Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Komunikasi
Dalam

kehidupan

sehari-hari,

dimanapun

itu,

orang

selalu

berinteraksi


dan

berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari kelompok, ras, etnik atau budaya lain.
Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan, merupakan
pengalaman baru, dengan kata lain berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat
populer dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia (Liliweri, 2011).
Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang ‘melayani’ hubungan
antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Sebuah komunikasi yang
melibatkan manusia pada waktu kemarin, kini dan mungkin pada masa yang akan datang
(Liliweri, 2011).
Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil
dari manusia. Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi
dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang
dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain (Liliweri, 2011).

2.2

Komunikasi Lintas Budaya
Pembicaraan tentang komunikasi lintas budaya tidak dapat dielakkan dari pengertian


kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep
yang tidak dapat dipisahkan. Definisi komunikasi lintas budaya yang paling sederhana adalah
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Sehingga komunikasi lintas budaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan (Liliweri, 2011)
sebagai berikut:
7
Universitas Sumatera Utara

1. Komunikasi lintas budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara
dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
2. Komunikasi lintas budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara
lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang
budaya.
3. Komunikasi lintas budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau
hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan
oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
4. Komunikasi lintas budaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan
tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.
5. Komunikasi lintas budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang
dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

6. Komunikasi lintas budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang
melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
7. Komunikasi lintas budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau
perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian
informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau
tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.

2.2.1

Asumsi-asumsi Komunikasi Lintas Budaya
Asumsi sebuah teori komunikasi lintas budaya merupakan seperangkat pernyataan yang

menggambarkan sebuah lingkungan yang valid tempat dimana teori-teori komunikasi lintas

8
Universitas Sumatera Utara

budaya itu dapat diterapkan. Dalam rangka memahami kajian komunikasi lintas budaya maka
dikenal beberapa asumsi (Liliweri, 2011), yaitu:

a) Komunikasi lintas budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi
antara komunikator dengan komunikan.
b) Dalam komunikasi lintas budaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
c) Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
d) Komunikasi lintas budaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
e) Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
f) Efektivitas antar budaya merupakan tujuan komunikasi lintas budaya

2.2.2

Elemen-elemen Proses Komunikasi Lintas Budaya
Elemen-elemen komunikasi lintas budaya (Liliweri, 2011) terdiri dari:
a) Manusia (people): pengirim (sender) dan penerima (receiver atau audience)
b) Pesan/simbol (messages)
c) Saluran (Channels) atau media meliputi formal dan informal
d) Gangguan (Noise atau Barriers)
e) Konteks (context) atau setting
f) Umpan balik (Feedback)
g) Efek (Effect) atau Pengaruh


2.2.3

Prinsip Komunikasi Lintas Budaya
Ada beberapa prinsip komunikasi lintas budaya yang sangat penting (Samovar, et.al.,

2010), yaitu:
9
Universitas Sumatera Utara

a) Komunikasi adalah sebuah proses yang dinamis, artinya: pertama semua elemennya
secara konstan berinteraksi dan mempengaruhi sesamanya, kedua pengiriman dan
penerimaan pesan melibatkan sejumlah variabel penting yang bekerja dalam satu waktu
yang bersamaan, ketiga proses yang dinamis komunikasi.
b) Komunikasi merupakan simbol karena berupa ekspresi yang mewakili atau menandakan
sesuatu hal yang lain. Salah satu karakteristik simbol adalah bahwa simbol itu tidak
mempunyai hubungan langsung dengan apa yang diwakilinya, sehingga dapat berubahubah. Simbol dapat dalam bentuk suara, tanda pada kertas, gerakan dan lain-lain. Suatu
simbol menjadi simbol ketika sejumlah orang sepakat menjadikannya suatu simbol.
c) Komunikasi merupakan kontekstual karena komunikasi terjadi secara terisolasi atau
kosong, tetapi merupakan bagian dari sistem yang besar yang terdiri atas berbagai macam
unsur yang perlu untuk dipertimbangkan. Elemen-elemen komunikasi kontekstual adalah

1) konteks budaya, komunikasi dipengaruhi lingkup budaya dimana komunikasi itu
terjadi, 2) konteks lingkungan dimana orang tidak bertindak dengan cara yang sama di
setiap lingkungan, 3) kesempatan mengatur tingkah laku seseorang, 4) waktu dimana
setiap tindakan terjadi dalam rangkain ruang dan waktu dan jumlah waktu yang
diberikan, 5) jumlah orang berkomunikasi juga mempengaruhi alur komunikasi.
d) Komunikasi merupakan refleksi diri karena manusia memiliki kemampuan untuk
memikirkan diri sendiri, teman mereka berkomunikasi, pesan-pesan mereka dan akibat
potensial dari pesan itu, semua dalam waktu yang sama.
e) Kita belajar untuk berkomunikasi, kemampuan berkomunikasi merupakan hubungan
yang saling mempengaruhi antara apa yang ada dalam gen kita dan apa yang kita pelajari
tentang komunikasi selama hidup.

10
Universitas Sumatera Utara

f) Komunikasi memiliki konsekwensi, kegiatan mengirim dan menerima simbol
mempengaruhi semua orang yang terlibat di dalamnya, dengan kata lain semua pesan
kita, dalam batasan tertentu, berakibat pada orang lain (demikian juga pada kita).

2.2.4


Fungsi Komunikasi Lintas Budaya
Ada beberapa fungsi komunikasi (Samovar, et.al., 2010), yaitu:

a) Komunikasi memungkinkan untuk mengumpulkan informasi tentang orang lain.
Pengalaman pribadi akan memberitahu bahwa ketika bertemu seseorang untuk pertama
kalinya, maka akan langsung mulai untuk mengumpulkan informasi tentang orang
tersebut. Ada dua tujuan dari hal ini, pertama informasi yang didapatkan memungkinkan
untuk belajar tentang orang lain, kedua informasi yang diperoleh membantu untuk
menentukan cara memperkenalkan diri kepada orang lain. Penilaian ini akan
mempengaruhi dalam pemilihan topik pembicaraan serta dalam memutuskan apakah
akan melanjutkan atau mengakhiri pembicaraan.
b) Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal.
Melalui suatu percakapan akan diperoleh suatu kenyamanan, kehangatan, persahabatan
dan bahkan pelarian. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
sosial. Hubungan dengan orang lain akan mengalami perasaan diterima, disayang dan
bahkan diatur. Walaupun cara menyatakan perasaan dan emosi berbeda dalam setiap
budaya, semua orang, secara alamiah atau melalui ajaran, memiliki kebutuhan akan
komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
c) Komunikasi membentuk identitas pribadi


11
Universitas Sumatera Utara

Komunikasi lebih dari sekedar menolong untuk mengumpulkan informasi atau untuk
memenuhi kebutuhan interpersonal. Komunikasi juga berperan dalam menentukan dan
menjelaskan identitas anda baik secara pribadi, kelompok maupun suatu identitas budaya,
interaksi dengan yang lain menentukan siapa anda, dimana tempat anda dan dimana anda
harus setia. Identitas merupakan hal yang penting dalam komunikasi lintas budaya.
d) Komunikasi mempengaruhi orang lain
Fungsi yang terakhir ini menandakan bahwa suatu komunikasi untuk mengirim pesan
verbal maupun non-verbal dapat membentuk tingkah laku orang lain.

2.2.5

Faktor –faktor Personal yang Mempengaruhi Komunikasi Lintas Budaya
Beberapa faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi lintas budaya (Liliweri,

2011) antara lain:
1. Faktor-faktor Psikologis.

Pembicaraan tentang faktor-faktor personal selalu dikaitkan dengan faktor-faktor
psikologis, seperti persepsi, memori dan motivasi. Faktor-faktor psikologis itu bisa
muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respon terhadap stimulus
yang datang dari luar diri. Pada saat anda berbicara dengan orang lain maka bisa muncul
pertanyaan, mangapa ada orang berhasil berkomunikasi namun orang lain gagal
berkomunikasi. Perbedaan keberhasilan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat
personal.
1.1 Konsep diri dan persepsi diri.
Apa yang disebut “konsep diri” merupakan kesimpulan yang anda tarik tentang diri
anda sendiri. Konsep diri itu timbul karena anda bertanya tentang diri anda yang
12
Universitas Sumatera Utara

sebenarnya, reaksi anda pada diri sendiri seperti pada waktu anda melihat wajah anda
di cermin. Persepsi adalah bagaimana anda menilai diri sendiri sebagai orang
berharga (self esteem) lalu bagaimana anda melihat orang lain dan dunia sekeliling.
Dimensi-dimensi psikologis dari persepsi antara lain:
a) Attention
Attention


atau

perhatian

merupakan

kemampuan

untuk

berkonsentrasi,

kemampuan ini merupakan salah satu variabel psikologis yang penting yang
mempengaruhi komunikasi. Ketika ada stimulus atau pesan sebagai masukan dari
luar maka syaraf-syaraf sensories akan mengarahkan kita untuk secara sadar
memperhatikan stimulus itu.
b) Selective Processes
Secara umum setiap individu melewati sebuah proses untuk menentukan
perhatiannya pada pesan yang familiar dengan dia, namun patut diingat bahwa
kemampuan setiap individu tidaklah sama, hanya orang-orang dengan tingkat

perhatian yang tinggi saja yang mungkin akan tertarik terhadap begitu banyak
masukan dari luar. Setip individu mempunyai mekanisme untuk memproses
secara selektif berbagai pesan yang datang dari luar, proses itu disebut selective
processes.
Ada beberapa proses selektif yaitu:
1) Selective Perception
Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah fakta bahwa
segala sesuatu tidak selalu diterima dengan cara yang sama oleh individu-

13
Universitas Sumatera Utara

individu yang berbeda pada kesempatan yang berbeda-beda pula. Individu
hanya akan memilih sesuatu yang menarik untuk dipersepsi.
2) Selective Attention
Perhatian atau atensi selektif terjadi ketika berlangsungnya proses persepsi.
Ditemukan bahwa ada perbedaan kemampuan dari setiap individu untuk
berkonsentrasi terhadap pesan yang dia terima. Hal ini dipengaruhi oleh
variabel-variabel psikologis yang mempengaruhi persepsi.
3) Selective Exposure
Selective

exposure

merupakan

kecendrungan

setiap

individu

untuk

menyatakan dirinya (menerima atau menolak) pesan yang kongruens dengan
variabel psikologis yang mendorongnya untuk mendekati atau menjauhi pesan
itu.
4) Selective Retention
Seperti pada persepsi selektif, perhatian selektif dan pernyataan reaksi selektif
maka selective retention merefleksikan dampak dari pengalaman individu
pada masa yang lalu yang mendorongnya membuat preferensi terhadap
informasi yang menerpanya.
1.2 Memori jangka panjang dan pendek.
Memori membuat integrasi atas pelbagai informasi yang baru diterima seorang ke
dalam pola-pola skema yang mungkin atau yang sudah eksis dalam otak anda lalu
membiarkan anda menghubungkannya dengan makna-makna dari simbol tertentu.
Kemapuan individu untuk menyimpan informasi ada dua STM (short term memory)
dan LTM (long term memory), sehingga ada orang yang mampu mengingat dan

14
Universitas Sumatera Utara

mengolah serta mungkin mampu mendeskripsi begitu banyak hal dengan cepat, baik
dan benar dan sebaliknya ada orang yang daya ingatnya sangat terbatas sehingga
memiliki kemapuan yang sangat rendah untuk mengingat kembali informasi yang
pernah diterima (Liliweri, 2011).
1.3 Motivasi berkomunikasi.
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri yang diarahkan menuju ke suatu
sasaran yang mempunyai daya tarik karena sesuatu itu harus dicari atau dituju untuk
memenuhi kebutuhannya. Komunikasi merupakan sebuah tujuan yang bersifat
purposive atau tertentu bagi pemenuhan sebuah kebutuhan (Liliweri, 2011).
a) Kebutuhan fisiologis dan fisik
b) Kebutuhan sosiologis
c) Kebutuhan psikologis
d) Kebutuhan kognitif
e) Kebutuhan afektif
f) Kebutuhan akan integrasi personal
g) Kebutuhan akan integrasi sosial
h) Kebutuhan meredakan ketegangan
2. Faktor personal sebagai identitas diri (Liliweri, 2011)
2.1 Identitas merujuk pada asal usul
Dalam praktek komunikasi, identitas sering memberikan tidak saja makna tentang
pribadi seseorang tetapi juga ciri khas sebuah kebudayaan yang melatar belakanginya,
dari ciri khas itulah kita mungkin dapat mengungkapkan keberadaan orang itu.

15
Universitas Sumatera Utara

Pengertian identitas pada tatanan hubungan antar manusia akan mengantar kita
memahami sesuatu yang lebih konseptual, bagaimana meletakkan seorang ke dalam
tempat orang lain (komunikasi yang empati), membagi (to share) pikiran, perasaan,
masalah, rasa simpatik dan lain-lain dalam sebuah proses komunikasi lintas budaya.
2.2 Memahami Identitas Budaya Keseharian
Tatkala kita berkomunikasi dengan orang yang berasal dari kebudayaan lain, kita
sangat membutuhkan pengetahuan yang jelas tentang identitas mereka.
Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang
dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya ketika dibandingkan
dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.
Tiga bentuk identitas (Liliweri, 2011):
a) Identitas budaya, merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu
merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu.
b) Identitas sosial, terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu kelompok
kebudayaan. Identitas yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan
dalam jangka waktu yang lama.
c) Identitas pribadi, didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang

2.2.6

Efektifitas Komunikasi Lintas Budaya
Ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap keefektifan komunikasi lintas budaya,

yaitu (1) variabel kognitif dan (2) variabel gaya pribadi (Liliweri, 2011).
a) Variabel Kognitif

16
Universitas Sumatera Utara

Efektivitas komunikasi lintas budaya umumnya dan perilaku antar budaya khususnya
ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan pikiran yang membentuk konsep antar
budaya.
b) Variabel Gaya Pribadi
Perilaku yang berdasarkan gaya pribadi sering disebut orientasi diri (self-oriented). Studi
self-oriented itu mengacu pada komunikasi lintas budaya yang berdasarkan orientasi diri
dapat mengubah efektivitas komunikasi menjadi komunikasi yang disfungsional.
Komunikasi lintas budaya yang disfungsional itu disebabkan orang terlalu menampilkan
self-orinted yang berlebihan sehingga orang itu menjadi congkak dan menunjukkan
gagasan yang tidak menarik atau membosankan, diantaranya adalah:
1. Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu
kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang
unggul. Apabila perasaan ini muncul maka dia sangat berpengaruh terhadap
komunikasi lintas budaya.
2. Toleransi, sikap mendua dan keluwesan, dalam proses komunikasi lintas budaya
sering sekali orang kurang mampu bereaksi terhadap sebuah situasi baru atau
situasi yang mendua. Hal ini sekaligus merupakan hambatan efektivitas
komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya mengandung sifat mendua,
karena kita menghadapi dua ketidakpastian kebudayaan, yakni kebudayaan
sendiri maupun kebudayaan orang lain.
3. Empati, kemampuan untuk berkomunikasi lintas budaya tergantung pada cara
anda meletakkan diri dalam kerangka sikap orang lain. Tindakan empati di awal

17
Universitas Sumatera Utara

komunikasi lintas budaya dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara
aktif dan akurat.
4. Keterbukaan
Keterbukaan pribadi (self disclosure) dan keluwesan pribadi (self flexibility)
merupakan faktor penting untuk menciptakan relasi antarpribadi yang maksimum.
Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri
seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui
informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara
5. Kompleksitas kognitif, mengacu kepada kemapuan pribadi untuk mengetahui, dan
memahami orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa kompleksitas
kognitif

individu

membuat

seorang

semakin

akurat

menentukan

dan

mengembangkan kesan terhadap orang lain.
6. Kenyamanan antarpribadi
Apabila anda merasa tidak nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dengan relasi
antarpribadi dalam kebudayaan anda, maka anda pun merasa tidak lebih nyaman,
tidak tenang dan tidak percaya dalam kebudayaan yang berbeda dengan anda.
7. Kontrol Pribadi
Efektivitas komunikasi lintas budaya sangat tergantung pada sejauh mana anda
mengontrol pribadi terhadap lingkungan sekitar.
8. Kemampuan Inovasi
9. Harga Diri, betapa sering ketika seorang komunikator berkomunikasi dengan
seorang komunikan dari suatu kebudayaan lain maka komunikator berada dalam
keadaan ambigu.

18
Universitas Sumatera Utara

10. Keprihatinan dan kecemasan komunikasi
c) Variabel-variabel lain yang turut mempengaruhi efektivitas komunikasi lintas budaya
adalah komunikasi antarpribadi, keramahtamahan, motivasi akulturasi, umur, pekerjaan,
keanggotaan dalam suatu organisasi, kemampuan berbahasa.

2.3

Strategi Pemulihan Komunikasi Lintas Budaya
Paling tidak ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang harus diketahui dalam proses
komunikasi lintas budaya (Liliweri, 2011), yakni agar kita berhasil melaksanakan tugastugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda, agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana lintas
budaya, dan terakhir agar tercapai penyesuaian antar pribadi.
Bagaimana anda bisa tampil secara baik dalam konteks lintas budaya (Liliweri, 2011)
adalah:
a) Anggaplah beban komunikasi yang sedang anda lakukan itu adalah milik anda.
Banyak orang seringkali merasa bahwa komunikasi yang mereka lakukan merupakan
beban yang harus dipikul bersama-sama, itulah yang membuat kita seolah-olah
merasa sukar berkomunikasi dengan sesama. Oleh karena itu maka upayakan agar
kita dapat menemukan dan menikmati kreativitas sehingga dapat memecahkan
masalah bersama.
b) Cobalah untuk melihat kondisi tampilan luar, misalnya pakaian karena banyak di
antara kita cenderung memulai proses hubungan antarpribadi karena melihat aspek
luar.
c) Pandai-pandailah melihat variasi komunikasi yang dibangun oleh persepsi kelompok,
keluarga, kawan, media yang meneruskan informasi yang mempengaruhi kita.
19
Universitas Sumatera Utara

d) Temukan langkah atau cara-cara berkomunikasi yang mempengaruhi isi yang
kemudian mempengaruhi hubungan.
e) Batasilah pandangan, perasaan dan bahkan kebudayaan anda dari perasaan asing ke
dalam perasaan kolektif atau kebersamaan.
f) Jadilah orang yang bersikap tegas, sesuai dengan kebiasaan anda, atau jika diperlukan
turutilah kehendak maupun empati pada lawan bicara.
g) Hindari dominasi anda dalam percakapan, dengarkan sewaktu anda berkomunikasi
dengan kelompok.
h) Ungkapkan pesan-pesan verbal dan non verbal anda secara konsisten. Kerapkali
komunikasi lintas budaya mengalami kegagalan hanya karena dua pihak kurang atau
sama sekali tidak memahami pesan-pesan verbal (terutama non verbal) lintas budaya.

2.4

Kemampuan Bekerja dalam Tim

2.4.1

Pengertian Kemampuan Bekerja dalam Tim
Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan munculnya sinergi

pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang disebut tim. Kerja tim
merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu
organisasi. Kerja tim dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara
bagian-bagian perusahaan. Biasanya kerja tim beranggotakan orang-orang yang memiliki
perbedaan keahlian dan latar belakang sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan
perusahaan (Tracy, 2006).
Pernyataan di atas diperkuat (Dewi, 2007), kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja
dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orangorang yang memiliki latar belakang dan keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk
20
Universitas Sumatera Utara

bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk
mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan kerja tim
diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.
Proses kerja dalam tim perlu dikelola dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan
kepemimpinan. Kepemimpinan sangat mendukung keberhasilan dalam kerja tim, sebab
peranannya dapat menyatukan misi dan mendorong interaksi antar anggota agar lebih
berkontribusi dengan maksimal. Pimpinan tim yang efektif mendorong timnya agar lebih
berkinerja. Pimpinan harus mampu mengelola perbedaan kemampuan, bakat dan keahlian
anggotanya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Durbin, 2005).
Keberhasilan pimpinan dalam tim akan lebih meningkat produktivitas anggotanya,
dengan menetapkan kondisi orang bersedia memberikan yang terbaik dari diri mereka. Oleh
karena itu pimpinan dan anggota tim harus bekerja secara sinergis agar terwujud kerjasama tim
(West, 2002).

2.4.2

Elemen-elemen Membangun Kerjasama Tim
West (2002) merinci ada 4 (empat) elemen dalam membangun kerjasama tim, yaitu:
1. Tim hendaknya mempunyai tugas-tugas yang menarik secara intrinsik agar berhasil.
Anggota tim akan bekerja lebih keras jika tugas-tugas yang harus dikerjakannya
secara intrinsik menarik minat, memotivasi, menantang, dan menyenangkan.
2. Individu seharusnya merasa dirinya penting bagi nasib kelompok. Hal yang akan
menjadikan anggota tim bahwa kerjanya sangat penting bagi kelangsungan nasib
kelompoknya adalah melalui penggunaan teknik penjelasan peran (role clarification)
dan negosiasi (negotiation).
21
Universitas Sumatera Utara

3. Kontribusi individual seharusnya sangat diperlukan, unik, dan teruji. Dampak
keengganan sosial sangat berkurang pada anggota tim yang merasa kerja mereka
bermanfaat bagi keberhasilan tim secara menyeluruh.
4. Seharusnya ada tujuan tim yang jelas dengan umpan balik kinerja yang tetap. Penting
bagi para individu mempunyai tujuan yang jelas dan umpan balik kinerja
(performance feedback) yang sama pentingnya bagi tim secara keseluruhan. Tujuan
dapat berfungsi sebagai motivator keberhasilan tim jika umpan balik kinerja tercapai
secara akurat.

2.4.3

Indikator-indikator Kerjasama Tim
Berdasarkan perspektif individu, dengan masuknya individu tersebut ke dalam suatu

kelompok, maka hal tersebut akan menambah semangat juang/motivasi untuk mencapai suatu
prestasi yang mungkin tidak akan pernah dapat dicapai seorang diri oleh individu tersebut. Hal
ini dapat terjadi karena tim mendorong setiap anggotanya untuk memiliki wewenang dan
tanggung jawab sehingga meningkatkan harga diri setiap orang. Keberadaan seseorang akan
lebih bernilai apabila ia dapat memberi kontribusi pada tim, dan anggota tim juga menghargai
kontribusinya berupa tenaga dan pikirannya (West, 2002).
West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja tim yang efektif dengan alat ukurnya
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian
tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.
2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan
terciptanya kerja sama.

22
Universitas Sumatera Utara

3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan masingmasing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas.

2.5

Kinerja Perusahaan

2.5.1

Pengertian Kinerja
Mulyadi (2007) menyatakan bahwa kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit

organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan.

2.5.2

Pengukuran Kinerja Perusahaan
Sebuah sistem pengukuran kinerja memungkinkan keputusan yang diinformasikan untuk

dibuat dan tindakan untuk diambil karena ini mengkuantifikasikan efisiensi dan efektivitas dari
tindakan melalui akuisisi, pembandingan, penyortasian, analisis, dan interpretasi dari data yang
layak (Neely, at.al,. 2002).
a) Akuisisi data, merupakan proses mengumpulkan fakta-fakta yang masih mentah.
b) Pembandingan data, merupakan proses mengkompilasikan fakta-fakta mentah ke dalam
satu set data tunggal yang terintegrasi.
c) Penyortasian data, merupakan proses menentukan fakta individual di satu set data ke
dalam kategori yang bermakna sehingga data dapat dianalisis.
d) Analisis data, merupakan proses mencari pola yang ada dalam satu set data yang telah
disortasi.
e) Interpretasi data, merupakan proses menjelaskan implikasi dari banyak pola yang
teridentifikasi dalam satu set data yang telah tersortasi.
23
Universitas Sumatera Utara

2.5.3

Syarat-syarat Pengukuran Kinerja
Veithzal Rivai, et. al., (2008) mengungkapkan beberapa syarat sebuah pengukuran

kinerja perusahaan dikatakan berkualitas, yaitu:
1) Input (potensi)
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,
program, dan aktivitas (Mardiasmo, 2009). Input yang dimaksud sebagai syarat
pengukuran kinerja yang berkualitas tersebut diperoleh dengan menjawab pertanyaanpertanyaan sebagai berikut.
a) Who?
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui siapa sajakah pihak yang harus dinilai
dan siapakah pula pihak yang akan melakukan pengukuran terhadap kinerja perusahaan
tersebut.
b) What?
Pertanyaan ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan objek atau materi
yang dinilai, antar lain meliputi hasil kerja, kemampuan sikap, motivasi kerja. Selain itu,
pertanyaan ini juga mencakup dimensi waktu yang menunjukkan kinerja yang dicapai
pada saat ini (current performance), dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu
yang akan datang.
c) Why?
Pertanyaan ini untuk menjelaskan mengenai tujuan dari pengukuran kinerja itu
sendiri, yang meliputi empat hal berikut.
(1) memelihara potensi kerja; (2) menentukan kebutuhan pelatihan; (3) dasar untuk
pengembangan karir; (4) dasar untuk promosi jabatan.

24
Universitas Sumatera Utara

d) When?
Pertanyaan ini merujuk pada waktu pelaksanaan pengukuran kinerja itu sendiri.
Waktu pengukuran kinerja ini bisa dilakukan secara periodik seperti setiap bulan,
triwulan, atau setiap tahun, bisa juga dilakukan secara terus menerus pada setiap hari
kerja.
e) Where?
Pertanyaan ini merujuk pada di manakah akan dilakukan pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja pada dasarnya dapat dilakukan di tempat kerja atau perusahaan itu
sendiri, bisa pula di luar perusahaan, yaitu melalui konsultan.
f) How?
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui metode apa yang dipilih perusahaan
untuk melakukan pengukuran kinerja.
2) Process (pelaksanaan)
Dalam fase pelaksanaan ini perlu dilakukan konsultasi dengan sebanyak mungkin
individu dan kelompok untuk menjamin seluruh aspek dari pengukuran telah terhubung
sehingga dapat berjalan dengan baik. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan
briefing (penjelasan singkat) ataupun dengan pelatihan.
3) Output (hasil)
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan
(Mardiasmo, 2009). Agar pengukuran kinerja perusahaan yang dilakukan berkualitas,
maka syarat selanjutnya yang harus dipenuhi adalah mengenai output dari pengukuran
kinerja itu sendiri, antara lain yaitu kejelasan hasil penilaian dan keberhasilan pengukuran
kinerja sebagai peningkat kualitas kinerja.

25
Universitas Sumatera Utara

2.5.4

Unsur-unsur dalam Pengukuran Kinerja
Veithzal Rivai, et. al., (2008) mendeskripsikan beberapa unsur kunci dalam pengukuran

kinerja perusahaan sebagai berikut:
1) Pendefinisian misi, penetapan tujuan dan sasaran-sasaran perusahaan.
Ketiga hal tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karena penetapan tujuan
merupakan pengembangan dari pernyataan misi yang berisi kebijakan jangka panjang dan
jangka pendek yang akan dilakukan dalam upaya mencapai suatu sasaran tertentu.
2) Penetapan rencana strategis dan kebijakan operasional perusahaan.
Perencanaan strategis membantu pengambilan keputusan untuk memilih secara rasional di
antara berbagai kemungkinan, sumber daya yang harus dialokasikan, sejalan dengan tujuan
dan sasaran, serta hasil yang diharapkan dari perusahaan bersangkutan. Di sisi lain, penetapan
kebijakan operasional merupakan bagian dari penetapan strategi untuk mencapai tujuan dan
sasaran.
3) Penetapan dan pengembangan indikator-indikator kinerja.
Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur. Indikator kinerja ini
disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dan harus dapat
menggambarkan tingkat keberhasilan pencapaiannya.
4) Pengukuran kinerja dan penilaian hasil pengukuran.
Indikator-indikator yang telah ditetapkan kemudian diterapkan untuk mengukur kinerja
perusahaan menggunakan data aktual perusahaan.
5) Pelaporan hasil secara formal.
Pelaporan hasil kinerja ini dapat berfungsi sebagai pertanggungjawaban atas hasil yang

26
Universitas Sumatera Utara

dicapai dan juga sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan kinerja di masa yang akan
datang.
6) Penggunaan informasi kinerja.
Informasi kinerja ini dapat digunakan untuk mengetahui capaian kinerja pada periode tertentu
dan juga sebagai bahan acuan perbaikan untuk periode berikutnya.

2.5.5

Langkah-langkah Pengukuran Kinerja
Moeheriono (2012) menjelaskan mengenai beberapa tahap dalam pengukuran kinerja

perusahaan, yaitu:
1. Mendesain
Proses mendesain meliputi beberapa aktivitas, antara lain seperti menentukan model apa yang
dipilih termasuk kerangka kinerjanya hingga penentuan indikator kinerja utama. Indikator
tersebut harus dalam bentuk matrik yang dapat diukur dan dapat merepresentasikan tujuan
strategis dari organisasi.
2. Mengukur
Indikator-indikator yang telah ditentukan dalam tahap desain kemudian diterapkan untuk
mengukur kinerja perusahaan menggunakan data aktual perusahaan.
3. Mengevaluasi
Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan.
4. Menindaklanjuti
Hasil yang diperoleh pada tahap evaluasi kemudian ditindaklanjuti dengan menentukan
indikator-indikator mana saja yang menunjukkan kinerja yang sudah baik dan indikatorindikator mana saja yang masih menunjukkan kinerja yang buruk.
5. Mengevaluasi kembali
27
Universitas Sumatera Utara

Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kembali apakah sistem pengukuran kinerja yang telah
disusun dan diterapkan tersebut telah sesuai atau belum dengan kebutuhan perusahaan. Sistem
tersebut juga dievaluasi kembali apakah sudah dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya atau belum.

2.5.6

Indikator Pengukuran Kinerja
Dalam setiap proses pengukuran kinerja dibutuhkan suatu ukuran untuk mengetahui

tingkat keberhasilan atau capaian dari kinerja perusahaan tersebut.
Indikator pengukuran kinerja memiliki peran lain selain sebagai ukuran keberhasilan
dalam suatu perusahaan (Moeheriono, 2012), antara lain yaitu:
1) Sebagai indikator bagi karyawan untuk mengetahui di mana area karyawan tersebut
harus bekerja dan menghasilkan output sesuai dengan target yang telah ditentukan.
2) Sebagai alat komunikasi atasan dengan bawahan ataupun perusahaan ke seluruh lini
organisasi.
3) Sebagai media yang secara eksplisit menyatakan kemampuan proses yang harus
dicapai, sehingga target perusahaan juga tercapai.

2.5.7

Manfaat Pengukuran Kinerja
Veithzal Rivai, et. al., (2008) menjabarkan manfaat pengukuran kinerja untuk beberapa

pihak yang terlibat dalam pengukuran kinerja secara umum, antara lain yaitu:
1) Manfaat bagi karyawan
a) Meningkatkan motivasi
b) Meningkatkan kepuasan kerja
c) Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan mereka

28
Universitas Sumatera Utara

2) Manfaat bagi penilai (supervisor/ manajer/ direksi)
a) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasi kecenderungan kinerja
karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya
b) Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang pekerjaan
individu dan departemen yang lengkap
c) Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik untuk
pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.
3) Manfaat bagi perusahaan
a) Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, karena:
(1) Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan nilai
budaya perusahaan
(2) Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas
(3) Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan
keterampilan atau keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan dan
mengembangkan kemauan dan keterampilan karyawan.
b) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan oleh
masing-masing karyawan
c) Meningkatkan kualitas komunikasi.

29
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi dan Komitmen Karyawan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Permata Hijau Group (PHG) Cabang Sosa.

4 60 112

Komunikasi Lintas Budaya Dan Ketertarikan Wisatawan (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Pembentukan Persepsi Wisatawan Internasional Di Bukit Lawang)

4 69 123

Strategi Humas dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan)

1 52 119

Pengaruh Bauran Promosi Terhadap Keputusan Nasabah Untuk Menabung Di Bank Bri Cabang Medan Putri Hijau

2 52 97

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

0 0 12

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

0 0 1

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

0 0 6

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

0 0 2

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

1 4 34

Komunikasi Lintas Budaya Dan Ketertarikan Wisatawan (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Pembentukan Persepsi Wisatawan Internasional Di Bukit Lawang)

0 1 11