Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Menggunakan Model Talking Stick Berbantuan Komik Pada Siswa Kelas 5 SD

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pada umumnya tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan tidak hanya berlaku selama menempuh bangku sekolah saja tetapi pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Maka dari itu pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi tanggung jawab dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Keberlangsungan pendidikan yang ada di sekolah pada dasarnya untuk melatih, mendidik, membina peserta didik agar mampu berpikir. Melalui kegiatan latihan berpikir ini, peserta didik dapat memperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul di keluarga maupun di masyarakat.

  Untuk mencapai mutu pendidikan utamanya pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah umum dilaksanakan berupa pembaharuan, penyempurnaan dan kebijakan di bidang pendidikan.

  Proses belajar mengajar akan menghasilkan interaksi timbal balik antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa itu sendiri. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengajar. Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia di umumnya berikan mulai kelas 1 sampai dengan 6 yang meliputi empat aspek yaitu berbicara, menyimak mendengar dan menulis.

  Pembelajaran bahasa memmiliki tujuan yang ditujukan kepada peserta didik agar mereka terampil dalam aspek berbahasa. Aspek berbahasa tersebut antara lain keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak dituntuk untuk dapat berbicara dengan jelas, selain itu lingkungan memberikan pula pelajaran terhadap tingkah laku dan ekspresi serta penambahan perbendaharaan kata. Dalam keterampilan berbicara pun anak akan dituntut untuk menguasai keterampilan bercerita.

  Keterampilan bercerita merupakan kemampuan untuk menceritakan kembali perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dengan tujuan berbagai pengalaman atau pengetahuan kepada orang lain. Bercerita sendiri merupakan salah satu dari keterampilan berbicara, dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai cerita dan mengungkapkan perasaan yang dialami.

  Pelaksanaan kegiatan bercerita membutuhkan bahan atau ide cerita, penguasaan cerita, ketenagan dan keberanian sehingga dapat bercerita dengan terampil. Kegiatan bercerita tidak hanya diperoleh begitu saja namun dibutuhkan proses dan latihan yang rutin agar dapat bercerita dengan terampil.

  Ada beberapa hal yang menyebabkan siswa terhambat atau mengalami gangguan-gangguan saat bercerita, seperti : malu saat bercerita di depan kelas, tidak percaya diri, dan merasa cemas. Perasaan cemas yang dialami oleh siswa menimbulkan rasa takut untuk menyampaikan sebuah cerita secara lisan tanpa teks. Apabila rasa takut tersebut menguasai diri seorang siswa maka menyebabkan timbulnya gugup, perasaan tersebut mengakibatkan bercerita tidak terarah, sering terjadi pengulangan kosa kata dan dalam pengucapannya menjadi tidak tersampaikannya pesan dari cerita. Selain itu beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran yang digunakan guru saat pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan berbicara.

  Masalah seperti ini terjadi di kelas V SD Gendongan 02 Salatiga. Hasil observasi pada tanggal 26 Januari 2017 di kelas V SD Gendongan 02 Salatiga, diperoleh bahwa banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam mata pelejaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan bercerita, minat siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih rendah. Pada hari sebelumnya guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa untuk membaca sebuah cerita pendek (cerpen), dan akan di ceritakan kembali cerpen tersebut di depan kelas menggunakan bahasa sendiri. Selanjutnya, siswa diberikan kesempatan untuk maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang mereka baca, guru mempersilahkan untuk menggunakan alat peraga untuk menunjang kegiatan bercerita mereka. Masalah yang timbul ialah, ketika siswa lebih cenderung menghafalkan kata per kata dan tidak menggunakan bahasa mereka sendiri serta beberapa siswa masih membuka catatan mereka. Sehingga yang terjadi mereka terlihat binggung ketika lupa beberapa kalimat yang mereka hafalkan dan kosakata yang digunakan dalam bercerita belum dapat digunakan unruk mengekspresikan ide, gagasan dan pendapatnya saja.

  Masalah selanjutnya yang terjadi di kelas V SD Gendongan 02 Salatiga ialah hanya siswa tertentu yang berani maju di depan kelas untuk bercerita tentang bacaan yang telah ia baca, sedangkan siswa yang lainnya menjadi pendengar setia. Dari 38 siswa di kelas V SD Gendongan 02 Salatiga hanya 5 siswa yang berani dan ada beberapa yang menggunakan alat peraga untuk bercerita tentang bacaan yang telah di baca di depan kelas tanpa ditunjuk. Hal ini di di karenakan kurangnya rasa percaya diri dalam diri siswa tersebut. Dari data nilai siswa yang diperoleh melalui penilaian keterampilan bercerita didapatkan nilai rata-rata 70. Nilai tersebut masih di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dalam menyampaikan cerita beberapa siswa masih sering terbata-bata menggunakan struktur Bahasa Indonesia karena pemahaman yang kurang, sehingga belum tampak normal. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama berbicara. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluai efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2008)

  Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, perlu dicari solusi, sehingga peneliti perlu untuk melakukan suat penelitian tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan keterampilan berbicara siswa terkhusus dalam bercerita, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa.

  Peran guru memberikan pengajaran kepada siswa akan berpengaruh pada kemampuan siswa dalam penerimaan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Penggunaan model yang tepat oleh guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan mengarahkan siswa menuju tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan permasalahan tersebut untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara terkhusus dalam bercerita maka perlu digunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang dapat mengaktifkan siswa adalah model talking stick. Model ini dapat memancing siswa berbicara di depan kelas dan membantu terjadinya komunikasi. Oleh karena itu, tujuan penerapan model

  

talking stick lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara. Dengan

  demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya mendengarkan guru menerangkan saja, tetapi diperlukan keaftifan siswa di dalam proses belajar mengajar, sehingga terjalin interaksi baik antar siswa dengan siswa maupun dengan guru. Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.

  Sejalan dengan hal tersebut, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan model ini, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Purnamasari (2013), yaitu mengenai penerapan peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatig tipe talking stick pada siswa kelas V SD. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan degan persentase keberhasilan 95,83%. Penelitian lainnya Pratitis (2014) yang berupa penerapan metode talking stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 2 MI dalam bercerita. Melalui model talking

  

stick, keterampilan berbicara meningkat secara signifikan dengan persentase

keberhasilan 75%.

  Model talking stick ini akan lebih berhasil diterapkan apabila didukung oleh media pembelajaran yang cocok juga. Media pembelajaran akan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Media yang peneliti padukan dengan model

  

talking stick ialah media komik. Media komik merupakan media gambar terdapat

  cerita dan pesan yang disampaikan di dalamnya. Burhan Nurgiyantoro (2005) mengemukakan gambar-gambar pada komik tersebut pada umumnya bertujuan untuk merangsang pembaca, mengembangkan imajinasi, dan mengembangkan rasa keindahan. Peranan pokok dari buku komik instruksional adalah kemampuannya menciptakan minat peserta didik (Rohani, 2014). Maka dari itu penggunaan media komik yang telah disesuaikan ceritanya dengan usia perkembangan anak akan memberikan kesempatan anak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seta membuat tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu anak akan memperoleh pengalaman dalam berbahasa, yaitu penambahan kosakata baru dan meningkatkan keterampilan bercerita. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat penelitian yang menggunakan media komik dalam meningkatkan keterampilan bercertia. Dari hasil penelitian Setiawan (2013) menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan bercerita yang bermuatan nilai-nilai karakter pada siswa kelas 2 SD, dapat diperoleh hasil peningkatan 25,01% dari rata-rata 63,52 dalam kategori cukup menjadi 79,41 berada dalam kategori sangat baik.

  Latar belakang tersebut menunjukan bahwa keterampilan berbicara terkhusus untuk keterampilan bercerita yang baik dapat dihasilkan dari metode dan keterpaduan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajarannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti dan membahas tentang “UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA BAHASA

  

INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK

BERBANTUAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS V SD

GENDONGAN 02 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

  ”

1.2 Identifikasi Masalah

  Dengan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan dalam proses belajar mengajar (PBM). Permasalahan pembelajaran disebabkan oleh guru masih menggunkan metode yang tidak pas sehingga menghambat kerterampilan berbicara siswa dan pembelajaran yang terlihat pasif. Pembelajaran yang dilakukan hanya membuat siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru dan belum mendapat pengalaman langsung. Akibat dari permasalahan ini ialah penerimaan materi oleh siswa yang kurang maksimal.

  Jika pemasalahan ini dibiarkan terus menerus maka berakibat tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan penelitian tidakan kelas berupa pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara terkhusus keterampilan bercerita menggunakan model pembelajaran talking stick berbantuan media komik.

  1.3 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana proses pembelajaran keterampilan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model Talking Stick berbantuan media komik pada kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?

  2. Bagaimana peningkatan hasil keterampilan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan media komik pada kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?

  3. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran bercerita mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan media komik?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

  1. Mendiskripsikan proses pembelajaran keterampilan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan media komik pada kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

  2. Memaparkan hasil peningkatan keterampilan bercerita pada kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan media komik.

  3. Mendiskripsikan perubahan perilaku kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan media komik.

1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangan pembelajaran dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif media serta model yang diterapkan dalam memperbaiki mutu pendidikan dan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar.

  1.5.2 Manfaat Praktis a.

  Bagi Guru  Manfaat bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam melaksanakan pembelajaran berbicara khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui pengunaan model Talking Stick berbantuan dengan media komik.

   Mendapatkan pengalaman menerapkan model Talking Stick berbantuan rdalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

  b.

  Bagi Siswa  Manfaat bagi siswa dapat menumbuhkan minat dan perhatian serta meningkatkan hasil pembelajaran kemampuan bercerita.

   Memberikan pengalaman berbicara, sehingga nantinya diharapkan mereka mampu berbicara di depan umum dengan menggunakan bahasa baik dan benar.

  c.

  Bagi Kepala Sekolah Sebagai bahan refrensi supervisi untuk guru lain.

  d.

  Bagi Sekolah Sekolah mendapat gambaran dan data tentang peningkatan kualitas siswanya dalam keterampilan bercerita melalui model talking stick berbantuan media komik khususnya kelas V SD Gendongan 02 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di SMP Negeri 2 Boja Tahun 2014/2015

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di SMP Negeri 2 Boja Tahun 2014/2015

0 0 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di SMP Negeri 2 Boja Tahun 2014/2015

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di SMP Negeri 2 Boja Tahun 2014/2015

0 1 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas IV

0 0 6

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Metode Pembelajaran Take and Give 1. Metode Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas IV

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas IV

0 0 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas I

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKN Melalui Metode Pembelajaran Take and Give pada Kelas IV

0 0 114