BBM Tuhan Baru Media Massa

Kemarin saya menerima bbm dari beberapa teman
bernama : Media Massa". Isinya sebagai berikut :

dengan judul "Tuhan Baru itu

Bayi berat badan 1000 gram TIDAK BOLEH MATI, AWASSS, itu dosa
besar, rumah sakit tidak profesional, dokter tidak bermoral, menteri diam
saja, gubernur cuma pencitraan, tuntut sampai tuntas semua yang terlibat
dalam kematian bayi tidak berdosa, Vonis: Si Miskin Tidak Boleh Sakit.
Apa saja yang sudah dilakukan oleh pekerja kesehatan, sejuta, sepuluh juta,
seratus juta orang sakit yang berhasil diobati, kematian dokter di rimba
pedalaman, honor petugas kesehatan yang lebih rendah dari sopir angkot,
penyakit dan kematian akibat beban kerja paramedis yang overload, tidak
akan diberitakan, karena tidak laku diberitakan, yang laku adalah kematian
bayi prematur dengan kelainan berat badan dan komplikasi medis yang
menyertainya ...
Sabarlah dokter, paramedis dan semua pekerja kesehatan, karena anda semua
bukan Tuhan, anda adalah alat Tuhan, dan anda adalah sasaran tembak yang
tidak punya perisai apa-apa, apalagi kalau yang nembak itu sebuah tuhan
yang bernama Media Massa ..
Semoga TUHAN melindungi hambaNYA. Cuman broadcast aja.... Susahnya

jadi dokter....
Gaji dokter 1,2juta, gaji buruh 2,2 juta Dokter sekolah minimal 6 tahun,
buruh sekolah?? Pendidikan dokter minimal 100 juta, buruh?? Tiap 5 tahun
dokter di test ulang, buruh?? Buruh boleh demo... Pernah liat dokter demo?
Anda tau berapa honor yang didapat seorang dokter spesialis dari program
berobat gratis? Rp.2000/pasien ! Tak lebih dari jasa tukang parkir! Anda tau
berapa milyar pemerintah daerah berhutang dgn rumah sakit? Apa rumah
sakit pernah menuntut?

ada beberapa hal yang mengusik pemikiran saya dengan tulisan ini yaitu :
1. Menurut saya tulisan itu terlalu memperbesar masalah, kalaupun tulisan tersebut
dibuat karena ada media yang menampilkan pemberitaan seperti dalam tulisan itu
saya rasa medianya sendiri kurang kredibel, seringkali antara judulnya dan isinya
tidak nyambung, tidak perlu ditanggapi agar tirasnya tidak naik. Penulis mungkin
seorang petugas kesehatan yang mau mencurahkan kekesalannya dengan pemberitaan
yang cenderung memojokkan petugas kesehatan secara umum tetapi saya agak sulit
menerima logika pemikirannya, sebagaimana yang akan saya uraikan di bawah nanti.
2. Apa yang terjadi sebagaimana saya pahami melalui siaran tvone yang mewawancarai
menkes sudah menjernihkan masalah bahwa bayi sendiri memang kondisinya
premature dan cacat bawaan yang tingkat daya hidupnya rendah, kemudian ditambah

terbatasnya alat khusus karena semua rumah sakit yg dilengkapi alat tersebut penuh.
Memahami penuhnya rumah sakit yang dilengkapi alat tersebut (jika benar), berarti
masyarakat jakarta sudah cukup mudah untuk mendapatkan akses alat khusus
walaupun dia termasuk kategori miskin, ini berarti program jamkesmas (atau
sejenisnya) di Jakarta cukup berhasil, dan dapat digunakan oleh masyarakat. Hanya
saja persiapan rumah sakit dan pemerintah masih kurang untuk mengantisipasi hal-hal
seperti ini, terbukti dengan ketersediaan alat khusus yang terbatas (saya baca di

jawapos). Namun bukan berarti penyebab meninggalnya bayi tersebut 100%
kesalahan menteri ataupun kesalahan gubernur ataupun kesalahan rumah sakit
ataupun kesalahan tenaga medis. Selama pemberitaan pun yang lebih terpojok adalah
rumah sakit dan pemerintah bukan petugas kesehatan.
3. Honor petugas kesehatan yang lebih rendah dari sopir angkot, saya bingung
membandingkan dua profesi ini. Honor petugas kesehatan yang mana lebih rendah
dari sopir angkot? Karena petugas kesehatan itu banyak, apakah tenaga honorer di
bidang kesehatan? Ataukah PNS di bidang kesehatan? Ataukah tenaga kerja swasta di
bidang kesehatan? Semua tenaga kerja swasta harus berdasarkan pada UMR/UMP,
setidaknya yang tingkatannya rendah harus minimal sudah sesuai dengan UMP, kalau
PNS maka lebih tinggi lagi penghasilan yang diterima dibandingkan tenaga kerja
swasta karena banyak tunjangannya. Kalau tenaga honorer maka di lihat statusnya

apakah benar tenaga kesehatan yang membutuhkan keahlian khusus masih direkrut
sebagai tenaga honorer? Saya yakin tidak! Kemudian lagi kenapa harus dibandingkan
dengan sopir angkot? Apakah sopir angkot profesi yang jelek? Ataukah sopir angkot
dianggap punya penghasilan besar? Atau sebaliknya dianggap kecil sehingga
dibandingkan seakan-akan tenaga kesehatan kecil sekali penghasilannya.
Perbandingan ini tidak jelas kriteria dan ukurannya, sehingga tidak seharusnya
dibandingkan, alias tidak relevan.
4. Penyakit dan kematian akibat beban kerja paramedis yang overload.
Ini juga aneh, beban kerja overload itu seperti apa? Kalau terkait terhadap waktu
maka ada pelanggaran uu tenaga kerja terhadap jam kerja. Kalau terkait dengan
jumlah pasien kenapa menjadi overload? Apakah jumlah pasien setiap hari demikian
banyak dibandingkan petugas kesehatan ataukah karena administrasinya buruk?
Setiap rumah sakit ataupun puskesmas punya manajer mulai dari setingkat
direktur/kepala hingga petugas terendah, kalau ada kekurangan ataupun sampai
overload maka tugas manajer ini yang mengatur, kalau masih terjadi maka ada
mismanajemen disana. Kenyataannya yang sering dikeluhkan masyarakat
(pemberitaan di koran) malah dokter di puskesmas atau poli rumah sakit jarang ada.
5. Gaji dokter 1,2juta, gaji buruh 2,2 juta. Ini perbandingan sangat tidak logis. Gaji
dokter 1,2juta itu sudah pasti bukan total penghasilan yang dibawa pulang termasuk
tunjangan. Kalau dikatakan itu gaji pokok saya terima bisa saja gaji pokoknya 1,2juta

tetapi Take Home Pay bukan hanya gaji pokok, masih ada penghasilan dokter diluar
gaji pokok, termasuk dokter yang membuka praktek pribadi? Sudah termasukkah
perhitungan itu? Kalau membandingkan sesuatu seharusnya yang setara jadi kelihatan
bedanya, gaji buruh 2,2jt (di DKI) baru beberapa bulan ini diketok, itupun tidak
semua perusahaan ataupun UMKM serta merta menerapkan gaji segitu, dan yang
utama standar 2,2jt adalah total penghasilan yang diterima termasuk tunjangan.
Jangan dibandingkan Take Home Pay Buruh sama Gaji Pokok Dokter! Seharusnya
dibandingkan Take Home Pay Buruh dengan Total Penghasilan dokter dalam sebulan.
Kalau dibandingkan dengan total penghasilan dokter tentu tidak mungkin sama, gaji
buruh 2,2jt adalah standar minimal upah, gaji dokter dengan keahlian khusus jelas
pasti lebih dari itu. Kalau saat ini gaji pokok belum berubah berdasarkan kenaikan
upah buruh, ya nanti pasti akan disesuaikan, tetapi jika sudah disesuaikan maka total
penghasilan dokter tetap saja melebihi 2,2juta. Kalau mau jujur ayo buka-bukaan,
diulas dong apa saja komponen penghasilan seorang dokter, biarpun seorang dokter

umum. Membandingkan dokter dengan buruh menurut saya bandingannya sudah
tidak relevan.
6. Anda tau berapa honor yang didapat seorang dokter spesialis dari program berobat
gratis?
Rp.2000/pasien

!
Tak
lebih
dari
jasa
tukang
parkir!
Ini lagi seakan-akan profesi dokter itu tidak dihargai, dokter Spesialis lagi! Program
berobat gratis itu biasanya program pemerintah (Jarang ada rumah sakit swasta
membuat program berobat gratis kan?), semua sarana dan fasilitas penunjangnya
disediakan oleh pemerintah tentunya yang melaksanakan adalah dokter PNS yang
sudah jelas gaji dan tunjangannya, kalau dari sebuah program pemerintah diberikan
uang ya kurang lebih sifatnya sebagai tambahan atas jasa dokter yang sudah
seharusnya. Tugas dokter PNS ya mendukung program pemerintah, masa
menjalankan program pemerintah masih harus dibayar secara khusus lagi? Padahal
dokternya PNS. Tugasnya mulia, sudah digaji sebagai PNS apalagi dokter spesialis
masih diukur dengan uang lagi tugasnya?
7. Anda tau berapa milyar pemerintah daerah berhutang dgn rumah sakit? Apa rumah
sakit pernah menuntut? Rumah sakit yang dihutangi pemda pasti juga RSUD, wong
pemiliknya hutang ke instansinya, ya urusannya berarti tidak beres antara manajemen

pemda dengan manajemen rumah sakit, mana mungkin rumah sakit nuntut? Agar fair
seharusnya juga disebutkan berapa anggaran dari pemda untuk RSUD setiap
tahunnya, sebab apa hutangnya ada? Apakah memang hutang itu tidak akan dibayar
atau bagaimana? Kemudian juga apakah hutang pemda menyebabkan petugas
kesehatan di RSUD yang juga PNS menjadi tidak dibayar? Kan Tidak!!
Ini hanya sekedar pemikiran saya atas bbm yang berjudul diatas, penulisnya pun tidak
jelas karena bbm saya terima dari beberapa teman dalam satu hari. Saya mengapresiasi
kinerja pekerja kesehatan, baik itu tenaga medis, paramedis, dokter, puskesmas dan
rumah sakit. Namun melihat persoalan jangan sepotong-sepotong sehingga menjadi
rancu. Apalagi sampai menyebarluaskan pemikiran ini ke masyarakat.
Masyarakat juga tidak menjadikan media massa sebagai Tuhan namun kebebasan media
bisa mengangkat isyu-isyu yang tidak dilirik bilamana media massa dalam terkekang,
inilah sisi positif yang diperlukan oleh bangsa, walaupun sisi jeleknya kebebasan media
tetap ada sebagaimana saya sampaikan pada poin nomor 1 yaitu yang kurang kredibel
dan membuat judul yang terlalu bombastis demi menarik minat masyarakat. Dunia ini
memang diciptakan ‫ اللله‬ta'ala ada sisi baik dan ada sisi jelek, semua itu agar manusia
menjadi lebih baik.