PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA
Gross Regional Domestic Product
Of Jayapura Municipality
2010/ 2011
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA
Gross Regional Domestic Product of Jayapura Municipality
2010 / 2011
Nomor Katalog / Catalog Number : 6340.9471 Nomor Publikasi / Publication Number : 9471.1004
Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm
Jumlah Halaman / Page Number : vii + 57 Halaman / Page
Naskah / Editor :
Badan Pusat Statistik (BPS) Jayapura
BPS-Statistics of Jayapura Municipality
Gambar Kulit / Art Disigner :
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality
Diterbitkan Oleh / Published by : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura
BPS-Statistics of Jayapura Municipality
Dicetak Oleh / Printed by :
CV Sekar Wangi
WALIKOTA JAYAPURA Drs. BENHUR TOMI MANO, MM
WALIKOTA JAYAPURA SAMBUTAN
Pemerintah Kota Jayapura menyambut dengan gembira dan penuh syukur atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura
Tahun 2010.
Penerbitan Publikasi ini merupakan langkah maju bagi Pemerintah Daerah
Kota Jayapura dalam penyajian data yang bermanfaat untuk mengetahui
perkembangan perekonomian di Kota Jayapura baik secara menyeluruh maupun menurut masing-masing sektor, sehingga diharapkan data ini mempunyai nilai tambah
dalam penetapan Kebijakan Pemerintah Daerah maupun Rencana Strategi Daerah.
Untuk itu atas nama masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Jayapura
menyampaikan terima kasih atas kerjasama BPS Kota Jayapura yang telah bekerja
dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab.
Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat
menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu .
Jayapura, Agustus 2011
WALIKOTA JAYAPURA/ MAYOR OF JAYAPURA
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Jayapura tahun 2010 disusun oleh BPS Kota Jayapura sebagai salah satu publikasi tahunan yang terbitkan oleh BPS Kota Jayapura.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura tahun 2010 ini menggunakan tahun dasar 2000 dengan berbagai
pertimbangan teknis sebagaimana dijelaskan dalam bab
pendahuluan. Dalam penghitungan PDRB dengan menggunakan
tahun dasar 2000 klasifikasi sektor ekonomi yaitu 9 sektor. Data yang disajikan adalah data tahun 2010 dalam bentuk nominal dan persentase, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan 2000. Dalam penyajian ini juga ditampilkan PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita.
Dikarenakan belum lengkapnya data yang tersedia, maka beberapa data yang disajikan terutama dalam tahun 2010 masih
bersifat sementara yang akan disempurnakan pada penerbitan berikutnya.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih.
Jayapura , Agustus 2011
BPS Kota Jayapura ,
Kepala ,
4. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR..................................................... 24
A. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH
28
SEKTOR-SEKTOR EKONOMI………………………………………………….
41
B. DAFTAR ISTILAH PENTING……………………………………………………
LAMPIRAN............................................................................................................. 45
DAFTAR TABEL
Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2007-2010 (juta rupiah)………..........................
Tabel B. Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2007-2010 (persen) ………………………………………………………..……………………….
Tabel C. Pertumbuhan
(persen).................................................................................................. 11 Tabel D.
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2010 (persen)……………………………………………………………………… 12
Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)……………………………………………
Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)…………………….
Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)………………………………………
Tabel H. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)………………………………………
Tabel I. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)…………………………………………….
Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
di
Kota
Jayapura,
2009-2010
Tabel K. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan
Tabel L. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2009-2010
(persen)………………………………………………………………………. 22
Tabel M. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa di Kota
Jayapura, 2009-2010 (%)………………………………………………….. 23
Tabel N. PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2009-2010 (juta
rupiah)……………………………………….............................................. 25
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2007- 2010...............................................................................................
6 Grafik 2.
Grafik Struktur Perekonomian Kota Jayapura, 2007- 2010...............................................................................................
8 Grafik 3.
Pertumbuhan
Jayapura, 2007- 2010...............................................................................................
Jayapura, 2007- 2010...............................................................................................
Pertumbuhan PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2007-2010.....................................................................................
26 Grafik 6.
Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier Tahun 2010.......................................................................
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB
menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas
harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menngunakan harga
yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan
dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini
menggunakan tahun 2000.
1.2. Metode Penghitungan
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan yakni :
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah dimana Nilai Tambah Bruto
(NTB) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap
sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa
yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang
ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam
proses produksi.
b. Pendekatan Pendapatan b. Pendekatan Pendapatan
c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen diatas dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud nilai ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.
d. Metode Alokasi Metode ini digunakan jika data pada suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatannya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data propinsi.
Beberapa alokator yang dapat digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok
1.3. Kegunaan PDRB
PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi
suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan
merencanakan pembangunan regional.
PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian
suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah
dapat dilihat dari distribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap niali total PDRB atas
dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat
digunakan untuk membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah
lainnya. Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat inflasi atau deflasi yang terjadi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Regional yang disajikan secara
berkala akan dapat diketahui :
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi;
b. Gambaran struktur perekonomian;
c. Perkembangan pendapatan per kapita;
d. Tingkat kemakmuran masyarakat;
e. Tingkat inflasi dan deflasi.
2. TINJAUAN EKONOMI KOTA JAYAPURA TAHUN 2010
2.1. Perkembangan PDRB 2007-2010
Kinerja makro kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat diketahui dari kemampuan daerah tersebut mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakatnya, yang diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan PDRB yang disajikan secara berkala mampu menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah sehingga berguna sebagai alat persiapan perencanaan pembangunan regional, alat analisis dan evaluasi kebijakan ekonomi. Pembangunan ekonomi Kota Jayapura terus mengalami perubahan, hal ini ditandai dengan meningkatnya total PDRB setiap tahunnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan perkembangan produksi riil dan perkembangan harga/inflasi karena dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi dan perubahan harga. Oleh sebab itu, perubahan angka ke arah yang lebih besar tidak selalu menunjukkan adanya peningkatan karena kecenderungan harga yang semakin tinggi (inflasi). Perekonomian Kota Jayapura menunjukkan tren positif, terlihat dari nilai PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2009 yang sebesar Rp. 6,82 triliun meningkat menjadi Rp. 8,01 triliun pada tahun 2010.
Berbeda dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan hanya dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi saja. Pada penghitungan ini dianggap sejak tahun 2000 tidak ada perubahan harga-harga sesuai dengan judul tabel yaitu atas dasar harga konstan 2000.
Maka setiap nilai tambah atau PDRB dihitung dengan menggunakan harga-harga pada tahun 2000. Aktifitas ekonomi di Kota Jayapura mampu melakukan peningkatan jumlah produksi selama tahun 2010, dilihat dari nilai PDRB atas dasar harga konstannya yang meningkat dari Rp. 3,12 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 3,37 triliun.
Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2007-2010 (juta rupiah)
Tahun
PDRB ADHB
PDRB ADHK 2000
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2007-2010
Mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 perekonomian di Kota Jayapura selalu
mengalami peningkatan yang cukup berarti baik itu dari PDRB atas dasar harga berlaku
maupun PDRB atas dasar harga konstan, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di
Kota Jayapura dalam kondisi stabil.
2.2 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari
struktur ekonomi akan terlihat gambaran besarnya peranan masing-masing sektor
ekonomi dalam menciptakan nilai tambah sehingga dapat mencerminkan peringkat nilai
tambah yang dikontribusikan dalam perekonomian Kota Jayapura. Perubahan-perubahan
2010 adalah sektor Bangunan yang mampu meningkatkan pertumbuhannya walaupun kecil dengan kontribusi sebesar 23,69 persen, diikuti oleh sektor Jasa-Jasa sebesar 21,35
persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,01 persen, dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 18,13 persen. Hal ini bukan berarti produksi
sektor Jasa-Jasa, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran turun tetapi yang terjadi pertumbuhan ketiga sektor ini pada tahun 2010
kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor Bangunan.
Sementara itu, sektor-sektor lainnya seperti sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor
Industri Pengolahan, serta sektor Listrik dan Air Bersih kontribusinya masih relatif kecil
(dibawah 4 persen) terhadap struktur perekonomian Kota Jayapura. Ketiga sektor tersebut masing-masing hanya memberikan kontribusi sebesar 0,47 persen, 3,14 persen, dan 0,38
persen.
Tabel B. Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2007-2010 (persen)
6.57 5.59 4.56 4.26 Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
4.33 3.81 3.24 3.14 Listrik dan Air Bersih
0.65 0.54 0.43 0.38 Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
20.04 19.43 17.75 18.13 Pengangkutan dan Komunikasi
Beberapa subsektor yang merupakan subsektor potensial seperti perikanan dan kelautan serta pariwisata belum mampu memberikan peran yang besar terhadap perekonomian
Kota Jayapura. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
ketertinggalan penerapan teknologi. Selain itu, dampak mahalnya tarif transportasi dan
masalah perizinan secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi tingkat
perekonomian Kota Jayapura, khususnya dalam menghasilkan output (produk).
Grafik 2. Grafik Struktur Perekonomian Kota Jayapura, 2007-2010
Jasa-Jasa
90.00 Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Pengangkutan dan
70.00 Komunikasi Perdagangan, Hotel, dan e 60.00 Restoran
Bangunan
s 40.00 e Listrik dan Air Bersih
Industri Pengolahan
Pertambangan dan 10.00 Penggalian
0.00 Pertanian
Tahun
2.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat produktivitas penduduk dalam menghasilkan barang dan jasa di suatu daerah pada suatu periode, atau mencerminkan kinerja sektor-sektor ekonomi, seperti adanya pertambahan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa, dan pertambahan produksi barang modal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas merupakan salah satu sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan pembangunan agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari perbandingan perubahan nilai PDRB dua tahun berurutan terhadap total PDRB tahun sebelumnya, baik atas dasar harga berlaku maupun konstan.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 17,51 persen. Namun nilai pertumbuhan ini tidak dapat dijadikan jaminan bahwa produktivitas penduduk tahun 2010 lebih besar dibandingkan pada tahun 2009, karena masih dipengaruhi faktor inflasi. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan karena faktor inflasinya yang sudah dieliminir. Secara riil atau menurut harga konstan, pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura tahun 2007
sebesar 13,21 persen dengan penyumbang terbesar dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan pada tahun 2008 aktifitas ekonomi meningkat sebesar 16,53 persen dengan penyumbang terbesar dari sektor Jasa-Jasa. Pertumbuhan ekonomi
Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura, 2007-2010
s e 13.21
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sebesar 7,93 persen, dimana sektor Bangunan
merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 19,99 persen. Hal
ini disebabkan potensi Kota Jayapura sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang
semakin meningkat menuntut adanya peningkatan pembangunan dalam bidang
konstruksi, baik itu perumahan, gedung perkantoran, maupun pusat perbelanjaan.
28,61 persen , hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai tambah pada subsektor Bank sebesar 44,33 persen . Secara series selama kurun waktu 4 tahun, yaitu dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai tren yang
cukup baik karena pertumbuhannya selalu meningkat walaupun tidak terlalu tinggi.
Sementara itu, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pertumbuhannya
sangat fluktuatif.
Tabel C. Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2007-2010 (persen)
4.54 5.22 4.77 7.88 Pertambangan dan Penggalian
Pertanian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
4.55 2.58 4.69 4.02 Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
13.54 14.17 14.50 15.55 Keuangan,Persewaan, dan Jasa
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Sumber utama pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura berasal dari sektor Bangunan (3,94
persen), sektor Jasa-Jasa (3,27 persen), dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi (2,62
Tabel D. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2010 (persen)
Sektor
Laju Pertumbuhan
Sumber Pertumbuhan
PDRB Tahun 2010
Ekonomi Tahun 2010
7.88 0.51 2. Pertambangan dan Penggalian
1. Pertanian
8.44 0.05 3. Industri Pengolahan
7.81 0.29 4. Listrik dan Air Bersih
4.02 0.03 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
15.55 2.62 8. Keuangan,Persewaan, dan Jasa
14.13 3.27 Kota Jayapura
9. Jasa-Jasa
2.4 PDRB Perkapita
Penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output (PDRB). PDRB
atas dasar harga berlaku yang diberi penimbang yaitu jumlah penduduk disebut dengan
PDRB perkapita. PDRB perkapita dapat memberikan gambaran nilai tambah yang bisa
diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi sehingga
bisa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk Kota Jayapura. Tingkat
pertumbuhan PDRB Perkapita dapat juga dipakai sebagai bahan pertimbangan pertumbuhan PDRB Perkapita dapat juga dipakai sebagai bahan pertimbangan
PDRB perkapita Kota Jayapura tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp 3.470.009,03
dibandingkan tahun 2006 yaitu dari Rp. 15.202.866,69 pada tahun 2006 menjadi
Rp.18.672.875,72 pada tahun 2007. Sedangkan PDRB perkapita tahun 2008
dibandingkan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.515.082,24 . Pada tahun
2009 terjadi kenaikan sebesar Rp. 5.949.668,78 dibandingkan tahun 2008, yaitu dari Rp
22.187.957,96 menjadi Rp. 28.137.626,75. Sementara itu, pada tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar Rp 3.066.975,34 dibandingkan tahun 2009 menjadi Rp. 31.204.602,08.
Grafik 4. PDRB Perkapita Kota Jayapura, 2007-2010
18.67 u 20.00 t 15.00
3. PERKEMBANGAN DAN PERANAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI
3.1 Pertanian
Sektor Pertanian merupakan sektor primer yang didalamnya terdapat penggunaan sumber daya hayati untuk memproduksi bahan pangan, bahan baku, dan sumber energi. Sektor ini terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor Tanaman Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan dan hasilnya, subsektor Kehutanan, dan subsektor Perikanan.
Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian
di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan hasilnya
Kehutanan
Perikanan
Pertumbuhan positif sektor Pertanian sebesar 7,88 persen menunjukkan kinerja pada tahun 2010 yang berhasil mencapai nilai riil sebesar Rp. 219,04 miliar. Pertumbuhan ini terdorong oleh pertumbuhan subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 4,02 persen,
subsektor Tanaman Perkebunan sebesar 5,43 persen, subsektor Peternakan dan hasilnya sebesar 4,46 persen, subsektor Kehutanan sebesar 3,59 persen, dan subsektor Perikanan
sebesar 9,82 persen.
Secara nominal atau berdasarkan harga berlaku, PDRB sektor Pertanian tahun 2010 mencapai Rp. 341,40 miliar, meningkat bila dibandingkan capaian di tahun 2009 senilai Rp. 310,91 miliar . Kontribusi terbesar diberikan oleh subsektor Perikanan sebesar 2,67
persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 2,82 persen . Sementara itu kontribusi terkecil diberikan oleh subsektor Kehutanan sebesar 0,13 persen.
2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian juga merupakan sektor primer. Sektor ini meliputi subsektor Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Tanpa Migas dan Penggalian. Karena wilayah Kota Jayapura tidak ada pertambangan migas maupun tanpa migas maka yang dihitung di sini hanya subsektor Penggalian. Sektor Pertambangan dan Penggalian pada
tahun 2010 mencatat angka pertumbuhan sebesar 8,44 persen dengan capaian nilai riil sebesar Rp. 18,06 miliar.
S ecara nominal, sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai nilai tambah sebesar Rp. 37,52 miliar sehingga kontribusinya terhadap pembentukan PDRB hanya sebesar 0,47 persen. Kecilnya share sektor ini disebabkan karena sebagian besar bahan galian yang digunakan di Kota Jayapura di ambil dari daerah lain.
Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi
Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Pertambangan dan Penggalian
Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan Tanpa Migas
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
3. Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan meliputi subsektor Industri Besar/Sedang, subsektor Industri
Kecil Kerajinan Rumah Tangga dan subsektor Industri Pengilangan Minyak Bumi. Industri
Pengolahan yang ada di Kota Jayapura adalah Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil
Kerajinan Rumah Tangga. Nilai PDRB sektor Industri Pengolahan atas dasar harga
konstan tahun 2010 sebesar Rp. 124,10 miliar meningkat dibanding tahun 2009 dengan
Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan
di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor Sektor
Industri Pengolahan
Industri Besar/Sedang
Industri Kecil Kerajinan RT
Industri Pengilangan Minyak Bumi
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Sementara itu capaian nilai PDRB atas dasar harga berlaku sektor Industri Pengolahan
pada tahun 2010 sebesar Rp. 251,62 miliar dengan kontribusi dari subsektor Industri
Besar/Sedang sebesar 1,89 persen dan kontribusi subsektor Industri Kecil Kerajinan
Rumah Tangga sebesar 1,25 persen. Walaupun pertumbuhan sektor Industi Pengolahan
cenderung meningkat, namun kontribusinya selama empat tahun terakhir terus menurun
terhadap pembentukan PDRB Kota Jayapura. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya
kapasitas infrastruktur ekonomi dan sumber daya manusia yang siap dan mampu
membaca peluang pasar, sehingga diharapkan inovasi dalam setiap kebijakan yang
diambil pemerintah dapat semakin mendorong tumbuhnya iklim usaha Industri Pengolahan di Kota Jayapura.
produksi maupun memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Sektor ini terdiri dari subsektor Listrik yang sebagian besar produksinya dihasilkan oleh PLN dan subsektor Air Bersih
yang produksinya dihasilkan oleh PDAM.
Tabel H. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih
di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Listrik dan Air Bersih
4.69 4.02 0.43 0.38 Listrik
3.85 4.86 0.28 0.26 Air Bersih
5.92 2.82 0.14 0.13 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Produksi listrik menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 2010
subsektor ini tumbuh sebesar 4,86 persen sehingga menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 12,47 miliar. Sementara itu, nilai tambah yang tercipta pada subsektor Air Bersih juga
meningkat sebesar Rp. 230,75 juta menjadi Rp. 8,43 miliar pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,82 persen. Secara nominal, nilai tambah yang dihasilkan sektor ini
sebesar Rp. 30,76 miliar, dengan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Jayapura hanya sebesar 0,38 persen, terkecil dibanding kontribusi sektor-sektor lain.
3.5 Bangunan
Sektor Bangunan menghasilkan produk akhir berupa bangunan, baik yang berupa sarana
maupun prasarana yang bertujuan mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai
sektor. Sektor Bangunan termasuk dalam kelompok sektor sekunder, dimana input
sektornya berasal dari sektor primer. Pada tahun 2010, sektor Bangunan memberi
kontribusi dan laju pertumbuhan yang paling besar terhadap PDRB Kota Jayapura,
masing-masing senilai 23,69 persen dan 19,99 persen.
Tabel I. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan
di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
3.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Jayapura pada tahun 2010 menciptakan
nilai tambah riil sebesar Rp. 485,56 miliar dengan laju pertumbuhan 10,70 persen.
Pertumbuhan ini terdorong oleh pertumbuhan subsektor Perdagangan sebesar 10,86
persen, pertumbuhan subsektor Hotel sebesar 10,97 persen , dan pertumbuhan subsektor
Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Perdagangan, Hotel, dan
9.95 8.11 0.94 0.91 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Secara nominal, sektor ini juga meningkat menjadi Rp. 1,45 triliun dengan kontribusi yang dominan dari subsektor Perdagangan sebesar 16,04 persen, diikuti dengan kontribusi
yang sangat kecil dari subsektor Hotel dan Restoran masing-masing sebesar 1,18 persen dan 0,91 persen.
3.7. Pengangkutan dan Komunikasi
Peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu daerah, karena
dapat memfasilitasi masyarakat dalam hal bermobilitas dan berinteraksi. Pada tahun 2010,
sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan positif sebesar 15,55
persen dengan nilai tambah yang diciptakan sebesar Rp. 606,79 miliar lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai Rp. 525,12 miliar.
11,06 persen, subsektor Angkutan Laut sebesar 11,62 persen, subsektor Angkutan Sungai sebesar 3,61 persen, dan subsektor Jasa Penunjang Angkutan sebesar 13,64 persen.
Tabel K. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi
14.50 15.55 18.43 19.01 Angkutan Jalan Raya
10.65 11.06 3.98 4.32 Angkutan Laut
Angkutan Sungai
Angkutan Udara
0.00 0.00 0.00 0.00 Jasa Penunjang Angkutan
11.93 13.64 0.59 0.61 Komunikasi
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Komunikasi merupakan subsektor yang menunjukkan perkembangan paling pesat, dimana
pada tahun 2010 subsektor ini tumbuh sebesar 18,33 persen. Semakin maraknya
penggunaan telepon seluler diduga memacu pertumbuhan subsektor ini.
3.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di Kota Jayapura baik dari segi
65,78 persen. Semua subsektor dalam sektor ini tumbuh positif kecuali subsektor Bank, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor Sewa Bangunan yakni sebesar 23,38 persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada subsektor Bank yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 44,33 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDRB, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada tahun 2010 memberikan kontribusi sebesar 9,56 persen.
Tabel L. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2009-2010 (persen)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Keuangan,Persewaan, dan Jasa
Lembaga Keuangan Bukan Bank
31.27 18.82 0.99 1.10 Sewa Bangunan
26.84 23.38 1.82 2.12 Jasa Perusahaan
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
3.9 Jasa-Jasa
Sektor Jasa-Jasa terdiri dari subsektor Jasa Pemerintahan Umum dan Jasa Swasta. Jasa Swasta terbagi lagi menjadi kelompok Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan Rekreasi, serta Jasa Perorangan dan Rumahtangga. Nilai PDRB atas dasar harga konstan
Sementara sisanya berasal dari kegiatan pada subsektor Jasa Swasta. Secara nominal sektor Jasa-Jasa Kota Jayapura mencapai Rp. 1,71 triliun, dengan kontribusi terhadap
pembentukan PDRB sebesar 21,35 persen.
Tabel M. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa
di Kota Jayapura, 2009-2010 (%)
Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Sektor
Pemerintahan Umum
Jasa Sosial
Kemasyarakatan
17.54 18.34 1.22 1.28 Jasa Hiburan dan Rekreasi
9.25 18.19 1.25 1.26 Jasa Perorangan dan RT
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
4. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR
Pengelompokkan dari sembilan sektor ekonomi menjadi tiga kelompok, didasarkan pada
output-input untuk terjadinya proses produksi tiap sektor:
a. Sektor Primer
Jika outputnya masih merupakan proses tingkat dasar, yang termasuk
kelompok ini adalah:
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
b. Sektor Sekunder Jika inputnya berasal dari sektor primer, yang termasuk sektor ini
adalah:
1. Sektor Industri
2. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
3. Sektor Bangunan
c. Sektor Tersier
Biasanya outputnya berupa jasa pelayanan, yang termasuk kelompok ini
adalah:
1. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4. Sektor Jasa-Jasa
Kelompok sektor tersier di Kota Jayapura mampu meningkatkan jumlah produksinya menjadi Rp. 2,25 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,52 persen, jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan tahun 2009 yang mencapai 27,00 persen . Sementara itu, walaupun nilai tambah yang diciptakan lebih kecil dari kelompok sektor tersier, kelompok sektor sekunder mampu meningkatkan jumlah produksinya dengan pertumbuhan sebesar 17,69 persen, lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura.
Tabel N. PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2009-2010 (juta rupiah)
PDRB ADHB
PDRB ADHK 2000
Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara
Dalam perekonomian Kota Jayapura, kelompok sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang dominan, baik nilai tambah maupun kontribusinya. Untuk tahun 2010
kontribusi kelompok sektor tersier mencapai 68,05 persen dengan nilai tambah yang
meningkat dari Rp. 4,90 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 5,45 triliun pada tahun 2010.
Persentase kontribusi kelompok sektor ini lebih kecil dibanding pada tahun 2009 karena
kontribusi sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap nilai tambah
perekonomian Kota Jayapura menurun drastis.
Grafik 5. Pertumbuhan PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor,
2007-2010
e 10.00 13.71 7.93 Sekunder
Tahun
Sementara itu, kelompok sektor sekunder memberi kontribusi sebesar 27,22 persen , dimana nilai tambah yang terbentuk mencapai Rp. 2,18 triliun. Kontribusi kelompok sektor
primer terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Kota Jayapura hanya sebesar 4,73
persen dan cenderung terus turun. Hal ini sejalan dengan terjadinya proses transformasi
struktur ekonomi mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktivitas Pertanian ke arah
sektor non Pertanian, dari sektor Industri ke sektor Jasa.
Grafik 6. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier
Sekunder Tersier
A. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH SEKTOR-SEKTOR EKONOMI
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Sektor pertanian meliputi lima subsektor yaitu : subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan.
1.1. Tanaman Bahan Makanan
Mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Data produksi diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh BPS.
Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada tahun yang bersangkutan.
kemudian dikurangkan lagi dengan biaya antara yang dihitung dengan harga konstan 2000.
1.2. Tanaman Perkebunan
Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi dan sebagainya. Termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat dan kopi olahan. Data produksi dan harga diperoleh dari dinas perkebunan.
NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan.
1.3. Peternakan dan hasil-hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, babi, kambing, domba, telur, susu segar serta hasil pemotongan hewan. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, produksi susu dan telur diperoleh dari Dinas Peternakan, sedangkan data mengenai harga ternak diperoleh dari BPS.
NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan
1.4. Kehutanan
Sebagaimana subsektor lainnya dalam sektor pertanian, output subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga masing-masing tahun dan ini disebut output atas dasar harga berlaku. Penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya NTB dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output.
1.5. Perikanan
Mencakup semua hasil dari kegiatan seperti perairan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba, serta pengolahan sederhana seperti penggaram ikan. Data produksi diperoleh dari Dinas Perikanan dan data harga diperoleh dari BPS.
Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor tanaman bahan makanan.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor ini terdiri atas tiga subsektor yaitu : pertambangan minyak dan gas bumi (migas); pertambangan tanpa migas; dan penggalian. PDRB Kota Jayapura hanya mencakup sub sektor penggalian.
2.1. Penggalian 2.1. Penggalian
Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Perdagangan Besar penggalian (2000=100). Selanjutnya untuk memperoleh NTB atas dasar harga berlaku output ini dikalkan dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun.
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini mencakup tiga sub sektor yakni industri besar dan sedang; industri kecil dan kerajinan rumah tangga; dan industri pengilangan minyak bumi. Industri besar dan sedang mempunyai tenaga kerja 20 orang dan lebih, industri kecil 5-19 orang, sedangkan industri kerajinan rumah tangga 1-4 orang. Di Kota Jayapura hanya mencakup dua subsektor saja yaitu subsektor industri besar/ sedang dan subsektor industri kecil kerajinan rumah tangga.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangkan output dengan biaya antara, sedangkan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai output atas dasar harga berlaku dengan indeks harga yang sesuai dengan kelompoknya masing-masing. NTB diperoleh dengan cara mengalikan output atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dengan rasio nilai tambah pada tahun dasar.
4. Sektor Listrik dan Air Bersih
Sektor ini terdiri dari dua subsektor, yaitu : subsektor listrik dan subsektor air bersih
4.1. Listrik
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umun Listrik Negara (PLN) maupun perusahaan Non PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perusahaan maupun perorangan) dengan tujuan untuk dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri.
Metode penghitungan yang dilakukan untuk subsektor ini untuk harga berlaku adalah dengan pendekatan Produksi, yaitu nilai tambah bruto diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Sedangkan penghitungan untuk harga konstan digunakan metode Revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar.
4.2. Air Bersih
Kegiatan ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta baik yang dilakukan oleh PAM maupun bukan PAM.
5. Sektor Bangunan
Mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi) baik berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Perkiraan output menggunakan hasil Sensus Ekonomi 2006 yang disesuaikan dan data tahunan dari laporan realisasi pengeluaran pembangunan pemerintah, selanjutnya ditambah dengan output bangunan yang dikerjakan oleh swasta dan masyarakat. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/ hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya.
6.1. Perdagangan Besar dan Eceran
Output perdagangan merupakan jumlah margin perdagangan yang timbul dari seluruh komoditi yang diperdagangkan. Output atas dasar harga berlaku diperkirakan berdasarkan jumlah tenaga kerja dikalikan dengan rata-rata output per tenaga kerja.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah. Sementara NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi
6.2. Hotel
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel, dan hostel. Output diperoleh dari perkalian jumlah malam kamar dengan rata-rata tarif per malam kamar.
NTB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio nilai tambahnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi atau metode deflasi dengan indeks tarif hotel tertimbang sebagai deflatornya.
6.3. Restoran
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan dan penjualan makanan dan minuman jadi. Output diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan IHK makanan sebagai deflator.
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
7.1. Angkutan Jalan Raya
Subsektor ini meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum seperti bis, truk, taksi, ojek, dan sebagainya.
Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang yang diperoleh dari Dinas Perhubungan. Sementara NTB atas dasar konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks produksi masing-masing jenis angkutan jalan raya.
7.2. Angkutan Laut
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan keluar daerah.
Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut) dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan bisa dihitung dengan metode revaluasi ataupun ekstrapolasi. Untuk penghitungan NTB diperoleh dengan cara perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
7.3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
7.4. Jasa Penunjang Angkutan
Jenis kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan dan lain sebagainya.
Output atas dasar harga berlaku dari kegiatan ini diperkirakan berdasarkan pendekatan produksi.
7.5. Komunikasi
Subsektor ini mencakup jasa pos giro, telekomunikasi dan jasa penunjang komunikasi.
a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi yang diperoleh dari PT POS sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi.
b. Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa telekomunikasi dalam hal pemakaian hubungan
PT. Telkom, PT. Indosat serta perusahaan penyedia jasa telekomunikasi lainnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan IHPB umum sebagai deflator.
c. Jasa Penunjang Komunikasi Mencakup kegiatan wartel/ warpostl/ warparpostel, radio panggil dan telepon seluler. Output diperoleh dari perkalian antara indikator produksi masing-masing kegiatan dengan output per indikatornya.
NTB atas dasar berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai output dengan rasio NTB sedangkan NTB atas dasar konstan 2000 dihitung secara ekstrapolasi dengan indikator masing-masing kegiatan sebagai ekstrapolatornya.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan bank, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan serta jasa perusahaan.
8.1. Bank
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Output subsektor ini diperoleh dari data yang diberikan oleh Bank Indonesia.
pensiun. Output diperoleh dengan mengalikan rata-rata output per lembaga atau perusahaan (diperoleh dari hasil SKPR) dengan jumlah seluruh usaha yang ada.
NTB atas dasar berlaku diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan IHK Umum sebagai deflator.
8.3. Sewa Bangunan
Mencakup usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usah persewaan tanah. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah milik sendiri, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data usaha persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Sensus Penduduk (SP). Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan tarif sewa per meter persegi.
8.4. Jasa Perusahaan
Subsektor ini meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya melayani
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian rasio nilai tambah bruto dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan ekstrapolasi dengan menggunakan jumlah perusahaan sebagai ekstrapolator.
9. Sektor Jasa-jasa
Mencakup jasa pemerintahan umum dan pertahanan serta jasa swasta yang meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga.
9.1. Pemerintahan Umum
Jasa pemerintahan umum pada prinsipnya terbagi dua, yakni pelayanan dari pemerintahan departemen dan pertahanan, dan kedua pelayanan yang diberikan oleh badan-badan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya. Pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/ lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan sementara guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintah. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintahan pusat dan pemerintah daerah termasuk angkatan Jasa pemerintahan umum pada prinsipnya terbagi dua, yakni pelayanan dari pemerintahan departemen dan pertahanan, dan kedua pelayanan yang diberikan oleh badan-badan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya. Pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/ lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan sementara guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintah. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintahan pusat dan pemerintah daerah termasuk angkatan
9.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, palang merah, panti asuhan, rumah ibadah, dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Output diperoleh dari hasil perkalian dari setiap indikator produksi.
9.3. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Meliputi kegiatan perusahaan/ lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti penyiaran radio dan televisi, tari, musik, taman hiburan, kelab malam dan sebagainya. Output diperoleh dari hasil perkalian dari setiap indikator produksi.
9.4. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Meliputi jasa perbengkelan/ reparasi kendaraan bermotor; jasa reparasi lainnya seperti reparasi jam, tv,kulkas dll; jasa pembantu rumah tangga; jasa perorangan lainnya seperti pangkas rambut, tukang jahit, binatu, dll. Penghitungan output dan nilai tambah bruto dapat dilakukan dengan cara pendekatan produksi.
B. DAFTAR ISTILAH PENTING
Asset (Harta):
Pemilikan atas berbagai macam harta yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan ataupun pemerintah. Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter.
Biaya Antara:
Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri.
Bunga Neto:
Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman yang diberikan.
Faktor Produksi:
Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik secara langsung maupun tidak langpesung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
Harga Berlaku:
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun berjalan.
Imputasi Jasa:
Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya.
Investasi: