BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SMK Negeri 1 Klaten 4.1.1. Letak Sekolah SMK Negeri 1 Klaten terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo nomor 22 Klaten. SMK Negeri 1 Klaten

  terlatak Desa Sekarsuli RT : 02/05, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 57432, Nomor Telepon & Fax ( 0272 ) 321266 Fax (0272) 321567, dan E-Mail 4.1.2.

  Status Akreditasi Sekolah menurut kompetensi keahlian Tabel 1. Status Akreditasi Sekolah

  No Kompetensi Keahlian Nilai Mulai Tahun Berakhir Tahun

  1. Teknik Komputer Dan Jaringan (TKJ) A = 87,23 04-12 -2008 2013/2014

  2. Multimedia (MM) Dalam Proses

Akreditasi

  3. Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian (TP4)

  

Dalam Proses

Akreditasi

  

4. Akuntansi (AK) A = 90,13 07-11-2008 2013/2014

  5. Administrasi Perkantoran (AP) A = 90,37 07-11-2008 2013/2014

  

6. Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008 2013/2014

4.1.3. Jumlah Siswa Per Kelas dan Per kompetensi

  Keahlian Tabel 2.

  Jumlah Siswa

  Kompetensi Kelas I Kelas II Kelas III Keahlian No Juml Jml Juml Jml Juml Jml Jml Ruang Siswa Ruang Siswa Ruang Siswa

  1. TKJ 3 111 3 120 3 115 346

  2. MM

  2

  73

  2

  76

  2 71 220

  3. TP4

  2

  73

  2

  76

  2 63 212

  4. AK 4 148 4 159 4 157 464

  5. AP

  2

  72

  2

  79

  2 78 229

  6. PM

  2 72 - - - 72 -

  7. PS - -

  2

  78

  2 74 152

  1.695 JUMLAH 15 549 15 588 15 558 4.1.4.

  Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tabel 3.

  Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan

  Tenaga Pendidik No Jumlah Sertifikasi Jumlah Dan Kependidikan Sudah Belum

  1. Guru Normatif

  40

  18

  24

  2. Guru Adaptif

  33

  8

  24

  3. Guru Produktif

  43

  19

  24

  Tenaga Pendidik No Jumlah Sertifikasi Jumlah Dan Kependidikan Sudah Belum

  4. Guru BP/BK

  08

  5

  3 Tenaga Kependidikan 5.

  29

  • Jumlah 153

  29

  50 103 4.2.

   Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten 4.2.1. Faktor Komunikasi

  Komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan pemikiran dan perasaan, harapan atau pengalaman kepada orang lain. Komunikasi dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten dapat dilihat dari beberapa unsur, yaitu penyampai pesan, isi pesan, dan perubahan setelah menerima pesan. Kemampuan penyampai pesan dalam menyampaikan pesan sangat menentukan dalam proses komunikasi, sebab dari kemampuan tersebut akan ditransmisikan kepada sasaran atau penerima pesan.

  Penyampai pesan dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah yang terdiri dari bagian kurikulum (WKS1), kesiswaan (WKS2), hubungan masyarakat (WKS3) dan sarana dan prasarana (WKS4). Kepala sekolah dan keempat wakil kepala sekolah tersebut mempunyai tugas dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten.

  Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa pesan tentang implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten telah disampaikan oleh kepala sekolah dalam forum koordinansi pimpinan dan staf guru & karyawan pada haris Senin, 20 Desember 2010. Disampaikan juga oleh petugas dari Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, yaitu Bp. Drs. Wahono, M.Pd. pada rapat guru dan karyawan di SMK negeri 1 Klaten. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa wakil kepala sekolah bagian kesiswaan juga pernah melakukan sosialisasi tentang implementasi pendidikan karakter pada upacara bendera tanggal 29 Desember 2012. Sedangkan wakil kepala sekolah bidang kurikulum pernah menyampaikan sosialisasi tentang pendidikan karakter pada saat pertemuan rapat-rapat di SMKN 1 Klaten, dan saat upacara apel Korpri setiap tanggal 17.

  Isi pesan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah memang tentang implementasi pendidikan karakter, namun keutuhan, kelengkapan dan sistematika penyampaian kurang sempurna sehingga kualitas komunikasi menjadi kurang mengena ke tujuan.

  Informasi tentang implementasi pendidikan karakter memang disampaikan namun bagaimana teknik pelaksanaannya tidak ada aturan tertulis yang memantapkan kebijakan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh guru PAI SMK Negeri 1 Klaten sbb:

  “……memang dalam setiap rapat-rapat selalu disinggung oleh kepala sekolah bahwa semua guru diminta untuk menanamkan karakter kepada anak baik melalui pelajaran maupun contoh perilaku guru, tetapi guru belum pernah diberi aturan yang jelas tentang pelaksanaan pendidikan karakter tersebut” (wawancara Jumat, 11 April 2014). Guru matematika jurusan Teknologi Informasi (TI) SMKN 1 Klaten juga mengatakan tentang isi pesan pendidikan karakter:

  “Penyampaian informasi mengenai implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi belum secara maksimal sebab ketika menyampaikan informasi tersebut, kepala sekolah dan wakilnya hanya sekedar berbicara saja, juga tidak menyertakan peraturan yang mengatur tentang implementasi kebijakan tersebut” (wawancara, Sabtu, 12 April 2014)

  Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Klaten dapat diketahui bahwa penyampaian pesan (proses komunikasi) berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter dilakukan secara informal. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum pernah ada pertemuan/rapat yang khusus membahas tentang implementasi pendidikan karakter. Penyampaian informasi tentang pendidikan karakter memang sering dilakukan tetapi waktunya masih bersamaan dengan kepentingan-kepentingan sekolah yang lain.

  Berdasarkan analisis peneliti, tingkat keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh adanya informasi yang disampaikan dan aturan yang mengatur pelaksanaan kebijakan tersebut sehingga penerima informasi paham apa yang diinginkan oleh kebijakan tersebut. Kejelasan informasi dapat menjadi patokan dalam implementasi suatu kebijakan publik. Kejelasan informasi hendaknya dipahami terlebih dahulu oleh pelaksana kebijakan baru disampaikan kepada sasaran kebijakan. Dalam kenyataannya dapat dijelaskan bahwa kejelasan penyampaian kebijakan tentang implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten belum dapat dipahami secara tuntas oleh guru dan karyawan. Seperti yang dikemukakan guru matematika SMK Negeri 1 Klaten berikut:

  “Penjelasan tentang implementasi hanya secara garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru yang tidak melaksanakan penanaman karakter kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di lingkungan sekolah” (wawancara Sabtu, 12 April 2014). Pelaksanaan suatu kebijakan harus didasarkan pada peraturan-peraturan yang ditentukan, karena peraturan tersebut akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan dalam bertindak sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penyampaian informasi tentang implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi belum konsisten. Penyampai informasi belum menunjukkan aturan yang tegas tentang implementasi pendidikan karakter, juga belum dilakukan pengecekan/kroscek ke lapangan (KBM) apakah guru benar-benar menanamkan karakter kepada siswa, dan mengamati apakah karyawan membimbing siswa untuk menjadi berkarakter atau tidak. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan peneliti bahwa belum semua guru di SMK Negeri 1 Klaten menanamkan nilai-nilai karakter selama 3

  • 5 menit ketika mengajar, masih ada beberapa guru yang hanya mengajar materi yang mereka ampu saja, tanpa menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Ketika peneliti bertanya alasannya mengapa tidak menanamkan karakter, sebagian besar mengatakan menghabiskan waktu yang seharusnya untuk materi pelajaran, lebih baik untuk mengajarkan materi saja.

4.2.2. Faktor Sumber Daya

  Untuk menunjang keberhasilan implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, sumber- sumber kebijakan patut diperhatikan sehingga dapat memperlancar implementasi yang efektif.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan karakter diperoleh keterangan bahwa para petugas penyampai kebijakan (wakil kepala sekolah) masih kurang konsisten dalam melakukan pengawasan terhadap guru dan karyawan berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter. Artinya belum dilakukan kegiatan khusus oleh wakil kepala sekolah untuk mengecek pelaksanaan pendidikan karakter di lapangan (kelas atau di lingkungan sekolah) seperti yang dikemukakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berikut.

  ”Selama ini kontrol pelaksanaan pendidikan karakter baru sampai pada cek administrasi kelengkapan mengajar guru, seperti silabus berkarakter, RPP berkarakter. Kami merasa belum perlu melakukan cek langsung karena: (1) kami yakin ketika mengajar di kelas, bapak ibu guru telah mengimplementasikan pendidikan karakter seperti yang direncanakan pada RPP, (2) mengingat banyaknya guru yang ada di SMK Negeri 1 Klaten, yaitu 124 orang sangat sulit menentukan waktu untuk observasi ke dalam kelas”. (Wawancara Kamis, 10 April 2014).

  Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di SMK Negeri 1 Klaten, memang para guru mengakui bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter kepada anak belum dilaksanakan secara maksimal. Alasan mereka karena tidak ada pengarahan khusus implementasi pendidikan karakter, kontrol langsung maupun teguran dari atasan juga tidak ada, sehingga pelaksanaannya sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan guru. Salah satu guru produktif mengatakan bahwa materi produktif tidak akan selesai kalau setiap masuk kelas harus menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak.

  ”Untuk saya bu, sebagai guru produktif kalau setiap masuk kelas harus menanamkan nilai-nilai karakter kok eman-eman waktunya, sebab materi produktif yang harus diberikan kepada anak itu cakupannya luas. Jadi untuk penanaman nilai lebih baik diserahkan kepada guru PKn atau guru agama saja”. (wawancara Jumat, 11 April 2014. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat dijelaskan bahwa sudah ada beberapa petugas pelaksana implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten sudah menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Di sisi lain terlihat pula bahwa kemampuan atau kompetensi yang menunjang bagi para petugas pelaksana implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten belum dimaksimalkan. Hal ini terlihat dari masih ada beberapa guru yang ketika mengajar di kelas hanya membahas materi tanpa menyisihkan waktu untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Masih terlihat juga karyawan SMK Negeri 1 Klaten yang tidak peduli ketika dijalan berpapasan dengan siswa yang minum atau makan sambil berjalan, membuang sampah bekas makanan sembarangan. Mereka melihat perilaku anak-anak seperti itu tidak ditegur malah didiamkan saja.

  Menurut analisis peneliti, pada dasarnya semua petugas yang terlibat dalam implementasi pendidikan karakter (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan) mempunyai kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Pada kenyataannya ada guru yang menyampaikan nilai-nilai karakter kepada anak, tetapi ada juga guru yang dengan berbagai alasan mereka sendiri, mereka menjadi tidak menyampaikan tugas tersebut.

  Selain sumber daya manusia, dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata sumber informasi masih kurang memadai. Informasi mengenai pelaksaaan pendidikan karakter diterima oleh para pelaksana kebijakan baru sebatas perintah lisan dari rapat, dari adanya workshop atau dari kesempatan- kesempatan lain. Untuk informasi (petunjuk) yang sifatnya tertulis sampai sekarang belum ada. Hal itu juga yang menyebabkan belum terlaksananya implementasi pendidikan karakter dengan baik di SMK Negei 1 Klaten. Salah satu guru adaptif mengatakan:

  ”Kenapa harus repot-repot bu, wong saya belum pernah membaca sumber tertulis untuk implementasi pendidikan karakter. Jadi saya tidak takut jika tidak menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak sebab tidak ada sanksi yang menakutkan buat saya. Dan memang selama ini tidak ada sanksi bagi guru yang tidak mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada anak”. (Wawancara Sabtu, 12 April 2014) 4.2.3.

   Faktor Kecenderungan

  Disposisi merupakan komitmen, keinginan, atau kesepakatan bersama semua guru bidang studi untuk menyampaikan pendidikan karakter bagi siswa sehingga dapat dilakukan pada setiap pembelajaran dengan nilai- nilai karakter yang sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini tidak semua dapat melakukan seperti apa yang telah menjadi kebijakan sekolah, antara lain disebabkan kerena kecenderungan bagi masing-masing guru selalu beranggapan bahwa pendidikan karakter tidak tepat jika mereka mengajar sambil menanamkan karakter kepada peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari pendapat salah satu guru produktif sebagai berikut:

  ”Pendidikan karakter kan yang paling strategis pada pembelajaran PPKn, Pendidikan Agama, dan Budi pekerti, sedangkan seperti lainnya kurang bisa diaplikasikan dalam pembelajaran, apalagi pada mata pelajaran produktif. Jadi materi pelajaran produktif kurang tepat, jika diselipkan sebenarnya juga bisa hanya masalahnya materi kurang sesuai dengan pesan yang disampaikan (pendidikan Karakter)” (Wawancara Jumat, 11 April 2014) Dari kutipan hasil wawancara di atas merupakan indikasi bahwa guru ada kecenderungan tidak mau dititipi pesan tersebut, padahal tidak selamanya harus sesuai dengan materi, tetapi melalui tindakan-tindakan secara tersiratpun juga telah menanamkan pendidikan karakter. Hanya karena ketidaktahuan guru saja, cara memahaminya kurang dalam, sehingga perilaku tindakan yang dapat mengarah pada pendidikan karakter misalnya: pada tahap awal pembelajaran siswa ditanya bagaimana PR-nya, sudah dikerjakan atau belum, setiap awal pembelajaran diawali doa, penyampaian materi tahap awal diperkenalkan, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sebenarnya telah menanamkan nilai-nilai karakter, antara lain nilai kedisiplinan, nilai religius, rasa ingin tahu, dan sebagainya. Sehingga dengan cara seperti itu siswa akan memiliki karakter dari apa yang biasa guru tanyakan dan tindakan ketika mengajar. Oleh karena itu, tindakan membudayakan sikap positif tanpa mengatakannya kepada siswa pun sebenarnya sudah bisa dikatakan menanamkan karakter.

  Ada kecenderungan sikap guru kurang kompak dalam melaksanakan kebijakan yang diambil di SMK Negeri 1 Klaten. Ada 114 guru yang bertanggungjawab terhadap pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten, jika ada kekompakan baik dalam pelaksanaan maupun penanganan terhadap nilai-nilai karakter di sekolah, maka ini menjadi modal besar terwujudnya sekolah yang berkarakter. Seperti kutipan hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Indonesia, guru Sejarah, dan siswa berikut ini:

  “Kekompakan dari pihak sekolah (Kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, guru, dan karyawan) dalam menanamkan karakter dan menangani anak yang melanggar nilai belum maksimal. Jumlah guru dan murid yang banyak juga menghambat penanaman karakter di SMK Negeri 1 Klaten” (Wawancara Senin, 14 April 2014). “Kurangnya fasilitas dan kekompakkan dalam menerapkan peraturan dan menangani apabila terjadi pelanggaran disiplin oleh siswa maupun guru” (wawancara Senin, 14 April 2014). “Kedisiplinan dan kekompakkan guru dalam menyampaikan nilai-nilai karakter dan menangani siswa yang menyimpang/melanggar. Kadang konsekuensi yang diterima siswa untuk pelanggaran yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda karena guru yang menanganinya berbeda. Dari pengamatan saya, ada juga beberapa guru yang tidak disiplin contohnya datang ke sekolah terlambat, masuk kelas terlambat, yang rambutnya panjang tidak dikucir, memakai seragam tidak sesuai jadwal” (Wawancara Selasa, 15 April 2014)

  Dari tiga kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan kecenderungan para pelaksana yang kurang kompak dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada siswa. Dalam hal ini kurang kompak terhadap dua hal, yaitu dalam menegakkan peraturan berkaitan dengan nilai-nilai karakter dan dalam menangangi pelanggaran.

  Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa kekompakkan antara pelaksana pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten belum maksimal. Hal ini terlihat dari adanya beberapa perbedaan perilaku guru dalam mengambil tindakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa yang lebih sering terlihat melaksanakan pendidikan karakter baik di dalam kelas/ruangan maupun di luar kelas adalah guru-guru yang tergabung dalam petugas STP2K (Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai polisi sekolah. Untuk guru yang lain, belum semuanya melaksanakan pendidikan karakter pada saat mengajar di kelas maupun di luar kelas. Dengan beberapa pernyataan baik dari guru maupun dari karyawan dapat ditarik suatu pengertian bahwa disposisi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen untuk melakukan implementasi pendidikan karakter.

  Menurut analisis peneliti dapat dijelaskan bahwa para pelaksana kebijakan di SMK Negeri 1 Klaten belum sepenuhnya menyadari tujuan implementasi pendidikan karakter. Apabila para pelaksana menyadari bahwa penanaman karakter tersebut pada masa yang akan datang bisa memunculkan generasi pemimpin bangsa yang religius, disiplin, demokratis, bertanggungjawab juga mempunyai kepedulian yang tinggi, maka pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan dengan efektif dan berhasil.

4.2.4. Faktor Struktur Birokrasi

  Di SMK Negeri 1 Klaten, sumber-sumber untuk implementasi suatu kebijakan cukup ada, para pelaksana juga sudah mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya walau belum sempurna, dan ada komitmen untuk melakukan kebijakan meskipun masih rendah. Implementasi pendidikan karakter belum efektif jika ada ketidaksempurnaan dalam struktur birokrasi. Faktor birokrasi sangat penting dalam implementasi pendidikan karakter, sebab birokrasi merupakan bagian dari kelembagaan yang memiliki potensial yang mengarah pada masing-masing pribadi orang dalam hal ini para pelaku contoh pendidikan karakter di sekolah.

  Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten tidak ada tim khusus yang menanganinya /mengelolanya. Pelaksanaannya disampaikan secara lisan oleh kepala sekolah bahwa penanaman karakter kepada siswa menjadi tanggungjawab semua guru dan karyawan baik melalui penyampaian materi di kelas maupun melalui keteladanan. Hal ini seperti dijelaskan oleh KTU dan guru matematika berikut ini.

  “Meskipun hanya dijelaskan secara lisan dan garis besarnya saja, namun cukup jelas untuk mengingatkan kembali tentang nilai-nilai karakter, nasionalisme dan jatidiri bangsa” (Wawancara Kamis, 10 April 2014) “Penjelasan tentang implementasi hanya secara garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru yang tidak melaksanakan penanaman karakter kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di lingkungan sekolah” (Wawancara Sabtu, 12 April 2014).

  Ya. Semua guru mata pelajaran diwajibkan untuk

  “

  menanamkan nilai-nilai karakter kepada kelas yang diajar seperti berdoa, kerjasama piket, kerapian baju, sepatu, kaos kaki” (Wawancara Senin, 14 April 2014). Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa yang ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah semua guru dengan cara menyelipkan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran mereka masing-masing. Penanaman karakter oleh guru- guru tersebut sebelumnya telah dicantumkan pada silabus dan RPP masing-masing kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.

  Berdasarkan pengamatan penulis, tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang pelaksanaan pendidikan karakter. Urutan nilai karakter mana yang akan disampaikan oleh guru juga tidak ada aturan khusus, semua tergantung pada guru masing-masing ketika mengajar. Setiap guru berpedoman pada silabus dan RPP yang telah dibuat, dimana pada silabus dan RPP tersebut sudah dicantumkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan guru. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu guru bahasa Indonesia berikut ini.

  “Iya. Ikut bu. Apa yang tercantum dalam RPP sebisa mungkin melaksanakan sesuai yang tertulis di dalam RPP. Misal pada RPP kita ingin mengembangkan karaker tanggung jawab dan disiplin, maka kalau guru memberikan PR ya harus ditanyakan PR nya sebagai wujud tanggungjawab siswa” (Wawancara, Senin, 14 April 2014)

  Berdasarkan pengamatan penulis terhadap silabus dan RPP yang menjadi pedoman guru dalam mengajar, terlihat dengan jelas pada silabus bagian akhir tertulis nilai-nilai karakter yang akan disampaikan kepada siswa. Begitu juga pada RPP masing-masing guru tertulis dengan jelas pada langkah-langkah pembelajaran terdapat kolom ”karakter yang dikembangkan”, pada kolom tersebut dituliskan nilai karakter yang akan disampaikan kepada siswa pada saat mengajar.

  Hasil analisis penulis menunjukkan bahwa (1) belum ada petugas khusus (tim) di SMK Negeri 1 Klaten yang diberikan SK (surat keputusan) kepala sekolah yang bertanggungjawab terhadap implementasi pendidikan karakter, (2) belum ada aturan khusus tentang implementasi pendidikan karakter. Mekanisme implementasi pendidikan karakter diserahkan kepada guru untuk dilaksanakan sesuai kemampuan guru.

  

4.3. yang ditemui dalam

Hambatan Implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten

  Setiap langkah kegiatan baik awal maupun akhir dan ditengah-tengah pelaksanaan pendidikan karakter pasti terdapat segudang hambatan yang harus diselesaikan, agar implementasi pendidikan karakter dapat sampai pada sasaran terutama kepada siswa juga pelaku kebijakan pendidikan karakter dapat membudaya dalam lembaga sekolah. Hal ini dapat dimengerti oleh berbagai pihak. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan hasil pengamatan, serta analisis peneliti, hambatan yang ditemui dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten antara lain adalah sbb.

  1. Kurangnya koordinasi antar wakil-wakil kepala sekolah, guru BP/BK, para wali kelas dan pembina OSIS yang terlibat dalam implementasi pendidikan karakter sehingga mengakibatkan ketidaksamaan persepsi dalam penanganan terhadap siswa yang melanggar /menyimpang.

  2. Kurangnya kesadaran guru dan peserta didik dalam implementasi pendidikan karakter. Kompetensi guru yang rendah mengakibatkan adanya cara pandang/cara pikir yang berbeda-beda tentang implementasi pendidikan karakter. Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang rata-rata juga rendah mengakibatkan kesadaran terhadap pelaksanaan pendidikan karakter juga belum maksimal

  3. Sikap beberapa guru yang masa bodoh terhadap keberhasilan pendidikan karakter mengakibatkan siswa menjadi tidak berkarakter karena guru tidak mengontrol perilaku siswa dan tidak mendidik karakter dengan baik 4. Inkonsistensi dan kurangnya keteladanan guru dalam berperilaku dan menyampaikan nilai-nilai karakter.

  Jika ada siswa yang melanggar peraturan, oleh sebagian guru diambil tindakan sesuai prosedur, tetapi ada sebagian guru lain yang membiarkan saja siswanya melanggar peraturan.

  5. Kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa. Pihak sekolah kurang mengkomunikasikan tentang adanya implementasi pendidikan karakter kepada orang tua siswa sehingga terjadi kesalahpahaman antara sekolah dengan orangtua siswa.

  6. Kurangnya fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi berkarakter, seperti terbatasnya tempat sepeda, ruang kelas yang berjumlah 38 ruang padahal seharusnya 45 ruang, laboratorium yang jumlah alatnya tidak sesuai dengan jumlah siswa, pintu masuk/keluar di SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah enam pintu, gedung yang berada di unit 1 dan unit 2.

4.4. Pembahasan 4.4.1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK Negeri

1 Klaten dengan dasar Pedoman Pendidikan Karakter

  Selain siswa, dari segi input dari tenaga pendidik termasuk baik. Hal ini bisa dilihat dari segi latar belakangnya. Dari guru normatif, adaptif dan produktif yang berjumlah 124 orang, semuanya berlatar belakang pendidikan S1, 14% diantaranya sudah S2. Selain dari penyampaian nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran masing-masing guru, dari keteladanan para guru bisa diandalkan, meskipun belum semua guru bisa memberikan keteladanan yang baik.

  Perencanaan Pendidikan Karakater ini sudah sesuai dengan Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Karakter yang dikeluarkan Kemendiknas, yakni dalam perencanaan Pendidikan Karakter dalam mata pelajaran dicantumkan dalam silabus dan RPP. Dalam pembuatan silabus dan RPP ada satu kolom untuk nilai pendidikan karakter yang dikembangkan. Contoh silabus PKn untuk Kompetensi Dasar

  “Mendeskripsikan Pancasila sebagai idiologi terbuka”, pada kolom terakhir setelah sumber belajar ada aspek nilai karakter terdapat nilai karakter religiusi, toleransi kerjasama, jujur, gemar membaca, dan tanggungjawab.

  Sedangkan dalam RPP disebutkan dalam materi yang sama, nilai karakter tersebut ditampilkan dalam langkah-langkah pembelajaran terdapat empat kolom, yakni: nomor, kegiatan belajar, alokasi waktu, dan karakter yang dikembangkan. Dari RPP tersebut perencanaan Pendidikan Karakter dalam PKn muncul dalam kolom yang ke empat, yakni karakter yang dikembangkan.

  Kemudian dalam proses (process) sudah dijelaskan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari mancantumkan nilai-nilai dalam silabus, kemudian dituangkan dalam RPP dan diaplikasikan dalam pembelajaran. Intinya bahwa Pendidikan Karakter dalam mata pelajaran normatif dan adaptif sudah dilaksanakan dengan baik.

  Sedangkan dampak (outcome) adanya pelaksanaan Pendidikan karakter dalam mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten ternyata dirasakan siswa SMK Negeri 1 Klaten. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas XI yang menyatakan bahwa siswa merasa beruntung masih ada beberapa guru di SMK Negeri 1 Klaten yang memberikan penjelasan dan pengarahan tentang nilai-nilai yang berkarakter sehingga siswa dapat merubah perilaku yang tidak baik menjadi lebih baik (wawancara tanggal 15 April 2014).

  Berdasarkan hasil wawancara peneliti, adanya Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten dapat memberi dampak positif bagi peserta didik. Hal ini bisa dilihat dampak adanya pelaksanaan Pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten yang dirasakan siswa SMK Negeri 1 Klaten. Siswa SMK Negeri 1 Klaten yang diwawancari peneliti mengatakan adanya pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran mengarahkan dirinya menjadi lebih baik dan memberikan bekal untuk mereka terjun di masyarakat atau di tempat kerja.

  Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menarik suatu pengertian bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di SMK negeri 1 Klaten sudah dilaksanakan namun pelaksanaan dan hasilnya belum maksimal. Masih perlu kerjasama, konsistensi dan komitmen dari semua warga SMK Negeri 1 Klaten. Untuk itu agar hasilnya menjadi maksimal perlu penanganan yang professional, seperti yang dijelaskan oleh Tilaar (2004), bahwa agar dapat mewariskan budaya dan karakter dengan baik dan tidak gagal mendidik generasi muda diperlukan penanganan secara professional.

4.4.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK Negeri 1 Klaten dengan dasar Teori Edward 3

  Dimensi komunikasi dalam implementasi Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten ditentukan dari beberapa unsur yang terdapat dalam komunikasi, seperti penyampai pesan, isi pesan, media yang digunakan, serta sasaran penerima pesan, serta perubahan sebagai akibat komunikasi.

  Penyampai pesan/informasi dalam implementasi Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah Kepala sekolah dan wakil-wakil kepala sekolah yang dalam tugasnya disamping sebagai pemberi informasi juga berfungsi sebagai pengontrol kegiatan, namun dalam praktiknya terdapat keluhan dari pelaksana kebijakan.

  Kepala sekolah memang melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran tetapi tidak mungkin setiap hari, begitu juga dengan para wakil kepala sekolah, mereka melakukan observasi pembelajaran jika ada tugas dari kepala sekolah. Jadi kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan karakter lebih banyak berhenti pada kroscek silabus dan RPP. Hal ini yang mengakibatkan belum semua guru di SMK Negeri 1 Klaten menanamkan nilai- nilai karakter selama 3 - 5 menit ketika mengajar.

  Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan masih memanfaatkan kondisi rapat-rapat sekolah yang materi rapatnya bukan tentang implementasi pendidikan karakter.

  Dimensi sumber daya dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Pada kenyataannya ada guru yang menyampaikan nilai-nilai karakter kepada anak, tetapi ada juga guru yang dengan berbagai alasan, mereka tidak menyampaikan nilai-nilai karakter kepada anak. Dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata sumber informasi masih kurang memadai. Salah satu guru matematika jurusan Teknologi Informasi (TI) malah mengatakan tidak mau repot-repot menanamkan nilai- nilai karakter karena informasinya kurang jelas, dan sanksi bagi yang tidak melaksanakan tidak ada.

  Informasi mengenai pelaksanaan pendidikan karakter diterima oleh para pelaksana kebijakan baru sebatas perintah lisan dari rapat, dari adanya workshop atau dari kesempatan-kesempatan lain. Untuk informasi (petunjuk) yang sifatnya tertulis sampai sekarang belum ada. Hal ini menyebabkan belum terlaksananya implementasi pendidikan karakter dengan baik.

  Dimensi kecenderungan dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Terdapat kesediaan dari para guru di SMK Negeri 1 Klaten untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tetapi kesediaan tersebut belum disertai dengan kekompakkan yang baik sehingga hasil belum maksimal, dan akibatnya masih terjadi pelanggaran-pelanggaran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa yang lebih sering terlihat melaksanakan pendidikan karakter baik di dalam kelas/ruangan maupun di luar kelas adalah guru-guru yang tergabung dalam petugas STP2K (Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai polisi sekolah, wali kelas, dan guru BP/BK. Untuk guru yang lain, belum semuanya melaksanakan pendidikan karakter pada saat mengajar di kelas maupun di luar kelas. Jadi implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen yang baik.

  Dimensi Struktur birokrasi dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Dari hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa (1) semua guru diberi wewenang untuk menyampaikan nilai-nilai karakter tetapi, (2) belum ada petugas khusus di SMK Negeri 1 Klaten yang diberikan SK (surat keputusan) kepala sekolah yang bertanggungjawab mengontrol lancar atau tidaknya implementasi pendidikan karakter, (3) belum ada aturan khusus tentang implementasi pendidikan karakter. Mekanisme implementasi pendidikan karakter diserahkan kepada guru untuk dilaksanakan sesuai kemampuan guru.

4.4.3. Perbandingan pelaksanaan pendidikan karakter dalam SMK Negeri 1 Klaten dengan hasil penelitian sebelumnya

  Perilaku pelanggaran di SMK Negeri1 Klaten yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter prosentasenya tergolong kecil tetapi hal itu menjadi awal terjadinya krisis karakter. Untuk menghilangkan krisis karakter perlu adanya pendidikan karakter dengan informasi yang jelas dan aturan yang jelas dari pembuat kebijakan. Informasi yang jelas perlu didukung sumber daya manusia yang memadai, komitmen yang tinggi dan organisasi yang jelas sehingga hasilnya dapat maksimal. Hal ini sejalan dengan alasan pentingnya pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Mulyono (2013) bahwa di Indonesia telah terindikasi adanya masalah akut dalam bangunan karakter bangsa sehingga pembangunan karakter bangsa, menjadi sangat berarti dan mendesak untuk segera dilakukan. Sama halnya dengan alasan yang dikemukakan oleh Astuti (2010), bahwa salah satu alasan dicanangkannya pendidikan karakter adalah adanya krisis karakter yang cukup memprihatinkan dan meningkatkan problem karakter generasi muda bangsa Indonesia.

  Perbedaan nilai karakter yang ditanamkan antara peneliti dengan peneliti terdahulu terletak pada nilai karakter yang ditekankan untuk ditanamkan pada siswa. Menurut peneliti, semua nilai karakter (18 nilai) penting untuk ditanamkan pada peserta didik agar membentuk dirinya menjadi warga negara Indonesia yang baik. Tetapi pada penelitian terdahulu ternyata terdapat nilai-nilai ideal yang diinginkan melalui pembelajaran. Pada penelitian Mulyono nilai yang diidealkan dalam pembelajaran ISMUBA adalah karakter religius, cinta ilmu, mampu bekerja sama, dan peduli, sedangkan pada pembelajaran

  ISBD (Astuti) nilai karakter yang ditekankan adalah berkerjasama, bertanggungjawab, berkomunikasi, semangat bekerja/belajar, kepercayaan diri, kejujuran, ketaatan beribadah.

  Hasil penelitian terdahulu (Abdul Basar, 2012) hampir sama dengan hasil penelitian ini, hasilnya adalah perencanaan dilakukan dengan menyiapkan silabus, RPP, serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan karakter, selanjutnya disajikan dalam proses pembelajaran mulai dari materi, langkah pembelajaran, media dan metode, dan penilaian dilakukan pada tahap proses, yaitu melihat sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, serta salah satu kendala juga sama yaitu kurangnya sarana dan prasarana.

4.4.4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan 1.

  Untuk masalah kurangnya koordinasi dapat diatasi dengan memaksimalkan adanya koordinasi yang baik dan konsisten antar wakil-wakil kepala sekolah, guru BP/BK, para wali kelas dan pembina OSIS yang terlibat dalam implementasi pendidikan karakter sehingga terjadi kesamaan persepsi dalam penanganan terhadap siswa yang melanggar /menyimpang. Cara ini dapat diwujudkan dengan rapat bersama antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan semua guru yang ada di SMK Negeri 1 Klaten.

  2. Untuk masalah kurangnya kesadaran guru dan peserta didik. Kepala sekolah dapat meningkatkan kesadaran guru dengan kegiatan pembinaan- pembinaan. Meskipun terdapat cara pandang/cara pikir guru yang berbeda-beda tentang implementasi pendidikan karakter, jika guru menyadari pentingya pendidikan karakter maka hasilnya akan maksimal. Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang rata-rata juga rendah bila diberikan pengertian dan pemahaman yang tepat tentang manfaat pendidikan karakter mengakibatkan orang tua memiliki kesadaran terhadap pelaksanaan pendidikan karakter juga belum maksimal dan menjadi ikut bertanggungjawab.

  3. Untuk sikap beberapa guru yang masa bodoh. Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam pelatihan- pelatihan pendidikan karakter sehingga sedikit demi sedikit akan mengubah sikap beberapa guru yang masa bodoh terhadap keberhasilan pendidikan karakter yang akhirnya memiliki kemampuan membimbing siswa menjadi berkarakter baik 4. Untuk masalah inkonsistensi dan kurangnya keteladanan guru. Kepala sekolah berusaha melakukan pembinaan agar para guru memiliki konsistensi dan keteladanan yang baik dalam berperilaku sehari-hari. Konsistensi dibutuhkan jika ada siswa yang melanggar peraturan, agar semua guru mengambil tindakan sesuai prosedur. Sedangkan keteladanan dibutuhkan untuk memberikan contoh konkrit kepada siswa.

  5. Untuk kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa. Kepala sekolah bersama stafnya melakukan koordinasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa agar terjalin komunikasi yang baik. Orang tua perlu disosialisasi tentang implementasi pendidikan karakter melalui guru BP/BK dan wali kelas sehingga orangtua siswa menjadi ikut bertanggungjawab terhadap implementasi pendidikan karakter.

  6. Untuk masalah kurangnya fasilitas. Pihak sekolah menambah fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi berkarakter, seperti penambahan tempat sepeda siswa, penambahan ruang kelas yang berjumlah sesuai jumlah kelas yang seharusnya, yaitu 45 ruang, perbaikan laboratorium agar alatnya yang ada didalamnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, penjagaan pintu masuk/keluar di SMK Negeri 1 Klaten, perlu diadakan tempat penitipan helm dan handphone untuk siswa.

4.4.5. Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter dan Hambatannya

  

Untuk membantu mempermudah memahami hasil

  pelaksanaan pendidikan karakter, berikut ini disajikan dalam bentuk tabel.

  Tabel 4. Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter

  No Implementasi Hasil Masukan peneliti

  

1. Berdasarkan Nilai-nilai karakter Sebaiknya nilai-nilai

pedoman masuk dalam karakter pendidikan silabus dan RPP dimasukkan pada karakter namun belum silabus dan RPP semua mata untuk semua mata pelajaran normatif pelajaran yang dan adaptif ada diajarkan Aplikasi dalam Sebaiknya semua proses guru menanamkan pembelajaran nilai-nilai karakter belum dilakukan kepada siswa tidak oleh semua guru hanya melalui mata pelajaran yang diampu tetapi juga keteladanan dari para guru

  2. Berdasarkan teori Edward 3

  

No Implementasi Hasil Masukan peneliti

  a. Komunikasi Penyampai pesan

adalah kepala

sekolah dan wakil

kepala sekolah

(WKS1, WKS2,

WKS3, dan WKS4)

  • Isi pesan

    disampaikan

    tetapi keutuhan,

    kelengkapan dan

    sistematika tidak

    ada Pesan tentang pendidikan karakter sebaiknya disampaikan dengan jelas dan disertai aturan yang tegas, serta pengawasan yang konsisten

    Media dalam

    menyampaikan

    pesan menggunakan

    moment rapat-

    rapat sekolah Sebaiknya dibuat rapat khusus untuk membahas tentang implementasi pendidikan karakter

    Belum semua

  guru

menyampaikan

pesan tentang

nilai-nilai karakter

kepada siswa,

sebagian besar

masih berfokus

pada materi

  Semua guru dan elemen sekolah sebaiknya menyampaikan nilai- nilai karakter kepada siswa baik melalui pemberian informasi maupun tindakan nyata (keteladanan)

  b. Sumber daya Penyampai pesan

tidak konsisten

dan kontrol

kurang maksimal

  Sebaiknya pesan disampaikan secara konsisten dan dilakukan kontrol secara berkala dan terjadwalkan

  

Ada beberapa

guru yang tidak

peduli dengan

karakter siswa

  Sebaiknya semua guru peduli terhadap pelaksananan pendidikan karakter, karena semua mempunyai kesempatan sama

Sumber informasi

masih perintah

lisan dan tidak

ada petunjuk

Sebaiknya ada perintah tertulis dan disertai petunjuk pelaksanaannya

  No Implementasi Hasil Masukan peneliti khusus

  c. Kecenderungan Tidak semua guru bersedia menanamkan

nilai-nilai karakter

kepada siswa Sebaiknya semua guru bersedia menanamkan nilai- nilai karakter kepada siswa

  

Guru kurang

kompak dan

kurang konsisten

dalam pelaksanaan pendidikan karakter Sebaiknya guru kompak dan konsisten dalam pelaksanaan pendidikan karakter

  Terdapat perbedaan

perilaku guru

dalam mengambil

tindakan Sebaiknya ada kesamaan persepsi dalam mengambil tindakan

  d. Struktur birokrasi Tidak ada tim khusus yang mengelola pendidikan karakter Sebaiknya dibentuk tim khusus yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pendidikan karakter

  Tidak ada

pedoman khusus

bagi guru tentang

pelaksanaan pendidikan karakter

  Sebaiknya dibuat pedoman khusus dan petugas khusus

  Sumber: data diolah Hambatan yang ditemui dalam implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten disajikan dalam bentuk tabel menjadi sbb: Tabel 5.

  Kendala dalam Pendidikan Karakter

  No Kendala Solusi peneliti

  1. Kurang koordinasi antar warga sekolah Koordinasi dilakukan secara konsisten dan maksimal

2. Kurang kesadaran guru Meningkatkan kesadaran guru

  No Kendala Solusi peneliti dengan pembinaan

  3. Sikap guru masa bodoh Guru diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan karakter

  

4. Inkonsistensi guru dan Dilakukan pembinaan terhadap

kurang keteladanan semua guru

  

5. Kurang komunikasi Dilakukan koordinasi agar

antara pihak sekolah terjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa antara sekolah dengan orang tua siswa. Perlu disosialisasi tentang implementasi pendidikan karakter kepada orang tua

  

6. Kurang fasilitas sekolah Pihak sekolah menambah

fasilitas yang dibutuhkan untuk lencarnya pelaksanaan pendidikan karakter

  Sumber: data diolah

Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SDN SIDOREJO KIDUL 03 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016 2017

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Unggul Di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 8

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 8

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

0 1 21