PENGARUH KASUS KPK VS POLRI TERHADAP PEN (1)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH KASUS KPK VS POLRI TERHADAP PENURUNAN
HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
BIDANG KEGIATAN :
PKM – ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan Oleh :
Kiky Listahardini

(12420144 Tahun Angkatan 2012)

Citra Ayu Nurjanah

(12420124 Tahun Angkatan 2012)

Faruq Al Azmi

(13420323 Tahun Angkatan 2013)

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA
2015

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

PENGARUH KASUS KPK VS POLRI TERHADAP PENURUNAN
HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Kiky Listahardini 1), Citra Ayu Nurjanah 2), Faruq Al Azmi 3)
1)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
kikylista16@gmail.com
2)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
cancitraayu@gmail.com
3)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
faruqazmie@yahoo.com

Abstract
The purpose of this study was to analyze the influence of the KPK vs the Polri case to the

decline in stock prices in the Indonesia Stock Exchange (IDX). This study used purposive
sampling. The criteria used is a company engaged in the field of services, namely
banking, property & realestate and transportation. Stock price data using a close price at
the time of arrest KPK leaders Bambang Widjojanto dated 22 January 2015 and after the
arrest on 26 January 2015. The size of sample of 99 companies which consists of 33
companies engaged in banking, 37 companies engaged in the field of property and
realestate, and 29 companies engaged in the transportation field. Analysis technique used
paired sample t test. The results of this study indicate that there are significant
differences in stock prices before and after the arrest of a suspect Bambang Widjojanto.
This study proves that there is a decline in stock prices after the arrest Bambang
Widjojanto as a suspect.
Keywords: KPK (Corruption Eradication Commission), POLRI (Indonesian National
Police), Stock price

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kasus KPK vs Polri terhadap
penurunan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di bidang
jasa yaitu bidang perbankan, property & real estate dan transportasi. Data harga saham
menggunakan harga tutup yaitu harga saham pada saat penangkapan pimpinan KPK

Bambang Widjojanto tanggal 22 Januari 2015 dan setelah penangkapan tanggal 26
Januari 2015. Ukuran sampel sebanyak 99 perusahaan yang terdiri dari 33 perusahaan
yang bergerak di bidang perbankan, 37 perusahaan yang bergerak di bidang property &
realestate, dan 29 perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Teknik analisis
menggunakan paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan signifikan harga saham sebelum dan sesudah penangkapan Bambang
Widjojanto sebagai tersangka. Penelitian ini membuktikan bahwa ada penurunan harga
saham setelah penangkapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka.
Kata Kunci: KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), POLRI (Kepolisian Republik
Indonesia), Harga saham

1

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

1. PENDAHULUAN
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia adalah lembaga negara
yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Komisi ini didirikan

awal mula pada tahun 2002 serta didasari oleh UU RI No. 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK
berpedoman kepada 5 (lima) asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,
kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan
menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK
(http://id.wikipedia.org).
Kepolisisan Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisisan Nasional di Indonesia
yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas
kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian
Republik Indonesia (Kapolri). Polri didirikan awal mula pada tanggal 1 Juli 1946 serta
didasari oleh UU No. 2 Tahun 2002 (http://id.wikipedia.org). Dalam perkembangan
paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya
mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam
masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun antar bangsa, sebagaimana
yang ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi termasuk
Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana
jangka panjang dengan cara menjual saham atau obligasi (Jogiyanto, 2003). Pendirian
pasar modal atau yang dikenal di Indonesia sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI) berfungsi
membantu pemerintah dalam mendorong perkembangan pembangu-nan, kegiatan

investasi, menciptakan kesempatan kerja dan menggerakkan perekonomian negara
melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.
Pasar modal merupakan pertemuan penawaran (supply) dan permintaan (demand)
dana jangka panjang yang transferable. Keberhasilan pembentukan pasar modal
dipengaruhi oleh supply dan demand tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pasar modal adalah (Husnan, 1998): (1) Supply sekuritas, yaitu
menunjukkan banyaknya perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal;
(2) Demand sekuritas, yaitu adanya anggota masyarakat yang memiliki dana cukup besar
dan dipergunakan untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan; (3) Kondisi politik
dan ekonomi, kondisi stabilitas politik ini ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang
pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand sekuritas.
Konflik KPK vs Polri di jilid 1 tahun 2008, berawal dari tindakan penyidikan
(penyadapan) KPK terhadap Kabareskrim Polri saat itu: Komisaris Jenderal Susno
Duadji, yang diduga menerima gratifikasi dari nasabah Bank Century, Boedi Sampoerna,
karena berhasil memaksa Bank Century mencairkan dana nasabah itu sebelum bank itu
ditutup. Tak lama setelah itu, pada tahun 2009, Polri melakukan serangan balik kepada
KPK dengan gebrakan mereka mengkriminalisasi KPK. Berdasarkan kesaksian
dari Anggodo Widjojo (dalam kasus korupsi proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu)
bahwa kakaknya Anggoro Widjojo telah menyuap dua pimpinan KPK waktu itu,
Chandra M. Hamzah dan Bibid Waluyo, sebesar Rp 6 miliar. Polri menetapkan dua


2

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

pimpinan KPK itu sebagai tersangka, bahkan sempat menahan mereka berdua. Meskipun
bukti-buktinya masih sangat lemah.
Konflik KPK vs Polri itu, memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
akhirnya turun tangan sebagai “wasit”, dengan membentuk sebuah tim independen
pencari fakta yang disebut Tim Delapan yang dipimpin oleh Adnan Buyung Nasution.
Kasus tersebut akhirnya ditutup dengan Presiden SBY memberi perintah kepada Jaksa
Agung untuk menerbitkan Surat Keputusan Penghentian Penuntuntan untuk Chandra M.
Hamzah dan Bibid Waluyo.
Pada Juli 2012, konflik KPK vs Polri kembali terbuka, setelah KPK menetapkan
mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus
korupsi di proyek simulator ujian SIM. Padahal, sebelumnya, Mabes Polri telah
menyatakan bahwa setelah melakukan investigasi penyidikan internal, tak ditemukan
unsur korupsi di proyek tersebut yang melibatkan Djoko Susilo. Begitu KPK
mengumumkan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka, terjadilah rentetan kejanggalan
yang dilakukan oleh Polri. Tiba-tiba mereka mengumumkan bahwa mereka juga

sebenarnya sedang menyidik kasus korupsi yang sama. Bersamaan dengan itu
mengumumkan lima tersangka versi mereka. Maka terjadilah saling berebut kewenangan
menyidik kasus korupsi tersebut. KPK merasa merekalah yang paling berwenang
menyidik kasus tersebut, demikian juga Polri. Polri bahkan sempat melakukan serangan
balik kepada KPK. Upaya kriminalisasi KPK pun kembali dilakukan.
Pada 5 Oktober 2012, sejumlah aparat kepolisian mengepung Gedung KPK untuk
menangkap salah satu penyidik KPK yang juga berasal dari Polri, Komisaris (Pol) Novel
Baswedan. Dia juga salah satu penyidik KPK yang berperan penting dalam
pengungkapan kasus Djoko Susilo itu. Polri beralasan hendak menangkap Novel karena
pada 2004, ketika bertugas di Bengkulu, dia pernah melakukan penganiayaan berat
terhadap beberapa tersangka pencuri sarang burung walet di sana. Namun kriminalisai
terhadap KPK itu kemudian terbukti merupakan hasil rekayasa. Setelah cukup lama
konflik tersebut dibiarkan terjadi oleh SBY, barulah beliau turun tangan menengahi
konflik KPK vs Polri itu. Lagi-lagi untuk kedua kalinya, SBY menjadi wasit konflik KPK
vs Polri itu. Konflik KPK vs Polri jilid 2 itu diakhiri dengan Djoko Susilo dinyatakan
bersalah dan dihukum penjara 18 tahun.
Pada awal tahun 2015, konflik antara KPK vs Polri jilid 3 dimulai. Konflik tersebut
diawali dengan KPK membeberkan hasil penyelidikan kasus yang melibatkan petinggi
Kepolisian RI. KPK menetapkan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi penerimaan hadiah (gratifikasi) atau janji.

Komjen Budi Gunawan saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri,
dan namanya menjadi satu-satunya calon yang diajukan Presiden Jokowi sebagai Kapolri.
Pada tanggal 14 Januari 2015 Komisi III DPR secara aklamasi menerima Budi Gunawan
sebagai calon kepala kepolisian RI setelah dinyatakan lolos dalam uji kelayakan dan
kepatutan. Tetapi pada saat yang bersamaan salah seorang pemimpin KPK, Abraham
Samad diterjang isu yang tidak sedap terkait foto yang beredar di jejaring sosial yang
menampilkan kedekatan Abraham Samad dengan Putri Indonesia 2014, Elvira
Devinamira. Belakangan diketahui foto itu hasil rekayasa. Selain Abraham Samad, ketua
KPK yang lain yaitu Bambang Widjojanto juga terkena kasus dengan Polri. Tepatnya
pada tanggal 23 Januari 2015, Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menangkap Wakil
Ketua KPK, Bambang Widjojanto dengan tuduhan mendalangi kesaksian palsu dalam

3

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

sengketa pilkada Kotawaringin, Kalimantan Tengah tahun 2010 silam. Sejak tanggal 23
Januari 2015 tersebut, dapat dikatakan konflik KPK vs Polri jilid 3 resmi dimulai. Hal ini
karena sambutan publik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya yang luar biasa atas
kasus penangkapan tersebut. Ada pro kontra tanggapan publik atas kasus tersebut. Namun

dapat dikatakan lebih banyak kontra dengan penangkapan tersebut karena dianggap
kriminalisasi terhadap KPK.
Saham merupakan suatu kepemilikan aset, seperti instrumen dari kegiatan finansial
suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga saham dari suatu
perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu perusahaan tersebut nilai
jualnya di bursa saham. Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan
oleh para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan
harga saham yang ditentukan, otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan.
Menurut Alwi (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga
saham atau indeks harga saham, antara lain:
1. Faktor Internal (lingkungan mikro), yaitu :
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
5
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements), seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan
struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambil-alihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi
dan lainnya.
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi
pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru,
kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum
akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan
dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets
(ROA), dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal (lingkungan makro), yaitu :
a) Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap
perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap
manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,

pembatasan atau penundaaan trading.

4

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek
suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Hubungan KPK vs Polri dengan Harga Saham
Kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi kondisi pasar saham di bursa.
Dengan adanya pemberitaan politik tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa
kondusif keamanan negeri ini, sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Hal
tersebut akan berdampak besar pada pergerakan harga saham di bursa. Dari segi pasar
saham, situasi politik yang kondusif akan membuat harga saham naik. Sebaliknya, jika
situasi politik tidak menentu, maka akan menimbulkan unsur ketidakpastian dalam bisnis
dan membuat harga saham turun.
Dengan adanya kasus KPK vs Polri akan berdampak pada penurunan harga saham di
bursa. Hal tersebut dikarenakan turunnya permintaan investasi di pasar modal.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian Asshodiqi (2015) yang menganalisis
tentang “Reaksi Pasar Modal terhadap Peristiwa Pelantikan Presiden Tahun 2014 (Event
Study pada Saham LQ45, JII dan Sminfra 18)” menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap perubahan volume perdagangan antara periode
sebelum – sesudah peristiwa pelantikan Presiden dan wakil Presiden. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai asyimtotic sig pada indeks LQ45 sebesar 0,002 lebih kecil dari
alpha 5%, begitu pula dengan nilai asyimtotic sig pada indeks Sminfra18 sebesar 0,048
lebih kecil dari alpha 5%, sedangkan pada Jakarta Islamic Index (JII) tidak terdapat
perbedaan trading volume activity yang signifikan antara sebelum – sesudah peristiwan
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian
yang relevan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Harga saham sebelum kasus KPK vs Polri lebih tinggi dibanding harga saham
sesudah kasus KPK vs Polri pada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan,
properti & real estate, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
berikut ini:
a. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan keyakinan bagi investor dalam mengambil
keputusan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dananya di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam
menghadapi kondisi politik di Indonesia.
c. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pemerintah untuk
membuat suatu keputusan yang cerdas dalam menghadapi kondisi politik di Indonesia
dan dapat menguntungkan bagi negara maupun pada para investor.

5

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kasus KPK vs Polri terhadap
penurunan harga saham dari perusahaan yang bergerak di bidang jasa yaitu perbankan,
properti & real estate dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan di bidang
jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan jasa merupakan bisnis yang
berlandaskan kepercayaan dan biasanya terpengaruh oleh adanya kasus politik seperti
kasus KPK vs Polri.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
memilih sampel yang bisa memenuhi tujuan penelitian sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan (Cooper & Schindler, 2001). Kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang
bergerak di bidang jasa yaitu perbankan, properti & realestate, dan transportasi dan
disyaratkan ada transaksi saham pada tanggal 23 Januari 2015 dan 26 Januari 2015.
Tanggal 23 Januari adalah tanggal saat penangkapan Bambang Widjojanto sebagai
tersangka yang dianggap sebagai tanggal sebelum penangkapan karena berita resmi
menyebar pada malam hari saat bursa saham sudah ditutup dan tanggal 26 Januari 2015
adalah tanggal setelah penangkapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, sampel penelitian ini sebanyak 99 perusahaan
yang bergerak di bidang perbankan, properti & realestate, dan transportasi dengan rincian
33 perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, 37 perusahaan yang bergerak di
bidang properti & real estate, dan 29 perusahaan yang bergerak di bidang transportasi.
Berikut ini adalah daftar nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
AGRO, AGRS, APLN, APOL, ASRI, ASSA, BABP, BACA, BAPA, BBCA, BBKP,
BBNI, BBRI, BBRM, BBTN, BCIP, BDMN, BEKS, BEST, BINA, BIPP, BIRD, BJBR,
BJTM, BKDP, BKSL, BKSW, BMRI, BNBA, BNGA, BNII, BNLI, BSDE, BSIM,
BTPN, BULL, BVIC, CANI, CASS, CMPP, COWL, CPGT, CTRA, CTRP, CTRS,
DART, DILD, DNAR, ELTY, EMDE, GAMA, GIAA, GMTD, GPRA, GWSA, IATA,
INDX, INPC, INSP, JRPT, KARW, KIJA, KPIG, LAMI, LCGP, LEAD, LPCK, LPKR,
LRNA, MAYA, MBSS, MCOR, MDLN, MEGA, MIRA, MTLA, NIRO, NOBU,
PNBN, PNBS, PTIS, PWON, RBMS, RDTX, RIGS, SDMU, SDRA, SMDM, SMDR,
SMRA, SOCI, TARA, TAXI, TMAS, TPMA, TRAM, WEHA WINS, ZBRA.
Definisi Operasional Variabel
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kasus KPK vs Polri. Sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat
adalah harga saham. Variabel-variabel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
mengetahui dampak kasus KPK vs Polri terhadap penurunan harga saham.
Harga saham yang digunakan adalah harga saham pada saat close (harga saham saat
BEI tutup di akhir hari) yang diukur dari nilai saham yang diperjual belikan di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 23 Januari 2015 (saat penangkapan Bambang Widjojanto sebagai
tersangka yang dianggap sebagai peristiwa sebelum kasus KPK vs Polri) dan tanggal 26

6

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

Januari 2015 (setelah penangkapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka yang
dianggap sebagai peristiwa sesudah kasus KPK vs Polri).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang bersumber
dari pihak eksternal. Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui perantara atau dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Daftar data perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan, properti & realestate, dan transportasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari www.idx.co.id dan harga saham perusahaan yang diperoleh
dari http://finance.yahoo.com.
Teknik Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dampak kasus KPK vs Polri
terhadap penurunan harga saham. Oleh karena itu, uji statistik yang dipakai adalah paired
sample t-test (uji t untuk sampel berpasangan). Paired sample t-test digunakan untuk
menguji 2 sampel berpasangan apakah mempunyai rerata yang berbeda. Sampel
berpasangan adalah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami perlakuan atau
pengukuran yang berbeda. Biasanya uji berpasangan juga dikatakan sebagai uji sebelum
dan sesudah. Oleh karena itu, jumlah data sebelum dan sesudah perlakuan harus sama.
Perlakuan tersebut adalah kasus KPK vs Polri. Pengujian hipotesis meliputi:
a. Menentukan hipotesis statistik
Ho: Harga saham sebelum dan sesudah kasus KPK vs Polri adalah sama
Ha: Harga saham sebelum kasus KPK vs Polri lebih besar daripada harga saham
sesudah kasus KPK vs Polri.
b. Menentukan besarnya α untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil pengolahan data.
Ditentukan besarnya α sebesar 5%.
c. Melakukan uji-t dua sampel yang berpasangan terhadap harga saham satu hari
sebelum dan satu hari sesudah kasus KPK vs Polri.
d. Pengolahan data yang diperoleh, diolah menggunakan program SPSS (Statistics for
Products and Services Solution Release) seri 16,0 dengan metode paired sample t-test.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data dari perusahaan, diketahui rerata harga saham
sebelum dan sesudah adanya kasus KPK vs Polri. Selain itu, diketahui juga hasil uji
hipotesis menggunakan paired sample t-test.
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis
Ket.

Sebelum Kasus

Sesudah Kasus

Sig. Uji t

Harga Saham

1.516,28

1.500,94

0,047

Std. Dev
Sumber: data diolah

2.897,89

2.861,86

7

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat rerata harga saham sesudah adanya kasus KPK vs
Polri menurun dari Rp 1.516,28 menjadi Rp 1.500,94 dengan nilai signifikansi sebesar
0,047 (lebih kecil dari 0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal itu berarti
hipotesis diterima, harga saham sebelum kasus KPK vs Polri lebih tinggi daripada harga
saham sesudah kasus KPK vs Polri pada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan,
properti & realestate, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa harga saham sesudah adanya kasus KPK vs
Polri menurun secara signifikan dibandingkan dengan harga saham sebelum adanya kasus
KPK vs Polri. Hal itu berarti adanya kasus KPK vs Polri akan berdampak pada penurunan
harga saham. Dengan demikian, saham perusahaan tersebut tidak diminati oleh para
investor, yang berarti menurunnya permintaan saham dan pada akhirnya akan
menurunkan harga saham ketika permintaan saham perusahaan tersebut rendah.
Untuk melindungi investor dalam berinvestasi, baik asing maupun domestik,
pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang fluktuatif sangat terpengaruh oleh berbagai pengaruh, baik
politik, hukum, dan keamanan. Oleh karena itu, pemerintah harus segera melakukan
tindakan proaktif dalam menstabilkan situasi politik dan menjaga kestabilan aspek
lainnya. Pembangunan infrastruktur, pemberantasan korupsi, dan regulasi undang-undang
yang memudahkan investasi akan sangat membantu dalam menciptakan iklim pasar
modal yang memadai. Prinsip kelangsungan hidup ekonomis industri efek, penekanan
biaya transaksi serendah mungkin, prinsip keterbukaan, dan mempertahankan pasar yang
wajar dan teratur dapat juga ditempuh pemerintah agar investasi semakin mudah dan
sehat. Kemudahan investasi adalah jalan untuk pemerataan pendapatan masyarakat dan
merangsang investor domestik dan asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Seorang investor harus cerdas dalam mengambil keputusan berinvestasi, yaitu: (1)
Para investor harus mempunyai mental yang kuat, jangan mudah terpengaruh oleh
kondisi ekonomi-politik suatu negara; (2) Para investor harus mengetahui reputasi
perusahaan yang sahamnya akan dibeli, dan mampu menilai kinerja perusahaan tersebut;
(3) Jangan menggunakan emosi pada saat berinvestasi, karena hal tersebut dapat
membuat keputusan investasi yang tidak sehat; (4) Jangan hanya berinvestasi pada satu
perusahaan saja, gunakan portofolio saham.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Dengan adanya kasus KPK vs Polri dapat menurunkan harga saham bagi perusahaan
yang bergerak di bidang jasa, khususnya perbankan, properti dan realestate, dan
transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kata lain, para
investor tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan pembelian saham pada bidang
jasa tersebut dan pada akhirnya berdampak pada penurunan harga saham perusahaan.
b. Jika harga saham tersebut terus menurun, maka para pemegang saham tidak bisa
memperoleh keuntungan investasi saham yang berupa capital gain dan bahkan
mungkin mengalami kerugian investasi saham yang berupa capital loss.
c. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan adanya kasus KPK vs Polri dapat

8

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

mempengaruhi permintaan (demand) akan saham, dan dapat menurunkan harga
saham di Pasar Modal Indonesia.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Djamilah, SE, M.Si selaku
Dosen Pendamping, Ibu Wiwik Herawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu
Isetyowati Andayani, SH, MH selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu terselesaikannya penulisan artikel ini. Serta
semua pihak yang telah membantu baik dalam bentuk bantuan moral maupun material
yang telah memperlancar penulisan artikel ilmiah ini.
7. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Nasindo Internusa.
Asshodiqi, Ahmad. 2015. Reaksi Pasar Modal terhadap Peristiwa Pelantikan Presiden
Tahun 2014 (Event Study pada Saham LQ45, JII, dan SMINFRA18). Skripsi,
Malang: Universitas Brawijaya.
Cooper, D. R. & Schindler, P. S. 2001. Business Research Methods. Seventh Edition.
New York: Mc Graw-Hill.
(https://finance.yahoo.com). Diakses tanggal 16 Maret 2015.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia). Diakses tanggal
14 Maret 2015.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesia).
Diakses tanggal 14 Maret 2015.
Husnan, S. 1998. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan. Buku II, Edisi 4,
Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta:
BPFE.
(www.dw.de/kronologi-cicak-versus-buaya-jilid-tiga/a-18211420). Diakses tanggal 14
Maret 2015.
(www.idx.co.id). Diakses tanggal 16 Maret 2015.

9

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

10

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

11

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

12

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

13

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

14

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana

15

Listahardini, Pengaruh Kasus KPK vs Polri Terhadap Penurunan Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia

Lampiran 6. Surat Pernyataan Sumber Tulisan PKM-AI

16

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124