Politik Dumping Dalam Perdagangan Intern

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Dumping merupakan salah satu bentuk hambatan perdagangan yang

bersifat non tarif, berupa diskriminasi harga. Masalah Dumping merupakan
substansi dibidang rules making yang akan semakin penting bagi negara
berkembang yang akan meningkatkan ekspor non migas terutama dibidang
manufaktur. Perbuatan melakukan praktek dumping dianggap sebagai perbuatan
yang tidak fair. Dikarenakan hal tersebut menimbulkan perdagangan yang tidak
fair, karena bagi negara pengimpor, perdagangan dengan motif dumping akan
menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri,
dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih
mudah daripada barang-barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis
akan kalah bersaing. Praktik banting harga itupun dapat berakibat kerugian pada
perusahaan domestik yang menghasilkan produk sejenis. Tindakan tersebut
mengharuskan perintah suatu negara mengadakan pemabtasan-pembatasan
tertentu terhadap berbagai praktek bisnis. Pembatasan tersebut merupakan
peraturan perundang-undangan yang secara eksplisit memasukkan berbagai

tindakan sebagai suatu perbuatan yang dilarang dan dapat juga dinyatakan sebagai
suatu tindak kejahatan ( Sukarmi 2002:7 ).
Dalam ilmu ekonomi dumping merujuk kepada politik atau kebijakan yang
dilakukan dengan jalan menjual produk di luar negeri lebih murah dari pada
dalam negeri. Kebijakan dumping ini bertujuan untuk menguasai pasar di luar
negeri dan untuk menghasilkan produk lama yang mungkin kurang maju. Praktek
dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair karenan bagi negara
pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau
industri barang sejenis dalam negeri. Dengan terjadinya banjir barang dari
pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan
mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti oleh dampakk

3

ikutannya seperti pemutusan kerja masal, penganguran dan bangkrutnya industri
barang sejenis didalam negeri. dengan kata lain hakekat dumping sebagai praktek
curang , bukan hanya karena dumping dipergunakan untuk sebagai sarana untuk
merebut pasaran di negara lain. Tapi bahkan dapat mematikan perusahaan
domestik yang menghasilkan produk sejenis.

Istilah dumping didalam dunia bisnis sering dianggap sebagai praktek
yang wajar dalam penjualan suatu barang oleh suatu barang oleh perusahaan
industri, pada kenyataanya dapat menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau
industri barang sejenis dinegeri lain
( Negara Impor ). Dumping juga tidak terlepas dari praktik subsidi, proteksi, dan
aneka bentuk tata Negara yang semuanya menjadi satu yaitu perdagangan bebas.
Fakta global menunjukkan bahwa praktek dumping tidak menjadi hal yang baru,
sekarang menjadi penting karena terjadi trade global. Daya saing dari industri
negara-negara maju telah diimbangi oleh produsen negara-negara berkambang
( Jefry A.Frieden & David A Lake ).
B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan tersebut sebagai berikut: Mengapa perjanjian perdagangan
internasional melarang praktik dumping dan bagaimana dampak dari politik
dumping?
C.


Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui Politik Dumping dalam Perdagangan Internasional
2. Untuk Mengetahui Kebijakan Perdagangan Internasional
3. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Politik Dumping yang Pernah Terjadi di
Indonesia
4. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Landasan Teori
Teori Persaingan Dagang
Teori Persaingan Dagang adalah sisi lain dari konflik internasional yang

merupakan aspek dalam hubungan intrrnasional antara negara, melakukan
persaingan dagang baik itu berupa barang atau jasa, baik kualitas maupun

kuantitas, sampai persaingan harga untuk merebut konsumen mencari barang yang
sangat murah dengan kualitas yang bagus. Banyaknya persaingan perdagangan
disebuah negara baik itu didalam negeri maupun luar negeri membuat para
produsen mencari cara singkat untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
Yang paling terlihat persaingan harga dan tentu kualitas barangm bagaimana
memproduksi abrang dengan harga yang murah namun kualitas barang tidak kalah
dengan barang yang harganya mahal, walau hanya mendapat keuntungan yang
sedikit tetapi untung terus-menerus.

5

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara perorangan (individu

dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau penerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan
intrnasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan devisa negara.
Perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi,
globalisasai dan kehadiran perusahaan multinasional (Perdagangan Internasional
dari Wikipedia Indonesia)
Teori Perdagangan Internasional menurut Amir M.S bila dibandingkan
dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri , perdagangan internasional
sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena
adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan,
misalnya dengan adanya bea, tarif. \Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena
adanya perbedaab budaya, bahasa, mata uang, dan hukum perdagangan
(Wikipedia Indonesia )
B.

Pengertian Dumping
Dumping adalah suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu negara

untuk menjual produknya di luar negeri dengan harga yang lebih rendah
bandingkan terhadap harga jual produk itu di dalam negeri itu sendiri.

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional
adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih
rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.

6

Menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang
dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan
harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang
tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada
umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan
produsen pesaing di negara pengimport.
Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir, kekuatan pasar dan struktur pasar import, antara lain :
1. Market Expansion Dumping
Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark up” yang
lebih rendah dipasar import karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih
besar selama harga yang ditawarkan rendah.

2. Cyclical Dumping
Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa
rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari
kelebihan kapasitas produksiyang terpisah dari pembuatan produk terkait.
3. State Trading Dumping
Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya,
tapi yang menonjol adalah akuisisi.
4. Strategic dumping
Strategi yang dilakukan negara pengekspor yang merugikan perusahaan di negara
pengimpor melalui strategis keseluruhan, baik dengan cara pemotongan harga
ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara
pengekspor.
5. Predatory Dumping
Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan
tujuan mendepak pesaing dari pasar, dalam rangka memperoleh kekuatan

7

monopoli dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenisbini
adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu :
Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga
kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di
luar negeri.
Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
membeli barang dari luar negeri.
C.

Negara Pencetus Politik Dumping
Negara yang pertama kali menggunakan politik dumping adalah Jepang,

China, dan Singapura. Dalam melaksanakan politik dumping, keuntungan
bukanlah hal yang utama sebab yang paling penting produk negaranya bisa
dikenal dinegara tujuan ekspor, jadi intinya promosi.
Diantara ketiga negara yang disebutkan diatas, Jepang adalah negara yang
paling awal menggunakan politikdumping ,bahkan sebelum perang dunia ke-2.
Pada dasarnya, politik dumping merupakan bagian dari politik penjajahan Jepang
atas Asia.
Indikasinya, setelah perang dunia ke-1, kaum industriawan Jepang
( Zaibatsu ) bersatu dengan militer Jepang dan tergabung dalam departemen

pertahanan Jepang ( Gunbatsu ) yang pengaruhnya cukup besar dalam bidang
politik serta menentukan siistem ekonomi untuk merebut pangsa pasar Asia
dengan politik Dumping.
D.

Kriteria politik Dumping

Ada beberapa kriteria negara yang menggunakan politik dumping yaitu :
1. Negara memiliki tingkat perekonomian yang kuat dan stabil
2. Produktivitas barangnya termasuk tinggi, bahkan berlebih
3. Kualitas produk berstandar internasional ( ISO )

8

4. Mampu mempengaruhi pangsa pasar internasional untuk menggunakan
produknya
5. Keuntungan jangka panjanjian
E.
Perjanjian Perdagangan Internasional Melarang Politik Dumping
Celakanya, politik dumping justru merusak harga barang negara tujuan

ekspor, sebab barang-barang negara setempat dengan kualitas yang relatif sama
tapi harganya lebih mahal. Mudah ditebak, akibatnya konsumen lebih memilih
barang yang lebih murah dengan kualitas barang yang tak jauh beda. Dengan
demikian para pedagang lokal yang menjual barang sejenis akan menjerit akibat
adanya kebijakan politik dumping ini.
Maka, wajar saja jika politik dumping dikutuk oleh WTO ( World Trade
Organization) meskipun organisasi perdagangan dunia ini tidak melarang secara
resmi dan tegas, namun dampaknya sangat terasa oleh negara tujuan ekspor
apalagi dalam menghadapi free trade (perdagangan bebas).
Sebenarnya, dalam penandatanganan FTA ( Free Trade Association )
asosiasi perdagangangan bebas Asia dan China, disana terdapat perjanjian, bebas
biaya masuk antar anggota tanpa merugikan sistem ekonomi yang dianut oleh
masing-masing anggota. Tentu saja dengan pembebasan biaya masuk ini sudah
mengurangi salah satu elemen yang akan menetukan harga dasar suatu produk.
Dengan kebijakan pembebasan biaya masuk ini saja sebenarnya negara produsen
bisa mengekspor barang ke negara tujuan dengan harga miring tanpa harus
menggunakan politik dumping.
Maka berdasarkan perjanjian tersebut, politik dumping sudah jelas tidak
sesuai dengan tujuan perdagangan bebas sendiri, meskipun pada kenyataannya
ada saja negara yang melanggar perjanjian, terutama China yang sering kali

dituduh melakukannya. Kondisi pasar nasional Indonesia sangat terpengaruh
dengan kebijakan yang dilakukan eksportir china ini yang terkenal dengan produk
unggul namun berharga murah.
Politik dumping sekalipun bertujuan promosi agar bisa masuk ke dalam
pasar di negara tertentu, tetap saja bukan perbuatan yang bisa dibenarkan terutama
oleh para pedagang lokal di negara tujuan ekspor yang menjual barang yang sama.
9

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi
negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia
usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barangbarang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam
negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya
akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya
dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan
bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.
Praktek anti-dumping adalah salah satu isu penting dalam menjalankan
perdagangan internasional agar terciptanya fair trade. Mengenai hal ini telah
diaturdalam Persetujuan Anti-Dumping (Agreement atau Agreement on the
Implementation of Article VI of GATT 1994). Tarif yang diikat (binding tarif) dan
pemberlakuannya secara sama kepada semua mitra dagang anggota WTO
merupakan kunci pokok kelancaran arus perdagangan barang.
F.

Contoh Kasus Politik Dumping di Indonesia
Tuduhan Praktek Dumping yang dilakukan oleh Indonesia : Pada

Sengketa Anti-Dumping Produk Kertas dengan Korea Selatan
Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan internasional dan
juga anggota dari WTO, pernah mengalami tuduhan praktek dumping pada
produk kertas yang diekspor ke Korea Selatan. Kasus ini bermula ketika industri
kertas Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas
Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002.
Perusahaan yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk, PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan April
Pine Paper Trading Pte Ltd.
Produk kertas Indonesia yang dikenai tuduhan dumping mencakup 16
jenis produk, tergolong dalam kelompok uncoated paper and paper board used for
writing, printing, or other graphic purpose serta carbon paper, self copy paper and
other copying atau transfer paper.

10

Indonesia untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme
penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Mechanism (DSM) sebagai pihak
penggugat utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan
peraturan perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia
mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM
dalam kasus Anti-Dumping untuk Korea-Certain Paper Products.
Penyelesaian :
Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Investigasi
anti-dumping juga harus dihentikan jika fakta dilapangan membuktikan bahwa
marjin dumping dianggap tidak signifikan (dibawah 2% dari harga ekspor). Atau
jika volume impor dari suatu produk dumping sangat kecil atau volume impor
kurang dari 3% dari jumlah ekspor negara tersebut ke negara pengimpor. Tapi
investigasi juga akan tetap berlaku jika produk dumping impor dari beberapa
negara pengekspor secara bersamaan diperhitungkan berjumlah 7% atau lebih.
memang Indonesia melakukan Dumping, hanya saja Korsel bisa ditetapkan
bersalah karena tidak melakukan penelitian dan penghitungan seperti yang
ditetapkan dalam ketentuan WTO sehingga suatu negara bisa menetapkan Bea
Masuk Anti-dumping.
Pada mulanya harga produk kertas Korsel tinggi dan juga produsen kertas
korsel tidak dapat memenuhi beberapa permintaan pasar. Pada saat itulah masuk
produk kertas Indonesia dengan harga yang lebih murah (termasuk jika
dibandingkan dengan harga di pasar Indonesia) dan juga dengan produk yang
memiliki fungsi / nilai substitusi atas produk kertas yang tidak dapat dipenuhi
produsen kertas korsel, hal ini disebut juga dengan “Like Product”. Karena hal
inilah maka produk kertas Indonesia lebih banyak diminati oleh pasar di Korsel,
sedangkan kertas produk Korsel sendiri menurun penjualannya. Itulah mengapa
Korsel menetapkan BMADterhadap produk kertas yang masuk dari Indonesia,
untuk melindungi produk dalam negerinya. Sayangnya Korsel tidak mengikuti
ketentuan penetapan Anti-Dumping dalam WTO, untuk melakukan penyelidikan

11

sebelum menetapkan bea anti Dumping. Dalam keputusan WTO, Indonesia
dimenangkan dalam keputusan panel.
G.

Motif dan Dampak Dumping
Dumping merupakan salah satu dari strategi dalam merebut persaingan

pasar luar negeri yaitu dengan cara diskriminasi harga. Diskriminasi harga
menurut Ida Bagus Wyasa Putra, ada 3 alasan yaitu : pertama, mengembangkan
pasar, dengan cara memberikan insentif melalui pemberlakuan harga yang lebih
rendah kepada pembeli pasar yang dituju. Kedua, adanya peluang, pada kondisi
pasar yang memungkinkan penentuan harga secara lebih leluasa, baik didalam
pasar ekspor maupun impor. Ketiga, untuk mempersiapkan kesempatan bersaing
dan pertumbuhan jangka panjang yang lebih baik dengan cara memanfaatkan
strategi penetapan harga yang lebih baik dan progresif.
Umumnya motif suatu negara pengekspor yang melakukan dumping
adalah merebut pangsa pasar bagi produknya di negara-negara tujuan ekspor.
Ketika harga barang yang diekspor lebih rendah dar harga barang yang sama di
negara tujuan ekspor maka tentunya ini akan menguntungkan negara pengekspor
karena secara rasional produknya akan digemari dinegara luar negeri dan ini akan
memberikan multiplier yang positif dan besar bagi perekonomian negara
pengekspor.
Namum, praktek dumping merupakan praktek perdagangan yang
tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan
kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri. Dengan
terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah
daripada barang-barang didalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis yang
diproduksi didalam negeri kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak
ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran dan
bangkrutmya industri barang sejenis dalam negeri.
H.

Praktek Anti Dumping

12

Karena dampak negatif bagi negara pengimpor dari praktek dumping yang
dilakukan negara pengekspor terhadap jenis barang yang sama, maka dibutuhkan
aturan dan pembatas serta pengendali tehadap [raktek dumping tersebut. Aturan
mengenai larangan dumping ( peraturan anti dumping ) bertujuan memberikan
proteksi terhadap industri dalam negeri dari praktek dumping yang diduga
dilakukan eksportir atau produsen luar negeri.
Praktek dumping dapat dikenakan tindakan anti dumping bila merugikan
industri atau produsen negara pengimpor. Hukuman bagi negara yang terbukti
melakukan praktek dumping dan merigikan industri atau produsen dalam negeri
akan dikenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar marjin dumping
(selisih hargaekspor dengan harga di pasar asal eksportir ) yang ditemukan, guna
mengeliminir kerugian dari barang dumping sehingga industridalam negeri tetap
terlindungi dan dapat tetap bersaing dengan barang impor.
Pengenaan BMAD tentunya melalui beberapa tahap proses penyelidikan.
Ketika lembaga pemerintahan (komite anti dumping ) yang terkait menerima
laporan dari produsen bahwa terdapat dumping atas barang yang diimpor tersebut
maka komite tersebut barulah bisa melalui proses penyelidikan praktek dumping
negara pengekspor tersebut. Untuk mencegah kerugian selama penyelididkan,
komite dapat mengusulkan kepada departemen terkaituntuk melakukan tindakan
sementara seprti tindakan berupa pengenaan Bea Masuk anti Dumping Imbalan
Sementara (BMADS)
Pengenaan BMADS ditetapkan oleh menteri keuangan berupa pembayaran
jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank, atau jaminan dari perusahaan
asuransi paling besar sama dengan BMAD.
Selama proses penyelidikan terbukti negara pengekspor melakukan
praktek dumping maka negara pengekspor harus melakukan tindakan penyesuain
berupa penyesuain harga atau penhhebtian ekspor abrang tersebut. Tujuan dari
tindakan penyesuaian tersebut adalah untuk menghilangkan kerugian industri
negar pengimpor. Namun jika negara pengekspor terbukti melakukan dumping

13

dan tidak melakukan penyesuaian harga dari produsen negarapengekspor, mak
BMAD akan dikenakan sebesar marjin dumping terhadap barang tersebut.
I.

Komite Anti Dumping
Untuk menangani masalah dumping dan imbalan, pemerintah dalam hal

ini mentri perindustrian dan perdagangan membentuk komite anti dumping
(KADI) yang beranggotakan unsur deperindag, depkeu dan depertemen atau
lembaga non depertemen terkait lainnya.
Komite tersebut bertugas :
1.

Melakukan

penyeledikan

terhadap

barang

dumping

dan

barang

yang mengandung subsidi.
2.

Mengupulkan, meneliti dan mengelola bukti dan informasi

3.

Mengusulkan pengenaan bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan

4.

Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh mentri perindustrian dan

perdagangan
5.

Membuat laporan pelaksanaan tugas.
Tahap pertama dari proses Anti Dumping adalah penyelidikan oleh Komite

Anti Dumping yang dilaksanakan oleh TIM OPERASIONAL ANTI DUMPING
(TOAD) atas barang impor yang diduga sebagai barang Dumping dan atau barang
mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian. Bagi industri dalam negeri
inisiatif untuk melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari
komite sendiri atau karena permohonan industri dalam negeri.
Dalam hal adanya permohonan dari industri dalam negeri, komite harus
memberikan keputusan menolak atau menerima dan memulai penyelidikan atas
permohonan tersebut paling lama 30 hari sejak diterimanya permohonan tersebut.
Keputusan diambil berdasarkan penelitian atas bukti yang diajukan dan dianggap
memenuhi persyaratan. Penyelidikan harus diakhiri dalam waktu 12 bulan sejak

14

keputusan dimulainya penyelidikan, namun dalam hal tertentu dapat diperpanjang
menjadi selama-lamanya 18 bulan.
Dalam hal terbukti adanya dumping, komite menyampaikan besarnya
marjin dumping dan/atau subsidi netto dan mengusulkan pengenaan Bea Masuk
Antidumping atau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan
Perdagangan. Menperindag memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan
Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalanyang besarnya sama dengan
atau lebih kecil dari Marjin Dumping dan/atau Subsidi Netto.
Atas

dasar

keputusan

Menperindag

tersebut,

Menteri

Keuangan

menetapkan besarnya Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. Dalam
hal tidak terbukti, komite menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

15

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa tersebut diatas

maka praktik dumping merupakan bagian dari tanggung jawab Hukum
Perdagangan Internasional dibawah kendali WTO. Sanksi yang diberikan apabila
terbukti melakukan praktik dumping dikenakan sanksi berupa BMAD, apabila
pihak yang dikenai sanksi keberatan terhadap BMAD maka dapat mengajukan
keberatan ke panel WTO melalui Komisi Antidumping di DSB ( Dispute
Settlement Body ). Sementara menjual harga dibawah harga pasar seperti yang
dilakukan Negara tersebut dalam kacamata hukum persaingan akan menghambat
adanya persaingan sehat. Praktik dumping dalam jangka pendek menguntungkan
konsumen namun pada jangka panjang merugikan industri pesaing yang memiliki
industri barang yang sejenis. Jadi, jika ada Negara yang melakukan dumping
maka harus ditindak dengan memberi sanksi, sehingga Negara-negara lain tidak
akan berani mengikuti yang sererti yang dilakukan Negara yang melakukan
kebijakan itu.
B.

SARAN
Menurut saya, seharusnya kita sadar atas praktek politik dumping yang

sangat

merugikan. Alangkah

baiknya

apabila

kita

lebih

mengahargai,

membanggakan, dan membeli produk yang dihasilkan dari dalam negeri sendiri
dibandingkan dengan produk impor yang pada kenyataannya kualitas yang
diberikan tidak sesuai dengan standar keamanan, kesehatan, dan keawetannya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya Alamnya, tentunya hal itu dapat membuat negara ini menjadi negara yang
lebih baik lagi dalam mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyatnya.Jangan langsung tergiur dengan harga barang yang murah hanya karena
ingin memuaskan hasrat konsumtif anda, perhatikanlah selalu kualitas dari produk
tersebut dan mari kita bangun negara ini agar potensi dalam negeri berkembang
dan dapat bersaing dalam perdagangan internasional, kemudian Lembaga yang

16

berfungsi untuk mengurus masalah-masalah dumping ini, harus lebih ketat lagi
melakukan pengawasan kepada barang-barang dari luar negeri yang masuk, jika
ada Negara atau perusahaan yang melakukan dumping maka harus langsung
diberi sanksi berupa BMAD atau BMI kepada Negara atau perusahaan itu, supaya
tidak membuat perusahaan dalam negeri rugi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Nangoi, Ronald. 1992. Bisnis Internasional dan Aspek pengembanganya.
Jakarta:CSIS
Griffin , W Ricky. 2005. Bisnis Internasional. Jakarta : Gramedia
Sukarni. 2002. Regulasi Antidumping dibawah bayang-bayang pasar bebas. Sinar
Grafika
Jefry.A.Freiden & David A Lake Internatiobal Political Economy Persective
Global Pover & Wealth
Santika, Ana Ahira. 2015. Politik Dumping. (online). Dapat di akses pada laman;
http://www.anneahira.com/politik-dumping.html. Diakses pada tanggal 25 Mei
2017.
Santika, Ana Ahira. 2015. Pengertian Dumping. (online). Dapat di akses pada
laman; http://www.anakunhas.com/2011/05/pengertian-dumping.html. Diakses
pada tanggal 27 Mei 2017.
Hasanah, Umi. 2011. Kebijakan Perdagangan Internasional. (online). Dapat di
akses pada laman; http://umihanasumi.blogspot.co.id/2011/03/kebijakanperdagangan-internasional.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2017.
Danny. 2012. Analisa Politik Dumping. (online). Dapat diakses pada laman;
http://makalah8.blogspot.com/2012/09/contoh-analisa-politik-dumping.html.
Diakses pada tanggal 28 Mei 2017.

18