Sistem Ekonomi Shariah Kriteria Sistem E
MAKALAH
SISTEM EKONOMI SHARIAH: KRITERIA SISTEM EKONOMI
ISLAM YANG BAIK, PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM DAN
MEKANISME SISTEM EKONOMI ISLAM
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu:
Masruchin, M. E. I
Oleh:
Ahmad Fauzan Nizar
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAI BAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
TAHUN 2014
|1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah perekonomian itu sudah ada sejak adanya
manusia itu sendiri. Berbagai penjelasan mengenai alam
semesta dan hakikat serta makna kehidupan dan penjelasan itu
telah menimbulkan berbagai ragam pandangan hidup sistem
ekonomi masing-masing secara implisit (tersirat, terkandung
halus) maupun eksplisit (tegas, gamblang) mendasarkan
penjelasan problem ekonomi.1
Kehadiran Islam ditujukan untuk memenuhi semua
tuntutan kehidupan, memerangi kemiskinan dan merealisasikan
kemakmuran dalam semua sisi kehidupan manusia. Islam
merupakan Akidah, moral, ibadah, syari’at, hukum, keputusan
dan perdagangan. Islam juga sekaligus konsepsi dan aksi,
mushaf dan kekuatan. Islam telah menggariskan bahwa
implementasi hukum-hukum itu tidak lain adalah ibadah kepada
Allah SWT.2
Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang
didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari
keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al Qur’a>n, As-Sunnah,
Ijma>’ dan Qiya>s. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang
komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT Sebagai ajaran
1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam (Surabaya: ITS Press, 2009), 23.
2Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), 2
|2
yang sempurna, seperti disebutkan pada Surat Al-Ma>idah ayat
33
Sistem Ekonomi juga merupakan perangkat atau alat-alat
yang digunakan untuk menjawab secara tuntas masalah apa,
bagaimana dan untuk siapa barang di produksi. Efektif atau
tidaknya jawaban yang diberikan sangat tergantung kepada
sistem ekonomi yang dipilih.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa kriteria sistem ekonomi yang baik?
2. Bagaimana prinsip dasar sistem ekonomi Syariah?
3. Bagaimana mekanisme sistem ekonomi Syariah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tentang kriteria sistem ekonomi yang baik;
2. Memahami Prinsip Dasar Sistem ekonomi Syariah;
3. Memahami Mekanisme Sistem Ekonomi Syariah
3 Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam
(Jakarta:Kencana, 2007) 11.
4 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ibid., 15.
|3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kriteria Ekonomi yang baik
Dalam hakikatnya nilai-nilai dasar ekonomi syariah dengan
background tauhid harus meliputi: kepemilikan (ownership),
keseimbangan (equilibrium), dan keadilan (justice). Ketiga nilai
dasar tersebut dapat diperincikan sebagai berikut:5
1. Kepemilikan (ownership)
a. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan
menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber
ekonomi
b. Kepemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia, jika
orang itu mati maka harus didistribusikan kepada ahli
warisnya menurut ketentuan Islam. Sebagaimana firman
Allah :
كتب عليكم اذا حضر احدكم الموت ان ترك خيرا الوصية للوالدين و القربين
.بالمعروف حقا على المتقين
Artinya: Diwajibkan atas kamu, jika seseorang di
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu
bapak dan karib kerabatnya secara adil dan baik, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.6
c. Kepemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap
sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan
umum atau hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini
menjadi milik umum atau dikuasai negara.
2. Keseimbangan (equilibrium), yang pengaruhnya terlihat
pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misalnya
5 Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 21
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penebit Jumanatul ‘Ali, 2007), 27
|4
kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimory), dan
menjauhi pemborosan (extravagance).
3. Keadilan (justice). Keadilan dalam masalah ekonomi:
a. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam;
b. Keadilan harus ditetapkan pada semua fase kegiatan
ekonomi. Artinya keadilan dalam produksi dan konsumsi.
B. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah
Dalam prinsip-prinsip Ekonomi etika pada umumnya,
berkaitan dengan dasar-dasar yang menjadi pegangan
berjalan sesuai dengan kodrat dan aturan yang ada. Prinsip itu
antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip Falsafi7
Menurut pendapat Nurul Huda, dia mengemukakan adat tiga
Azas filsafat dan nilai Islam, yaitu:
a. Azas Filsafati
Azas Filsafati ini hampir sama dengan paradigma
yang dikemukakan oleh Chapra8, akan tetapi
penekanannya saja yang berbeda. Azas filsafati ini
sebagai berikut:
1) Semua yang ada di Alam semesta ini adalah milik Allah
SWT, manusia hanyalah Khilafah yang memang
amanah dari Allah untuk menggunakan hak miliknya.
Sehingga statusnya harus tunduk kepada Allah.
2) Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah
Allah, manusia wajib tolong menolong dan saling bantu
membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
yang bertujuan ibadah kepada Allah.
7 Ismail Nawawi, Ibid, hal 90-96
8 Didasarkan pada tiga konsep fundamental , yaitu Tauhid (Ke-Esaan
Allah), Khila>fah dan ‘Ada>lah (keadilan), merupakan paradigma yang
berlandaskan nilai-nilai keislaman. Tauhid adalah konsep yang paling
fundamental dari ketiga konsep tersebut, sebagai konsep kedua dan lainnya
adalah turunan logika. Lihat M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan
Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 6-7
|5
3) Pertanggungjawaban. Beriman pada Hari Kiamat, yang
merupakan Azas penting dalam satu Sistem Ekonomi
Islam, karena dengan keyakinan ini tingkat perilaku
ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar
bahwa semua perbuatannya akan dimintai
pertanggungjawaban kelak di sisi Allah.
b. Azas Nilai-Nilai
Selain Filsafat tersebut diatas, ekonomi Islam juga
memiliki nilai-nilai tertentu:
1) Nilai dasar pemilikan menurut Sistem Ekonomi Islam.
a) kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas
sumber-sumber ekonomi, akan tetapi setiap orang
atau individu dituntut kemampuannya untuk
memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.
b) Lama kepemilikan manusia atas satu benda terbatas
lamanya manusia tersebut hidup di Dunia.
c) Sumber daya menyangkut kepentingan umum atau
yang menjadi hajat hidup orang banyak harus
menjadi milik umum.
2) Keseimbangan.
Keseimbangan yang terwujud dalam kesederhanaan,
hemat dan menjauhi sikap pemborosan.
3) Keadilan.
Nilai keadilan sangat penting dalam ajaran Islam
terutama dalam kehidupan hukum sosial politik dan
ekonomi. Untuk itu keadilan harus diterapkan dalam
kehidupan ekonomi seperti proses distribusi, produksi,
konsumsi dan lain sebagainya.
2. Prinsip Etika.9
Berkaitan dengan prinsip etika ekonomi, al-Ghazali, Yusuf
Qardhawi mengemukakan mengenai etika ekonomi pada
umumnya. Prinsip etika tersebut berkaitan dengan dasardasar yang dapat dijadikan pegangan agar kegiatan
9 Ibid., 96-101
|6
ekonomi berjalan sesuai kodrat dan aturan yang ada.
Prinsip-prinsip itu antara lain:
a.
Prinsip Otonomi, yaitu sikap dan kemampuan
manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan. Kemampuan yang sempurna memberikan
tanggung jawab yang penuh pada pelaksanaan setiap
aktivitas ekonomi. Kemampuan ini baru dapat berfungsi
secara maksimal jika sifat otonom dimiliki.
b.
Prinsip Kejujuran.
Dasar setiap usaha untuk menjadi orang baik kuat secara
moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran, keutamaankeutamaan moral lainnya akan hilang. Bersikap baik
terhadap orang lain tetapi tanpa kejujuran adalah
kemunafikan dan tidak jarang hal demikian beracun.
c.Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik.
Kebaikan merupakan nilai esensial dalam ajaran Islam
sebagai wahana untuk mencapai peringkat yang lebih
tinggi.
d.
Prinsip hormat terhadap diri sendiri, yaitu tidak etis
jika seseorang membiarkan dirinya sendiri diperlakukan
tidak adil, tidak jujur, ditindas, diperas dan sebagainya.
e.
Prinsip keadilan yang menuntut manusia
memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
Lain halnya dengan prinsip ekonomi yang dipaparkan oleh
UII Yogyakarta, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang akan
menjadi kaidah pokok yang membangun struktur atau
kerangka ekonomi ada 11, yakni:10
1. Kerja (Resources utilization)
2. Kompensasi (Compensation)
3. Efisiensi (efficiency)
4. Profesionalisme (preofessionalism)
5. Kecukupan (sufficiency)
6. Pemerataan kesempatan (equal opportunity)
10 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta,
Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 65-70
|7
7. Kebebasan (freedom)
8. Kerja sama (Cooperation)
9. Persaingan (competition)
10.
Keseimbangan (ekuilibrium)
11.
Solidaritas (solidarity)
C. Mekanisme Sistem Ekonomi Syariah
1. Mekanisme Ekonomi
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas
ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan
pengembangan harta (tanmiyat al- ma>l) dalam akad-akad
mu’a>malah dan sebab-sebab kepemilikan (asba>b attamalluk). Berbagai cara dala mekanisme ekonomi ini,
antara lain :
a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam
kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor
pertanian, industru, dan perdagangan)
b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
berlangsungnya pengembangan harta (tanmiy al-ma>l)
melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan shirkah
‘inan, mudha>rabah, dan sebagainya).
c. Larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak)
walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya
akan menghambat distribusi karena tidak terjadi
perputaran harta.
d. Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu
daerah tertentu saja misalnya dengan memeratakan
peredaran modal dan mendorong tersebarnya pusat-pusat
pertumbuhan.
e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan
yang dapat mendistorsi pasar.
f. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah
kepada penguasa. Semua ini ujung-ujungnya akan
|8
mengakumulasikan kekayaan pada pihak yang kuat
semata (seperti penguasa atau konglomerat).
g. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barangbarang (SDA) milik umum (al-milkiyyah al-a>mah) yang
dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang,
minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan
rakyat.
2. Mekanisme Non-Ekonomi
Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak
melalui aktivitas ekonomi yang produktif, melainkan melalui
aktivitas non-produktif, misalnya pemberian (hibah,
shadakah, zakat, dll) atau warisan.
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah
masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawa>zun)
ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara.
Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi
antara lain adalah :
a. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai
memerlukan.
b. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki
kepada para mustahik.
c. Pemberian infaq, s}adaqah, wakaf, hibah dan hadiah dari
orang yang mampu kepada yang memerlukan.
d. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain.11
11 Julian Sigit, Mekanisme Ekonomi Syariah dalam https://konneiyogyakarta2012.
wordpress.com/tsaqofah/islam/ diakses 18 Februari 2015
|9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Nilai-nilai dasar ekonomi syariah dengan background
tauhid harus meliputi: kepemilikan (ownership), keseimbangan
(equilibrium), dan keadilan (justice).
Sedangkan Prinsip-prinsip ekonomi shariah meliputi prinsip
Falsafi yang berisi azas filsafati dan azas nilai-nilai. Sedangkan
prinsip yang kedua adalah prinsip etika yang berisi tentang
prinsip otonom; prinsip kejujuran; prinsip tidak berbuat jahat;
prinsip hormat terhadap diri sendiri; dan prinsip keadilan
terhadap hak orang lain.
Sedangkan Mekanisme sistem ekonomi shariah, teragi
menjadi 2, yakni; mekanisme ekonomi mekanisme melalui
aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai
kegiatan pengembangan harta (tanmiyat al- ma>l) dalam
akad-akad mu’a>malah dan sebab-sebab kepemilikan
(asba>b at-tamalluk) dan mekanisme non-ekonomi adalah
mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi yang
produktif, melainkan melalui aktivitas non-produktif
| 10
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar
dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, Bandung:
CV Penebit Jumanatul ‘Ali, 2007.
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam, Surabaya: ITS Press, 2009.
Julian Sigit, Mekanisme Ekonomi Syariah dalam
https://konneiyogyakarta2012.
wordpress.com/tsaqofah/islam/ diakses 18 Februari 2015
M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta:
Gema Insani, 2000.
Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,
Bandung: Alfabeta, 2010.
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi
Islam, Jakarta:Kencana, 2007.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII
Yogyakarta, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2008.
SISTEM EKONOMI SHARIAH: KRITERIA SISTEM EKONOMI
ISLAM YANG BAIK, PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM DAN
MEKANISME SISTEM EKONOMI ISLAM
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu:
Masruchin, M. E. I
Oleh:
Ahmad Fauzan Nizar
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAI BAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
TAHUN 2014
|1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah perekonomian itu sudah ada sejak adanya
manusia itu sendiri. Berbagai penjelasan mengenai alam
semesta dan hakikat serta makna kehidupan dan penjelasan itu
telah menimbulkan berbagai ragam pandangan hidup sistem
ekonomi masing-masing secara implisit (tersirat, terkandung
halus) maupun eksplisit (tegas, gamblang) mendasarkan
penjelasan problem ekonomi.1
Kehadiran Islam ditujukan untuk memenuhi semua
tuntutan kehidupan, memerangi kemiskinan dan merealisasikan
kemakmuran dalam semua sisi kehidupan manusia. Islam
merupakan Akidah, moral, ibadah, syari’at, hukum, keputusan
dan perdagangan. Islam juga sekaligus konsepsi dan aksi,
mushaf dan kekuatan. Islam telah menggariskan bahwa
implementasi hukum-hukum itu tidak lain adalah ibadah kepada
Allah SWT.2
Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang
didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari
keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al Qur’a>n, As-Sunnah,
Ijma>’ dan Qiya>s. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang
komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT Sebagai ajaran
1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam (Surabaya: ITS Press, 2009), 23.
2Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), 2
|2
yang sempurna, seperti disebutkan pada Surat Al-Ma>idah ayat
33
Sistem Ekonomi juga merupakan perangkat atau alat-alat
yang digunakan untuk menjawab secara tuntas masalah apa,
bagaimana dan untuk siapa barang di produksi. Efektif atau
tidaknya jawaban yang diberikan sangat tergantung kepada
sistem ekonomi yang dipilih.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa kriteria sistem ekonomi yang baik?
2. Bagaimana prinsip dasar sistem ekonomi Syariah?
3. Bagaimana mekanisme sistem ekonomi Syariah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tentang kriteria sistem ekonomi yang baik;
2. Memahami Prinsip Dasar Sistem ekonomi Syariah;
3. Memahami Mekanisme Sistem Ekonomi Syariah
3 Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam
(Jakarta:Kencana, 2007) 11.
4 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ibid., 15.
|3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kriteria Ekonomi yang baik
Dalam hakikatnya nilai-nilai dasar ekonomi syariah dengan
background tauhid harus meliputi: kepemilikan (ownership),
keseimbangan (equilibrium), dan keadilan (justice). Ketiga nilai
dasar tersebut dapat diperincikan sebagai berikut:5
1. Kepemilikan (ownership)
a. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan
menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber
ekonomi
b. Kepemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia, jika
orang itu mati maka harus didistribusikan kepada ahli
warisnya menurut ketentuan Islam. Sebagaimana firman
Allah :
كتب عليكم اذا حضر احدكم الموت ان ترك خيرا الوصية للوالدين و القربين
.بالمعروف حقا على المتقين
Artinya: Diwajibkan atas kamu, jika seseorang di
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu
bapak dan karib kerabatnya secara adil dan baik, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.6
c. Kepemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap
sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan
umum atau hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini
menjadi milik umum atau dikuasai negara.
2. Keseimbangan (equilibrium), yang pengaruhnya terlihat
pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misalnya
5 Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 21
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penebit Jumanatul ‘Ali, 2007), 27
|4
kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimory), dan
menjauhi pemborosan (extravagance).
3. Keadilan (justice). Keadilan dalam masalah ekonomi:
a. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam;
b. Keadilan harus ditetapkan pada semua fase kegiatan
ekonomi. Artinya keadilan dalam produksi dan konsumsi.
B. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah
Dalam prinsip-prinsip Ekonomi etika pada umumnya,
berkaitan dengan dasar-dasar yang menjadi pegangan
berjalan sesuai dengan kodrat dan aturan yang ada. Prinsip itu
antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip Falsafi7
Menurut pendapat Nurul Huda, dia mengemukakan adat tiga
Azas filsafat dan nilai Islam, yaitu:
a. Azas Filsafati
Azas Filsafati ini hampir sama dengan paradigma
yang dikemukakan oleh Chapra8, akan tetapi
penekanannya saja yang berbeda. Azas filsafati ini
sebagai berikut:
1) Semua yang ada di Alam semesta ini adalah milik Allah
SWT, manusia hanyalah Khilafah yang memang
amanah dari Allah untuk menggunakan hak miliknya.
Sehingga statusnya harus tunduk kepada Allah.
2) Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah
Allah, manusia wajib tolong menolong dan saling bantu
membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
yang bertujuan ibadah kepada Allah.
7 Ismail Nawawi, Ibid, hal 90-96
8 Didasarkan pada tiga konsep fundamental , yaitu Tauhid (Ke-Esaan
Allah), Khila>fah dan ‘Ada>lah (keadilan), merupakan paradigma yang
berlandaskan nilai-nilai keislaman. Tauhid adalah konsep yang paling
fundamental dari ketiga konsep tersebut, sebagai konsep kedua dan lainnya
adalah turunan logika. Lihat M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan
Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), 6-7
|5
3) Pertanggungjawaban. Beriman pada Hari Kiamat, yang
merupakan Azas penting dalam satu Sistem Ekonomi
Islam, karena dengan keyakinan ini tingkat perilaku
ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar
bahwa semua perbuatannya akan dimintai
pertanggungjawaban kelak di sisi Allah.
b. Azas Nilai-Nilai
Selain Filsafat tersebut diatas, ekonomi Islam juga
memiliki nilai-nilai tertentu:
1) Nilai dasar pemilikan menurut Sistem Ekonomi Islam.
a) kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas
sumber-sumber ekonomi, akan tetapi setiap orang
atau individu dituntut kemampuannya untuk
memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.
b) Lama kepemilikan manusia atas satu benda terbatas
lamanya manusia tersebut hidup di Dunia.
c) Sumber daya menyangkut kepentingan umum atau
yang menjadi hajat hidup orang banyak harus
menjadi milik umum.
2) Keseimbangan.
Keseimbangan yang terwujud dalam kesederhanaan,
hemat dan menjauhi sikap pemborosan.
3) Keadilan.
Nilai keadilan sangat penting dalam ajaran Islam
terutama dalam kehidupan hukum sosial politik dan
ekonomi. Untuk itu keadilan harus diterapkan dalam
kehidupan ekonomi seperti proses distribusi, produksi,
konsumsi dan lain sebagainya.
2. Prinsip Etika.9
Berkaitan dengan prinsip etika ekonomi, al-Ghazali, Yusuf
Qardhawi mengemukakan mengenai etika ekonomi pada
umumnya. Prinsip etika tersebut berkaitan dengan dasardasar yang dapat dijadikan pegangan agar kegiatan
9 Ibid., 96-101
|6
ekonomi berjalan sesuai kodrat dan aturan yang ada.
Prinsip-prinsip itu antara lain:
a.
Prinsip Otonomi, yaitu sikap dan kemampuan
manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan. Kemampuan yang sempurna memberikan
tanggung jawab yang penuh pada pelaksanaan setiap
aktivitas ekonomi. Kemampuan ini baru dapat berfungsi
secara maksimal jika sifat otonom dimiliki.
b.
Prinsip Kejujuran.
Dasar setiap usaha untuk menjadi orang baik kuat secara
moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran, keutamaankeutamaan moral lainnya akan hilang. Bersikap baik
terhadap orang lain tetapi tanpa kejujuran adalah
kemunafikan dan tidak jarang hal demikian beracun.
c.Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik.
Kebaikan merupakan nilai esensial dalam ajaran Islam
sebagai wahana untuk mencapai peringkat yang lebih
tinggi.
d.
Prinsip hormat terhadap diri sendiri, yaitu tidak etis
jika seseorang membiarkan dirinya sendiri diperlakukan
tidak adil, tidak jujur, ditindas, diperas dan sebagainya.
e.
Prinsip keadilan yang menuntut manusia
memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
Lain halnya dengan prinsip ekonomi yang dipaparkan oleh
UII Yogyakarta, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang akan
menjadi kaidah pokok yang membangun struktur atau
kerangka ekonomi ada 11, yakni:10
1. Kerja (Resources utilization)
2. Kompensasi (Compensation)
3. Efisiensi (efficiency)
4. Profesionalisme (preofessionalism)
5. Kecukupan (sufficiency)
6. Pemerataan kesempatan (equal opportunity)
10 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta,
Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 65-70
|7
7. Kebebasan (freedom)
8. Kerja sama (Cooperation)
9. Persaingan (competition)
10.
Keseimbangan (ekuilibrium)
11.
Solidaritas (solidarity)
C. Mekanisme Sistem Ekonomi Syariah
1. Mekanisme Ekonomi
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas
ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan
pengembangan harta (tanmiyat al- ma>l) dalam akad-akad
mu’a>malah dan sebab-sebab kepemilikan (asba>b attamalluk). Berbagai cara dala mekanisme ekonomi ini,
antara lain :
a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam
kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor
pertanian, industru, dan perdagangan)
b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
berlangsungnya pengembangan harta (tanmiy al-ma>l)
melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan shirkah
‘inan, mudha>rabah, dan sebagainya).
c. Larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak)
walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya
akan menghambat distribusi karena tidak terjadi
perputaran harta.
d. Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu
daerah tertentu saja misalnya dengan memeratakan
peredaran modal dan mendorong tersebarnya pusat-pusat
pertumbuhan.
e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan
yang dapat mendistorsi pasar.
f. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah
kepada penguasa. Semua ini ujung-ujungnya akan
|8
mengakumulasikan kekayaan pada pihak yang kuat
semata (seperti penguasa atau konglomerat).
g. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barangbarang (SDA) milik umum (al-milkiyyah al-a>mah) yang
dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang,
minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan
rakyat.
2. Mekanisme Non-Ekonomi
Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak
melalui aktivitas ekonomi yang produktif, melainkan melalui
aktivitas non-produktif, misalnya pemberian (hibah,
shadakah, zakat, dll) atau warisan.
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah
masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawa>zun)
ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara.
Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi
antara lain adalah :
a. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai
memerlukan.
b. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki
kepada para mustahik.
c. Pemberian infaq, s}adaqah, wakaf, hibah dan hadiah dari
orang yang mampu kepada yang memerlukan.
d. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain.11
11 Julian Sigit, Mekanisme Ekonomi Syariah dalam https://konneiyogyakarta2012.
wordpress.com/tsaqofah/islam/ diakses 18 Februari 2015
|9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Nilai-nilai dasar ekonomi syariah dengan background
tauhid harus meliputi: kepemilikan (ownership), keseimbangan
(equilibrium), dan keadilan (justice).
Sedangkan Prinsip-prinsip ekonomi shariah meliputi prinsip
Falsafi yang berisi azas filsafati dan azas nilai-nilai. Sedangkan
prinsip yang kedua adalah prinsip etika yang berisi tentang
prinsip otonom; prinsip kejujuran; prinsip tidak berbuat jahat;
prinsip hormat terhadap diri sendiri; dan prinsip keadilan
terhadap hak orang lain.
Sedangkan Mekanisme sistem ekonomi shariah, teragi
menjadi 2, yakni; mekanisme ekonomi mekanisme melalui
aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai
kegiatan pengembangan harta (tanmiyat al- ma>l) dalam
akad-akad mu’a>malah dan sebab-sebab kepemilikan
(asba>b at-tamalluk) dan mekanisme non-ekonomi adalah
mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi yang
produktif, melainkan melalui aktivitas non-produktif
| 10
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar
dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, Bandung:
CV Penebit Jumanatul ‘Ali, 2007.
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam, Surabaya: ITS Press, 2009.
Julian Sigit, Mekanisme Ekonomi Syariah dalam
https://konneiyogyakarta2012.
wordpress.com/tsaqofah/islam/ diakses 18 Februari 2015
M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta:
Gema Insani, 2000.
Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,
Bandung: Alfabeta, 2010.
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi
Islam, Jakarta:Kencana, 2007.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII
Yogyakarta, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2008.