PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTU

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelengaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.
Proses belajar mengajar yang diselengarakan secara formal disekolah
pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa
secara terencana baik dari aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun sikap (afektif). Interaksi yang terjadi selama proses
pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain terdiri atas
murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan ajar atau materi
pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video dan fasilitas
perekaman video dan audio serta pusat belajar lainnya yang mendukung).
Era globalisasi sekarang ini, muncul kesadaran baru tentang
pendidikan


yang memberikan kepedulian pada peningkatan mutu sumber

daya manusia. Kesadaran ini didasari atas sebuah fakta, bahwa kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai
telah membawa implikasi yang sangat serius baik di lingkungan alam maupun

2

sosial. Dalam batasan pemahaman demikian, maka pendidikan dengan
sendirinya telah menempati posisi yang sangat sentral dan strategis.
Tuntutan akan mutu pendidikan merupakan suatu keniscayaan dan
kebutuhan mendesak, seiring dengan demokratisasi pendidikan. Hal ini
disebabkan pada era sekarang kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
handal dan profesional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Persaingan yang ketat
dan kompetitif dalam era globalisasi mengharuskan kita mempunyai
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif oleh karena salah satu
strategi yang harus ditempuh adalah dengan peniingkatan SDM melalui
pendidikan.
Upaya peningkatan pendidikan dilakukan dengan berbgai pendekatan
kelembagaan, legal formal maupun pemberdayaan sumber daya pendidikan.

Pendekatan kelembagaan salah satunya melalui lahrnya Direktorata Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK).
Pendekatan

legal

formal

melalui

serangkaian

perundang-undangan

(peraturan) yang berkaitan dengan pendidikan seperti UU Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UU Nomor 14 tahun 2005,
tentang Guru dan Dosen. Pendekatan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dilakukan dengan melakukan kegiatan peningkatan kompetensi dan kualitas
tenaga


pendidikan

berkesinambungan.

dan

kependidikan

secara

sistematis

dan

3

Kenyataan tersebut menjadi proyek besar bagi negara kita adalah
bagaimana menjadikan jumlah penduduk yang demikian besar bukan menjadi
beban, melainkan harus diubah menjadi aset negara yang produktif.

Pemikiran ini tidak berarti pendidikan kita harus terfokus untuk menjadikan
peserta didik sebagai tukang, melainkan bagaimana mereka menjadikan
putra-putri bangsa yang aktif, inovatif

kreatif, dan memiliki komitmen

kebangsaan dan kemanusiaan yang kuat dan mampu mengangkat harkat dan
martabat bangsa dalam pergaulan dunia.
Peranan pendidikan dalam kehidupan diakui sebagai salah satu
kekuatan yang dominan serta menjadi faktor penentu bagi prestasi dan
produktivitas seseorang. Realitas ini tampak dalam kehidupan bermasyarakat,
bahwa tak satu pun fungsi dan jabatan diperoleh tanpa melalui jenjang
pendidikan. Hal ini sesuai dengan esensi dari tujuan pendidikan berdasarkan
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Metode pembelajaran dalam bidang study Teknologi Informasi dan
Komunikasi di sekolah kurang dapat diserap maksimal oleh siswa

sebagaimana diketahui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa pada
mata pelajaran TIK adalah 72 dan pada mata pelajaran ini siswa yang
mendapat nilai 68 mencapai 40% siswa yang belum tuntas dalam penilaian

4

KKM terebut dan sisanya 60% siswa telah mencapai nilai KKM yang di
inginkan. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang ada di sekolah ataupun
kurangnya keterampilan para tenaga pendidik dan salah dalam mengunaan
metode pembelajaran yang ada. Untuk menciptakan sebuah aktivitas
pembelajaran yang efektif, diperlukan adanya sebuah proses perencanaan atau
desain yang baik. Demikian pula dengan aktivitas belajar yang menggunakan
media teknologi. Smaldino, James D. Russel, Robet Heinich, dan Michael
Molenda (2005) mengemukakan sebuah model desain system pembelajaran
yang diberi nama ASSURE (A=Analyse learners, S= State objective, S=
Select methods and Materials, U= Utilize material, R= Require learner
participation, E= Evaluate and revise) . Sama seperti model desain system
pembelajaran lain, model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran
yang menggunakan media teknologi.

Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan beberapa faktor
kendala dalam proses mengajar dan belajar diataranya minimnya siswa
memiliki komputer dirumahnya sehingga mengalami kendala dalam
pemahaman materi, sedikitnya jumlah komputer yang berfungsi dengan baik
di laboratorium dan kesalahan guru dalam memilih metode pembelajaran
yang tepat, dalam hal ini penulis akan mencoba menerapkan metode
pembelajaran ASSURE yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
siswa dalam memahami materi dan tentu saja dapat mencapai nilai kriteria
kelulusan yang maksimal

5

Dengan demikian maka penulis tertarik untuk memilih judul skripsi
yang bertemakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) berjudul:
”Penerapan Model Pembelajaran Assure

Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Balikpapan”.


B. RumusanMasalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan
hasil belajar.

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitain ini bertujuan untuk :
1.

Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran ASSURE pada siswa
kelas X SMA Negeri 4 Balikpapan.

2.

Dapat mengetahui pelaksanaan model pembelajaran ASSURE dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Balikpapan.

6


D.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1.

Bagi Penulis
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapan penulis dapat belajar
dan mendapatkan informasi untuk mengidentifikasi masalah yang
ada dalam proses belajar mengajar. Disamping itu penulis berharap
akan mendapatkan pengalaman baru dan pengetahuan dalam
bekarya.

2.

Bagi Guru
Penelitian ini menjalaskan tentang Penelitian Tindakan Kelas yang
menggunakan metode ASSURE yang inovatif dalam menyampaikan
materi dalam proses belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan
pemahaman materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.


3.

Bagi Siswa
Dengan menggunakan metode ASSURE diharapkan siswa akan
cepat mengerti tentang materi yang disampaikan dari tenaga
pendidik dan diharapkan siswa dapat aktif dalam proses belajar
mengajar.

4.

Bagi Sekolah
Metode pembelajaran ASSURE sangat tepat digunakan pada mata
pelajaran TIK dan dapat digunakan sebagai metode variasi
pembelajaran yang sudah ada.

7

5.


Bagi Pembaca
Diharapkan dengan membaca skripsi ini pembaca akan lebih paham
dan mengetahui dengan menyeluruh tentang Penelitian Tindakan
Kelas khususnya menggunakan metode ASSURE.

8

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Implementasi desain system pembelajaran di sekolah dapat
dilakukan pada semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan desain system
pembelajaran di sekolah dapat mencerminkan kseiapan guru dan tenaga
pendidik

untuk


melakukan

tugas

dalam

menciptakan

aktivitas

pembelajaran efektif, efesien dan menarik.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat
memfasilitasi aktivitas untuk mencapai tingkat kompetensi berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang optimal. Sedangkan
pembelajaran yang efesien adalah pembelajaran yang dapat memberikan
hasil sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Program atau aktivitas
pembelajaran di sekolah harus merupakan kegiatan yang menarik
sehingga dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran
lebih mendalam.
Untuk dapat meciptakan proses aktivitas pembelajaran yang
efesien dan menarik, guru perlu memiliki penguasaan substansi atau
materi pelajaran. Di samping itu, guru juga perlu memiliki pengetahuan

9

yang

mendalam

tentang

desain

dan

pengembangan

program

pembelajaran serta strategi penyampaiannya. Guru perlu memiliki
pemahaman tentang langkah-langkah analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi program pembelajaran agar dapat mendesain
dan mengembangkan program pembelajaran yang efektif, efesien, dan
menarik.
Guru perlu memiliki kemampuan melakukan analisis masalah
pembelajran yang dihadapi dan mendesain solusi yang sesuai dengan
masalah tersebut. Guru perlu memiliki kemapuan mengembangkan
media, metode, dan strategi pembelajaran serta mengimplementasikan
sesuai dengan karakteristik siswa. Selain hal tersebut di atas,
pengetahuan dan keterampilan evaluasi juga diperlukan oleh guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab professional.
Kreativitas guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menarik. Pemahaman dan keterampilan
dalam mengkombinasikan metode, media, dan strategi pembelajaran
merupakan hal yang bersifat kreatif untuk dapat meningkatkan motifasi
belajar siswa.
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan. Belajar juga dapat dipandang proses eloborasi dalam upaya
pencarian makna yangdilakukan oleh individu. Proses pembelajaran pada

10

dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi
personal.
Belajar, menurut Robert M.Gagne, penulis buku klasik Principle
of Instructional Design, dapat diartikan sebagai “A natural process that
leads to changes in what we know, what we can do, and how we
behave.” Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat
membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku
seseorang. Menurut The Association of Educational and Communication
Technology (AECT), sumber belajar dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Orang (pakar, penulis, dan lain-lain)
b. Isi pesan (informasi yang tersaji dalam buku atau makalah)
c. Bahan dan perangkat lunak (software)
d. Metode dan teknik (prosedur yang dilakukan untuk mencapai
sesuatu), dan
e. Lingkungan (tempat berlangsungnya peristiwa belajar)
Belajar merupakan suatu proses aktif dan fungsi dari total
situasi yang mengelilingi siswa. Individu yang melakukan proses
belajar akan menempuh suatu pengalaman belajar dan berusaha
untuk mencari makna dari pengalaman tersebut.
b. Pembelajaran
Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set of
events embedded in purposeful activities that facilities learning”.

11

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan
dengan amksud memudahkan terjadinya proses belajar.
Berdasarkan Benny A. Pribadi yang dikutip dari Yusufhadi
Miarso (2005,p.144) memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas
atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajaran
(learner centered). Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan
istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus
pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu
dibedakan dari kegiatan pembelajaran.
Lebih lanjut, Miarso menyatakan bahwa pengajaran merupakan
istilah yang diartikan sebagai penyajian bahan ajar oleh seorang pengajar.
Berbeda dengan istilah pengajaran, kegiatan pembelajran tidak harus
diberikan oleh pengajar karena kegiatan itu dapat dilakukan oleh
perancang

dan

pengembang

sumber

belajar,

misalnya

seorang

teknologiwan pembelajaran atau suatu tim yang terdiri dari ahli media
dan ahli materi ajaran tertentu. Istilah pembelajaran telah digunakan
secara luas bahkan telah dikuatkan dalam perundang-undangan, yaitu
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan nasioanl Nomr 20 Tahun 2003.
Dalam tujuan pembelajaran yang dikemukana oleh Gagne, pakar
pendidikan yang lain dari Amerika Serikat bernama Benjamin S.Bloom
dan David Kratwohl (1964), dalam buku The Taxonomy of Educational
Objectives; The Classification of Educational Goals, mengemukakan tiga
domain atau ranah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

12

merumuskan tujuan pembelajaran yang meliputi ranah koqnitif, afektif
dan psikomotor.
1. Ranah Kognitif adalah untuk melatih kemampuan intelektual siswa.
Tujuan ranah ini membuat siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas
yang bersifat intelektual. Bloom dan kawan-kawan (1956)
mengemukakan enam kemampuan yang bersifat hirarkis yang
terdapat dalam ranah kognitif yaitu: pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif sangat terkait dengan sikap, emosi, penghargaan dan
penghayatan atau apresiasi terhadap nilai, norma, dan sesuatu yang
sedang dipelajari. Krathwohl dan kawan-kawan mengemukakan lima
hierarki dalam ranah afektif, yaitu menerima, merespon, member
nilai, mengorganisasi, dan member karakter terhadap suatu nilai.
3. Ranah Psikomotor memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan
dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dalam
berbagai materi pelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran olahraga,
drama dan praktikum, rumusan tujuan pembelajaran pada ranah
psikomotor biasanya menonjol. Ranah psikomotor terdiri atas empat
hierarki kemampuan, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, dan
artikulasi.
Hasil studi menunjukkan bahwa prose belajar akan berlangsung
efektif jika siswa berada dalam situasi emosi yang positif. Dengan kata

13

lain, suasana hati sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
menyerap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari
Pemahaman yang baik tentang strategi mengajar dan model
pembelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya untuk
mefasilitasi berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Walapun
memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, guru perlu
menerapkan inovasi dalam menjalankan tugas professional mereka.
Inovasi dalam menjalankan tugas akan menghindari guru dari kegiatan
rutin yang sangat membosankan. Inovasi sangat erat kaitannnya dengan
upaya-upaya perbaikan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru
secara berkesinambungan.
a. Metode Pembelajaran ASSURE
Dalam mengembangkan model desain system pembelajaran ASSURE,
dikemukakan oleh Benny A. Pribadi (2009:111) dikutip dari penulisSmaldino,

Russel,Heiich,

dan

Molenda-mendasari

pikirannya

pada

pandangan Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran atau
“event of instruction”. Menurut Gagne, desain pembelajaran yang efektif
harus dimulai dari upaya yang dapat memicu atau memotivasi seseorang
untuk belajar. Langkah ini perlu diikuti dengan proses pembelajaran yang
sistematik, penilaian hasil belajar, dan pemberian umpan balik tentang
pencapaian hasil belajar secara kontinyu.
Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam model desain
system pembelajaran ASSURE meliputi beberapa aktivitas, yaitu:

14

1. Melakukan analisis karakteristik siswa/analyze learner.
2. Menetapkan tujuan pembelajaran/state objective.
3. Memilih media, metode pembelajaran, dan bahan ajar/select.
methods, media and materials.
4. Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran/require learners
participation.
5. Mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran/evaluate and
revise.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain system
pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:
A
S
S
U
R
E

Analisis karakteristik siswa
Menetapkan tujuan pembelajaran
Selesksi media, metode, dan bahan
Memanfaatkan bahan ajar
Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
Evaluasi dan revisi
Gambar 2.1 Model ASSURE

Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan
deskripsi dari setiap komponen yang terdapat dalam model tesebut.
1. Analyze Learners
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini
dalam mengidentifikasikan karakteristik siswa yang akan melakukan
aktivitas pembelajaran. Sispakah siswa yang akan melakukan proses
belajar? Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Alanisis terhadap karakteristik siswa

15

meliputi beberapa askpek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi
spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar atau learning
style siswa.
2. State Objectives
Langkah selanjutnya dari model sesain system pembelajaran
ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik.
Tujuan pembelajaran pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau
kurikulum, informasi yang tercatat dalam buku teks, atau dirumuskan
sendiri oleh perancang atau instruktur. Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan atau pernyataan yang medeskripsikan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah menempuh proses
pembelajaran.
Selain mengambarkan kompetensi yang perlu dikuasai oleh siswa,
rumusan tujuan pembelajaranjuga mendeskripsikan kondisi yang
diperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah
dicapai dan tingkat penguasaan siswa atau degree terhadap pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajari.

3. Select Methods, Media and Materials

16

Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan ajar
yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam
membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Pemilihan metode, media dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media dan
bahan ajar yang digunakan ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan,
yaitu memilih meida dan bahan ajar yang ada, memodifikasi bahan ajar
yang telah tersedia, dan memproduksi bahan ajar baru.
4. Utilize Materials
Setelah memilih metode, media dan bahan ajar, langkah
selanjutnya

adalah

menggunakan

ketiganya

dalam

kegiatan

pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan ajar,
instruktur atau guru terlebih dahulu perlu melakukan ujicoba untuk
memastikan bahwa ketiga komponenn tersebut dapat berfungsi efektif
untuk digunaakn dalam situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana
pendulung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media
dan bahan ajar yang telah dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga
komponen tersebut dapat digunakan.

5. Requires Learner Participation

17

Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara
aktif dengan materi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan
contoh cara melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi yang
sedang dipelajari.
Siswa yang terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan dengan
mudah mempelajari materi pembelajaran. Setelah aktif melakukan proses
pembelajaran, pemberian umpan balik berupa pengetahuan tentang hasil
belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
6. Evaluate and Revise
Setelah

mendesain

aktivitas

pembelajaran

maka

langkah

selanjutnya yang perlu dilakukan adlaha evaluasi. Tahap evaluasi dalam
metode ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan juga
hasil belajar siswa. Proses evaluasi siswa terhadap semua komponen
pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang
lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran.
Contoh pertanyaan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai
efektivitas proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan?
2. Apakah metode, media, dan strategi pembelajaran yang digunakan
dapat membantu berlangsungnya proses belajar siswa?
3. Apakah siswa terlibat aktif dengan materi pembelajaran yang
dipelajari? Revisi perludilakukan apabila hasil evaluasi terhadap

1. Menentukan subjek
2. Mengembangkan skenario
3. Menyusun materi pembelajaran
dan penugasan
4. Mempersiapkan sumber materi
5. Mempersiapkan media
pembelajaran
6. Mengembangkan format evaluasi
7. Mengembangkan format
program
pengamatan
pembelajarn menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

18

Model ASSURE merupakan model desain system pembelajaran yang
bersifat praktis dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas
pembelajaran baik yang bersifat indivisual maupun klasikal. Langkah analisis
karakteristik siswa akan memudahkan memiliki metode, media, dan strategi
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Demikian pula halnya
dengan langkah evaluasi dan revisi yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin
kualitas proses pembelajaran yang diciptakan.

Tabel 2.1
Proses Tindakan Kelas Menggunakan Metode ASSURE

Siklus 1
Analyse Learners:
1.
Siswa kelas X-5
2.
Umur 15 tahun
3.
16 siswa dan 20 siswi
4.
Pengalaman dalam komputer: siswa pernah menggunakan personal
komputer
Merumuskan masalah:
Mengidentifikasi
masalah dan
menyiapkan
alternatif
penyelesaian
masalah

State Objective

19

Mengambil tindakan
Menerapkan skenario pembelajaran:
1. Afektif
Siswa sudah memahami komputer dibangku SMP
2. Kognitif
Rasa ingin tahu tentang komputer
3. Psikomotorik
Penugasan tersruktur dan mandiri
Select methods, media and materials
Memilih model pembelajaran dan mengumpulkan bahan
Utilize media and materials
Merangkum bahan media pembelajaran dan menyiapkan materi

Require learner participation
Melibatkan murid secara aktif dari awal pebelajaran dan berkomunikasi dalam
dua metode:
1. Pemusatan guru pada murid
2. Pemusatan murid pada media
Evaluate and Revise
Mengumpulkan dan menganalisa data
1. Melakukan pengamatan bedasarkan format pengamatan
2. Mengisi format penilaian bedasarkan pembelajaran

Refleksi
1. Melakukan evaluasi
bedasarkan hasil proses
pembelajaran
2. Melakukan ulasan sebagai

20

hasil proses pembelajaran
3. Memperbaiki proses tindakan
kelas yang akan digunakan
untuk siklus berikutnya
4. Mengevaluasi dari siklus 1
Siklus 2

Merumuskan masalah
1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan penyelesaian masalah
2. Mengembangkan siklus 2

Mengambil tindakan
Melaksanakan siklus 2

Mengumpulkan dan menganalisa data
Mengumpulkan data siklus 2

Refleksi
Mengevaluasi siklus 2
Siklus berikutnya
Kesimpulan, saran dan rekomendasi

b. Manfaat Metode ASSURE

21

Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an,
dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma
Prawiradilaga, 2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini,
walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini
tidak

menyebutkan

strategi

pembelajaran

secara

eksplisit.

Strategi

pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode,
media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.
Model pembelajaran ASSURE sangat membantu dalam merancang
program dengan menggunakan berbagai jenis media. Model ini menggunakan
beberapa langkah, yaitu Analyze Learners, State Objectives, Select Methods,
Media and Materials, Utilize Media and Materials, Require Learner
Participation, dan Evaluate and Revise. Kesemua langkah itu berfokus untuk
menekankan pengajaran kepada peserta didik dengan berbagai gaya belajar,
dan konstruktivis belajar dimana peserta didik diwajibkan untuk berinteraksi
dengan lingkungan mereka dan tidak secara pasif menerima informasi.
Secara sederhana manfaat dari model ASSURE Sederhana, relatif
mudah untuk diterapkan:
1. Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
2. Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
3. Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

22

Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian
tindakan (action research) yang dikutip dari situs Wikipedia adalah:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah (Sanjaya, hal. 24). Oleh karena
itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian
penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai
berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya
dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan
humaniora (Basrowi & Suwandi, hal. 24-25). Orang-orang yang
bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikan suatu
tindakan atau perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung
memPenelitiankan tindakan yang telah direncanakan dan mengukur
kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut Kemmis (1988),
penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif
yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran Penelitian sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini,
penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK.
Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar
pendidikan, misalnya dalam kegiatan Penelitian bidang kedokteran,
manajemen, dan industri (Basrowi & Suwandi, hal. 25).
Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan
dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan tindakan
ini disebut PTK.
Berdasarkan kajian teori yang relevan diambil dari perbandingan skripsi
Yusuf, Muhammad Amin tahun 2011, yang berjudul: Penerapan model
pembelajaran assure pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belakar siswa kelas V SD Negeri Sukoharjo 2 Kota Malang. Dapat

23

diambil kesimpulan bahwa Pembelaran IPS selama ini masih banyak
kelemahan, sehingga prestasi maupun hasil belajar siswa rendah. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran IPS lebih menekankan pada penguasaan
sejumlah peristiwa, fakta, konsep (menghafal), serta cara pembelajaran
disekolah yang belum mengarah kepada pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. Salah satu model yang diprediksi
mampu mengembangkan potensi siswa tersebut adalah dengan model
pembelajaran ASSURE.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menerapkan model
pembelajaran ASSURE dalam pembelajaran IPS yang mencakup tujuan
model ASSURE, pembelajaran IPS, tujuan pembelajaran IPS dan
meningkatkan aktivitas belajar yang mencakup kegiatan dalam proses
pembelajran serta hasil belajar siswa kelas V SDN Sukoharjo 2 Kota Malang.
Jenis rancangan penelitian ini adalah PTK model Suharsimi Arikunto,
dkk (2010) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian yang
berupa paparan aktivitas dan hasil diperoleh dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data seperti tes tulis, lembar observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Penerapan model pembelajaran
ASSURE Pada Mata Pelajaran IPS dapat Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Sukoharjo 2 Kota Malang. Hal ini terbukti
pada pra tindakan rata-rata hasil belajar siswa 57,875(kurang), siklus I ratarata hasil belajar siswa 70,77(baik). Dapat dinyatakan bahwa 28 dari 40 siswa

24

telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau sebesar 70% siswa
telah mencapai ketuntasan klasikal.
Penerapan model pembelajaran ASSURE pada mata pelajaran IPS pada
siswa kelas V SDN Sukoharjo 2 sesuai temuan yang dilakukan peneliti
ternyata dapat merubah pola belajar siswa, khususnya pada aktivtas dan hasil
belajar. Dari semua itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas V SDN Sukoharjo 2 Kota Malang.

C. Kerangka Pikir
PTK ini diambil penelitian pada kelas X di sekolah SMA Negeri 4
Balikpapan. Rendahnya nilai KKM siswa kelas X dalam mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membuat penulis mencoba
melakukan penelitian berupa tindakan kelas dan mencari masalah dan
penyebab mengapa terdapat rendahnya nilai KKM yang diperoleh siswa,
setelah diadakan beberapa penelitian penulis menemukan beberapa faktor
penyebab kurangnya siswa mendapat nilai ketuntasan belajar. Hal ini
dikarenakan keterbatasan LAB komputer itu sendiri dan minimnya siswa
memiliki komputer dirumah yang menyebabkan kuranya pemahaman siswa
terhadap materi TIK itu sendiri disamping faktor tersebut pemilihan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru pada bidang studi TIK sendiri kurang

25

tepat sehingga menyebabkan terhambatnya siswa dalam menyerap materi
yang diajarkan.
Pada penelitian ini penulis mendapatkan nilai rata-rata siswa yang tidak
tuntas pada mata pelajaran TIK kelas X adalah 68 yang mencapai 40%
sementara nilai KKM dari mata pelajaran TIK adalah 72, masih jauh dari
harapan penulis. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan model
pembelajaran ASSURE yang diharapkan siswa akan mencapai KKM yang
maksimal dan tuntas dalam mata pelajaran TIK.

D. Hipotesis Tindakan
Menerapkan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Balikpapan.

26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Agnia Damayanti (2013:54) yang
kutip dari Bogman dan Taylor dalam Moleong (2002:4) Berdasarkan
Pedekatan deskriptif kualitatif tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
mengunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara lain dari dari
kuantifikasi (penggukuran), melainkan untuk menggunakan data deskriptif
adalah berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk

menggungkapkan

gejala

secara

holistic-kontekstual

melalui

pengumpulan data dari dasar alami dengan memanfaatkan diri peneliti
sebagai instrument kunci.
Dengan demikian penelitian tindakan kelas diartikan sebagai upaya
guru atau peneliti yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran.

27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian adalah di Balikpapan. Tepatnya di
SMA Negeri 4 Balikpapan Jl. Sepinggan Baru III RT. 13 Nomor 36,
Sepinggan Balikpapan Selatan. Alasan mengapa penulis memilih tempat
penelitian ini dikarenakan rendahnya pemahaman siswa pada kelas X pada
mata pelajaran TIK yang dimana penulis merasa tertantang untuk mencari
penyebab permasalahan tersebut dan mencoba untuk mencari pemecahannya.
Pada penelitian ini di ambil pada kelas X SMA Negeri 4 Balikpapan tahun
pelajaran 2013/2014. SMA Negeri 4 Balikpapan memiliki 10 kelas dari kelas
X-1 sampai X-10 dari keseluruhan rombongan belajar (rombel).

C. Subjek Penelitian
Peneliti memilih kelas sepuluh dikarenakan rendahnya pencapaian
siswa pada kelas tersebut dalam mencapai ketuntasan belajar. Subjek
penelitian ini diambil dari kelas sepuluh yang terdiri dari 10 rombongan
belajar (populasi) maka penulis mengambil kelas X-5 dimana dikelas tersebut
nilai KKM mereka sangatlah rendah dibandingkan dengan kelas yang
lainnya.

28

Tabel 3.1
Jumlah Siswa SMA Negeri 4 Balikpapan dalam 5 tahun terakhir
Kelas 3

Jumlah

Keadaa
Tahun

Kelas 1

Kelas 2

n Siswa

Jumlah Siswa

Jumlah
Rombongan

Jumlah
Mengul
ang

2007/20
08

Pelajaran
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013

(orang)
301
367
363
415
377
385

(orang)
291
288
326
345
398
365

(orang)
295
283
275
322
340
385

(orang)
887
938
964
1082
1115
1135

2007/2008

7

7

8

22

2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013

9
9
11
9
10

7
9
9
10
10

7
7
9
9
9

23
25
29
28
29

1
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013

1

1
1

7
1

3
0
2
1

0
1
1
1

1
3
2
8
1

D. Jenis Tindakan
Sebagai tujuan dari penelitian tindakan kelas ini peneliti akan mencari
nilai ketuntasan minimum dalam mata pelajarn TIK dan pada langkah

29

selanjutnya akan mencari permasalahan yang timbul dan akan dirumuskan
lalu akan diambil suatu tindakan.
Nilai rata-rata siswa yang tidak tuntas pada mata pelajaran TIK kelas X
adalah 68 yang mencapai 40% sementara nilai KKM dari mata pelajaran TIK
adalah 72, masih jauh dari harapan penulis disamping itu banyaknya siswa
yang tidak memiliki perangkat komputer dirumahnya adalah faktor utama
didalam menyerap materi yang diajarkan menginggat jumlah tatap muka
dalam seminggu pertemuan adalah dua kali pertemuan, hal tersebut juga
menyukarkan penulis dalam menyampaikan materi yang disampaikan.
Langkah selanjutnya penulis akan mengembangkan cara belajar
didalam kelas dan proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa akan
bergabung dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam penggunaan PTK tersebut.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas:
1. Desain penelitian
2. Mengambil tindakan kelas
3. Teknik pengumpulan data
a. Sumber data
b. Teknik pengumpulan data
c. Instrument dari pengumpulan data
4. Refeksi

30

Gambar 3.1
Siklus Tindakan Kelas
Diambil dari http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html; 2013

E. Teknik Instrumen Pengumpulan Data
Dalam teknik dan instrument pengumpulan data diambil dari penulis
sebagai guru dan dari aktivitas siswa yang bearti guru dan siswa sebagai
subjek dari penelitian tersebut, tetapi sebagian besar data yang dikumpulkan
adalah sebagian besar dari aktivitas siswa antara lain:
1. Data dari pre test.

31

2. Data dari post test, khususnya penilaian yang diambil dari aktivitas
siswa disetiap siklus.
3. Data sumber dari pengamatan dalam pemahaman dari materi yang
disampaikan
4. Data evaluasi yang dikumpulkan sehubungan dengan pemahaman
dari materi yang disampaikan

F.

Teknik Analisis Data
Data yang diambil dari pengamatan adalah data kuantitaif, khususnya
data yang diambil dari nilai test siswa selama pre test dan post test, data dari
angket siswa dan semua data yang diambil selama penelitain berlangsung
yang lalu dilakukan dengan pengolahan komputerisasi:
1. Tes tertulis
Dalam tes tertulis ini siswa harus melewati proses pre tes untuk
mengukur kemampuan siswa didalam materi ataupun kompetensi
dasar yang akan disampaikan yang diikuti post test setelah proses
pembelajaran telah disampaikan. Pada post tes ini adalah sejenis tes
yang harus dilakukan oleh siswa ketika proses pembelajaran selesai
untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan siswa didalam
menyerap materi yang telah disampaikan.
2. Lembar Pengamatan
Dalam lembar pengamatan khususnya dalam hal ini akan diambil
dukumentasi dalam proses pembelajaran

32

Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan beberapa instrument data
antara lain:
1. Implementasi perencanaan belajar
2. Pertanyaan dalam evaluasi
3. Kuisioner
Untuk melengkapi analisis teknik pengumpulan data penulis akan
memberikan beberapa teknik analisis data diantaranya:
1. Analisis data pengolahan nilai dari evaluasi siswa
Adalah proses evaluasi nilai yang diberikan rentang nilai 0 sampai 100.
Karena jumlah pertanyaan terdiri dari 20 pertanyaan maka peneliti akan
memberikan formula sebagai berikut:

S = CA x 5
dimana: S
CA

= nilai akhir
= jumlah benar jawaban

2. Analisis data dari kuisioner
Hasil pengolahan data kuisioner akan dirumuskan:

P=

n
x

x 100%

dimana :
P

= persentasi siswa

n

= jumlah siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan

X

= jumlah keseluruhan siswa dikelas

33

100% = nilai konstan
Dalam waktu penelitian ini peneliti akan mengambil rentan waktu
selama

tiga bulan yang dimulai

tanggal 05

Oktober 2013 sampai 05

Desember 2013. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam dua siklus
tindakan kelas tersebut dan jikapun dalam penelitian tersebut tidak ditemukan
peningkatan yang signifikan dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya.

34

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Prosedur dan Hasil Penelitian
Untuk dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa tentang Standar
Kompetensi siswa 3. Memahami ketentuan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, dalam kompetensi dasar 3.2 Menerapkan Prinsip – prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja ( K3) dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat
lunak teknologi informasi dan komunikasi. Penulis memberikan 20 soal pre- test
yang harus dijawab dalam 45 menit. Soal yang diberikan tesebut adalah penulis
ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka, sebelum memberikan soal
pre-test tersebut penulis memberikan motivasi kepada siswa dan menjelaskan
tujuan yang akan dicapai. Setelah melakukan pre test penulis menganalisa soal
dan menemukan jawaban yang sukar dalam memahami KD yang diberikan,
sebagian masalah yang ditemukan adalah siswa kurang paham akan prosedur
keselamatan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam mengoperasikan
komputer. Kompetensi dasar 3.2 ini sangatlah penting mengingat kesehatan dan
keselamatan kerja berperan penting dalam bekerja ataupun dalam beraktivitas dan
berinteraksi dengan komputer, yang diharapkan siswa akan paham dan mengerti
dan menerapkan didalam kehidupan sehari-hari dalam penggunaan K3 dalam
mengoperasikan komputer.

35

90
80
70
60
50

Nilai
Jumlah Siswa

40
30
20
10
0
Nilai Min Nilai Max Rata -rata

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.1: Hasil Pre test
Pada gambar 4.1 dijelaskan hasil perolehan nilai pada pre test. Pelaksanaan
pre test ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman atau
kemampuan siswa selama proses belajar mengajar dan mengetahui nilai perolehan
yang dicapai. Pada pre test ini 21 siswa (60%) diatas KKM dan 15 siswa (40%)
dibawah KKM dengan perolehan nilai terendah 50, perolehan nilai rata-rata
adalah 68 dan nilai maksimum yang dicapai adalah 85. Setelah mengadakan pre
test maka guru mengadakan ujian post test dengan tujuan untuk mengatahui
seberapa besar siswa menyerap materi pada proses belajar mengajar dan melihat
respon siswa dalam proses belajar serta menihat perolehan nilai yang dicapai. Dari
perolehan nilai post test ditemukan 24 siswa (67%) diatas KKM dan 12 siswa
(33%) diatas KKM dengan perolehan nilai minimum 50 dan nilai rata-rata adalah
72 serta nilai maksimum adalah 85.

36

A. Siklus 1
1. Merumuskan Masalah
Pada siklus 1 ini penulis menerapkan metode ASSURE yang telah
dijelaskan pada BAB II. Langkah pertama ini dalah menulis
menyiapkan materi dan material yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar yang akan digunakan dikelas dan menyiapkan
skenario pembelajaran, membuat tugas mandiri dan tugas terstruktur
serta menyiapkan format evaluasi dan format observasi
2. Mengambil Tindakan
Langkah kedua dari tindakan ini adalah guru membagi siswa
berkelompok secara acak yang masing-masing kelompok terdiri dari 5
orang siswa, tujuan pembagian kelompok secara acak adalah supaya
menghindari ketidakinginan siswa jika mendapatkan salah satu teman
yang kurang aktif dalam pembelajaran berlangsung yang akan
menyebabkan beberapa siswa yang tidak memiliki kelompok. Disiklus
ini guru menjelaskan materi tentang metode keselamatan K3
mengunakan infokus dengan menggunakan video tutorial sementara
siswa berdiskusi.
3. Mengumpulkan dan Menganlisis Data
Dalam langkah ini penulis bersama pengamat yang akan mengamati
hasil kegiatan belajar dan mengajar dan pengamat tersebut bertindak
sebagai pengawas dalam pelaksanaan tindakan kelas ini dan

37

memberikan petunjuk dan bimbingan kepada peneliti. Pengumpulan
data ini akan difokuskan:
a. Aktivitas Guru
1. Metode pembelajaran yang dilakukan di kelas
2. Menjelaskan pembelajaran dan tujuan belajar kepada siswa
3. Guru memotivasi siswa dan sebagai fasilitator
4. Menyusun tindakan kelas berdasarkan rencana
b. Aktivitas Siswa
Siswa lebih termotivasi dalam berdiskusi dalam topik yang
diberikan, dan siswa lebih aktif menjawab pada pertanyaan yang
diberikan guru, dalam langkah ini guru menggunakan metode
ASSURE dengan pendekatan demonstrasi penggunaan K3 dalam
komputer menggunakan video tutorial. Aktivitas yang dilakukan
siswa adalah medemonsrasikan cara duduk dan menggunakan
perangkat komputer yang sesuaid engan K3 dalam hal ini siswa
secara berkelompok mendemonstrasikan didepan kelas bersama
teamnya.
4. Refleksi
Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi , pada langkah ini
guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan, mendiskusikan dan
melakukan ulasan dan menarik kesimpulan dari pembelajaran terebut.
Guru melakukan evaluasi pembelajaran dan kekurangan yang ada
pada siklus 1 dan akan diperbaiki pada siklus 2. Pada permasalahan

38

siklus 1 ini penulis menemukan beberapa permasalahan dari siswa
antara lain ketidakmampuan siswa dalam mendemonstarasikan
didepan kelas dikarenakan kurangnya kepercayaan diri. Dari
permasalahan guru adalah ditemukan beberapa file yang rusak
didalam komputer yang membuat KBM terhambat dan dapat ditarik
kesimpulan dari hasil pre-test sebelumnya disiklus 1 ini siswa lebih
antusias belajar dan meningkatnya rasa ingin tahu mereka terhadap
komputer.

100
90
80
70
60
Nilai
Jumlah Siswa

50
40
30
20
10
0
Nilai Min Nilai MaxRata - rata Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.2: Hasil siklus 1
Gambar 4.2 dijelaskan bahwa telah terjadi pelaksanaan siklus 1
yang menyatakan 26 siswa yang tuntas (72%) dengan perolehan nilai
diatas KKM dan 10 siswa yang tidak tuntas (28%) dengan perolehan nilai
dibawah KKM dengan nilai keseluruhan rata-rata 76, nilai minimal yang

39

diperoleh pada siklus 1 ini adalah 55 sedangkan nilai maksimum adalah
90. Pada siklus 1 ini siswa mengalami kesukaran dalam memahami
metode ASSURE yang menggunakan pendekatan demontrasi, tetapi
setelah guru memotivasi dan memberikan penjelasan tentang metode dan
pendekatan yang dilakukan siswa lebih antusias dan minat rasa ingin
tahunya meningkat. Untuk tahap selanjutnya guru akan mengadakan
refleksi tentang masalah atau kendala-kendala yang terjadi pada siklus 1
dan mengadakan perbaikan pada siklus 2.

B. Siklus 2
1. Merumuskan Masalah
Peneliti mempelajari kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada
siklus 1 dan membuat rencana persiapan untuk memperbaiki pada
siklus ini. Pada siklus ini peneiti memasuki standar kompetensi 3
yaitu: Memahami ketentuan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dan kompetensi dasar 3.3 Menghargai pentingnya Hak
Atas kekayaan Intelektual (HAKI) dalam teknologi informasi dan
komunikasi dalam kompetensi ini ada beberapa indikator ketercapaian
belajar yaitu:
1. Menjelaskan tentang undang – undang mengenai Hak Atas
Kekayaan Inteltual (HAKI)
2. Menjelaskan contoh hak cipta dari perangkat lunak

40

2. Mengambil Tindakan
Guru mengunakan

pendekatan diskusi berbeda dengan yang

digunakan pada siklus 1 yang menggunakan pendekatan demontrasi.
Langkah pertama yang dilakukan adalah guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri dari lima orang
siswa dan guru akan memberikan materi yang akan disimak dan
dikerjakan oleh siswa, pada langkah ini guru akan menjelaskan
tentang pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual dan menjelaskan
contoh-contoh atas hakcipta dari perangkat lunak dan keras komputer
mengunakan media infokus melalui powerpoint slide. Tahapan ini
guru

membimbing

siswa

tentang

materi

yang

disampaikan,

memotivasi siswa dan sebagai fasilitator.setalah siswa paham dan
menguasai materi maka siswa dipersilahkan berdiskusi bersama teman
kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3. Mengumpulkan dan Menganlisis Data
Sebagaimana dijealskan pada siklus 1, guru akan dibimbing oleh
pengamat yang berfungsi sebagai pengawas dalam kegiatan belajar
mengajar dan selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Aktivitas guru
Berdasarkan pengamat guru melakukan beberapa aktivitas, yaitu:
1. Pembelajaran yang dilakukan dikelas, guru menerapkan
standar kompetensi berbeda yang digunakan pada siklus 1

41

2. Menjelaskan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai oleh peserta didik mengunakan
powerpoint slide.
3. Guru memotivasi siswa, sebagai dinamisator dan fasilitator.
b. Aktivitas siswa
Siswa lebih aktif dalam berdiskusi dan lebih termotivasi terhadap
topik yang diberikan dan lebih antusias dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan secara langsung oleh guru. Pada
langkah ini peserta didik menunjukkan ketertarikan marei yang
diberikan dan lebih fokus dibandingkan dengan siklus 1 yang
dilakukan sebelumnya.
4.

Refleksi
Guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang diberikan dan
member ulasan tentang standar kompetensi 3 yaitu: Memahami
ketentuan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dan
kompetensi dasar 3.3 Menghargai pentingnya Hak Atas kekayaan
Intelektual ( HAKI), dan dapat ditarik kesimpulan:
1. Siswa lebih aktif dan termotivasi dalam belajar
2. Siswa mampu menjawab dari pertanyaan yangdiberikan kepada
guru secara langsung ataupun menjawab soal tertulis yang
diberikan.
3. Nilai ketuntasan belajar siswa meningkat meskipun ada beberapa
siswa masih dibawah KKM

42

120
100
80
Nilai
Jumlah Siswa

60
40
20
0
Nilai Min Nilai Max Rata -rata

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.3 Siklus 2
Sebagaimana gambar 4.3 setelah melakukan proses siklus 2 dapat
disimpulkan perolehan ketuntasan 32 siswa (90%) diatas KKM dan 4 siswa (10%)
dibawah KKM, dengan perolehan nilai minimum 65 nilai rata-rata 81 dan nilai
maksimum 100. Maka proses siklus 2 telah berakhir dan tidak harus dilanjutkan
ke siklus 3 dikarenakan jika dilihat dari persentase peningkatan dari pre test
sampai siklus 2 dapat dilihat ada perubahan yang signifikan 8% peningkatan dari
setiap siklus tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan terhadap standar
kompetensi yang sangat sukar dipahami oleh siswa dibutuhkan beberapa siklus
tentunya.

B. Pembahasan
Pengambilan pre-test guru menemukan siswa mengalami kesukaran tentang
materi yang disampaikan khususnya dalam prosedur kesehatan dan keselamatan
K3, meskipun mereka sudah lama mengenal komputer dan mengoperasikannya
tetapi mereka masih belum mengerti tentang prosedur K3 itu sendiri.

43

Sebagaimana dijelaskan pada pre test gambar 4.1 sebagain besar siswa tidak
mencapai KKM pada KD 3.2. sekitar 60% siswa mencapai KKM dan 40% siswa
dibawah KKM. Sebagaimana dijelaskan pada siklus 1 guru menggunakan metode
ASSURE dalam proses KBM dikelas yang berfungsi untuk meningkatkan KKM
siswa dan pemahaman materi yang disampaikan oleh guru khususnya. Pada siklus
1 ini siswa mengalami kesukaran dalam memahami metode ASSURE yang
menggunakan pendekatan demontrasi, tetapi setelah guru memotivasi dan
memberikan penjelasan tentang metode dan pendekatan yang dilakukan siswa
lebih antusias dan minat rasa ingin tahunya meningkat, sebagaimana digambarkan
pada siklus 1 gambar 4.2 ketika guru memberikan pertanyaan langsung kepada
siswa dan memberikan soal tertulis peserta didik mampu menjawab hampir
sebagian besar soal yang diberikan oleh guru dan juga dijelaskan 72% siswa
mencapai KKM dan 28% siswa tidak mencapai KKM.
Penggunaaan

metode ASSURE

tidaklah

harus

dilakukan

secara

berkelompok atau dalam team belajar, tetapi penggunaan metode ASSURE ini
juga dapat dilakukan bahkan dalam pendekatan ceramah sekalipun, alasan itulah
mengapa model pembelajaran ASSURE ini sangat tepat dan fleksibel untuk
diterapkan dalam strategi pendekatan belajar yang lainnya. Pada siklus 2 guru
menemukan ada sebagian kecil siswa yang tidak mengerti dalam penerapan model
pembelajran ini, dalam siklus 2 ini guru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada siklus 1 sebelumnya. Permasalahan yang terjadi pada siklus 1
antaranya ketidakmampuan siswa dalam mendemonstarasikan didepan kelas
dikarenakan kurangnya kepercayaan diri. Dari permasalahan guru adalah

44

ditemukan beberapa file yang rusak didalam komputer yang membuat KBM
terhambat. Table 4.3 menjelaskan bahwa 92% siswa mencapai KKM dan 8%
siswa dibawah KKM. Penggunaan metode ASSURE ini memudahkan siswa
memahami materi yangdisampaikan dan dapat memupuk rasa ingin tahu dan
kepercayaan diri para peserta didik.

Motivasi Siswa Belajar

27.78%

33.33%

33% Menarik
28% lebih baik
17% Mudah
22% Penggunaan dilanjutkan

16.67%
22.22%

Gambar 4.4: Motivasi siswa belajar menggunakan metode ASSURE

Dari gambar 4.4 dijelaskan bahwa 12 siswa atau 33% memilih metode
ASSURE menarik dibandingkan metode sebelumnya, 8 siswa atau 28% memilih
metode ini lebih baik dibandingkan dengan metode sebelumnya, 6 siswa atau
17% memilih metode ini sangat mudah dibandingkan dengan metode sebelumnya
dan 10 siswa atau 22% memilih metode ASSURE ini penggunaannya dilanjutkan.
Maka dapat disimpulkan metode pembelajaran ASSURE ini sangat pantas
digunakan dalam matapelajaran TIK yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa
dalam pemahaman materi dan membantu nilai kekuntasan siswa tersebut.

45

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitan, maka penulis menarik kesimpulan:
1. Nilai ketuntasan siswa di SMA Negeri 4 Balikpapan masih dibawah ratarata ketuntasan dimana nilai ketuntasan pelajaran TIK sendiri pada kelas X
adalah 72 hanya 40%

dibawah KKM dan 60% diatas KKM dalam

masalah ini guru harus bekerja keras, khususnya mata pelajaran TIK untuk
dapat memicu siswa menapai nilai KKM dan lebih memotivasi siswa
dalam belajar dengan memberikan tugas mandiri ataupun tugas terstruktur,
dan memberikan remedial jika siswa tidak mencapai KKM dan
memberikan pengayaan bagi yang diatas KKM dengan catatan tidak akan
menggurangi materi dan waktu sesudahnya dikarenakan program remedial
dan pengayaan.
2. Dapat mengetahui penerapan metode ASSURE dan pelaksanaannya
dalam proses KBM.
3. Metode ASSURE sangat efektif digunakan disekolah dan tidak dibangku
kuliah.
4. Metode ASSURE dapat digunakan sebagai model dari strategi pendekatan
belajar yang fleksibel.

46

5. Ada perubahan yang signifikan ketika guru menggunakan metode
ASSURE antara lain: siswa lebih giat belajar, termotivasi dan rasa ingin
tahunya meningkat dalam pembelajaran.
6. Perubahan yang signifikan dalam perolehan hasil nilai dari pre-test sampai
siklus 2.
7. Penggunaan metode ASSURE memb

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62