Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Inteligensi dengan Kepribadian

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Inteligensi dengan Kepribadian

Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar” ditulis oleh Suci Zulhijjah,

NIM 1315040075 Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

Masalah dalam penelitian ini dilatarberlakangi oleh adanya perilaku tertutup atau sulit bergaul pada siswa SMP Negeri 5 Batusangkar. Bentuk perilaku ini dilihat dari pergaulan siswa SMP Negeri 5 Batusangkar di lingkungan tempat tinggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang mungkin membuat anak menjadi tertutup atau sulit bergaul seperti pola asuh orang tua, kegiatan sekolah yang banyak serta tugas sekolah yang diberikan oleh guru di sekolah. Adapun sisi lain yang dilihat dari aspek inteligensi, ternyata siswa yang memiliki inteligensi diatas rata-rata memiliki kepribadian yang beragam, di sekolah ada yang hanya sibuk dengan urusannya, dan ada yang mudah bergaul dengan siapa saja yang ia kenali. Hal ini diketahui dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 5 Batusangkar.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara inteligensi dengan kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. rancangan penelitian ini menggunakan metode korelasi kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologi, yang berpedoman pada skala guttman yang terkait dengan skala inteligensi dan skala kepribadian dengan jumlah instrrumen skala inteligensi sebanyak 60 aitem dan skala kepribadian sebanyak 29 aitem. Alat tersebut telah teruji validitas dan reliabilitasnya.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dengan menggunakan bantuan komputer program statistical program from social science (SPSS) versi 18.0.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pertama dari skala inteligensi didapati bahwa dari 58 responden terdapat 3 responden atau setara dengan

5 % memiliki inteligensi jenius, 27 responden atau setara dengan 27 % memiliki inteligensi very superior dan sebanyak 28 responden atau setara dengan 48 % yang memiliki inteligensi superior. Dapat dikatakan bahwasanya responden rata-rata memiliki inteligensi yang superior. Kedua, pada skala kepribadian didapati bahwa 13 responden atau setara dengan 22 % memiliki kepribadian ekstrovert, 30 reponden atau setara dengan 52 % memiliki inteligensi introvert, dan 15 responden atau setara dengan 26 responden memiliki kepribadian ekstrovert/introvert. Dapat dikatakan bahwasanya responden lebih dominan memiliki kepribadian yang introvert. Ketiga, adanya hubungan antara inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. Diperoleh nilai r hitung > r tabel berarti 0,275 > 0,211yang

artinya bahwa H 0 ditolak. Artinya jika H 0 ditolak dan H a diterima berarti ada hubungan. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa adanya hubungan yang

iv iv

Kata kunci: inteligensi, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan oleh Allah dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia pada dasarnya diciptakan sebagai suci dan beriman (Aliah, 2006 : 41).

Manusia sebagai makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah dan dilahirkan sebagai makhluk yang suci dan beriman. Suci berarti bersih dan Beriman yang dimaksudkan berkaitan dengan keadaan jiwa manusia yang dekat dengan Sang Pencipta yakni Allah SWT.

Melalui al-Qur’an, Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui manusia lebih nyata, benar dan sungguh- sungguh maka al-Qur’an memberikan gambaran manusia (Shaleh, Abdul Rahman, 2005 : 49) sebagai berikut :

a) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf Alif, Nun dan Sin semacam insan, ins, nas atau unas. Kata insan mengandung arti adanya keterkaitan dengan kemampuan penalaran, di mana manusia dapat mengambil pelajaran atas apa yang dilihat, bias mengetahui benar dan salah, baik dan buruk, serta ada dorongan untuk minta izin menggunakan sesuatu yang bukan menjadi haknya (Irfan, 2016: 292).

Dalam al-Qur’an, kata insan digunakan untuk menunjukkan manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Perbedaan antara sesama itu karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasan dalam Irfan dikutip dari M. Quraish Shihab (2003 :280)

b) Menggunakan Kata Basyar. Penggunaan kata basyar dengan penyebutan untuk semua manusia, memberikan arti adanya persamaan umum yang selalu menjadi ciri pokok, yaitu kenyataan lahiriyah yang menempati ruang dan waktu serta terikat oleh hukum alamiahnya.

c) Menggunakan kata Bani Adam, dan Zuriyat Adam. Kehidupan manusia tidak terlepas dari orang lain, artinya dalam kehidupannya manusia akan berinteraksi dan bergaul dengan sesama manusia. Dalam al-Qur’an dinyatakan :

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat: 13). ( Departemen Agama RI. 2004: 517)

Ayat di atas menyatakan bahwa terjalinnya hubungan satu sama lain di antara manusia merupakan suatu ketetapan dari Allah SWT, hubungan yang ada terjalin dari berbeda-bedanya ciptaan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Ada perempuan, ada yang laki-laki, bersuku dan berbangsa supaya mereka manusia saling mengenal.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, hubungan sosial atau tanggung jawab yang diemban oleh setiap manusia merupakan suatu komponen dalam kehidupan manusia, di mana manusia akan saling ketergantungan dengan orang di sekitarnya, baik itu keluarga, teman, dan guru di sekolah. Hubungan yang dijalin dengan baik akan menimbulkan efek yang baik bagi individu. Sebaliknya jika hubungan yang dijalin dengan buruk, maka akan berdampak negatif (buruk) terhadap kehidupan individu itu sendiri.

Elemen yang umum dari semua hubungan akrab adalah saling ketergantungan (interdependen), suatu asosiasi interpersonal di mana dua orang secara konsisten mempengaruhi kehidupan satu sama lain, memusatkan pikiran dan emosi mereka terhadap satu sama lain, dan secara teratur terlibat dalam aktivitas bersama sebisa mungkin (Baron, Byrne, 2005 : 5).

Elemen saling akrab atau saling ketergantungan akan membawa manusia kepada hubungan sosial yang baik antara sesama manusia. Jika manusia bisa memanfaatkan hubungan dengan baik, maka hubungan akan baik. Dan sebaliknya Elemen saling akrab atau saling ketergantungan akan membawa manusia kepada hubungan sosial yang baik antara sesama manusia. Jika manusia bisa memanfaatkan hubungan dengan baik, maka hubungan akan baik. Dan sebaliknya

Setiap keluarga akan di anugerahkan anak sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan, baik itu anak laki-laki ataupun perempuan. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani, rohani, memiliki intelegensi yang tinggi serta berakhlakul karimah (berakhlak baik).

Inteligensi digambarkan sebagai kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Inteligensi juga sering disebut dengan intelektual. Intelektual merupakan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu, kemampuan ini dibawa semenjak lahir dan akan berkembang seiring dengan perjalanan perkembangan kehidupan individu.

Sofyan (2013 :55-56) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan individu, yaitu faktor nutrisi, stimulasi dan sarana. Jika lingkungan mendukung dalam perkembangan intelektual seperti faktor nutrisi, stimulasi dan sarana tersebut, maka individu akan lebih mudah dalam mencapai prestasi-prestasi yang ada.

Tahap perkembangan setiap individu dimulai dari bayi, setelah itu kanak- kanak, dan remaja. Remaja adalah anak yang usianya telah memasuki masa pubertas, masa remaja merupakan masa yang labil bagi setiap anak. Di masa remaja ini anak akan banyak mengalami perubahan yang akan membawanya dalam dunia yang berbeda dari sebelumnya, baik itu fisik dan psikologis. Jika Tahap perkembangan setiap individu dimulai dari bayi, setelah itu kanak- kanak, dan remaja. Remaja adalah anak yang usianya telah memasuki masa pubertas, masa remaja merupakan masa yang labil bagi setiap anak. Di masa remaja ini anak akan banyak mengalami perubahan yang akan membawanya dalam dunia yang berbeda dari sebelumnya, baik itu fisik dan psikologis. Jika

WHO dalam Sarwono (2010: 11-12) memberikan defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap defenisi tersebut adalah sebagai berikut :

Remaja adalah suatu masa di mana ;

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai pada saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaaan yang relatif lebih mandiri. Di usia remaja, anak akan mengalami banyak perubahan, baik itu dari segi seksual sekunder, psikologis, dan ketergantungan sosial-ekonomi yang akan membawanya kepada kemandirian. Perubahan ini yang akan membuat remaja akan berinteraksi lebih dekat dengan orang – orang yang ia kenal. Remaja mulai 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaaan yang relatif lebih mandiri. Di usia remaja, anak akan mengalami banyak perubahan, baik itu dari segi seksual sekunder, psikologis, dan ketergantungan sosial-ekonomi yang akan membawanya kepada kemandirian. Perubahan ini yang akan membuat remaja akan berinteraksi lebih dekat dengan orang – orang yang ia kenal. Remaja mulai

Remaja yang memiliki kecerdasan intelektual, belum tentu remaja tersebut juga memiliki kecerdasan sosial. Fakta menyatakan bahwa siswa berbakat tinggi mempunyai konsep diri positif terhadap akademik, akan tetapi mempunyai hubungan sosial negatif (Asrori, 2009). Kecerdasan sosial yang dimaksud berhubungan dengan interaksi atau hubungan sosial remaja itu sendiri, pada hakikatnya hubungan sosial di dapat dilihat dari bagaimana individu dalam belajar sosial di dalam kehidupannya. Menurut Albert Bandura (dalam Walgito, 2011 : 36) perilaku dibentuk melalui model atau observasi. Karena itu, teorinya Bandura juga disebut sebagai teori belajar observasional (observational learning theory ), yang merupakan bentuk pembelajaran asosiatif (associative learning). Penguatan dipandang sebagai respon fasilitator (facilitator respons) karena diperoleh nilai penguatan yang positif. Teori Bandura juga sering disebut teori hubungan stimulus-mediasional (meditational-stimulus contiguity theory).

Menurut pendekatan ini, selama periode penampilan stimulus, akan terlihat hubungan yang akan dibentuk oleh subjek yang sedang diamati. Mereka akan mengalami berbagai perubahan, baik itu terlihat secara tampak maupun tidak tampak. Dan hubungan yang terjalin akan terbentuk jika ada stimulus yang diberikan.

Dalam perkembangannya sebagai seorang remaja, remaja akan memunculkan banyak sifat dan sikap yang salah satunya akan berkaitan dengan kepribadiannya. Kepribadian ini lah yang akan banyak memunculkan berbagai perubahan. Kepribadian adalah suatu organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Alwisol, 2004 :275). Menurut Jung sikap kepribadian dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap kepribadian ekstrovert dan sikap kepribadian introvert. Apabila orientasi segala sesuatu ditentukan oleh faktor-faktor objektif, faktor-faktor luar, maka orang yang demikian dikatakan memiliki orientasi yang ektrovert. Sebaliknya jika ada orang yang mempunyai tipe dan orientasi introvert, dimana dalam menghadapi sesuatu, faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor subjektif yaitu faktor-faktor yang berasal dari dunia batin sendiri.

Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri periang, sering berbicara lebih terbuka dan lebih dapat bersosialisasi. Sedangkan ciri-ciri orang dengan tipe kepribadian introvert adalah memiliki sifat pemalu, tidak banyak bicara dan cenderung berpusat pada diri sendiri. Tipe kepribadian yang dimiliki ini akan mempengaruhi bagaimana individu dalam menghadapi lingkungan dimana ia berada.

Kebanyakan remaja yang memiliki kecerdasan intelektual sulit untuk berinteraksi dan berhubungan sosial, karena mereka cenderung memiliki kepribadian yang introvert (tertutup). Kepribadian yang tertutup inilah yang membawa remaja sulit berinteraksi dengan orang-orang yang berada di

sekitarnya. Fauziah dalam Asrori (2009) mengatakan bahwa fakta di atas juga di perkuat oleh penelitian yang dilakukan terhadap 231 siswa (usia 15-19 tahun) yang terdiri dari masing-masing 77 siswa yang berbakat tinggi (higly gifted student ), siswa berbakat sedang (moderate gifted student), siswa non berbakat (non gifted student) pada sekolah SMU di Semarang dan Yogyakarta. Penelitian tersebut menunjukkan siswa berbakat tinggi cenderung lebih formal dalam bersosialisasi, lebih menyukai kesendirian atau kurang menyukai stimulasi sosial dan cenderung mempunyai altruisme yang rendah. Lain halnya dengan siswa- siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar, mereka memiliki kegiatan hubungan sosial yang berbeda. Hal ini diketahui dari hasil observasi yang telah penulis lakukan.

Batusangkar adalah salah satu kota kecil yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Di Kota Batusangkar terdapat 4 Sekolah Menengah Pertama Negeri dan satu Madrasah Tsanawiyah Negeri. Di antara sekolah yang ada di Batusangkar salah satu Sekolah Menengah Pertamanya adalah Sekolah Menengah Negeri 5 Batusangkar.

SMP Negeri 5 Batusangkar merupakan sekolah yang berbasis unggulan yang ada dikota Batusangkar. SMP Negeri 5 Batusangkar bertekad untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas yang mampu meningkatkan sumber daya manusia yang ada Di Kabupaten Tanah Datar. Dengan program layanan keunggulan diharapkan sekolah mampu mewujudkan generasi cemerlang SMP Negeri 5 Batusangkar merupakan sekolah yang berbasis unggulan yang ada dikota Batusangkar. SMP Negeri 5 Batusangkar bertekad untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas yang mampu meningkatkan sumber daya manusia yang ada Di Kabupaten Tanah Datar. Dengan program layanan keunggulan diharapkan sekolah mampu mewujudkan generasi cemerlang

Untuk penerimaan siswa-siswi baru, sekolah memiliki standar penerimaan antara lain (1) Siswa-Siswi yang juara atau peringkat 1-3 di SD sebelumnya (2) mengikuti ujian tulis akademik (3) mengikuti ujian membaca al-Qur’an (4) mengikuti tes potensi akademik (IQ) (5) mengikuti tes keagamaan.

Standar penerimaan siswa-siswi baru sesuai dengan standar yang telah dibuat sekolah, seperti untuk melihat kemampuan akademik, tes yang dilakukan adalah tes IQ. Untuk melihat kemampuan membaca al-Qur’an, tes yang dilakukan sesuai dengan standar seperti makharijul huruf yang jelas, panjang pendek bacaan, tajwid dan lain sebagainya yang berkenaan dengan al-Qur’an. Untuk melihat prestasi di sekolah dasar calon siswa yang dilakukan yaitu nilai raport anak dari kelas 1-6 SD. Dan untuk melihat pemahaman mengenai pelajaran keagamaan, maka tes yang diberikan berupa soal-soal pelajaran agama islam dari Sekolah Dasar dan kemampuan umum tentang agama islam.

Dari hasil observasi yang telah penulis lakukan di SMP Negeri 5 Batusangkar pada tanggal 28 Oktober 2016 pukul 09.40 – 10.05 Wib, penulis melihat dari 69 orang siswa/siswi kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar, dari mereka yang 69 orang tersebut baik laki-laki maupun perempuan ada yang hanya berdiam diri duduk di tempat duduknya, ada yang bermain dengan teman-temannya, ada yang berlari-lari di depan kelas menuju lantai 1, ada yang diskusi tentang pelajaran di sekolah pada waktu jam istirahat, ada yang makan, dan ada yang pergi shalat dhuha. Hal ini di tunjukkan dari tabel dibawah ini :

Tabel 1. Hasil Observasi Awal

Kelas 2 Kelas 3 No

1 Jiwanya tertutup

2 Sukar bergaul

3 Sukar berhubungan dengan 1 2 1 1 1 2 orang lain

4 Kurang dapat menarik hati orang -

- - - lain

5 Penyesuaiannya dengan dunia -

- - - luar kurang baik

Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan

Pada umumnya siswa/siswi yang sekolah di SMP Negeri 5 Batusangkar ini adalah anak-anak yang mempunyai prestasi di bidang akademik, hal ini

ditunjukkan dari hasil tes IQ, rapport dan prestasi-prestasi yang di peroleh oleh siswa/siswi kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar.

Berikut ini adalah petikan wawancara penulis dengan guru BK SMP Negeri

5 Batusangkar mengenai interaksi atau hubungan siswa/siswi kelas VII disekolah, yang terdapat di bawah ini : “Kalau di sekolah anak-anak biasanya akan sibuk dengan urusan mereka

masing-masing ketika jam istirahat, ada yang berkelompok-kelompok untuk makan, ada yang berkelompok untuk diskusi mandiri, ada yang hanya diam saja sendiri. Tapi kebanyakan anak saling berinteraksi dengan teman sekelasnya (Afri Neldawati, 7 Oktober 2017 )”

Di lingkungan sekolah siswa/siswi SMP Negeri 5 akrab dengan teman- teman di kelas dan dengan teman-teman yang berlainan kelas. Tetapi ketika sudah pulang ke rumah dan berada di lingkungan rumah, siswa/siswi jarang bergaul dan jarang keluar rumah kecuali ada keperluan keluar rumah dengan orang tua dan untuk berangkat ke sekolah.

Dari pengamatan sementara penulis beranggapan bahwa sikap mandiri, menyendiri dan tertutup yang ada pada siswa/siswi akan mempengaruhi hubungan sosial mereka terhadap kehidupan di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Apakah karena faktor remaja tersebut memang memiliki kepribadian tertutup (introvert), ataukah karena hal lain yang menyebabkan remaja kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan persoalan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

“Hubungan Inteligensi Dengan Kepribadian Pada Siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi batasan-batasan masalah adalah sebagai berikut:

a) Apakah kategori tingkat inteligensi pada siswa kelas VII SMP Negeri

5 Batusangkar?

b) Apakah kategori kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?

c) Apakah ada hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas

VII SMP Negeri 5 Batusangkar?

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu menjelaskan apa yang menjadi rumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan kategori tingkat inteligensi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

2. Untuk menjelaskan kategori tingkat kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

3. Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Tambahan khazanah keilmuan bagi peneliti sebagai calon sarjana Psikologi Islam dengan mengkaji tentang hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

b. Tambahan khazanah keilmuan bagi peneliti lain yang tertarik pada judul ini serta instansi terkait khususnya dalam bidang Psikologi kepribadian.

c. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Islam dan menerapkan teori- teori yang sudah dikemukakan sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat mengetahui dan menjelaskan bagaimana hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar, sekaligus juga untuk memberikan gambaran mengenai inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar demi kemajuan hubungan sosial dari siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar umumnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah. Hasil penelitian ini dapat memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S. Psi (Sarjana Psikologi) Di Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasar tiap- tiap variabel, kerangka konseptual dan pembentukan hipotesa.

BAB III : METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrumen, uji coba instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data, hasil penelitian yang meliputi Inteligensi dan Kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar, dan yang terakhir pembahasan.

BAB V : PENUTUP DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga berisi sara-saran bagi perkembangan profesi auditor di masa depan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Inteligensi

1. Pengertian Inteligensi

Alfred binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran inteligensi bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai terdiri dari tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism. Dan Lewis Madison Terman juga mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H. H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang (dalam Azwar, 2006 :5)

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu yang akan berhubungan dengan hal-hal di dalam diri dan dari luar diri individu, baik kemampuan untuk mengarahkan fikiran, kemampuan mengkritik diri sendiri atau orang lain, kemampuan mengubah

arah tindakan, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh individu itu sendiri.

Morgan, dkk (dikutip dari Walgito, 2010 :211) menyatakan ada dua pendekatan yang pokok dalam memberikan definisi mengenai inteligensi itu, yaitu (1) pendekatan yang melihat faktor-faktor yang membentuk inteligensi itu, yang sering disebut sebagai pendekatan faktor atau teori faktor, dan (2) pendekatan yang melihat proses intelektual itu sendiri, yang sering dipadang sebagai teori orientasi-proses (process-oriented theoris).

Pendekatan inteligensi yang dimaksud oleh Morgan yaitu berhubungan dengan faktor pendekatan yang akan membentuk inteligensi baik itu faktor dari semenjak ia lahir, maupun faktor luar yaitu lingkungan yang akan membentuk inteligensi masing-masing individu, dan pendekatan yang melihat dari proses yang dialami oleh individu dalam meningkatkan inteligensi yang dimilikinya.

Dalam memahami hakikat inteligensi, Maloney dan Ward (dalam Azwar, 2006 :11) mengemukakan empat pendekatan umum yaitu :

1. Pendekatan Teori Belajar Inti pendekatan teori belajar mengenai masalah hakikat inteligensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang

dipergunakan oleh individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.

2. Pendekatan Neurobiologis Pendekatan neuro-biologis beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku inteligen menurut pendekatan ini, dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neurofisiologisnya.

3. Pendekatan Psikometris Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak (consruct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang.

4. Pendekatan Teori Perkembangan Dalam teori perkembangan, studi inteligensi dipusatkan pada masalah perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap- tahap perkembangan biologis individu.

Dari berbagai pendekatan yang telah dijelaskan diatas, dapat dipahami bahwa inteligensi yang dimiliki oleh masing-masing individu tidak lepas dari berbagai faktor pendukung, yang dijalani oleh masing-masing individu untuk memelihara dan meningkatkan inteligensi.

Teori inteligensi Alfred Binet mengatakan bahwa inteligensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (g). Maksud dari teori inteligesi Alfred Binet ini yaitu inteligensi bukan saja

dimiliki dan ada pada setiap individu, tetapi juga akan didukung oleh faktor luar yaitu lingkungan di mana individu tersebut tinggal. Selanjutnya, inteligensi juga akan berkembang apabila adanya dukungan dan perhatian intens dari orang-orang terdekat.

2. Syarat - Syarat Orang Yang Inteligen

Purwanto (2010 :54) mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat dianggap inteligen, bila memenuhi beberapa syarat antara lain :

a. Masalah yang dihadapi sedikit banyaknya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan

b. Perbuatan inteligen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.

c. Masalah yang dihadapi, harus memandang suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.

d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.

e. Dalam berbuatan inteligen seringkali menggunakan daya meng-abstraksi. Pada waktu berpikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus di singkirkan.

f. Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.

g. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Banyak faktor yang mengisyaratkan orang bisa dikatakan inteligen atau memiliki inteligensi yang tinggi, di antaranya faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Di samping kedua faktor tersebut, faktor lain yang juga akan membuat orang menjadi inteligen yaitu masalah, perbuatan, pemecahan masalah, daya pikir dan perhatian yang sangat fokus terhadap apa

saja yang dilakukan. Bila semua syarat yang dikatakan di atas terpenuhi maka individu yang bersangkutan dapat dikatakan orang yang memiliki inteligensi yang tinggi atau dapat dikatakan orang yang inteligen.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Seseorang

Purwanto (2010 :55-56) mengatakan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi, sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain ialah :

a. Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. “batas kesanggupan”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.

b. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

c. Pembentukan: Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan pembentukan sengaja (seperti di sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alan sekitar).

d. Minat dan pembawaan yang khas: Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

e. Kebebasan: Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.

Pada dasarnya semua faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain, untuk menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan terhadap berkembangannya inteligensi yang dimiliki oleh setiap individu. Tetapi sebaliknya, ada beberapa hal pokok yang mempengaruhi inteligensi seorang

individu, antara lain; pembawaan (genetik), kematangan (fisik dan psikis), pembentukan, minat dan bawaan yang khas, serta kebebasan. Kemudian, untuk menentukan inteligen atau tidaknya seorang anak, kita hanya dapat berpedoman kepada salah satu faktor di atas karena lebih dapat melihat secara spesifik atau khusus apakah anak yang dimaksud memiliki inteligensi yang tinggi, menengah atau rendah dalam perkembangan inteligensinya.

4. Teori-Teori Inteligensi

Yusuf (2011 :107-110) mengemukakan beberapa teori inteligensi, yaitu sebagai berikut :

a. Teori “Two Factors” Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman. Dia berpendapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.

b. Teori “Primary Mental Abilities” Teori ini dikemukakan oleh Thurstone. Dia berpendapat bahwa teori inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension; (b) kemampuan mengingat memory; (c) kemampuan nalar atau berpikir logis; reasoning; (d) kemampuan tilikan ruang; spatial factor; (e) kemampuan bilangan; numerical ability; (f) kemampuan menggunakan kata-kata; word fluency; dan (g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat; perceptual speed .

c. Teori “Multiple Intelligence“ Teori ini dikemukakan oleh J.P Guildford dan Horward Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar aatu “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut :

1) Operasi mental (proses berpikir)

a) Kognisi menyimpan informasi yang lama dan menentukan informasi yang baru

b) Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari)

c) Memory recording (ingatan yang segera)

d) Divergent production (berpikir melebar = banyak kemungkinan jawaban)

e) Convergent production (berpikir memusat = hanya satu jawaban/alternatif)

f) Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik akurat, atau memadai)

2) Content (isi yang dipikirkan)

a) Visual (bentuk konkret atau gambaran)

b) Auditory

c) Word meaning (semantic)

d) Symbolic (informasi dalam bentuk lamvang, kata-kata, angka dan not musik)

e) Behavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara)

3) Product (hasil berpikir)

a) Unit (item tunggal informasi)

b) Kelas (kelompok aitem yang memiliki sifat-sifat yang sama)

c) Relasi (keterkaitan antar informasi)

d) Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan)

e) Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi informasi)

f) Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain)

d. Teori “ Triachic Of Intelligence” Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg. Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteligensi. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental” (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen. Dengan kata lain tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dari penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengn menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

Teori-teori yang telah dikemukakan diatas berhubungan dengan teori inteligensi dari berbagai pandangan para ahli, dan masing-masing dari teori memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing dalam menjelaskan makna dan maksud dari teori tersebut. Dari beberapa teori yang dijelaskan

di tersebut, penulis memakai teori two factors dalam pembahasan inteligensi, karena teori two factors lebih sederhana dan mudah dalam memahaminya, serta bisa diaplikasikan dalam penelitian ini.

B. Kepribadian

Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, serta kesadaran atau ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian. Carl Gustav Jung mendefinisikan kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran, ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat taksadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat taksadar kolektif. Di samping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap (introvers-ekstrovers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran (Alwisol, 2004 :52).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan yang dimiliki oleh individu yang berhubungan dengan fikiran, perasaan dan tingkah laku maupun kesadaran serta ketidaksadasaran yang ada pada individu itu sendiri. Kepribadian akan mempengaruhi seluruh aspek di dalam diri individu, baik tingkah laku, perasaan, fikiran, kesadaran atau

ketidaksadaran. Semua itu akan dapat tergambar secara tampak maupun tidak tampak terhadap kehidupannya.

Sikap ekstrovert dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia luar dirinya. dan sikap introvert dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri (Sujanto, 2014 :70).

Maksud dari sikap ekstrovert dan introvert ini adalah sikap atau tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu yang berhubungan dekat dengan dunia dalam diri yaitu berhubungan dengan sikap pemalu, pendiam, suka sediri dan tertutup. Serta sikap yang berhubungan dengan luar diri misalnya berhubungan dengan sikap periang, ramah, dan suka bergaul dengan orang yang baru dikenal dan suka bergaul dengan semua orang. Kedua sikap ini saling bertolak belakang karena masing-masing sikap memiliki fokus tersendiri dalam menjalani hidup pada masing-masing individu. Sebaliknya kedua sikap ini bisa menyatu sesuai dengan individu dalam mengendalikan diri, dan juga selalu ada pada diri individu.

Menurut Jung, introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi yang bersifat individu. Ekstrovert adalah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh

sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri (Jeist, Gregory, 2014 :137- 138).

Sikap ekstrovert dan introvert akan sangat berhubungan dengan diri individu, dimana sikap ekstrovert bisa dipengaruhi oleh dunia luar dirinya dengan adanya stimulus yang datang kepada individu, sementara sikap introvert sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh dunia luar dirinya karena sikap introvert cenderung tertutup terhadap siapapun yang ditemuinya. Baik itu orang yang jauh dengannya maupun orang yang dekat sekalipun. Orang yang memiliki sikap introvert biasanya kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia berada.

Tingkah laku manusia dalam Ahmadi (2005 :169) dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu :

a. Aspek kognitif (Pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.

b. Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaam atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecendrungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif.

c. Aspek motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

Tingkah laku manusia bukan hanya dipengaruhi oleh dunia dalam atau dunia luar dirinya saja, tetapi tingkah laku manusia juga dipengaruhi oleh banyak aspek luar serta dalam dirinya, antara lain aspek kognitif merupakan

aspek yang berhubungan dengan daya pikir, ingatan dan sangat berhubungan dengan pengindraan aspek ini biasanya akan sangat sulit dikendalikan jika individu salah dalam memahami apapun yang sedang ia jalani dalam kehidupan. Kemudian aspek afektif merupakan aspek yang berhubungan dengan perasaan dan emosi, aspek ini bisa dikatakan sangat sensitif bagi setiap individu, karena perasaan dan emosi sangat susah dikendalikan apabila sudah terlalu ditahan dan kemudian menjadi beban bagi individu yang bersangkutan. Yang terakhir, aspek motorik merupakan aspek yang berhubungan dengan tingkah laku yang dimiliki oleh individu, baik itu tingkah laku yang baik maupun buruk yang ada di dalam diri individu.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

Hasanah (2014 :31) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yaitu :

a. Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sendiri yang biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksud dari faktor genetis yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya atau bisa juga gabungan atau kombinasi dari sifat orang tuanya.

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yaitu teman-temannya.

Faktor yang mempengaruhi kepribadian dibagi kedalam dua yaitu faktor dalam atau internal dan faktor luar atau eksternal. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi dalam perkembangan kepribadian. Jika satu faktor menetap dan tak bisa dimasuki oleh faktor yang lain, maka faktor tersebut akan berdiri sendiri dan akan menetap didalam diri individu. Dan jika faktor yang satu dapat dipengaruhi atau dimasuki oleh faktor lain, maka faktor yang dipengaruhi akan menjadi kuat dan dapat menyesuaikan dengan di mana ia berada.

2. Ciri-Ciri Pribadi Yang Sehat

Ciri-ciri kepribadian yang sehat (dalam Jahja, 2011 :68) antara lain :

a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak

b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya

c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya

d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan

e. Dapat mengendalikan emosi Dapat diketahui bahwa menurut Jahja, orang yang mempunyai kepribadian yang sehat merupakan orang yang dapat memenuhi ciri-ciri yang telah

dijelaskan di atas yaitu mandiri dalam berpikir dan bertindak, menjalin relasi sosial, mampu menerima diri sendiri dan orang lain, bisa mengemban tanggung jawab dan dapat mengedalikan emosi disetiap berhubungan dengan orang lain. Ciri-ciri inilah yang akan membentuk kepribadian individu akan menjadi sehat dalam menjalankan kehidupan.

3. Aspek-Aspek Kepribadian

Menurut Mahmud (2010 :366) aspek-aspek kepribadian dapat dibagi atas 6 bagian yaitu :

1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat

2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3. Sikap, yaitu respons terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen.

4. Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.

5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk meneriman resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.

6. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal, seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Di samping faktor-faktor yang mempengaruhi serta ciri-ciri orang yang berkepribadian yang sehat, juga ada aspek-aspek dari kepribadian. Aspek-aspek kepribadian terdiri atas karakter, tempramen, sikap, stabilitas emosi, responsibility, dan sosiabilitas. Yang kesemua aspek tersebut mempengaruhi dari kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu.

C. Remaja

Dalam Soejanto (2005 :173) masa remaja disebut masa adolesen, yang ciri- ciri nya yaitu bersifat statis (dalam perkembangan bertambahnya fungsi tubuh baru) dan tertutup ( jiwa tidak lagi mudah terpengaruh oleh siapapun). Dalam Hurlock (2003 :206) Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah baik.

Masa remaja merupakan masa transisi atau perpindahan yang mana dahulu masih merupakan anak-anak sekarang sudah menjadi remaja dan berbagai fungsi baik itu fisik maupun psikologis sudah berubah dikarenakan berbagai fungsi yang telah matang. Remaja akan menjadi baik perkembangan fisik dan psikologisnya jika remaja mendapatkan dukungan dari orang-orang yang berada disekitarnya.

1. Ciri-Ciri Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik maupun psikologis. Jahja (2011 :235) menyatakan ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yaitu :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang disebut dengan masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,

baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.

4. Perubahan nilai, dimana yang mereka anggap penting pada masa kanak- kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

Berbagai perubahan masa remaja akan dibarengi dengan ciri-ciri yang ada pada masa remaja, diantaranya akan berhubungan dengan emosional, fisik, hubungan sosial, perubahan nilai, dan sikap yang dimiliki. Remaja akan mulai memahami bahwa perubahan yang terjadi akan sangat berdampak kepada dirinya, maka dari itu remaja akan menjadi tertarik untuk mengetahui bagaimana dirinya. Perubahan yang telah banyak dialami oleh remaja akan membuat remaja tersebut banyak merasakan berbagai perubahan yang dalam perkembangannya, baik itu dari segi fisik maupun psikis.

2. Karakteristik remaja

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Desmita (2009 : 37-38)

mengatakan bahwa masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang di junjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Memilih dan mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga Negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas. Dengan perpindahan berbagai kondisi yang dialami oleh remaja, maka karakteristiknya juga akan mulai berbeda. Karakteristik remaja akan mempengaruhi bagaimana remaja memahami dirinya, dan banyak hal yang akan menjadikan diri remaja semakin baik dalam kehidupan yang ia jalani, diantara perubahan itu akan berkaitan dengan hubungan teman sebaya, hubungan sosial dengan lingkungan di mana individu tinggal, menerima perubahan dengan baik, mulai mengarahkan pikiran ke masa depan, mengembangkan sikap positif baik itu terhadap nilai keagamaan, etika, dan sikap religiusitas serta memiliki tanggung jawab setiap apa yang dilakukan di dalam kehidupan.

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan menurut Hurlock (2003 :209) yaitu sebagai berikut :

1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

6. Mempersiapkan karier ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem atis Perkembangan masa remaja tidak terlepas dari bagaimana remaja dilingkungan ia berada, maka dari itu disetiap perubahan dan perkembangan yang terjadi akan berdampak kepada perilaku dari remaja. Dan tugas-tugas perkembangan ini akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang terjadi pada remaja.

D. Kerangka Konseptual