140406098 Sharfina Handiningtyas UTS Prosper 2

UJIAN TENGAH SEMESTER
PROSES PERANCANGAN II

DISUSUN OLEH:
Sharfina Handiningtyas
(140406098)
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Wahyu Utami, S.T., M.T.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
T.A 20172018

1. Olah Desain Arsitektur Pusaka Menggunakan Lima Jenis Kata Kunci Desain
 Konflik
Konflik merupakan kendala-kendala yang terjadi dalam proses merancang.
 Rekonsiliasi
Dalam mendesain kita pasti memiliki beberapa opsi untuk menyelesaikan masalah
desain. Rekonsilasi merupakan penyatuan dari beberapa opsi tersebut agar menjadi
sebuah kesatuan solusi yang harmonis dan dapat menyelesaikan masalah desain.
 Metode

Memilih cara merancang untuk melakukan proses desainnya. Setelah memilih
metodenya barulah akan diketahui tahap-tahap apa saja yang harus dilalui berdasarkan
teori metode yang dipilih.
 Lompatan Kreatif
Ketika telah menentukan konsep dan solusi desain, tentu saja sebuah ide baru dapat
muncul tiba-tiba akibat kemampuan kreatifitas, pengalaman, latar belakang desainer,
dan sebagainya. Ide baru itu pun akan dicocokkan kembali dengan konsep sebelumnya
sehingga memunculkan solusi baru lainnya.
 Novelty and Originality
Setelah mendapatkan konsep yang konkrit dan terbaik, maka proses desain akan selesai.
Ide-ide desain tersebut haruslah memiliki ciri khas sendiri agar dapat dengan mudah
dikenal, dipelajari oleh orang-orang, dan menjadi simbol di suatu tempat.
Contoh Kasus Olah Desain Arsitektur Pusaka:

Gambar 1. Eksisting Bangunan Eks. RS Tembakau Deli
Untuk kasus kali ini saya memilih Bangunan Eks. Rumah Sakit Tembakau Deli yang sudah
tidak digunakan lagi. Adapun prosesnya tertera sebagai berikut:




Konflik:

Gambar 2. Fisik Asli Bangunan Eks. RS Tembakau Deli





Rumah Sakit Tembakau Deli awalnya bernama Rumah Sakit Deli Maatschappij.
Rumah sakit ini mulai dibangun saat zaman penjajahan Belanda yaitu tahun 1870 dan
merupakan rumah sakit pertama di kota Medan, untuk itu bangunan ini memiliki nilai
sejarah yang sangat kental. Namun sayangnya rumah sakit ini di tutup tahun 2016 lalu
dan sekarang tidak berfungsi sama sekali. Untuk itu dalam kasus kali ini saya ingin
mengajukan redesain Bangunan Eks Rumah Sakit Tembakau Deli menjadi Museum
Sejarah Rumah Sakit Tembakau Deli untuk membuka wawasan warga Medan mengenai
asal-usul dunia perumahsakitan di kota ini. Setelah dianalisis lebih lanjut, dalam proses
desainnya ditemukan beberapa masalah yaitu:
o Bangunan ini juga sudah mengalami perubahan fisik dari desain awalnya
o Halaman rumah sakit dipenuhi oleh kendaraan para pengunjung Kantor Samsat
yang terletak di seberang rumah sakit

o Banyak sekat-sekat ruangan di dalam bangunan utama
o Bagian inner court sangat tidak menarik visualnya
Rekonsiliasi:
Setelah menganalisis konflik-konlik yang terdapat dalam proses analisa data,
maka didapati kesimpulan bahwa rumah sakit ini memiliki masalah yaitu tidak dirawat
dengan baik dan tidak digunakan dengan semestinya
Metode
Dalam kasus ini, tentu saja metode merancang yang dipilih adalah glass box
sebab bangunan yang akan di redesain merupakan barang nyata dan dapat dianalisis
fisiknya. Adapun hasil analisa yang telah dilakukan yaitu:
Masalah
Solusi
Karena bangunan akan dikembalikan ke Mengkaji tentang material bangunan yang
bentuk aslinya maka akan sulit untuk digunakan untuk bangunan kolonial lewat
mencari material bangunan
ahlinya sehingga diperoleh data-data
bahan yang digunakan
Bangunan eksisting yang memiliki fisik Mengubah kembali fisik bangunan ke
berbeda dari desain pertama
bentuk awalnya


Halaman rumah sakit yang tidak berfungsi Halaman diperindah dengan taman yang
dengan semestinya
dapat diakses oleh pengunjung museum,
sementara pada bagian samping kiri
bangunan utama dibangun geudng parkir
yang
berguna
untuk
menampung
pengunjung museum dan Samsat
Banyak sekat dalam bangunan utama
Sekat-sekat
ruangan
tidak
perlu
dirobohkan, namun dimanfaatkan sebagai
batas dari setiap sequence yang akan
diciptakan di dalam. Dengan begitu
pengunjung yang datang akan dibawa ke

ruangan-ruangan yang berbeda dan
merasakan sensasi yang berbeda juga
lewat desainnya yang variatif
Kurangnya nilai
bangunan utama





visual

inner

court Bagian inner court diisi oleh sculpture yang
menggambarkan simbol dari museum ini

Lompatan Kreatif
Setelah melakukan analisa dan menerapkannya dalam desain skematik, didapati
beberapa ide-ide kreatif yang muncul ketika melakukan proses desain, yaitu:

o Menambah kesan kolonial dengan meletakkan interior-interior klasik ke dalam
museum seperti meja, kursi, jam, lampu, dan sebagainya
o Pada bagian halaman rumah sakit, letakkan jalur pedestrian sehingga
pengunjung bisa dengan bebas menikmati visual taman. Tanaman-tanaman
khas Medan diletakkan di dalamnya agar menambah kesan lokal
o Setiap ruangan menampilkan suasana yang berbeda yaitu perbedaan waktu.
Jadi, dari satu ruang ke ruangan yang lain pengunjung akan merasakan alur
waktu yang berbeda-beda dimulai dari ruang yang didesain ala tahun 1870-an
hingga ke jaman modern seperti sekarang ini.
o Sculpture merupakan patung abstrak yang terdiri dari lilitan-lilitan pita dengan
bentuk yang menyerupai stetoskop. Materialnya yaitu besi sehingga
menimbulkan kesan kontras dan dapat dengan mudah menarik perhatian
pengunjung
Novelty and Originality
Setelah melewati proses di atas, maka redesain bangunan ini pun akan kembali
menampilkan fisik bangunan yang sesuai dengan semestinya. Walaupun mengalami alih
fungsi penggunaan ruang dan penambahan beberapa elemen-elemen desain tertentu,
namun desain bangunan terbaru ini masih menunjukkan wajah asli bangunannya seperti
di waktu awalnya dibangun lebih dari satu abad yang lalu. Dengan ini desain bangunan
ini pun dapat dikatakan orisinil dan kreatif.


2. Model Berpikir dalam Proses Perancangan
Model berpikir dalam proses perancangan yang saya pilih yaitu Metode Lima Langkah
(Tim McGinty). Proses ini meliputi: permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi, dan
tindakan. Berikut merupakan penjelasannya:
 Permulaan:
Bagian ini merupakan analisa desain yang isinya meliputi penjabaran masalah dan
pemikiran tentang solusinya. Dari sini lah kita dapat mengetahui kata kuncinya.
 Persiapan:
Bagian ini berisi pengumpulan informasi mengenai analisa yang sudah kita dapati
sebelumnya sehingga selain solusi yang masih bersifat mentah kita juga dapat
mengetahui akar-akar dari kata kunci yang ada.
 Perngajual Usul:
Di sini kita memasukkan aspek-aspek lain ke dalam analisa serta informasi tambahan
yang telah kita peroleh. Aspek tersebut meliputi konteks sosial, ekonomi, fisik, program,
tapak, teknologi, dan estetika. Setelah mempertimbangkan semua aspek tersebut, maka
akan terbentuk pengembangan konsep. Dari perkembangan konsep inilah maka
terbentuk gambar arsitektural yang mengubah hal yang tidak terihat (konsep) menjadi
terlihat (fisik gambar).
 Evaluasi:

Merupakan penilaian ulang yang dilakukan terhadap gambar arsitektural yang masih
kurang akan informasi seperti keterangan material, sistem struktur dan utilitas, detail
sambungan konstruksi, dan sebagainya.
 Tindakan:
Gambar arsitektural yang masih kekurangan informasi dirombak lagi menjadi gambar
yang sudah memiliki keterangan yang lengkap yaitu DED (Detail Engineering Drawing);
RAB; dan spesifikasi sistem kerja lainnya, lalu diserahkan kepada pihak kontraktor untuk
diwujudkan.
Contoh Desain yang Diterapkan Metode Lima Langkah:

Gambar 3. Site Eksisting

Untuk kasus kali ini saya memilih tugas Perancangan Arsitektur 2 saya yaitu
perancangan bangunan mixed use rumah tinggal dan salon bertema tropis. Sitenya terletak di
persimpangan antara Jl. Jamin Ginting dan Jl. Bunga Ester, Padang Bulan, Medan. Prosesnya
adalah sebagai berikut:


Permulaan:
Masalah

Solusi
Matahari mengarah dari barat akan
 Meletakkan area servis di daerah
memancarkan panas yang terik di sore
yang terkena matahari sore
hari
 Pemasangan buffer panas
Angin datang dari arah barat daya

Membuat bukaan maksimal di arah utara
dan selatan
Site terletak di pinggir Jl. Jamin Ginting Meletakkan zona publik di area yang dekat
yang sangat berisik
dengan Jl. Jamin Ginting sementara zona
privat pemilik di dekat Jl. Bunga Ester
Site terletak di dekat perempatan Jl. Meletakkan akses pejalan kaki di sisi Jl.
Jamin Ginting dan U-turn sehingga Jamin Ginting sementara untuk akses
sirkulasi kendaraan padat di daerah itu
kendaraan diletakkan di Jl. Bunga Ester
Keramaian paling banyak terdapat di Jl. Fasad bangunan di sisi Jl. Jamin Ginting

Jamin Ginting daripada Jl. Bunga Ester
dimaksimalkan




Persiapan:
Adapun kata kunci yang didapat serta pengembangannya adalah sebagai
berikut:
o Area servis yang diletakkan di daerah barat: garasi, dapur, kamar PRT, dan
kamar mandi.
o Pemasangan buffer panas: tritisan, vegetasi, dan kolam untuk
o Bukaan maksimal di arah utara dan selatan: Membuka bukaan maksimal di
arah utara dan selatan: membuat ventilasi atap dan dinding untuk
pertukaran udara yang baik
o Zona publik di sisi Jl. Jamin ginting: area salon yang meliputi resepsionis,
lobby, ruang pekerja, tempat praktek salon, kamar mandi, ruang bilas
o Zona private di sisi Jl. Bunga Ester: ruang untuk pemilik seperti ruang tamu,
ruang keluarga, kamar mandi, kamar, dapur, ruang makan, musholla
o Fasad bangunan di sisi Jl. Jamin Ginting dimaksimalkan: menerapkan tema

industrial pada fasad bangunan. Adapun material yang digunakan adalah
semen ekspos, bata ekspos, kayu, lantai parket, kusen UPVC hitam, dan atap
minuer hitam
Perngajual Usul:
Mulai membuat konsep massa dan zoning ruangan melalui pertimbangan tapak.
Pertimbangan massa juga dilawali dari bentuk-bentuk tiga dimensi sederhana. Dimulai

dari bentuk rumah pada umumnya untuk bagian private, bentuk tabung untuk area
salon karena menyesuaikannya dengan bentuk site, hingga bentuk persegi biasa yang
kecil untuk servis karena tidak terlalu perlu banyak ruangan. Sementara untuk zoning
sendiri hasilnya dipertimbangkan dari letak-letak usulan yang sudah tertera di
penjelasan sebelumya

Gambar 4. Konsep Massa dan Zoning


Evaluasi:

Di sini mulai dirancang dengan jelas keterangan pada gambar seperti peletakkan
ruang yang lebih spesifik, batasan ruang, nama ruang, dimensi, warna, dan material.

Gambar 5. DTP Arsitektural



Tindakan:
Gambar arsitektural yang masih kekurangan informasi dirombak lagi menjadi
gambar DED yang memiliki informasi serta spesifikasi yang lebih jelas. Terdapat dimensi
yang lebih terukur, rencana struktur dan utilitas, detail sambungan, spesifikasi material
yang lebih detail dan akurat, dan hal-hal lain yang sudah dipertimbangkan. Beberapa
pertimbangan struktural dan utilitas ini juga berpengaruh pada denah dan tampak
bangunan yang sedikit berubah dari gambar arsitekural yang sebelumnya.

Gambar 6. DED

3. Perbedaan Well-defined Problem dan Ill-defined Problem Beserta Contoh Kasusnya di Medan
Well-definend problem merupakan permasalahan desain yang mudah untuk dipecahkan
tanpa harus melewati proses yang panjang untuk mencapai solusinya dan masalah tersebut
sudah pasti dapat terpecahkan dengan solusi yang direncanakan, sementara ill-defined problem
merupakan permasalahan desain yang untuk mencapai solusinya harus melalui proses yang
panjang dan rumit, dan kalau pemecahan masalahnya berhasil ditemukan maka sang pemberi
solusi tidak yakin apakah solusinya itu dapat benar-benar memecahkan masalahnya atau tidak.
Contoh:
 Well-defined problem:
Ruangan kelas Vernakular atau 50B yang berada di Departemen Arsitektur USU
dulunya dikenal dengan ruangan yang paling dihindari oleh mahasiswa untuk proses
perkuliahan. Setelah beberapa kali mendiami ruangan ini, ditemukan beberapa masalah
di ruangan ini yaitu
o Pencahayaan buatan yang tidak memenuhi standar karena hanya ada satu
buah lampu
o Bukaan jendela hanya terdapat di satu sisi karena sisi yang lain dihalangi
oleh ruangan Lab. Hidro milik Teknik Sipil, sehingga menyebabkan aliran
udara alami tidak berjalan dengan baik
o Suramnya suasana di dalam ruangan
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, diterapkanlah beberapa solusi yaitu:
o

o
o

Tidak mungkin untuk menambah bukaan di sisi kanan ruangan ini karena di
sampingnya terdapat ruangan lain, maka diletakkanlah tiga buah AC untuk
menimbulkan kenyamanan termal
Penambahan pencahayaan buatan berupa lampu downlight sebanyak 8
buah yang disebar merata di semua titik
Mengecat ulang ruangan dan menambahkan beberapa lukisan untuk
memperindah visual ruangan sehingga ruangan tidak terlihat suram lagi

Gambar 7. Ruang Kelas Vernakular Dept. Arsitektur USU setelah dirombak



Ill-Defined Problem:
Seorang pengurus Masjid Perguruan di Jalan Puri, kecamatan Medan Maimun,
meminta mahasiswa Arsitektur USU untuk membantu mereka dalam desain renovasi
Masjid. Masjid Perguruan merupakan salah satu masjid tua di kota Medan yang tidak
ingin dihilangkan ciri khasnya yaitu dinding keramik dan kubah hijaunya. Setelah
berunding dengan masyarakat sekitar, adapun hal-hal yang diinginkan oleh mereka
yaitu;
o Penaikan level lantai di lantai satu untuk menghindari banjir
o Penambahan void di lantai dua untuk mempebaiki sirkulasi udara dan
akustik suara
o Penambahan jendela di lantai dua untuk menambah pencahayaan alami,
pemindahan tangga
o Penambahan kamar mandi di lantai dua, penambahan ruang wudhu untuk
wanita di lantai satu, dan penambahan gudang di lantai 2

Gambar 8. Foto Bangunan Esksisting Masjid Perguruan
Setelah mengetahui permintaan klien, mahasiswa pun mengkaji bangunan
masjid tersebut dengan mengukur site, denah, dan struktur, eksisting. Setelah itu
mahasiswa diberikan waktu untuk merundingkan desain renovasi tersebut. Ketika
menjalani proses ini, mahasiswa menyadari kalau pihak masjid tidak menyertai
pernyataan tentang di mana letak perubahan-perubahan ruang yang ingin ditambah
nantinya sehingga mahasiswa harus memikirkan sendiri bagaimana baiknya
perombakan denah masjid.

Ketika mahasiswa akhirnya menemukan solusi dari permasalahan tersebut dan
memberikan gambar desain kepada pihak Masjid, ternyata pihak Masjid kurang setuju
dengan beberapa perubahan desain yang diberikan oleh mahasiswa karena tidak sesuai
dengan ekspetasi mereka. Untuk itu mahasiswa pun akhirnya menggali kembali
keinginan-keinginan warga sekitar untuk perubahan masjid dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti;
o
o

Dimana spesifikasi letak ruangan-ruangan tambahan yang diminta
Perkiraan ukuran ruangan yang ingin ditambah atau dikurangkan

Setelah mahasiswa mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut, maka mahasiswa pun mengulangi kembali proses desainnya. Namun tetap saja
jalan menuju penerimaan desain tidaklah mudah karena mahasiswa tetap harus
melewati bempat kali proses asistensi dengan pihak masjid yang skemanya juga kuranglebih sama seperti skenario di atas. Setelah itu gambar kerja final dan Rencana Anggaran
Biaya yang sudah dikerjakan oleh mahasiswa pun diterima oleh pihak masjid untuk
diteruskan oleh kontraktor nantinya.