing perangkat pembelajaran. Hasil dari analisis tersebut
siswa,
kurikulum, dan
pada materi trigonometri untuk siswa kelas XI IPA digunakan untuk mendesain draft perangkat yang nantinya
yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi digunakan
RPP yang didalamnya mencangkup LKS dan THB. mengembangkan perangkat. Berikutnya, pengembangan
Berdasarkan hasil penilaian validator, perangkat perangkat menghasilkan prototipe I yang kemudian
yang dikembangkan dinyatakan valid dengan rincian
Dzikra Fu’adiah: Profil Penalaran Kuantitatif Siswa SMP Ditinjau dari Gender
untuk RPP terkategorikan valid dengan nilai masing- kepada para ahli. Adapun hasil validasi adalah RPP masing aspek di atas 3. Untuk LKS ditinjau dari segi
yang sudah diperbaiki dapat dikategorikan valid materi dan segi media, keduanya memiliki skor di
karena rata-rata minimum penilaian dari ketiga atas 3. Sedangkan untuk Tes Hasil Belajar,
validator berada di atas 3. Selain itu, ketiga validator berdasarkan dari penilaian para ahli, THB
menilai bahwa RPP yang telah diperbaiki layak terkategorikan valid dengan kriteria minimal yang
untuk diproduksi, dan praktis yaitu dapat di terapkan didapatkan adalah Ldp atau Layak dengan perbaikan.
secara teori.
3. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran kesulitan dalam memahami kata yang terdapat dalam
Selain itu, mayoritas siswa tidak mengalami
Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan guru LKS dan THB yang dikembangkan. Hal ini sesuai
dalam mengelola pembelajaran yang telah dianalisis dengan hasil yang didapatkan dalam angket respon
di Bab IV menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa tentang aspek pemahaman bahasa yang
dalam setiap aspek yang diamati dalam mengelola digunakan dalam LKS dan THB, dimana hanya 3%
pembelajaran tidak ada yang bernilai di bawah 3. Hal dari total siswa kelas uji coba yang mengalami
ini berarti kemampuan guru dalam mengelola kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan.
pembelajaran Penemuan Terbimbing adalah baik. Sehingga THB dan LKS yang dikembangkan
pembelajaran ini, memiliki tingkat keterbacaan yang baik.
mengelola pembelajaran
2. Aktivitas Siswa diobservasi selama 3 kali yaitu pada tanggal 28 Juli Hasil
2015, 1 Agustus 2015, dan 4 Agustus 2015. Berikut menunjukkan bahwa beberapa aspek aktivitas siswa
adalah hasil observasi kemampuan guru dalam untuk semua RPP tidak berada pada interval kriteria
mengelola pembelajaran:
batas toleransi waktu ideal. Sehingga secara
a. Pertemuan Pertama
keseluruhan aktivitas siswa selama pembelajaran Pada pertemuan pertama, guru membuka Penemuan Terbimbing pada materi trigonometri
kelas dengan memberikan penjelasan tentang terkategorikan kurang efektif dikarenakan beberapa
apa yang akan mereka pelajari yaitu tentang hal.
rumus-rumus turunan trigonometri yang mana penjelasan guru, selain harus mengkondisikan siswa
Pada aspek
Mendengar/memperhatikan
kusus pada pertemuan tersebut submateri yang di saat memulai pelajaran dengan menjelaskan
akan dipelajari adalah tentang rumus turunan pendahuluan pembelajaran, guru juga beberapa kali
trigonometri pada jumlah dan selisih dua sudut menjawab atau menjelaskan di depan kelas tentang
Berikutnya, guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan siswa yang bingung dalam perhitungan
pertanyaan-pertanyaan tentang nilai-nilai dari menemukan turunan rumus trigonometri.
sinus, cosinus, dan tangent pada sudut-sudut Sedangkan untuk
istimewa yang telah mereka dapatkan pada kelas siswa/LKS,
X seperti berapakah nilai dari sin 60°, cos 120°, kenyataanya adalah lebih dari 2 menit yaitu sekitar 6
dan tan 45°. Setelah siswa dapat menjawab sampai 7 menit total selama proses pembelajaran.
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan benar, Hal ini dikarenakan banyak siswa yang cenderung
lalu guru menanyakan berapakah nilai dari sin ramai ketika diminta untuk membaca terlebih dahulu
15°, cos 75°, dan tan 105°. Ketika siswa merasa instruksi yang ada di dalam LKS.
kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut, Untuk aspek Mengerjakan LKS/menulis yang
lalu memberikan bantuan yaitu sin 15° dapat relevan dengan KBM, siswa cenderung lebih cepat
dibentuk dari sin (45° - 30°). Lalu siswa diminta dari yang dialokasikan di dalam RPP dalam
untuk membuktikan apakah sin (45° - 30°) mengerjakan langkah-langkah menemukan rumus di
sama dengan sin 45° - sin 30°. Dan siswa pun dalam LKS. Oleh sebab itu, persentase waktu siswa
mulai penasaran, sehingga guru bisa masuk dalam mengerjakan LKS di bawah interval toleransi.
bahwa tujuan dari Dalam aspek bertanya kepada guru, keempat
dengan
mengatakan
pembelajaran pada pertemuan tersebut adalah siswa yang diamati beberapa kali mengajukan
untuk menemukan rumus jumlah dan selisih dua pertanyaan kepada guru tentang hal yang mereka
sudut.
rasa masih membuat bingung sehingga terjadi proses Setelah itu, guru membagikan LKS 1 tanya jawab yang memakan waktu melebihi interval
tentang rumus turunan trigonometri untuk waktu yang ditentukan.
jumlah dan selisih dua sudut, dan meminta siswa Pada aspek perilaku yang tidak relevan, hal ini
bekerja di dalam kelompok. sulit untuk dihindari karena adanya pengaruh dari
Berikutnya, guru meminta siswa membaca lingkungan sekitar empat orang siswa yang
sebentar tentang apa yang akan mereka pelajari diobservasi yang memecah konsentrasi mereka.
pada LKS 1. Lalu guru meminta siswa membuka Berdasarkan kondisi di atas, maka aktivitas
kegiatan pertama yaitu menemukan rumus sin (a siswa untuk beberapa aspek berada di bawah atau di
± b ). Guru meminta siswa memulai dengan atas interval toleransi yang berakibat kurang
langkah pertama yaitu Pemberian Masalah. Guru efektifnya aktivitas siswa.
2 menit untuk Dengan alasan ketidak efektifan aktivitas siswa,
memberikan
waktu
mengerjakannya, sambil memperingatkan bahwa maka RPP pun diperbaiki dan divalidasi ulang
bagi siswa yang tidak dapat menyelesaikannya
Naufal Ishartono: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Berbasis Penemuan Terbimbing untuk Siswa SMA Kelas XI IPA
dapat melanjutkan ke langkah kedua, sedangkan
c. Pertemuan Ketiga
bagi siswa yang dapat menyelesaikannya dan Pada pertemuan ketiga, guru menanyakan yakin dengan jawabannya, dapat melanjutkan ke
siswa rumus turunan kegiatan Verifikasi dengan catatan bahwa jika
kembali
kepada
trigonometri untuk jumlah dan selisih dua sudut, siswa mengalami kesulitan maka diminta
dengan rumus turunan kembali ke langkah Pengembangan Data.
dan
dilanjutkan
trigonometri untuk sudut ganda. Setelah siswa Berikutnya guru mengingatkan kembali
berhasil menjawab pertanyaan tersebut, guru siswa bahwa bagi mereka yang telah selesai
menyampaikan tujuan dari pembelajaran pada mengerjakan langkah Pengembangan Data bisa
tersebut yaitu untuk lanjut ke verifikasi, tetapi jika tidak, dapat ke
pertemuan
ketiga
turunan trigonometri langkah Penyusunan Data, dan seterusnya hingga
menemukan
rumus
setengah sudut. Proses dan alur pembelajaran langkah Penambahan Data yang mana dalam
pada pertemuan ketiga ini sama dengan proses langkah ini seharusnya siswa telah dapat
dan alur pembelajaran pada pertemuan kedua menemukan rumus sin (a ± b).
dimana terdapat 4 langkah yang harus dilakukan Selama siswa mengerjakan LKS, guru
siswa dalam menemukan masing-masing rumus berkeliling dan memberikan bantuan kepada
yaitu Pemberian Masalah, Pengembangan Data, siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan
Verifikasi, dan Penerapan. LKS 1. Di sela-sela itu, guru meminta salah satu
Di akhir pertemuan ini, guru dan siswa siswa untuk maju ke depan kelas dan
secara bersama-sama menyimpulkan apa yang menjelaskan proses penemuan rumus.
telah
mereka
temukan selama proses
pembelajaran.
Setelah siswa menyelesaikan langkah Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pemberian Masalah sampai pada langkah skenario pembelajaran yang telah direncanakan Verifikasi,
dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Oleh melanjutkan ke langkah Penerapan selama 10 karena itu, RPP yang dikembangkan tergolong menit. Setelah selesai, siswa dan guru secara
praktis.
bersama-sama membahas apa yang telah mereka
Respon Siswa
temukan yaitu rumus untuk sin (a ± b), dan hasil
Pada tahap uji coba pengemabangan perangat pekerjaan mereka di tahap penerapan. Pada pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran kegiatan menemukan rumus cos (a ± b) dan tan menunjukkan respon positif. Hasil analisis respon (a ± b) dilakukan dengan alur yang sama seperti siswa menunjukkan bahwa mayoritas siswa berminat penemuan rumus sin (a ± b).
Penemuan Terbimbing Di akhir pertemuan, guru dan siswa dimana jumlah presentase siswa yang memilih menyimpulkan kembali apa yang telah mereka Senang pada aspek respon siswa terhadap komponen temukan selama proses pembelajaran pada pembelajaran sebanyak 93,5%,
terhadap
pembelajaran
dan kategori pertemuan tersebut. Berminat pada pertanya an “Bagaimana pendapatmu
b. Pertemuan Kedua jika untuk pembelajaran berikutnya menggunakan
Pada pertemuan kedua, guru memulai kelas metode Penemuan Terbimbing?” sebanyak 86,7%. dengan bertanya kembali rumus sin (a ± b), cos
5. Tes Hasil Belajar
(a ± b), dan tan (a ± b). Setelah itu, guru Berdasarkan nilai yang didapat dari Tes Hasil menjelaskan tentang tujuan dari pembelajaran
Belajar, sebanyak 76,7% siswa tuntas, hal ini berarti pada pertemuan kedua tersebut yaitu untuk
ketuntasan klasikal tercapai. Selain itu, hasil analisis menemukan rumus turunan trigonometri sudut
dan sensitivitas tes ganda yaitu sin 2a, cos 2a, dan tan 2a dimana
validitas,
reliabilitas,
menunjukkan bahwa THB yang dikembangkan (1) ketiga rumus tersebut dapat ditemukan dengan