PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN SUBUR DALAM KERANGKA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Abdul Halim Barakatullah, Syahrida, dan Ifrani Dosen FH Universitas Lambung Mangkurat Email : dr.halim_barakatullahyahoo.com, syahrida

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN SUBUR
DALAM KERANGKA KETAHANAN PANGAN
DI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Abdul Halim Barakatullah, Syahrida, dan Ifrani
Dosen FH Universitas Lambung Mangkurat
Email : dr.halim_barakatullah@yahoo.com,
syahrida89@gmail.com, ifrani99@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang Perlindungan Lahan Pertanian Subur dalam Kerangka
Ketahanan Pangan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Solusi tersebut
diharapkan akan dapat memberikan arah pada kebijakan untuk mempertahankan ketahanan
pangan dan jaminan kepastian hukum yang berkeadilan dalam pengelolaan pertanian di
Kabupaten Barito Kuala, dan pada umumnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian
ini adalah: Pertama, untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mempertahankan dan
memelihara lahan pertanian subur di Kabupaten Barito Kuala. Kedua, untuk mengetahui
pengaruh pengurangan lahan pertanian subur terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Barito
Kuala.

Kata Kunci : Lahan Pertanian, Ketahanan Pangan,
secara keseluruhan. Secara filosofis, lahan

PENDAHULUAN
Permasalahan besar yang dihadapi
saat ini khususnya negara-negara sedang
berkembang adalah persoalan kekurangan
pangan dan kerusakan lingkungan hidup.
Kekurangan

pangan

ini

bukan

hanya

dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi
manusia


yang

tidak

seimbang

tetapi

persoalan degradasi lahan dan hutan yang
berdampak pada menurun dan terbatasnya
produksi pangan.
Sektor pertanian sebagai salah satu
sektor andalan penghasil devisa negara
mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan nasional

memang memiliki peran dan fungsi sentral
bagi masyarakat Indonesia yang bercorak
agraris. Ini karena di samping memiliki nilai

ekonomis, lahan juga memiliki nilai sosial,
bahkan religius. Akan tetapi, lahan pertanian
di Indonesia menghadapi permasalahan yang
sangat pelik dengan jumlah penduduk 205
juta kita memerlukan beras paling tidak 30
juta ton per tahun, jumlah yang luar biasa
besarnya, namun bukan tidak mungkin
dipenuhi sendiri. perkuatan basis penyediaan
pangan dari dalam negeri sendiri merupakan
agenda utama menegakkan kemandirian.1
1

Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah :
Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan Faktor

35

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya konversi lahan


ISSN 1979-4940
„pasarannya‟ sehingga pemilik lahan/petani
belum memperoleh nilai finansialnya. 4

adalah

Faktor lain yang mendorong alih

yang

fungsi lahan subur pertanian adalah adanya

semakin lama semakin pesat berkisar antara

kebijakan yang kontradiktif terjadi karena di

1,3 sampai 1,5 % per tahun. Dengan lajunya

satu pihak pemerintah berupaya melarang


pertumbuhan

jumlah

ini

terjadinya alih fungsi, tetapi di sisi lain

diperkirakan

tahun

penduduk

kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur

Indonesia mencapai angka 440 juta jiwa.2

dan sektor non pertanian lainnya justru


Pertumbuhan penduduk ini tentu harus

mendorong terjadinya alih fungsi lahan-

diimbangi dengan suplay bahan pangan

lahan pertanian. Peraturan yang selama ini

yang memadai dan jauh lebih besar, yang

ada merupakan kebijakan yang hanya bisa

berarti lahan pertanian juga harus lebih luas

diterapkan pada badan hukum/perusahaan,

sedangkan luas lahan yang ada berjumlah

sedangkan alih fungsi lahan subur pertanian


tetap. Sebagai akibatnya terjadi persaingan

yang

yang sangat ketat dalam pemanfaatan lahan

tersentuh oleh peraturan tersebut.

pertanian.
pertambahan

Yang
jumlah

pertama
penduduk

penduduk
2035


dilakukan

oleh

Simatupang

yang berakibat pada meningkatnya nilai

individu

dan

Kelemahan

belum

Irawan

lahan maka penggunakan lahan pertanian


menyebutkan

lain

dalam

akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain

peraturan perundangan yang ada yaitu : (i)

seperti perumahan dan industri.3 Meskipun

Objek lahan pertanian yang dilindungi dari

nilai intrinsik dari lahan pertanian, terutama

proses konversi ditetapkan berdasarkan

sawah, jauh lebih tinggi dari nilai pasarnya,


kondisi fisik lahan, padahal kondisi fisik

namun nilai-nilai tersebut belum tercipta

lahan relatif mudah direkayasa, sehingga
konversi lahan dapat berlangsung tanpa
melanggar peraturan yang berlaku; (ii)

Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi
Volume 23, Nomor 1, Juni 2005. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
2
Tunggul Iman Panudju, Mempertahankan
Tanah Agraris, http/buletin. Penataanruang.net.
3
Nasoetion, L. I. dan J. Winoto, Masalah
alih fungsi lahan pertanian dan dampaknya terhadap
keberlanjutan swasembada pangan dalam prosiding
Lokakarya

Persaingan
dalam
pemanfaatan
Sumberdaya Lahan dan Air, Kerjasama Puslit Sosial
Ekonomi Pertanian dan Ford Foundation, Bogor,
1996.

Peraturan yang ada cenderung bersifat
himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang
jelas,

baik

besarnya

sanksi

maupun

4

Pakpahan, A., H. Kartodihardjo, R.
Wibowo, H. Nataatmadja, S. Sadjad, E. Haris dan H.
Wijaya, Membangun pertanian Indonesia: Bekerja,
bermartabat dan sejahtera, Himpunan alumni IPB
Bogor. Cetakan II, 2005, hlm. 207.

36

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

penentuan pihak yang dikenai sanksi; (iii)

RTRW kabupaten/kota seluas 3,09 juta ha

Jika terjadi konversi lahan pertanian yang

dari 7,8 juta ha lahan sawah menjadi

tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku

permukiman, perindustrian, dan lain-lain.

sulit ditelusuri lembaga yang

Konversi

paling

sawah

menjadi

lahan

non

bertanggung jawab untuk menindak karena

pertanian dari tahun 1999 – 2002 mencapai

ijin konversi adalah keputusan kolektif

563.159 ha atau rata-rata 187.719,7 ha per

berbagai instansi.5

tahun. Sebenarnya neraca pertambahan luas

Selain itu dua faktor strategis lain

lahan sawah sempat naik antara tahun 1981

adalah pertama, yang sifatnya fundamental

– 1999, yaitu seluas ±1,6 juta ha. Namun

adalah petani sebagai pemilik lahan dan

antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan

pemain dalam kelembagaan lokal belum

luas lahan seluas 141.285 ha per tahun. Data

banyak

dari Biro Pusat Statistik

dilibatkan

secara

aktif

dalam

tahun 2004

berbagai upaya pengendalian alih fungsi.

menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi

Kedua, belum terbangunnya komitmen,

lahan pertanian dari lahan sawah ke non-

perbaikan

serta

sawah sebesar 187.720 ha per tahun, dengan

lembaga-

rincian alih fungsi ke nonpertanian sebesar

lembaga formal dalam menangani alih

110.164 ha per tahun dan alih fungsi ke

fungsi lahan pertanian. Beberapa kelemahan

pertanian lainnya sebesar 77.556 ha per

dan keterbatasan tersebut di atas telah

tahun. 6

sistem

pengembangan

koordinasi,

kompetensi

kebijakan

Kenyataan itulah yang kemudian

pengendalian alih fungsi lahan pertanian

melahirkan permasalahan konversi lahan

yang selama ini telah disusun tidak dapat

subur pertanian dan degradasi lahan yang

menyentuh secara langsung simpul-simpul

kian massif. Sementara, keberlanjutan lahan

kritis yang terjadi di lapangan.

subur

menyebabkan

instrumen

yang

ada

tidak

terjamin

dan

Masalah lainnya adalah kompetisi

pencetakan lahan sawah baru pun relatif

pemanfaatan ruang untuk berbagai sektor

kecil. Padahal, ketersediaan lahan dalam

yang semakin ketat dan rencana alih fungsi

usaha pertanian merupakan conditio sine-

lahan sawah yang sangat dasyat berdasarkan

quanon (syarat mutlak) untuk mewujudkan

5

Simatupang, P dan B. Irawan,
Pengendalian konversi lahan pertanian:Tinjauan
ulang kebijakan lahan pertanian abadi, Makalah
Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan
Pertanian, Badan Litbang Deptan, Jakarta, 2002.

peran sektor pertanian yang berkelanjutan
(sustainable agriculture), terutama dalam
6

Ibid.

37

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
mewujudkan

ketahanan

pangan

secara

nasional. Hal ini tentu amat disayangkan
mengingat
Indonesia

potensi
yang

sektor

ISSN 1979-4940
bagi Pemerintah Daerah di Kabupaten
Barito Kuala.

pertanian

membanggakan.

Di

Dengan adanya kajian yang lebih
intensif,

diharapkan

dapat

membantu

Kabupaten Barito Kuala misalnya, pertanian

melahirkan

adalah sumber mata pencaharian masyarakat

undangan khususnya peraturan daerah dalam

di sekitarnya. Kabupaten Barito Kuala juga

mempertahankan lahan subur pertanian di

merupakan salah satu daerah penghasil padi

Kabupaten Barito Kuala sebagaimana yang

terbesar di Kalimantan Selatan. Meskipun

telah ditentukan di dalam Undang-Undang

angka panen tiap tahunnya tidak sama

Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dengan hasil panen di lahan subur pertanian

Lahan

Pertanian

yang ada di pulau Jawa, akan tetapi bagi

(LP2B)

yang

masyarakat Kalimantan Selatan khsusunya

membuat aturan terkait dalam menetapkan

Kabupaten Barito Kuala adalah menjadi

lahan subur pertanian demi menunjang

daerah andalan penghasil padi terbesar.

ketersediaan

Perubahan

fungsi

dari

suatu produk perundang-

Pangan

Berkelanjutan

mengharuskan

swasembada

daerah

pangan.

lahan

Bagaimana kebijakan pemerintah dalam

pertanian yang produktif ini tentunya cepat

mempertahankan dan memelihara lahan

atau lambat akan berpengaruh kepada hasil

subur pertanian di Kabupaten Barito Kuala?

dari pertanian itu sendiri, baik dari aspek

Bagaimana pengaruh pengurangan lahan

kuantitas dan kualitas. Hal ini yang perlu

subur pertanian terhadap ketahanan pangan

dicermati dengan perlunya melakukan kajian

di Kabupaten Barito Kuala?

yang lebih lanjut mengenai dampak apa saja
yang terjadi apabila terjadi perubahan fungsi
lahan pertanian secara besar-besaran

A. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan

Sejalan dengan hal tersebut tentu
dalam

mempertahankan

Publik

subur

Kebijakan publik adalah putusan

pertanian khususnya di Kabupaten Barito

atau peraturan yang dibuat oleh yang

Kuala

perlu

berwenang untuk mengatasi masalah publik,

mendapatkan perhatian lebih sehingga pada

sehingga diharapkan tujuan organisasi dapat

akhirnya penelitian ini akan mengarah

dicapai

kepada out put berupa saran dan masukan

kebijakan publik adalah suat peraturan atau

Kalimantan

lahan

PEMBAHASAN

Selatan

dengan

baik.

Ciri-ciri

utama

38

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

ketentuan yang diharapakan dapat mengatasi

seorang atau sekelompok orang dan dapat

masalah

dilaksanakan serta berpengaruh terhadap

publik.

Cochran

dan

Malone

mengemukakan : “Public policy is the study

sejumlah

of

mencapai suatu tujuan tertentu. Kebijakan

governments

decision

and

actions

besar

pula

orang

diartikan

dalam

sebagai

rangka

designed to deal with matter of Public

dapat

bentuk

Concern”.7

ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan

Menurut H. Hugh Heglo dalam

oleh seseorang yang memiliki kekuasaan,

Abidin8 kebijakan adalah suatu tindakan

jika ketetapan tersebut memiliki sasaran

yang bermaksud untuk mencapai tujuan

kehidupan orang banyak atau masyarakat

tertentu. Sedangkan Anderson dalam Islamy

luas maka kebijakan itu dikategorikan

mendefinisikan

sebagai kebijakan publik.

serangkaian
tujuan

kebijakan

tindakan

tertentu

yang

yang

sebagai
mempunyai
dan

ada sebuah proses linier pada sebuah

dilaksanakan oleh seorang pelaku atau

kebijakan yaitu : policy innovation – policy

sekelompok pelaku guna memecahkan suatu

succession – policy maintenance – policy

masalah tertentu. Sehingga dapat dikatakan

termination. Policy innovation adalah saat di

kebijakan

prosedur

mana pemerintah berusaha memasukkan

berdasarkan

sebuah problem baru yang diambil dari

aturan tertentu yang kemudian digunakan

hiruk pikuk kepentingan yang ada di

sebagai

memecahkan

masyarakat untuk kemudian dikonstruksi

permasalahan dan mencapai suatu tujuan.

menjadi sebuah kebijakan yang relevan

Dalam setiap kebijakan pasti membutuhkan

dengan konteks tersebut. Policy succession,

orang-orang

setelah

itu

memformulasikan

alat

diikuti

Hogwood dan Peters menganggap

adalah
sesuatu

untuk

sebagai

perencana

atau

aspirasi

itu

ditangkap

maka

pelaksana kebijakan maupun objek dari

pemerintah akan mengganti kebijakan yang

kebijakan

ada dengan kebijakan baru yang lebih baik.

itu

sendiri.

Sebagaimana

penjelasan Irfan Islamy kebijakan adalah

Policy

suatu program kegiatan yang dipilih oleh

pengadaptasian atau penyesuaian kebijakan

maintenance

adalah

sebuah

baru yang dibuat tersebut untuk keep the
7

Charles
Malone........

L.Cochran

and

Eloise

F.

8

policy on track. Policy termination adalah
saat dimana kebijakan yang ada tersebut dan

ulul@unitomo.ac.idhttp://www.unitomo.ac.id/artikel/
ululalbab/public_polecy_diakses pada 6 Maret 2013.

39

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940
11

dianggap sudah tidak sesuai lagi maka

munculnya suatu kebijakan.

Ada empat

kebijakan tersebut dihentikan.9

isu pokok agar implementasi kebijakan
kebijakan

menjadi efektif, yaitu komunikasi, sumber

publik sebagai apa yang dilakukan oleh

daya, disposisi dan attitude, dan struktur

pemerintah, sebagaimana mengerjakannya,

birokrasi.12

Dye

mendefinisikan

mengapa perlu dikerjakan dan perbedaan
apa yang dibuat. Dye berpandangan lebih

B.

luas

Pertanian

dalam

merumuskan

pengertian

Tujuan dan Manfaat Lahan Subur

Lahan pertanian memiliki peran

kebijakan, yaitu sebagai pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan

dan

fungsi

strategis

bagi

masyarakat

sesuatu.10

Indonesia yang bercorak agraris karena

Suatu kebijakan publik yang dibuat

terdapat sejumlah besar penduduk Indonesia

oleh penguasa pada dasarnya adalah untuk

yang menggantungkan hidup pada sektor

diimplementasikan. Bahkan Udoji dalam

pertanian. Dengan demikian, lahan tidak

Abdul Wahab dengan tegas mengatakan

saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga

“the execution of policies is as important if

sosial, bahkan memiliki nilai religius. Dalam

not more important that policy-making.

rangka

Policies will remain dreams or blue prints

berkelanjutan, lahan merupakan sumber

file jackets unless they are implemented”

daya pokok dalam usaha pertanian, terutama

(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang

pada kondisi yang sebagian besar bidang

penting, bahkan mungkin jauh lebih penting

usahanya masih bergantung pada pola

dari

Kebijakan-

pertanian berbasis lahan. Lahan merupakan

kebijakan hanya akan berupa impian atau

sumber daya alam yang bersifat langka

rencana yang bagus, yang tersimpan rapi

karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi

dalam arsip kalau tidak diimplementasikan).

kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat.

pembuatan

kebijakan.

pembangunan

pertanian

yang

Oleh karenanya ditarik suatu kesimpulan

Pasal 33 Undang-undang Nomor 41

bahwa implementasi merupakan unsur yang

Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

sangat penting sebagai kontinuitas dari
9

http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20pdf/modal_
sosial_dan_kebijakan_sosial.pdf.
10
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan
Publik, Media Pressindo, Yogyakarta, 2002, hlm. 23.

11

Wahab,Solichin
Abdul,
Analisis
Kebijaksanaan: dari formulasi ke implementasi
kebijkasanaan
Negara, Bumi Aksara, Jakarta,
2008, hlm. 31.
12
Subarsono,AG, Analisis Kebijakan publik,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm. 35.

40

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

Pertanian Pangan Berkelanjutan dikatakan

Munasinghe13, Callaghan14, Sogo Kenkyu15,

bahwa pemanfaatan lahan pertanian pangan

ataupun Yoshida16. Dua kategori manfaat

berkelanjutan dilakukan dengan menjamin

yaitu: use values dan non use values. Use

konservasi tanah dan air. Pemerintah dan

values atau nilai penggunaan yang dapat

pemerintah

jawab

pula disebut sebagai personal use values. Ini

terhadap pelaksanaan konservasi tanah dan

dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau

air, yang meliputi :

kegiatan usahatani pada lahan pertanian.

daerah

bertanggung

a. Perlindungan

sumber

daya

Non-use

values

yang

bersifat

sebagai

intrinsic values atau manfaat bawaan, sepert

lahan dan air;
b. Pelestarian sumber daya lahan

terpeliharanya
pemanfaatan

dan air;
c. Pengelolaan kualitas lahan dan

keragaman
lahan

hayati

pertanian

atau

sebagai

wahana pendidikan lingkungan.

air; dan

Oleh karena itu alih fungsi lahan

d. Pengendalian pencemaran;

pertanian merupakan ancaman terhadap

Lahan

pencapaian

dampak

pertanian

yang

dan

kedaulatan

pangan. Alih fungsi lahan mempunyai

ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara

implikasi yang serius terhadap produksi

ekonomi,

memberikan

pangan, lingkungan fisik, serta kesejahteraan

manfaat yang sangat besar bagi negara,

masyarakat pertanian dan perdesaan yang

mulai dari proses produksi, memberikan

kehidupannya bergantung pada lahannya.

kesempatan

dan

Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur

masyarakat

selama ini kurang diimbangi oleh upaya-

lahan

pendapatan

kesejahteraan

petani.

pertanian

pertanian

kerja,

meningkatkan

besar

ketahanan

terhadap

terutama

sangat

mempunyai

terkait

Secara

sosial,

dengan

lahan

eksistensi

kelembagaan masyarakat petani dan aspek
budaya lainnya. Dari sesi lingkungan, lahan
pertanian

pada

umumnya

merupakan

aktivitas yang sejalan dengan prinsip-prinsip
perlindungan terhadap lingkungan.
Berbagai klasifikasi manfaat lahan
pertanian

dapat

disimak

dalam

Munasinghe,
M.
“Environmental
Economics and Valuation in development Decision
Making”. Environment Working Paper No. 51.
World Bank, 1992.
14
Callaghan, J.R.
Land Use, “The
Interaction of Economics, Ecology and Hydrology”,
Chapman & Hall, London, 1992, hlm. 26.
15
Sogo Kenkyu, “An Economics Evaluation
of External Economies from Agriculture by the
Replacement Cost Method. National Research
Institute of Agricultural Economics”, MAFF, Japan,
1998.
16
Yoshida, K, “An Economic Evaluation of
Multifunctional Roles of Agricultural and Rural
areas in Japan”. Ministry of Agricultural Forestry
and Fisheries. Japan, 1994.
13

41

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
upaya

terpadu

pertanian

mengembangkan

melalui

pencetakan

lahan

keberadaan Kab. Barito Kuala sebagai

lahan

kawasan sentra produksi padi, jeruk, dan

pertanian baru yang potensial. Di sisi lain,
alih

fungsi

lahan

pertanian

ISSN 1979-4940

rambutan.

pangan

Pengalihan lahan pertanian menjadi

menyebabkan makin sempitnya luas lahan

non

yang diusahakan dan sering berdampak pada

konsekuensi dari pertumbuhan penduduk

menurunnya tingkat kesejahteraan petani.

yang terus bertambah dan perkembangan

Oleh karena itu, pengendalian alih fungsi

pembangunan

lahan

pertanian

perlindungan
merupakan

lahan
salah

pertanian

yang

adalah

merupakan

terus

ditingkatkan

pangan

melalui

berdampak pada perubahan penggunaan

pertanian

pangan

tanah.

satu

untuk

Perubahan spesifik dari penggunaan

dan kedaulatan

untuk pertanian ke pemanfaatan bagi non-

meningkatkan

pertanian yang kemudian dikenal dengan

kemakmuran dan kesejahteraan petani dan

istilah alih fungsi (konversi) lahan, kian

masyarakat pada umumnya.

waktu

mewujudkan ketahanan
pangan,

dalam

upaya

rangka

kian

meningkat.

Fenomena

ini

Kabupaten Barito Kuala adalah salah

tentunya dapat mendatangkan permasalahan

satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang

yang serius di kemudian hari, jika tidak

memiliki

bentuk

diantisipasi secara serius dari sekarang.

morfologi dataran rendah dengan ketinggian

Implikasinya, alih fungsi lahan pertanian

0,2 m sampai dengan 3 meter dari

yang tidak terkendali dapat mengancam

permukaan laut. Karena merupakan dataran

kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan

rendah,

dalam jangka panjang dapat menimbulkan

lahan

maka

basah,

hampir

dengan

sebagian

besar

permukaan Kab. Barito Kuala adalah lahan
basah dengan berbagai usaha dayaguna yang
dilakukan

diatasnya,

Pengendalian

lahan

pertanian

diantaranya

merupakan salah satu kebijakan nasional

adalah pertanian, perkebunan dan perikanan.

yang strategis untuk tetap memelihara

Pertumbuhan

yang

kerugian sosial.

Perkebunan

Kelapa

industri pertanian primer dalam kapasitas

Sawit, industri dan perumahan di Kabupaten

penyediaan pangan, dalam kaitannya untuk

Barito Kuala mengalami peningkatan yang

mencegah kerugian sosial ekonomi dalam

cukup pesat. Hal ini menjadi pertanyaan

jangka panjang mengingat sifat multi fungsi

yang harus diteliti lebih lanjut karena

lahan pertanian.
42

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
Konflik penggunaan dan pemanfaatan

ISSN 1979-4940
pembangunan jaringan irigasi baru sudah

lahan bersifat dilematis mengingat peluang

barang

perluasan areal pertanian sudah sangat

dukungan dana yang tidak sedikit. Untuk

terbatas,

membangun

sementara

tuntutan

terhadap

tentu

diperlukan

sawah

waktu

beririgasi

dan

teknis

kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor

dibutuhkan

industri,

sedangkan hasil produksi dari sawah baru

jasa,

dan

properti

semakin

meningkat.

biasanya

Dengan

demikian

penggunaan

lahan

pertumbuhan

ekonomi

perubahan

sejalan

dengan

regional

dana

jauh

yang

sangat

lebih

rendah

besar,

bila

dibandingkan dengan produktivitas sawah
yang sudah jadi.

tidak

Dalam pemanfaatan lahan pertanian

mungkin dapat dihindarkan. Bila keadaan

selalu dikalahkan oleh peruntukan lain

dilematis ini tidak segera diatasi dengan

seperti industri dan perumahan, yang mana

pengembangan kebijakan pertanahan maka

laju alih fungsi lahan pertanian tersebut dari

kelangsungan

sistem

sulit

tahun ke tahun diperkirakan mencapai

dipertahankan,

mengingat

tiga

ratusan ribu hektar pertahun. Alih fungsi

dekade terakhir belum ada sesuatu terobosan

lahan pertanian mengakibatkan dampak

teknologi dan kelembagaan yang mampu

langsung dan tidak langsung yang sangat

mengkompensasi

besar.

pertanian
selama

penurunan

produksi

pertanian akibat berkurangnya tanah-tanah
pertanian

(khususnya

sawah

beririgasi

teknis) yang dirubah kepenggunaan lain.

Lahan sawah yang sudah berubah
fungsi tidak akan dapat menjadi sawah
kembali sehingga berdampak negatif pada

Adanya konversi lahan di satu sisi

produksi pangan, fisik lingkungan dan

dan diperlukannya pembangunan jaringan

budaya masyarakat yang hidup di atas

irigasi baru di sisi lain, menunjukkan suatu

maupun sekitar lahan yang mengalami alih

kontradiksi yang perlu mendapat perhatian

fungsi.

yang seksama. Walaupun konversi lahan

Alih fungsi lahan pertanian subur

dilakukan untuk kegiatan pembangunan

yang umumnya terjadi dan sekitar daerah

yang memiliki nilai ekonomis tinggi namun

perkotaan

dari segi investasi, hal tersebut berarti

diimbangi oleh upaya sistimatis untuk dapat

pemubaziran, karena membuang aset yang

memanfaatkan

sudah

kurang subur dan marginal.

dimiliki.

Sementara

itu,

untuk

khususnya

belum

lahan-lahan

yang

mampu

relatif

43

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
Pengendalian

alih

fungsi

lahan

ISSN 1979-4940
fungsi lahan pertanian subur, terutama lahan

pertanian, dan upaya perlindungan lahan

sawah

pertanian

Departemen

produktif

serta

perlindungan

ke

lahan

industri.

Pertanian

Bahkan,

mengusulkan

terhadap petani merupakan salah satu bentuk

perlunya sawah abadi sebagai pemasok

kebijakan yang strategis guna mewujudkan

pangan nasional jangka panjang. Ada tiga

sistem pertanian yang berkelanjutan serta

pertanyaan esensial, mengapa alih fungsi

ketahanan, kemandirian dan kedaulatan

lahan pertanian subur mendapat perhatian

pangan.

besar.

Dengan lengkapnya landasan yuridis

Pertama,

menyebabkan

faktor

laju

alih

apa

yang

fungsi

lahan

formal tersebut sebetulnya sudah tidak ada

pertanian subur demikian tinggi? Kedua,

alasan lagi Pemerintah Daerah ataupun

bagaimana pengaruh alih fungsi lahan

masyarakat petani untuk mengalih fungsikan

terhadap kekeringan dan ketahan pangan

lahan pertanian khususnya beririgasi teknis.

nasional? Ketiga, implikasi kebijakan apa

Oleh

sangat

yang harus diambil pemerintah bersama

memberlakukan

masyarakat agar masalah kekeringan dan

karena

berkepentingan

itu

Pemerintah

untuk

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

ketahanan

tentang

Pertanian

Betonisasi dan aspalisasi Alih fungsi lahan

Pangan Berkelanjutan, untuk menjadikan

pertanian yang terjadi saat ini lebih tepat

pertanian

disebut

Perlindungan

sebagai

Lahan

bagian

ketahanan

nasional.17

lahan

betonisasi

dapat

atau

dipecahkan?

aspalisasi.

Terminologi betonisasi dan aspalisasi ini

Ketahanan pangan dan masalah alih
fungsi

pangan

pertanian

subur

diintroduksi

guna

mempersempit

dan

justru

mempertegas pengertian alih fungsi lahan

mendapat perhatian luar biasa. Kita tahu,

yang bermakna amat luas, mulai dari alih

sudah banyak perangkat hukum, mulai dari

fungsi lahan hutan ke lahan perkebunan

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53

sampai lahan sawah yang meloloskan air

Tahun 1989, Keppres No 33/1990, hingga

(permeable)

Surat Edaran (SE) Menteri Negara Agraria

industri yang cenderung tidak meloloskan

No 410-2261 1994, yang mengatur alih

air (impermeable).18

menjadi

permukiman

dan

17

http://birohukum.jogjaprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=459:alihfungsi-tanahpertanian&catid=104:nasional&Itemid=529, diakses
tanggal 6 Mei 2015.

18

Gatot Irianto, PhD. 2015. Ahli Peneliti
Muda/
Kepala
Balai
Penelitian
AgroklimatdanHidrologi,

44

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
Tingginya laju alih fungsi lahan
sawah

menjadi

lahan

sejuta hektar. Meski dampak alih fungsi

dan

lahan begitu strategis, sampai saat ini kita

perumahan, selain karena nilai tukar produk

belum memiliki besaran (magnitude) tentang

pertanian yang terus merosot, juga karena

luas

input dan risiko usaha tani cenderung

perkembangannya menurut ruang (spatial)

meningkat dan unpredictable. Hal ini hasil

dan waktu (temporal), sehingga pola alih

yang

yang

fungsi lahan belum dapat direpresentasikan

mengeluhkan harga pupuk dan kebutuhan

lokasi dan kecenderungannya. Data yang

sehari-hari (pangan dan sandang) yang terus

tersedia

meningkat. Selain itu, harga susu cenderung

dipertanggungjawabkan akurasinya.

diperoleh

menurun

dari

akibat

industri

ISSN 1979-4940

petani

permainan

oknum

sawah

baku

umumnya

Itu

nasional

tabular

dan

yang

sebabnya,

mengapa

beras

tidak

sulit

sejak

tengkulak. Karena itu, para petani bertanya,

swasembada

apakah rendahnya komitmen pemerintah

meningkatkan produksi pangan nasional lagi

untuk melindungi petani harus diimbangi

meski teknologi varietas dan budidaya sudah

petani dengan mempertahankan lahan usaha

dipompa

tani

kecenderungan impor pangan meningkat

dan

tidak

menjualnya

untuk

kepentingan pabrik.
Pemicu

habis-habisan.

mampu

Bahkan,

ada

karena laju pertumbuhan penduduk tidak
lahan

mampu diimbangi peningkatan produksinya.

pertanian subur lainnya, antara lain karena

Belum tersedianya data yang akurat tentang

fasilitas, daya dukung lahan, pangsa pasar

alih fungsi lahan menyebabkan pemecahan

yang lebih menjanjikan dan lemahnya

masalah ini lebih bersifat sektoral, yang

penegakan hukum. Hal ini membuat investor

jelas akan mahal dan tidak efektif.

memilih

lahan

laju

kita

alih

investasi.

fungsi

Apalagi

saat

Konflik kepentingan antarsektor di

booming ekonomi Indonesia, pemerintah

lapangan yang justru merugikan semua

banyak memberi insentif kepada investor

pihak

guna mengejar target pertumbuhan ekonomi.

Padahal, jika pemerintah mau bersungguh-

Saat itu kompensasi alih fungsi lahan sawah,

sungguh dengan menggunakan teknologi

dengan membuka sawah, namun banyak

penginderaan jauh melalui citra, maka

yang gagal. Contohnya, pembukaan lahan

deliniasi: luas sawah, luas tanam, luas

sering

tidak

dapat

dihindarkan.

panen, dan kecenderungan (trend) konversi
http://www.kompas.com/kompascetak/0208/30/opini/
meny42.htm,diunduh tanggal 18 Juli 2015.

lahan sawah dapat dipantau dan diprediksi
45

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

dengan akurat. Bahkan, dengan teknik itu

itu kebutuhan air irigasi pada musim

yang diintegrasikan dengan golongan air

kemarau justru meningkat. Dampaknya,

irigasi, produksi dan produktivitas tiap

selain menurunnya luas daerah layanan

satuan lahan sawah dalam sistem pangkalan

irigasi, juga menurunnya intensitas tanam

data (database), maka kemampuan produksi

bahkan sering diikuti meningkatnya risiko

pangan nasional dalam berbagai skenario

kekeringan.

iklim untuk tahun El Nino (kering), La Nina

berdampak terhadap penurunan produksi

(basah) dan normal dapat dikomputasikan.

pangan secara nasional. Bila disimak lebih

Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian

melalui

Balai

lanjut,

Kondisi

masalah

demikian

alih

fungsi

akan

lahan,

Penelitian

kekeringan, dan ketahanan pangan dapat

Agroklimat dan Hidrologi telah memulai

dibingkai dalam suatu "grand strategy tata

usaha itu dengan mengambil studi kasus

ruang nasional".19

sentra produksi pangan pantura Kabupaten

Melalui tata ruang nasional, maka

Karawang, tepatnya di daerah irigasi Tarum

lokasi, alokasi dan sistem produksi/budidaya

Tengah. Prototipe model ini direncanakan

dan pemanfaatan sumber daya tanah, air,

akan

dan

dan udara diatur sesuai kelas kemampuan

diharapkan dapat divalidasi di seluruh

lahan dan fasilitas pendukungnya. Dengan

wilayah

demikian,

di

launching

Indonesia.

akhir

2002,

Ketahanan

pangan

zonafikasi

lahan

dilakukan

berdasarkan penelitian, alih fungsi lahan

dengan

pertanian/betonisasi berdampak terhadap,

efisiensi, keberlanjutan, daya saing, dan

pertama penurunan volume air hujan yang

keadilan menjadi kata kunci yang perlu

dapat diserap tanah dari 15 persen sampai di

disepakati.

bawah sembilan persen. Kedua, peningkatan

diperlukan pewilayahan (zoning) dengan

volume aliran permukaan dari sekitar 30

parameter

persen

sehingga

menjadi

40-60

persen.

Ketiga,

pendekatan

yang

Untuk

dan

Asas

mewujudkannya,

kriteria

secara

utuh.

pendukungnya

nasional

dapat

kecepatan aliran permukaan dari kurang 0,7

diimplementasikan

meter per detik menjadi lebih dari 1,2 meter

Lokasi/sentra produksi komoditas strategis

per detik. Rendahnya penambahan air tanah

(pangan),

(recharge) melalui infiltrasi pada musim

(kelapa sawit, kopi, karet) dan komoditas

hujan

substitusi impor (ternak, sayuran, dan buah)

akan

menyebabkan

menurunnya

komoditas

di

lapangan.

penghasil

devisa

pasokan air di musim kemarau, sementara
19

Ibid.

46

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

dapat ditetapkan bersama sektor lain untuk

lapangan, maupun

waktu tertentu, misalnya 100 tahun. Tentu

sosialisasi bertahap, diharapkan pemahaman

saja

persoalan

tentang perlunya menjaga ketersediaan air,

diakomodir. Untuk itu, pemerintah perlu

sumber daya air, dan lahan sawah baku

menyusun strategi prioritas guna disepakati

dapat dilakukan sehingga ketahanan pangan

secara nasional.

dapat diwujudkan. Meski alih fungsi lahan,

tidak

mungkin

Zonafikasi

semua

itu

perlu

didukung

masyarakat.

Melalui

kekeringan, dan produksi pangan begitu

kebijakan pembangunan transportasi, sarana

"strategis",

produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil.

terhadap petani yang merupakan penyuplai

Bahkan, bila perlu dengan melindungi

roda perekonomian nasional masih rendah.

produk yang dihasilkan melalui proteksi

Indikatornya jelas, terlihat dari keputusan

terselubung,

melindungi

pemerintah yang lebih berpihak pada sektor

sawahnya. Dengan argumen sawah tidak

perbankan yang boros dana, sarang korupsi,

hanya

dan manipulasi.

seperti

berperan

Jepang

sebagai

produksi/penghasil

padi,

berfungsi

pengatur

sebagai

faktor

tetapi

sumber

media
keragaman

tumbuh

tata

biota

hayati.

air

serta

Dengan

demikian, sudah sewajarnya lahan sawah
mendapatkan proteksi memadai dan alih
fungsi

lahan

dengan

menghentikan

betonisasi dan aspalisasi. Zonafikasi dapat
dimulai dari level nasional, sesuai kebutuhan
komoditas

secara

nasional

pemerintah

juga

(pengendali banjir dan kekeringan) sekaligus
merupakan

keberpihakan

yang

ditransformasikan ke tingkat provinsi dan
dirinci di tingkat kabupaten/kota. Dengan
demikian, pelestarian pasokan air, sumber
daya air, dan luas sawah baku dapat
diintegrasikan. Konsepsi ini perlu dipahami

PENUTUP
Adanya persoalan dalam kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Subur dalam
Kerangka Ketahanan Pangan di Kabupaten
Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan,
yang terdiri dari: Pertama, persoalan materi
isi paraturan perundang-undangan yang
mengatur

perlindungan

lahan

pertanian

subur, kedua, persoalan dalam pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian subur antara
instasi pemerintah dan masyarakat. Selama
ini perlindungan lahan pertanian subur di
Provinsi Kalimantan Selatan masih hanya
bertujuan untuk pengembalian lahan, belum
memperhatikan

bagaimana

cara

pengambil kebijakan, perencana, pelaksana
47

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015
mempertahankan lahan

pertanian subur

dalam kerangka ketahanan pangan.
Dalam hal menentukan kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Subur dalam

ISSN 1979-4940

Munasinghe, M. 1992, “Environmental
Economics and Valuation in
development Decision Making”.
Environment Working Paper No.
51. World Bank.

Kerangka Ketahanan Pangan di Kabupaten
Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan
sangat sulit mengetahui variabel apa saja
untuk

menentukan

berkurangnya

lahan

pertanian subur, jika dihubungkan dengan
kesejahteraan

yang

berimbas

kepada

masyarakat terlalu luas.
.

Pakpahan,

DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno, 2002, Teori dan Proses
Kebijakan
Publik,
Media
Pressindo, Yogyakarta.
Callaghan, J.R. Land Use, 1992, “The
Interaction of Economics, Ecology and
Hydrology”, Chapman & Hall, London.
Charles

L.Cochran
Malone........

Nasoetion, L. I. dan J. Winoto, 1996,
Masalah alih fungsi lahan
pertanian
dan
dampaknya
terhadap
keberlanjutan
swasembada
pangan
dalam
prosiding Lokakarya Persaingan
dalam pemanfaatan Sumberdaya
Lahan dan Air, Kerjasama Puslit
Sosial Ekonomi Pertanian dan
Ford Foundation, Bogor.

and

Eloise

F.

Gatot Irianto, PhD. 2015. Ahli Peneliti
Muda/ Kepala Balai Penelitian
AgroklimatdanHidrologi,
http://www.kompas.com/kompasc
etak/0208/30/opini/meny42.htm,d
iunduh tanggal 18 Juli 2015.
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah :
Potensi
Dampak,
Pola
Pemanfaatannya, dan
Faktor
Determinan. Forum Penelitian
Agro Ekonomi Volume 23,
Nomor 1, Juni
2005. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.

A., H. Kartodihardjo, R.
Wibowo, H. Nataatmadja, S.
Sadjad, E. Haris dan H. Wijaya,
2005 Membangun
pertanian
Indonesia: Bekerja, bermartabat
dan sejahtera, Himpunan alumni
IPB Bogor. Cetakan II
Simatupang, P dan B. Irawan, 2002,
Pengendalian konversi lahan
pertanian:Tinjauan
ulang
kebijakan lahan pertanian abadi,
Makalah
Seminar
Nasional
Multifungsi dan Konversi Lahan
Pertanian, Badan Litbang Deptan,
Jakarta.
Sogo

Kenkyu, 1998 “An Economics
Evaluation of External Economies
from
Agriculture
by
the
Replacement
Cost
Method.
National Research Institute of
Agricultural Economics”, MAFF,
Japan.

Subarsono, AG 2008, Analisis Kebijakan
publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

48

Al’ Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015

ISSN 1979-4940

Tunggul Iman Panudju, Mempertahankan
Tanah
Agraris,
http/buletin.
Penataanruang.net.
ulul@unitomo.ac.idhttp://www.unitomo.ac.i
d/artikel/ululalbab/public_polecy_
diakses pada 6 Maret 2013.

Wahab,Solichin Abdul, 2008, Analisis
Kebijaksanaan: dari formulasi ke
implementasi
kebijkasanaan
Negara, Bumi Aksara, Jakarta.
Yoshida, K, 1994, “An Economic Evaluation
of Multifunctional Roles of
Agricultural and Rural areas in
Japan”. Ministry of Agricultural
Forestry and Fisheries. Japan.
http://birohukum.jogjaprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=articl
e&id=459:alih-fungsi-tanahpertanian&catid=104:nasional&It
emid=529, diakses tanggal 6 Mei
2015.
http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20pd
f/modal_sosial_dan_kebijakan_so
sial.pdf.

49