Produksi Ekspor Kakao di Indonesia ke Sw

BAB I
Latar Belakang Penelitian
1.1. Alasan Subjektif dan Objektif
Alasan subjektif penulis menulis penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
penilaian mata kuliah yaitu mata kuliah Metode Penelitian Sosial. Selain itu, penulis
juga ingin memberikan suatu gambaran bagaimana kualitas kakao yang berada di
Sulawesi Selatan yang akan diekspor ke Swiss.
Sedangkan alasan objektif penulis adalah kakao merupakan bahan baku dari
membuat cokelat. Swiss adalah negara penghasil cokelat yang ingin mengeksplorasi
kakao yang berada di Indonesia, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan. Karena bagi Heinz
selaku Duta Besar Swiss, Sulawesi Selatan memiliki potensi yang cukup dalam
memproduksi kakao.1
1.2. Deskripsi Awal Masalah
Swiss sebagai negara produsen dan eksportir cokelat senantiasa memerlukan
bahan produksi cokelat. Untuk itu, peluang ekspor kakao ke Swiss masih cukup besar
apabila standar yang meliputi proses pengolahan dan sanitasi yang ditetapkan oleh
produsen Swiss dapat dipenuhi.2 Dikarenakan Swiss merupakan produsen cokelat
1
Sury,
http://sulselprov.go.id/berita-kerjasama-pemerintah-swiss-dengan-pemprov-sulsel.html,
diakses pada Selasa 25 November 2014

2 Lucia H. Rustam, http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/47-agustus-2008/364-komoditiekspor-indonesia-dinilai-menarik-di-pasar-swiss.html, diakses pada hari Selasa 25 November 2014

1

terbesar, melalui Nestle, Swiss tertarik untuk mengeksplorasikan kakao milik
Sulawesi Selatan. Dengan alasan, Swiss membutuhkan banyak kakao yang
merupakan bahan pembuat cokelat. Duta Besar Swiss, Heinz Walker Nederkoom,
mengatakan bahwa pemerintah Swiss pun berencana akan membangun Pabrik Coklat
Nestle di Sulawesi Selatan. Jika Sulawesi Selatan sudah bisa memproduksi kakao
dengan kualitas yang Swiss inginkan dan produksinya cukup, maka Swiss akan buat
pabrik dan seluruh prosesnya di Sulawesi Selatan.3
1.3. Kedudukan Masalah
Jumlah volume ekspor kakao ke Swiss akan jauh lebih tinggi, jika kualitas dari
produksi kakao itu sendiri dapat memenuhi standar ekspor. Tetapi pada munculnya
berbagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal bisa berasal dari lingkungan
seperti iklim yang menyebabkan daya tahan tanaman kakao itu berkurang dan mudah
terserang penyakit termasuk hama pada tanaman kakao. Sedangkan faktor internal
adalah dari para petani kakao itu sendiri, dimana para petani itu sendiri enggan untuk
melakukan fermentasi, dengan alasan fermentasi membutuhkan waktu satu minggu
sebelum dipasarkan.4 Dalam hal ini minat para petani kurang karena mengeluarkan

banyak tenaga dan untungnya tidak terlalu besar.5
1.4. Landasan Teori
3 Loc. cit
4 Amri Nur Rahmat. http://makassar.bisnis.com/m/read/20140916/24/180636/ini-alasan-petani-sulselenggan-produksi-kakao-fermentasi, diakses pada hari Jumat 7 November 2014
5 http://www.bbppketidan.info/index.php?option=com_content&view=article&id=117&Itemid=125 ,
diakses pada Jumat 7 November 2014

2

Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson pada
tahun 1955 (Tarigan, 2005 : 54). Inti dari teori ini adalah menekankan bahwa setiap
daerah perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki potensi besar
dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena
sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.
Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa diekspor (keluar daerah atau
luar negeri). Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut
berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. 6

6 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22721/4/Chapter%20II.pdf diakses pada hari Selasa
16 September 2014


3

BAB II
Fokus Penelitian
2.1. Deskripsi Detail Masalah
Swiss merupakan produsen cokelat terbesar, melalui Nestle, Swiss tertarik untuk
mengeksplorasi kakao Sulawesi Selatan. Maka dari itu, pemerintahan Swiss
membutuhkan banyak kakao yang merupakan bahan pembuat cokelat. Sulawesi
Selatan adalah provinsi yang pertumbuhan ekonominya tertinggi nasional.7 Menurut
Gubernur Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan memiliki kekuatan yang tinggi disektor
pertanian dan perkebunan yakni beras, jagung dan kakao.8
Dikarenakan pemerintahan Swiss membutuhkan banyak kakao, pemerintahan
Swiss berencana akan membangun Pabrik Cokelat Nestle di Sulawesi Selatan, hal ini
dilakukan jika Sulawesi Selatan sudah bisa memproduksi kakao dengan kualitas yang
Swiss inginkan dan produksinya cukup, Swiss akan membuat pabrik serta seluruh
prosesnya di Sulawesi Selatan.9
Namun, kakao Sulawesi Selatan ternyata masih belum memenuhi standar
internasional. Meskipun demikian, Heinz Walker Nederkoom selaku Duta Besar
Swiss tetap mengincar kakao yang dimiliki Sulawesi Selatan. Heinz sebenarnya tidak

terlalu mempermasalahkan kualitas kakao yang dimiliki Sulawesi Selatan, karena
7 Op. cit
8 Azis Kuba, http://rakyatsulsel.com/hubungan-kerjasama-sulsel-swiss-masih-minim.html , diakses
pada hari Selasa 25 November 2014
9 Loc.cit

4

baginya kualitas produksi bisa ditingkatkan. Maka dari itu, pemerintahan Swiss akan
membantu Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan untuk meningkatkan
kualitas kakaonya.10
Kakao Sulawesi Selatan tidak memenuhi standar ekspor dikarenakan adanya
serangan hama penggerek buah kakao, hama ini disebut Conopomorpho Cramella
Snell (Lepidoptera; Graciellariidae)11. Selain itu ada pula para petani kakao di
Sulawesi Selatan menyampaikan akhir-akhir ini tidak bersemangat dalam memelihara
kakaonya, karena munculnya hama pada kakao yang susah untuk dicarikan solusi.
Seperti munculnya penyakit bau membusuk pada buah hingga pohon kakao malas
berbuah. Hal inilah yang membuat malas para petani Sinjai, Sulawesi Selatan dalam
memelihara kakao dan mereka lebih memilih beralih ke tanaman lainnya seperti
cengkih.12

Kualitas kakao rendah pun dipengaruhi oleh adanya suatu fermentasi. Dalam hal
ini, para kalangan petani kakao di Sulawesi Selatan ternyata masih enggan untuk
dilakukan. Sulaiman A. Loeloe, Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (Apkai)
Sulawesi Selatan menjelaskan bahwa jika melakukan fermentasi butuh waktu sekitar
satu minggu sebelum dipasarkan, hal inilah yang membuat para petani kurang

10 ibid
11 Arif Meftah Hidayat, http://www.anakagronomy.com/2013/12/pengendalian-terpadu-hamapenggerek.html, diakses pada hari Selasa 25 November 2014
12 http://makassar.tribunnews.com/2014/09/14/petani-kakao-sinjai-mulai-tidak-bersemangat-tamankakao, diakses pada Jumat 7 November 2014

5

berminat melakukan fermentasi karena mengeluarkan banyak tenaga sedangkan
untungnya tidak terlalu besar bahkan kadang- kadang berpotensi berkurang.13
2.2. Jawaban yang Akan Dicari
Peningkatan kualitas kakao di Sulawesi Selatan harus lebih ditingkatkan, hal ini
akan memberikan suatu dampak yang positif bagi Sulawesi Selatan itu sendiri.
Peningkatan kualitas kakao pun diberikan bantuan dari pihak Swiss dalam
meningkatkan kualitas kakao di Sulawesi Selatan, maka kualitas produksi kakao di
Sulawesi Selatan akan terus meningkat. Serta proses pelaksanaan pembuatan kakao di

Sulawesi Selatan yang menjadi bahan baku cokelat di Swiss dapat terpenuhi,
sehingga Pemerintah Sulawesi Selatan dan Swiss akan merasa sama- sama
mendapatkan keuntungan. Sehingga kakao yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan akan
menjadi bahan baku kepercayaan Swiss. Selain itu, Swiss dan Sulawesi Selatan pun
telah membentuk suatu hubungan yang begitu akrab. Hubungan antara Swiss dan
Sulawesi Selatan ini menyebabkan adanya ketergantungan Swiss dalam mengimpor
kakao agar dapat membuat cokelat. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan Swiss akan
kakao dari Sulawesi Selatan terpenuhi.
2.3. Fokus Penelitian dan Mengapa
Kualitas produksi ekspor kakao yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan rendah, hal
inilah yang menyebabkan standar ekspor tak terpenuhi, sehingga mengakibatkan

13 Op. cit

6

kebutuhan Swiss akan kakao Sulawesi Selatan kurang terpenuhi. Karena menurut
Duta Besar Swiss, Heinz, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki produksi kakao yang
terbesar di Indonesia.14
2.4. Pertanyaan Penelitian

Apa yang menyebabkan kualitas produksi ekspor kakao di Sulawesi Selatan
kurang memenuhi standar ekspor ke Swiss?

14 Op. cit

7

BAB III
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan kualitas
komersial dan peraturan pelabelan serta menjelaskan peraturan phytosanitary agar
mencegah pemasukan dan penyebaran penyakit tanaman dan serangga ke wilayah
baru, serta menjelaskan jasa kepabeanan yang berdasarkan persetujuan akhir di
negara pengimpor.15
3.2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang disusun oleh penulis adalah untuk mengetahui secara
umum potensi produksi kakao yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan dalam
memproduksi kakao yang akan di ekspor ke Swiss.
3.3. Sistematika Penelitian

Dalam sistematika penelitian ini, penulis akan memaparkan isi kerangka
penelitian ini mulai dari bab 1 hingga bab 5, dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : Penulis akan menyusun latar belakang penelitian ini dituliskan
berdasarkan dengan alasan objektif penulis serta alasan subjektif.
15
https://www.academia.edu/7212350/PERATURAN_STANDAR_DAN_SERTIFIKASI_UNTUK_EKSPO
R_PRODUK_PERTANIAN diakses pada hari Kamis 13 November 2014

8

BAB II : Penulis akan menganalisis mengenai kebutuhan Swiss akan kakao yang
berada di Sulawesi Selatan.
BAB III : Penulis akan menganalisis mengenai analisis standar ekspor.
BAB IV : Penulis akan menganalisis mengenai penyebab kurangnya kebutuhan
kakao di Sulawesi Selatan.

9

BAB IV
Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan lebih mendetail mengenai
pertama kualitas komesial dan peraturan pelabelan.16 Karena adanya kepedulian dari
negara konsumen dalam melihat kualitas produk yang akan mereka konsumsi.
Adapun peraturan pelabelan yang digunakan oleh Swiss adalah menggunakan bahasa
negara yang bersangkutan; nama produk; komposisi bahan yang digunakan; berat
atau isi bersih; tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa; petunjuk penyimpanan; nama
dan alamat produsen/importer/penjual; negara asal; serta adanya petunjuk
penggunaan/penyajian.17 Agar kualitas produk yang di ekspor dapat memenuhi
standar ekspor, maka kualitas produk yang akan di ekspor harus memenuhi prinsip
pada saat produksi yaitu bahan baku bebas bahaya biologis dan fisik, bahan baku
tidak tercemar mikrobiologis, serta biologis mati karena proses pengolahan.18
Kedua, peraturan phytosanitary19, hal inilah yang harus menjadi perhatian bagi
negara produsen karena negara pengimpor akan selalu melakukan analisa resiko
hama untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat resiko. Peraturan phytosanitary
merupakan evaluasi tentang kemungkinan masuknya, pembentukan dan menyebarkan
hama atau penyakit dalam wilayah anggota pengimpor menurut aturan- aturan
16 ibid
17 http://www.aptindo.or.id/pdfs/Peraturan%20Pelabelan.pdf, diakses pada hari Selasa 25 November
2014
18 STANDARISASI_MUTU_PRODUK.ppt, diakses pada hari Selasa 25 November 2014

19 Loc. cit

10

kesehatan manusia, hewan dan tumbuh- tumbuhan yang dapat diterapkan, dan
mengenai akibat- akibat biologis dan ekonomis terkait yang potensial. Dalam hal ini
ada dua tipe dari penilaian resiko. Pertama, mewajibkan pengevaluasian
kemungkinan (likelihood) pemasukan, pembentukan atau penyebaran suatu hama atau
penyakit dalam wilayah anggota pengimpor menurut aturan SPS yang dapat
diterapkan, dan konsekuensi- konsekuensi biologis dan ekonomis yang potensial yang
diasosiasikan. Dan yang kedua ialah mempersyaratkan pengevaluasian atas potensi
bagi akibat- akibat yang membahayakan pada kesehatan manusia atau hewan yang
timbul dari kehadiran zat- zat adiktif, kontaminan, toksin atau organisme penyebab
penyakit dalam makanan, minuman atau bahan- bahan makanan.20

20 http://inasps.wordpress.com/, diakses pada hari Selasa 25 November 2014

11

BAB V

Metode Penelitian
5.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diambil oleh penulis adalah jenis eksplorasi, karena bagi
penulis, penulis ingin mengetahui lebih mendalam bagaimana produksi ekspor
Indonesia terhadap Swiss.
5.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah mengumpulkan bahan- bahan
dari internet. Dimana peneliti mencoba untuk memilah website serta dokumen
manakah yang bahannya cocok untuk dijadikan sebagai masalah penelitian.
5.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan
studi pustaka. Penulis juga mengumpulkan data- data yang ada memilih sumber
manakah yang dapat dipercayai.

12