PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENENTUKAN KR

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENENTUKAN KRITERIA
KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI SD NEGERI BANMATI 02
SUKOHARJO SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
MELALUI IN HOUSE TRAINING (IHT)
Oleh:
Sutarmi, S. Pd.
NIP. 19600416 198201 2 015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan pelaksanaan In House
Training (IHT) guna meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); dan 2) meningkatkan kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD
Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada
semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui In House Training (IHT).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan In House Training
bagi guru di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 guna meningkatkan
kemampuan guru menetapkan KKM dilaksanakan dalam dua siklus
tindakan. Pelaksanaan IHT dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, dan
pemberian tugas akhir; dan 2)
In House Training (IHT) dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek
penilaian pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Kata Kunci: supervisi akademik, In House Training (IHT), Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan
awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah
pengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
berbasis kompetensi yangmenggunakan acuan kriteria dalam penilaian,
mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan analisis danmemperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan
langkah-langkah penetapan.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut disajikan
dalam bentuk angka-angka dimana setiap siswa harus memenuhi standar angka

1


2

tersebut.Batas angka tersebut akan menjadi batas minimal yang harus dicapai
siswa. Denganadanya batas minimal tersebut akan dapat diperoleh data mengenai
persentase data siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut.
Dengan demikian teknik penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut
harus dapat disesuaikan dengan keadaan siswa yang ada disekolah. Agar
penetapan Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) tersebut dapat ditingkatkan secara
bertahap sesuai dengan peningkatan kemampuan siswa (Muin, 2008: 1).
Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal(KKM) tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta
langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun
pelajaran yangdapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman
dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dari hasil pengamatan penulis, penentuan atau penetapan KKM masih
ada komponen yang tidak sama dengan model-model yang diberikan
Departemen Pendidikan Nasional, yaitu daya serap (intake) siswa sehingga
menimbulkan penafsiran yang ganda. Cara pembuatan juga masih dominan

menyadur kepunyaan orang lain, guru belum dapat menyesuaikan penetapan
KKM dengan situasi lingkungan, sosial, ekonomi siswa dan sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan, di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, masalah yang ditemukan pada guru yang
berhubungan dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal pada umumnya
memiliki dengan cara antara lain: 1) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
buatan sendiri; 2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menyadur kepunyaan
orang lain; 3) Ada indikasi yang dapat dijadikan sebagai dasar asumsi
penyebab masalah yakni: a) Kurangnya sosialisasi dalam menetapkan KKM
dari Dinas Pendiddikan; b) Sekolah belum banyak melaksanakan bimbingan
khusus dalam menetapkan KKM; c) Guru yang mengikuti pelatihan/ diklat
sebagian besar belum menginformasikan kepada rekan-rekan bidang studi
yang lain; dan d) Kegiatan Kelompok Guru (KKG) belum maksimal,sering
diasumsikan hanya sebagai reuni guru mata pelajaran.
Berdasarkan asumsi penyebab masalah diatas, penulis berupaya untuk
melakukan perubahan / perbaikan dalam hal menetapkan KKM di SD
Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan cara In
House Training (IHT) dan bimbingan kepada guru-guru.

3


ANDA BUTUH FILE SOFT COPY??
Soft copy file lengkap
PTK, PTS, DAN BERBAGAI KARYA
ILMIAH LAINNYA
SILAHKAN KONTAK KAMI
IWAN P.
WA: 083835932818
E-MAIL: inyong2011@yahoo.com

4

Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menetapkan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 adalah melalui In House Training
(IHT). dengan In House Training (IHT) dipandang sebagai suatu cara yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru menentukan atau
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan dalam
IHT tersebut guru dapat belajar dalam menentukan KKM secara komprehensif.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan In House Training (IHT) guna
meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui In
House Training (IHT).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai salah
satu model untuk melakukan
bimbingan kepada guru-guru
dalam
menetapkan KKM, khususnya di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk memperbaiki
kinerja guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah tingkat pencapaian
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Hal ini
diartikan bahwa siswa yang belum mencapai nilai KKM dikatakan belum tuntas.
Kriteria ketuntasan minimal menunjukkan tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka

5

seratus merupakan kriteria ketuntasan ideal. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal kemudian ditingkatkan secara
bertahap.
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut: 1) Guru atau
kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran
dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan

intake. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM
mata pelajaran; 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru
mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru
dalam melakukan penilaian; 3) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada
pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas
pendidikan; dan 4) KKM dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa
(LHBS ) pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua atau wali
peserta didik.

KKM
INDIKATOR

KKM
KD

KKM
MP

KKM
SK


Gambar 1 Bagan Prosedur Penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran:

dibuat

skala

Tabel 1
Skala Penilaian KKM Berdasarkan Skala Guru
Aspek yang dianalis
Kriteria dan skala penilaian
Tinggi
Sedang
Rendah
Kompleksitas
< 65
65 - 79
80 - 100

Tinggi
Sedang
Rendah
Daya dukung
80 - 100
65 - 79
< 65
Tinggi
Sedang
Rendah
Intake siswa
80 - 100
65 - 79
< 65

6

Atau dengan menggunakan poin/ skor pada setiap kriteria yang di
tetapkan


Kompetensi dasar
dan Indikator

Tabel 2
Penetapan KKM Berdasarkan Poin
Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai
KKM
74

Kompleksitas

Daya dukung

Intake

Rendah
3

Tinggi

3

Sedang
2

Sedang
2

Sedang
2

55,6

Tinggi
3

Sedang
2

77,8

Tinggi
1
Sedang
2

88,9

In House Training (IHT)

In House Training adalah training/ seminar yang didesain, diselenggarakan,
dikelola oleh dan untuk lembaga tertentu saja. Sebelum dilaksanakan trainer
sudah mengetahui masalah, kebutuhan, latar belakang trainer, sehingga trainer
bisa merumuskan sasaran training, mendesain training, dan memilih
metode.(http://www.krisnandira.com/2010/03/14/public-training-vs-inhousetraining-mana-lebih-efektif/). Menurut Syukriwan Hasnam In House Traing
adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu,
apakah itu lembaga profit atau pun non profit.
Keunggulan dari In House Training (IHT) antara lain adalah sebagai
berikut: 1) Masalah yang diangkat sangat penting sehingga lebih fokus
memberi jawab atas problem yang ada; 2) Permasalahan diketahui bersama –
sama oleh peserta; dan 3) Sekolah lebih homogen sehingga mudah
mendiskusikan, lebih dalam pembahasannya dan mudah mencari solusinya.
In House Training di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo berarti pelaksanaan, peserta, tempat adalah berasal dari
SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. In House
Training di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
diikuti oleh 9 orang guru normatif dan adaptif, kegiatan ini dalam rangka
meningkatkan kemampuaan guru dalam menentukan/ menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dengan apa yang diharapkan.

7

Kerangka Pemikiran
Pembinaan kemampuan guru dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui In House Training (IHT), yang
bertujuan untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam
pekerjaan mereka dengan cepat dan ekonomis dan mengembangkan kemampuankemampuan yang ada. Pelaksanaan In House Training (IHT) yang dilakukan
dengan berbagai metode pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan guru,
khususnya dalam penetapan KKM yang disampaikan melalui In House Training
(IHT) tersebut.
Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan guru
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui kegiatan In House
Training (IHT) yang lebih menekankan pada metode kolaboratif konsultatif akan
memberikan kesempatan sharing antara satu guru dengan guru lain. Dengan
demikian pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal dapat ditingkatkan
baik dalam teoritisnya maupun implementasinya. Dengan demikian dapat diduga
bahwa melalui In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam penetapan KKM.
Kerangka pikir tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam bagan
sebagai berikut:

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

- Guru belum dapat menyusun dan
menetapkan KKM
Kondisi Awal
- Guru hanya menerima
KKM yang
dibuat Kepala Sekolah tanpa
memberi penjelasan.

- Kepala Sekolah memberi penjelasan
melalui In House Training
- Guru menyusun dan menetapkan
KKM dengan dimbimbing oleh
Kepala Sekolah
- Guru berlatih menentukan KKM

- Kompetensi guru meningkat
khususnya dalam menatapkan KKM

Gambar 2 Diagram Kerangka Pemikiran

8

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka
selanjutnya dapat dirumuskanhipotesis tindakan. Hipotesis tindakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “In House Training (IHT) dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru adaptif dan normatif yang
berjumlah 9 orang, terdiri dari 6 orang guru laki - laki dan 3 orang guru
perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini berupa in house training guna
meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal
(KKM).
Penelitian dilakukan pada guru SD Banmati 02, Sukoharjo. Pemilihan lokasi
penelitian, karena sekolah tersebut merupakan sekolah di mana peneliti bertugas
sebagai kepala sekolah. Disamping itu, dari hasil supervisi ditemukan kelemahan
guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Penelitian ini dilakukan selama 7 (tujuh) minggu, yaitu dari minggu I bulan
Juli sampai dengan Minggu ke IV Bulan Agustus tahun 2013. Adapun jadwal
waktu penelitian terbagi dalam tabel berikut:
Tabel 3 Jadwal Waktu Penelitian
No.

Jadwal Penyusunan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persiapan
Penyusunan proposal
Pembuatan instrumen
Pengumpulan data
Analisis data
Penyusunan laporan

Juli
Minggu
I
II
III

I

Agustus
Minggu
II
III

IV

Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research)
yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal melalui In House Training (IHT) di SD Banmati 02 Kabupaten

9

Sukoharjo. Tindakan yang akan dilakukan adalah berupa In House Training (IHT)
dalam Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal.
Rancangan penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart yang
dikutip oleh Wiriaatmadja (2006: 214) di mana model tersebut terdiri atas empat
langkah, yakni : plan (perencanaan), act (pelaksanaan), observe (pengematan),
dan reflect (perenungan). Kempat langkah tersebut dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut.
Perencanaan. Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana dalam penelitian tindakan lebih
menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang
muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenanrnya.
Pelaksanaan. Langkah kedua yang perlu diperhtikan adalah langkah
pelaksanaan atau tindakan yang terkontrol secara saksama. Tindakan dalam
penelitian harus harti-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini
dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang
rasional dan terukur.
Observasi. Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi
mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena
itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti; memiliki
orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekaranag dan yang
akan datang. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka
untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang dharapkan atau yang tidak
diharapkan.
Refleksi Hasil Tindakan. Langkah keempat adalah langkah reflektif.
Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan
yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.
Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka
kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan
tindakan strategik.
Langkah refklektif dapat berghuna untuk melakukan peninjauan, membuat
gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses penelitian, hambatan yang
muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul selama proses
penelitian.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan melalui
empat tahap, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)
observasi dan interpretasi dan 4) analisis dan refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahap secara garis besar adalah sebagai berikut.

10

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan
(Wiriaatmadja, 2006: 64)

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi. Selain observasi, teknik lain yang digunakan adalah melalui wawancara
mendalam dan analisis dokumen.
Teknik Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman
gambar (Sutopo, 2006: 75). Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut Spradley (dalam Sutopo, 2006: 75) dikatakan bahwa
pelaksanaan teknik observasi dapat dibagi menjadi: 1) observasi tidak berperan,
dan 2) observasi berperan.
Studi dokumen dilakukan dengan penelitian mengenai dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam penetapan KKM di SD Banmati 02
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Teknik Analisis Data
Prosedur analisisnya menggunakan model alur yang intinya
mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah
subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu

11

dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang
sampai program dinyatakan berhasil.
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja dalam penelitian ini mencakup indikator keberhasilan
tindakan pada aspek hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru dianggap sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan
kategori Baik apabila sudah memperoleh skor > 70.00.
2. Tindakan dianggap berhasil apabila skor rata-rata yang diperoleh guru sudah
mencapai kategori baik dengan skor rata-rata > 70.00.
3. Tindakan dianggap berhasil apabila jumlah guru yang sudah mempunyai
kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Baik (sudah memperoleh skor
> 70.00) sudah mencapai > 75.00% dari jumlah guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan guru dalam menentukan KKM pada kndisi awal diketahui dari
hasil penilaian yang dilakukan pada saat sebelum kegiatan In House Training
(IHT) dilaksanakan. Penilaian dilakukan terhadap 6 aspek, yaitu: a) Aspek
kejelasan KKM Indikator Pembelajaran; b) Aspek Standar Kompetensi; c) Aspek
Kompetensi Dasar; d) Aspek kompleksitas; e) Aspek daya dukung; dan f) Aspek
intake.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi dalam
penetapan KKM adalah 80.00, nilai terendah diperoleh sebesar 50.00, dan nilai
rata-rata diperoleh sebesar 62.96. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang
kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategori Amat Baik (A) adalah 1 orang guru
(11.11%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Baik (B)
adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan
kategori Cukup Baik (C) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategri Kurang Baik (D) adalah 4 orang guru
(44.44%).
Data jumlah guru yang memiliki kemampuan menetapkan KKM
berdasarkan masing-masing kategori pada kondisi awal tersebut di atas
selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.

12

Tabel 4
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada
Kondisi Awal
No.
Kategori
Jumlah
%
1.
Amat Baik
1
11.11%
2.
Baik
2
22.22%
3.
Cukup Baik
2
22.22%
4.
Kurang Baik
4
44.44%
Jumlah
9
100.00%
Data kemampuan guru menetapkan KKM berdasarkan kategori pada kondisi
awal dapat diviasualisasikan ke dalam diagram berikut ini.
4
4
3.5
3

2

2

2.5
2

1

1.5
1
0.5
0
Amat Baik
Amat Baik

Baik
Baik

Cukup Baik
Cukup Baik

Kurang Baik
Kurang Baik

Gambar 4 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Kondisi Awal
Deskripsi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilakukan pada hari Sabtu tanggal 15 Juli
2013, yaitu dari pukul 09.00 s.d 16.00 wib. Bahan kajian adalah penetapan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara umum yang berlaku untuk
semua bidang studi.
Berdasarkan
pengamatan
pelaksanaan pada siklus I, maka dapat
diinterpretasikan setiap aspek pada lembar penilaian sebagai berikut:
Aktivitas guru dalam mengikuti IHT diukur berdasarkan 5 aspek
pengamatan. Kelima aspek tersebut terdiri dari: a) Berpartisipasi aktif dalam
kegitan kelompok; b) Tanggung jawab terhadap tugas; c) Kerja sama dalam

13

mengerjakan tugas; d) Kedisiplinan dalam kerja kelompok; dan e) Memusatkan
perhatian pada materi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada tindakan Siklus I, dapat diketahui
bahwa tingkat keaktifan peserta termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
pengamatan yang meliputi indikator berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kelompok, tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam kerja kelompok,
memusatkan perhatian pada materi yang memenuhi kategori aktif 7 orang
(77.78%), dan yang kategori cukup aktif 2 orang (22.22%).
Hasil pengukuran terhadap kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada
tindakan Siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi
dalam penetapan KKM adalah 86.67, nilai terendah diperoleh sebesar 53.33, dan
nilai rata-rata diperoleh sebesar 69.26. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang
kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategori Amat Baik (A) adalah 2 orang guru
(22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Baik (B)
adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan
kategori Cukup Baik (C) adalah 3 orang guru (33.33%). Jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategri Kurang Baik (D) adalah 2 orang guru
(22.22%).
Data jumlah guru yang memiliki kemampuan menetapkan KKM
berdasarkan masing-masing kategori pada tindakan Siklus I tersebut di atas
selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 5
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada
Tindakan Siklus I
No.
1.
2.
3.
4.

Kategori
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Jumlah

Jumlah
2
2
3
2
9

%
22.22%
22.22%
33.33%
22.22%
100.00%

Data kemampuan guru menetapkan KKM berdasarkan kategori pada
tindakan Siklus I dapat diviasualisasikan ke dalam diagram berikut ini.

14

3

3
2.5

2

2

2

2
1.5
1
0.5
0
Amat Baik

Baik
Amat Baik

Baik

Cukup Baik
Cukup Baik

Kurang Baik
Kurang Baik

Gambar 5 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus I, selanjutnya
dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
1. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran
2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata yang
diperoleh guru dari sebesar 62.96 pada kondisi awal menjadi 69.26 pada
tindakan Siklus I.
2. Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih belum optimal. Hal
ini dikarenakan indikator keberhasilan tindakan berupa tercapainya nilai ratarata > 70.00 belum tercapai. Hal lain yang menunjukkan belum optimalnya
hasil yang diperoleh adalah bahwa jumlah guru dengan kemampuan
menetapkan KKM kategori Baik dan Amat Baik belum mencapai > 75.00%
dari jumlah guru, yaitu baru mencapai 44.44%.
3. Dari hasil yang dipperoleh pada tindakan Siklus I, ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki pada tindakan Siklus II. Adapun perbaikan yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut: a) Aspek KKM pada indikator
pembelajaran; b) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada kompleksitas; dan
c) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada intake.

15

Deskripsi Tindakan Siklus II
Perencanaan pada tindakan Siklus II dilakukan dengan mempertimbangkan
hasil refleksi dari tindakan siklus sebelumnya. Dalam tahap perencanaan yang
dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan perbaikan temuan
siklus 1 antara lain KKM pada indikator, kompleksitas
dan intake; 2)
Menyiapkan contoh KKM; dan 3) Menyiapkan format penilaian tugas akhir dan
target yang hendak dicapai.
Pelaksanan tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24
Agustus 2013 dari pukul 09.00 s/d 14.00 wib. Bahan kajian adalah penetapan
Kriteria Ketuntasan Minimal secara umum yang berlaku untuk semua bidang
studi.
Berdasarkan pengamatan pelaksanaan pada tindakan Siklus II maka dapat
diinterpretasikan setiap aspek pada lembar penilaian sebagai berikut: Hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru mengikuti IHT pada tindakan Siklus II
menunjukkan bahwa tingkat keaktifan peserta lebih baik dibandingkan kondisi
sebelumnya.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada tabel di atas, dapat diketahui
bahwa tingkat keaktifan peserta termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
pengamatan yang meliputi indikator berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kelompok, tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam kerja kelompok,
memusatkan perhatian pada materi yang memenuhi kategori sangat aktif 4
orang (44.44%), kategri aktif sebanyak aktif 4 orang (44.44%), dan yang
kategori cukup aktif 1 orang (11.12%).
Hasil pengukuran terhadap kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada
tindakan Siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi dalam
penetapan KKM adalah 93.33, nilai terendah diperoleh sebesar 63.33, dan nilai
rata-rata diperoleh sebesar 79.26. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang
kategori baik.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategori Amat Baik (A) adalah 4 orang guru
(44.44%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Baik (B)
adalah 3 orang guru (33.33%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan
kategori Cukup Baik (C) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang
memiliki kemampuan dengan kategri Kurang Baik (D) sudah tidak ada lagi.

16

Data jumlah guru yang memiliki kemampuan menetapkan KKM
berdasarkan masing-masing kategori pada tindakan Siklus II tersebut di atas
selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 6
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada
Tindakan Siklus II
No.
Kategori
Jumlah
%
1.
Amat Baik
4
44.44%
2.
Baik
3
33.33%
3.
Cukup Baik
2
22.22%
4.
Kurang Baik
0
0.00%
Jumlah
9
100.00%
Berdasarkan hasil-hasl tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jumlah guru
yang sudah memiliki kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik
(A) dan Bak (B) adalah sebanyak 7 orang guru (77.78%). Sisanya sebanyak 2
orang guru (22.22%) termasuk ke dalam kategori Cukup Baik (C).
Data kemampuan guru menetapkan KKM berdasarkan kategori pada
tindakan Siklus II dapat diviasualisasikan ke dalam diagram berikut ini.
4

4

3

3.5
3

2

2.5
2
1.5
1
0

0.5
0
Amat Baik

Baik
Amat Baik

Baik

Cukup Baik
Cukup Baik

Kurang Baik
Kurang Baik

Gambar 6 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Tindakan Siklus II

17

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II, selanjutnya
dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran
2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata yang
diperoleh guru dari sebesar 62.96 pada kondisi awal, meningkat menjadi 69.26
pada tindakan Siklus I, dan kemudian meningkat menjadi 79.26 pada tindakan
Siklus II.
2. Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus II sudah cukup optimal. Hal
ini ditunjukkan dengan terpenuhinya indikator keberhasilan tindakan berupa
tercapainya nilai rata-rata > 70.00 dan tercapainya jumlah guru dengan
kemampuan menetapkan KKM kategori Baik dan Amat Baik > 75.00% dari
jumlah guru, yaitu sudah mencapai 77.78%.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa ”In House Training (IHT)
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata hasil penilaian
kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada setiap siklus tindakan yang
dilakukan.
Hasil penilaian terhadap kemampuan guru pada tahap pra siklus tindakan
atau kndisi awal menunukkan bahwa kemampuan guru dalam menetapakan KKM
masih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian bahwa nilai
tertinggi adalah 80.00, nilai terendah diperoleh sebesar 50.00, dan nilai rata-rata
diperoleh sebesar 62.96. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang kategori
cukup baik. Ditinjau dari jumlah guru yang sudah mempunyai kemampuan
menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) baru mencapai
33.33%.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka kepala sekolah perlu melakukan
pembinaan. Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan melakukan
kegiatan In House Training (IHT) guna meningkatkan kemampuan guru
menetapkan KKM.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah pada tindakan Siklus I cukup berhasil
meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM. Hal ini diindikasikan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kemampuan guru dari 62.96 pada kondisi awal
menjadi sebesar 69.26 pada tindakan Siklus I. Ditinjau dari jumlah guru yang

18

sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A)
dan Baik (B) meningkat menjadi 44.44%.
Mengingat bahwa hasil yang diperoleh belum optimal, yang ditandai dengan
belum terpenuhinya indikator kinerja, maka dilakukan perbaikan pada tindakan
siklus berikutnya. Perbaikan yang dilakukan kepala sekolah pada tindakan Siklus
II adalah dengan memperbaiki aspek-aspek yang masih menjadi kelemahan guru.
Aspek-aspek yang diperbaiki adalah berupa: a) Aspek KKM pada indikator
pembelajaran; b) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada kompleksitas; dan c)
Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada intake.
Perbaikan yang dilakukan kepala sekolah pada tindakan Siklus II cukup
efektif dalam meningkatkan kemampuan guru. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kemampuan guru dalam menetapkan KKM dari
sebesar 69.26 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 79.26 pada tindakan
Siklus II. Ditinjau dari jumlah guru yang sudah mempunyai kemampuan
menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) meningkat
menjadi 77.78%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, selanjutnya dapat
diperoleh simpulan penelitian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan In House Training bagi guru di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 guna
meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM dilaksanakan dalam dua siklus
tindakan. Pelaksanaan IHT dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, dan
pemberian tugas akhir.

2. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek penilaian
pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa In House Training dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menetapkan KKM, untuk itu disarankan kepada

19

kepala sekolah agar lebih intensif dalam memberikan bimbingan kepada guru
melalui berbagai program pelatihan.
2. Bagi Guru
Kegiatan In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menetapkan KKM, untuk itu disarankan kepada para guru agar dapat
memanfaatkan kegiatan pelatihan yang dilakukan sekolah guna meningkatkan
kemampuan profesionalisme mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional 2008, Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Departeman
Pendidikan
Nasonal
2007,
Model
Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Penilaian

Kelas

Departemen Pendidikan Nasional 2007, Petunjuk Teknis Pengembangan
Silabus Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.
Supardi Suharjono R, Arikunto Suharsimi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Jakarta : Balai Pustaka.
Purwanto Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Uzer dan Setiawati Lilis. 2003. “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMT)”. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Biodata Penulis:
Nama
: Sutarmi, S. Pd.
NIP
: 19600416 198201 2 015
Jabatan
: Kepala Sekolah
Unit Kerja
: SD Negeri Banmati 02
UPTD Pendidikan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
Alamat: Tambaksegaran RT. 03 RW. 04 Banmati, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS KONTRIBUSI MARGIN GUNA MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PRODUK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN PADA PT. SUMBER YALASAMUDRA DI MUNCAR BANYUWANGI

5 269 94

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN BACK OVER DALAM SENAM PADA SISWA SMA NEGERI 05 BANDAR LAMPUNG

0 42 1

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62