Peran Notaris Dalam Meningkatkan Pengetahuan Hukum Pekerja Seni

ISSN: 2477-4103

  JURNAL NUANSA VoL 11 No.1

  KENOTAHIATAN Peran Notaris Dalam Meningkatkan Pengetahuan Hukum Pekerja Seni Meldawati Majid* lrwan Santosa** *Universitas Jayabaya **Universitas Jayabaya ARTICLE

  INFO ABSTRACT

Keywords: This research aim to realize the deal of the parties concerned, the laws

and regulations in force in Indonesia (positive law) to facilitate both

  Knowledge of the law ,

deed authentic, notary, artists theoretical and/or practices. Specialized in this research are find artist

in making agreements/contracts ha ve not been in the form of notarial deed (deed authentic). The si tuati o n occurs according to internal factors artists include: lack of knowledge about the making of the agreement/ contract, lack of knowledge in the profession of notary authority and position, not a relationship that is conducive to the notary.This research is a normative law (doctrinal) based on secondary data. The research approach used to analyze the problems in this re search include: (a) Con- cep tual approaches; (b) s tatute approach; and (c) a conceptual approach.

  Therefore, thi s re s ult is expected to improve the legal knowledge among artists in person and/or organization, to support the development of In - done si an art world becomes more advances and has a strong competitive edge for artists to make any agreement/contracts with related parties based on a better knowl e dge of the law.

  Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan kesepakatan dari pihak- Corresponding Author: pihak terkait, hukum dan peraturan yang berlaku di Indone sia (huku m irsan_not®yahoo.co.id positij) dalam memfasilitasi baik teoritis dan!atau praktik. Khusus da- lam penelitian ini adalah menemukan pe kerja seni yang belum membuat perjanjianl kontrak dalam bentuk akta notaris (akta otentik). Situasi ini terjadi menurut faktor internal pekerja seni meliputi: kurangnya penge- tahuan tentang pembuatan perjanjianlkontrak, kurangnya pengetahuan dalam profesi otoritas notaris dan posisi, bukan hubungan yang kondu- sif untuk notaris. Penelitian ini merupakan hukum normatif (doktrin- al) berdasarkan data sekunder. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini meliputi: (a) pende- katan konseptual; (b) pendekatan undang-undang; dan (c) pendekatan konseptual. Oleh karena itu, hasil ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan hukum di kalangan se niman secara pribadi dan/atau orga- nisasi, untuk mendukung perkembangan seni rupa Indonesia di dunia

  Nuansa Kenotariatan menjadi lebih kemajuan dan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat

  Volume 1 Nomor

  1 bagi seniman untuk membuat ke s epakatan apapunlkontrak den g an pi-

  Juli-De s ember 2015 hak terkait berdasarkan p e ngetahuan yang lebih baik dari hukum

  I S SN . 247 7 -4103 ©2

  01

  5 NK All rights re s e rve d. hh.25-32

  • 25 -

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris pada

  ris untuk menjalankan sebagian urusan atau tugas

  3. Tanggung jawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notari s terhadap kebenaran materiil da- lam akta yang dibuatnya .

  2. Tanggung jawab notari s secara pidana terhadap k e benaran materiil dalam akta yang dibuatnya .

  1. Tanggung jawab notaris secara perdata terha- dap kebenaran materiil t er hadap akta yang di- buatnya.

  yakni:

  perbuatannya sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta tersebut, meliputi kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya (Anshori, 2010)

  akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas

  Berdasarkan kewena.'1gan Notaris menurut Pasal15 ayat (2) huruf (e) UUJN: "Notaris berwenang mem- berikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta." Notaris se bagai pejabat umum (openbaar arnbtenaar) yang berwenang membuat

  D am pasal 266 KUHPidana, mengenai suatu akta otentik yang di dalamnya · seseorang menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam akta itu tentang hal yang kebenarannya harus dibuktikan oleh akta itu dengan tujuan untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangan itu benar. Pada hakekatnya Notaris se- laku Pejabat Umum , hanyalah mengkonstantir atau merelateer atau merekam secara tertulis dan otentilr dari perbuatan hukum pihak-pihak yang berkepen- tingan, Notaris tidak berada di dalamnya, adalah orang luar, yang melakukan perbuatan hukum itu adalah pihak-pihak yang membuat serta yang teri- kat dalam dan ol e h isi perjanjian, adalah mereka pi- hak-pihak yang berkepentingan, inisiatif terjadinya pembuatan akta Notaris a tau akta otentik itu berada pada pihak-pihak. Oleh karena itu akta Notaris a tau akta otentik tidak menjamin bahwa pihak-pihak "berkata benar" tetapi yang dijamin oleh akta oten- tik adalah pihak - pihak "benar berkata" seperti yang termuat di dalam akta perjanjian mereka (Sjaifurrac - hman dan Adjie, 2011).

  dap akta yang dibuat oleh notaris adalah konstruksi perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal1365 KUHPerdata. Melalui konstruksi penjelasan Un- dang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) bahwa No- taris dapat pula dimintai pertanggungjawaban atas kebenaran materiil suatu akta yang dibuatnya hila ternyata Notaris tersebut tidak memberikan akses mengenai suatu hukum tertentu yang berkaitan de- ngan akta yang dibuatnya sehingga salah satu pihak merasa tertipu atas ketidaktahuannya .

  s truk s i yuridi s yang digunakan dalam tan ggung jawab perdata terhadap kebenaran materiil t e rha-

  Notaris diangkat dalam jabatannya berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) yang ber- tanggung jawab sebagai pejabat umum secara per- data atas akta yang dibuatnya (Anshori, 2010). Kon-

  Negara, khususnya dalam bidang hukum perdata (Dewi dan Diraja, 2011).

  dikarenakan profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan (Anshori, 2010). Notaris merupakan perpanjangan tangan dari pem e rintah dalam hal ini Negara memberikan kepercayaan kepada Nota -

  Nuansa Kenotariatan Volume 1 No.1 Juli 2015 Pendahuluan

  nobil e officium

  Disebut sebagai

  officium).

  Notaris merupakan profesi hukum dan dengan de- mikian profesi notaris adalah profesi mulia (nobile

  notaris tersebut merupakan salah satu cara yang da - pat dipergunakan menghasilkan memberikan jalan keluar atas persoalan-persoalan hukum antara pe- kerja seni dengan p e ngguna jasanya.

  dinyatakan dalam suatu akta otentik. K ewe nangan

  Pasal1 angka (1), menjelaskan yang dimaksud de- ngan Notaris adalah pejabat umum yang berwe - nang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Jabatan Notaris (UUJN), an tara lain Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian , dan ketetapan yang diharus - kan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

  penelitian tentang apakah Notaris telah menjadi pi- hak yang dipilih pekerja seni untuk membantu me- ningkatkan pengetahuan hukum dalam pembuatan kontrak komersial , kemudian dibuat dalam bentuk akta notaris (akta otentik)?. Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) RI No.

  mewakili). Bertitik tolak dari latar belakang di atas,

  De- ngan kata lain, kerjasama yang terjadi antara dua pihak atau lebih, antar perorangan atau perorang- an dengan suatu organisasi berbadan hukum/tidak berbadan hukum, ada juga hubungan kerja dengan antara pekerja seni dengan Negara (lembaga yang

  simbiosis-mutualism.

  Hubungan kerja antara pihak yang melahirkan sua- tu perjanjian, dalam pelaksanaan tidak tertutup ke- mungkinan dapat terjadi perselisihan. Masalah tim- bul di awal, di tengah perjalanan, di akhir waktu, atau setelah pekerja seni melakukan prestasi yang te- lah disepakati. Hubungan kerja diantara pihak yang terlibat dalam perkembangan dunia seni kemudian melahirkan suatu keadaan

  • 26 -

  Ma ji d & Santosa/Peran N o tar is Dalam Menin g katkan Pengetahuan Hukum Pekerja Seni Dalam penjelasan UUJN No .

  30 Tahun 2004 dite- laksanaan dari Pasal1868 KUHPerdata , Notarislah

rangkan pentingnya profesi notaris yakni terkait yang dimaksud dengan Pejabat Umum itu (Sjaifur-

dengan pembuatan akta otentik . Pembuatan akta rachman dan Adjie , 2011). otentik ada yang diharuskan oleh peraturan p e r-

undang-undangan dalam rangka kepastian, keter- Adapun kewenangan Notaris menurut pasal 15

tiban dan perlindungan hukum. Selain akta otentik UUJN No. 30 Tahun 2004 , adalah: yang dibuat oleh atau di hadapan notaris, bukan

  1. Notaris berw e nang membuat akta ot e ntik me- saja karena diharuskan oleh peraturan perundang- ngenai semua perbuatan, perjanjian, dan kete- undangan , tetapi juga karena dik e hendaki oleh pi- tapan yang diharu s kan oleh peraturan perun- hak yang b e rkepentingan untuk memastikan hak dang-undangan dan/atau yang dikeh e ndaki dan kewajiban para pihak demi kepastian , ketertib- oleh yang b e rkep e ntingan untuk dinyatakan an , dan p e rlindungan hukum bagi pihak yang ber- dalam akta otentik, menjamin k e pa sti an tanggal kep e ntingan - s ekaligus bagi ma sy arakat secara ke se pembuatan akta , menyimpan akta , memberikan luruhan (Anshori, 2010). grosse, salinan dan kutipan akta , se muanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga

  Ada dua mazhab notaris dunia yakni Notaris Latin ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat dan Notari s Anglo Saxon (P e ngurus Pusat Ikatan lh"l- lain atau orang lain yang dit e tapkan oleh

  Notaris Indonesia, 2008). Notaris Anglo Saxon ha - dang-undang . kikatnya adalah pejabat hukum umum yang profe s -

  2. N otaris berwenang pula : sio nal), sional (private legal profes se perti pengacara i. Meng es ahkan tanda tangan dan m e netapkan yang juga mempersiapkan dokumen atas nama para kepastian tanggal s urat di bawah tangan de- pihak dan memastikan dokumen telah sesuai un- ngan mendaftar dalam buku khu s u s; dang-undang dan peraturan yang berlaku. Dipilih ii. Membukuk an surat s ur at di b a wah tan gan - dari warga m asyarak at yang mempun ya i int egri ta s den gan m e ndaftar dalam buku khu s us; dan moral yang tinggi. Diadop s i oleh Negara yang iii. Membuat ko p i da ri as li surat-surat di baw ah mengmut siste m Hukum Kasus ( Common Law Sy- tangan berupa s alinan yang m emua t uraian s tem) . Hukum Sipil meng acu pada hukum Romawi se b aga im a n a ditulis dan digambarkan da- (Itali a Ut ara) yang meletakkan segala sesuatunya lam surat yang bersangkutan; pada p e rund ang- undangan. Ad a pun Notaris Latin iv. Melakukan p e n ges ahan kecocokan fotokopi adalah pr ofesio nal hukUJ.1l seperti p e ngacara yang den g an s u rat as lin y a ; juga mempersiapkan dokum e n a t as nama k edua be- v. Memb e rikan penyuluhan hukum se hubung- lah pih ak dalam transaksi dan m e mastikan bahwa an d engan pembuatan akta ;

  dokum en -dokumen m e menuhi p ersyara tan hu vi . M e mbuat akta yang berkaitan d e n gan p e rta- kum dari yurisdiksi y ang sesuai (Thaw, 2000). nahan; a t au vii.

  • ini

  M e mbu at akta ri s alah lelang. Indon es ia m e ng a nut mazh a b No tari s Latin. Notaris

  3. Selain k ewenangan sebagaimana dimaksud di Indon esia m em berikan legal advice kepada para pada ay a t (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai

  • pihak se p anj an g tidak be r t e ntan g an d eng an un

  k e wenan g an l ain yang diatur dalam p era turan

  • dang-undan g yang berlaku , ketertiban , dan ke s u si perundang-undan gan.

  laan. Tidak seperti notaris di Am erika Serikat y ang Undang-Undang Jabatan N otaris (UUJN) dan Per- han ya b ertang gung jawab terhadap akur as i dan aturan Jabatan No tari s (PJN) m e miliki esens i y ang legalita s i si perjanjian akta (P e nguru s Pus at Ik atan

Notaris Indonesia, 2008). sama tentan g n otaris yakni s e bagai p e j abat um um

yang berwenan g membuat akta . T ermino lo gi ber- evoegd) w enang (b d a lam PJN maupun UUJN di-

  • Di dalam Pasa l1868 KUHP e rdata hanya meneran g p er lukan karena berhubungan den g an ketentuan

  kan apa yang dinamakan akta otentik, akan tet a pi

  Pasal 1868 KUHPerdata y ang meny a t akan bahwa tidak menjelaskan tempat dimana ia berwenang se- suatu akta otentik a dalah yang se demikian , yang demikian , sam pai dimana b atas -batas wewenang -

  • dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undan g nya dan ba gaimana bentuk menurut hukum yang undang ol e h -ata u di hadapan pej a bat umum yang
  • dimak s ud , sehingg a pembuat undang undang ma-

  berwenang untuk itu, ditempat akta itu dibuat. Un- sih h arus membuat peraturan p e rundang-undang- tuk pelaksanaan Pasal 1868 KUHPerdata tersebut an untuk m e n ga tur hal-hal ter se but , satu dan lain pembuat und ang- u ndang harus membuat p e ratur- diatur da l am peratur an j a b a tan n otaris, se hin gga

  • menunjuk para - undangan untuk pe an perundang bah - dengan demikian dapat dikatakan wa peratur j aba t umum yang berwenang untuk m embua t akta

  an Jabatan notaris a dalah m e rup akan peraturan pe-

  Kondisi di atas menurut penulis sudah keluar dari tujuan a sas keseimbangan, sesuai dengan penda pat Hemoko (2011) bahwa tu juan asas keseimbangan adalah "kese imbangan dalam menentukan hak dan kewajiban " . Uraian Sudikno dalam Hasibuan (2011) tentang teori klasik , bahwa "kontrak merupakan perbuatan hukum yang meliputi penawaran dari pi - hak yang satu dan penerimaan dari pihak lain yang didasarkan pada kata sepakat". Apabila kondisi pekerja seni bertolak belakang den gan pengertian kedua t eo ri tersebut di atas terus b erja lan ses u ai de - ngan pendapat Budiono {2006) ''bisa terjadi situa s i

  utama difokuskan pada ketentuan BW yang berlaku di Indon es ia; (

  seperti itu terus berlan gsung tanpa ada keberani an dari pekerja seni untuk merubahnya.

  prestasi yang dikehendaki, kemudian diminta me- nandatangani surat perjanjian yang telah disiapkan oleh pihak pengguna jasa. Pekerja seni d a lam posisi harus menerima isi perjanjian itu, apabila p e rjan- jian/kontrak kerja tersebut akan dilanjutkan. Hal

  an beserta total nominal yang akan diperoleh atas

  patan untuk pribadi dan/atau perkumpulan. Seb u- ah pilihan yang tidak popul er apabila pekerja seni bersitegang untuk keluar dari kebiasaan tersebut. Membuat konsep perjanjian/kontrak antara peker- ja seni dengan pihak y ang akan menggunakan jasa keahliannya tidak m e lakukan proses negosiasi seca- ra rinci t e rlebih dahulu. Dalam proses yang sering dilakukan, pek erja seni diberi deskripsi pekerja-

  yang berakibat pek erja seni akan kehilangan penda -

  Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata (Nurmawati, 2009). Asas itikad baik akan menjadi dasar untuk meni- lai apakah perjanjian yang terbentuk memenuhi kepatutan dan kesusilaan serta tidak menciderai sikap batin para pihak di dalamnya. Pekerja seni menyampaikan bahwa pada dasamya banyak per- soalan yang mereka alami dalam membuat suatu perjanjian/kontrak , karena rasa percaya diberikan pada dasamya hanya wujud keterpaksaan , peker- ja seni tidak ada pilihan lain. Sering terjadi wanp- restasi atas hak yang seharusnya d'terima pekerja seni sesuai yang telah disepakati dan dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan.Apabila tidak bersedia menjalani proses yang ditetapkan , berarti menghi- langkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan ,

  reka merasa sulit dan/atau tidak akan bisa melaku- kan perubahan terhadap cara yang sejak lama telah pekerja seni gunakan . Kebiasaan yang dibangun pekerja seni tersebut di atas, menurut penulis bu- kanlah suatu cara yang buruk, apabila rasa saling percaya bisa dijaga secara timbal balik , memenuhi unsur-unsur asas itikad baik (togoe dentrow) yang terdapat dalam

  pekerja se ni yang di sam paikan k e pad a penulis, me-

  tersebut sulit dirubah, menurut p eke rja seni yang penulis wawancara. Banyak faktor sebagai penye- bab, faktor dari luar dan/atau faktor dari dalam diri pekerja se ni yang bersangkutan. Dalam kesimpulan

  akta dibawah tangan atau akta otentik. Terhadap hal

  be ranjak dari pendapat ahli (doktrin) yang terkait d e ngan mat e ri hukum kontrak. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pekerja seni dalam menjalin kerjasama dan melahir- kan sebuah perjanjian/kontrak kerja lebih dilanda s i pada rasa saling percaya, perjanjian/kontrak umum- nya tidak dibuat dalam bentuk tertulis baik berupa

  c) pend e katan konseptual (conceptual approach)

  Untuk pendekatan Undan g - Undang, ter -

  Nuansa Kenotariatan Volume 1No.l juli 2015

  pendekatan Undang-Undang (statute approa ch ).

  a l approach); (b)

  meliputi: (a) pendekatan Konseptual (conceptu

  ini

  digunakan untuk melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan, maupun kontrak- kontrak. Sedangkan penelitian doktrinal digunakan untuk melakukan analisis terhadap as as hukum- asas hukum (kontrak), literatur hukum , pandangan- pandangan para sarjana hukum yang mempunyai kualifika si tinggi (doktrin) (Marzuki , 2001). Dalam penelitian hukum menurut Hemoko (2011) diperlukan metode p e ndekatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang dicoba untuk di- cari jawabannya. Pendekatan yang digunakan un- tuk menganalisis permasalahan dalam penelitian

  ini

  Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum nor- matif (doktrinal) berdasarkan data sekunder. Me- nurut Soemitro (1994), penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal condong bersifat kualitatif dan berdasarkan data sekunder. Metode

  harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban (standar of duty) yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan dalam hukum" (Hasibuan, 2010).

  ini

  merupakan "sua- tu kewajiban yang ditetapkan undang - undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, di- mana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubung- an atas-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban

  kenotariatanfiduciary duty

  otentik dan oleh karena itulah para notaris ditunjuk sebagai pejabat yang sedemikian berdasarkan PJN maupun UUJN (robing, 1992). Dalam

  • -28 -

kait dalam kontrak.

  sadar pekerj a se ni tidak berusaha memperma sa lah- kan tindakan wanpr es ta s i yang dil a kukan pih ak ter-

  kan kebutuhan pekerja seni dalam melakukan pres- tasi dan/atau pemenuhan keperluan dasar untuk pribadi/kelompok sesuai yang s udah di se pakati dan diperjanjikan. Situasi tersebut berdasarkan ha- sil wawancara terhadap pekerja s e ni, bisa terjadi karena pekerja seni dalam kondisi sebagai pihak yang sangat membutuhkan kes e mpatan/p e kerjaan yang diperjanjikan untuk kelangsungan dunia seni dalam berkar ya dan se kaligu s kebutuhan hid up pri- badi yang t e rlib a t di dalamnya.

  jian kurang memenuhi unsur da s ar kontrak , yang

  secara jelas. lsi perjanjian/kontrak yang dibuat da-

  lam bentuk tertulis itu, l e bih mengutamakan kepen- tingan satu pihak (pemakai jasa pekerja seni). Pihak pekerja seni sebagai pihak yang harus men e rima. Kondisi tersebut sudah berlangsung lama, pekerja

  seni tidak mampu melindungi harapan wajar dari

  adan y a perjanjian/kontrak , bahkan sering t e rjadi

  pengayaan sa tu pihak dengan tidak memperduli-

  Ap a bila car a/te knik hukum mer e ka tempuh dalam prose s membuat perjanjian/ kontrak, maka bisa m e ngakibatkan pemakai ja s a b e ralih k e pad a peker- ja se ni lain untuk melakukan presta s i yang mer ek a inginkan dari pekerja se ni. Hal t e r se but diungk a p- kan pekerja se ni dalam wawancara d e n g an p e nuli s . Mempelajari bahan hukum berupa berkas perjanji- an yang dibu a t p eke rja seni dengan pihak terkait, b e lum ditemukan profe s i notari s berperan di da- lamn ya. Ti dak ada sa tupun dibuat dalam b e ntuk

  Berdasarkan penelitian t e rhadap perjanjian/kontrak dalam bentuk tertulis yang dibuat antara pek e rja

  akta notari s (akta o tentik). Semua dibuat berb e ntuk akta dibawah tan gan, dan tanpa adanya pih a k yang

  b ersaks i.

  Pekerja s eni umumnya kurang m e ngetahui p erbeda -

  an dan k e gunaan antara akta dibawah deng a n akta

  otentik. K e tidaktahuan ter se but men gaki b atkan p e - kerja s eni s udah mera sa cukup memiliki perj anj ian dalam bentuk perjanjian dibawah tangan . Perjanjian

  dib a wah tangan yang dibuat dengan pih a k t er kait ol e h pekerja seni han ya se bagai formalitas saja , cia- lam implem e nta s inya sering tidak bisa menj ad i lan- da s an untuk memp e rol e h hak-hak yang t e lah diper- janjikan dan disepakati kedua pihak t e rkait . Den gan

  seni dengan pihak yang memakai jasanya, perjan-

  tentang h a l - hal yang dib ole hk an se rta yang tidak di b e narkan oleh p e raturan perundang - undangan yang berlaku dan berlandaskan asas hukum kon- trak Indonesia dalam setiap pembuatan kontrak.

  Majid &

  s al1

  Santosa/Peran Notaris Dalam Men ingka tlam P e ngetahuan Hukum Peker ja Seni

  abnormal". Berdasarkan pendapat tiga ahli hukum di atas, dari hasil pengumpulan bahan hukum pri- mer dan bahan hokum sekunder, indikasi abnor- mal terlihat jelas di dalam proses melahirkan suatu perjanjian. Pihak terkait dalam melakukan kontrak kerja dengan pekerja seni memiliki posisi tawar Ie- bih besar . Hal itu bisa t e rjadi karena pekerja seni umumnya belum mapan untuk bergerak sendiri dan/atau secara berkelompok melakukan pagelaran hasil karyanya . Pihak terkait dalam s u a tu perjanji- an/kontrak umumnya pemilik akses yang kuat ter- hadap sarana/ tern pat yang dibutuhkan pekerja s eni menampilkan hasil karyanya . Hal tersebut membu- at p e k e rja seni dalam ke s adaran dan terpaksa se- pakat atas ketidaksepakatan tentang i s i perjanjian/ kontrak yang sudah mereka tentukan. Kondisi se - perti itu sebenamya sudah terjadi pelanggaran atas asas ke se imban g an (evenw ic ht s begin se l) .

  Berdasarkan pendapat Hemoko (2011) tentang haki- kat merancang kontrak , bahwa dalam s uatu kontrak minimal terkait dua pihak yang saling berkehendak terjadinya suatu prestasi timbal batik atas suatu ke- adaan yang m e r e ka inginkan terjadi. K es epak a tan kedua pihak dil andas i a sas k e beb asan berk ontrak. Pre stasi timbal balik antara pihak yang kc mud ian dis e pakati m e lahirkan suatu perjanjian, m e mp e r o- leh s ank s i hukum apabila terj a di wansprestasi oleh satu pihak t e rhad a p pihak lainnya .

  Pa s al 1 338 Kii:ab Undang-Undang Hukum P e rd a ta (KUHP e rdata) m e n e tapkan bahwa : "semua perjaji- an yang dibuat s ecara s ah berlaku sebagai undang- undang bagi m e r e ka yan g m e mbu a tn ya." Dalam peng e rtian, pihak terkait m em buat norma hukum

  yang mereka sepak ati untuk masin g -m as ing pihak

  men jal ankan ses uai hak dan kewajibannya. Dan Pa-

  32

  kan . Berdasarkan pendapat Budiono (2006) terse- but , setiap pihak hendaknya memiliki pengetahuan

  0 KUHP er data menjel as kan untuk s ahn ya s u- atu p erj anjian diperlukan e mpat syarat: se pakat me- reka yang me ngika tkan dirinya, kecak apan untuk membu a t suatu perikatan, s uatu hal t e rt e ntu , s uatu

  sebab yang halal .

  Menurut Budiono (2006) aspek "isi k o ntrak " b e r- kaitan dengan asas keb ebas an be rkontr ak. Hal ini

  dikarenakan setiap pih a k m e miliki k eb utuhan yang berbeda a ta s objek yang dip e rjanjikan untuk diwu- judkan . Budiono (2006) m e nyatakan bahwa secar a tega s ca kupan asas kebebasan berkontr a k dibatasi oleh undan

  g- undang, memberi kemungkinan a

  b-

  sah, batal d emi hukum atau kadang dapat dibatal-

  • -29 -

1 No.1 Juli 2015

  mendatang apabila t:!rjadi sengketa atas isi akta yang mereka kehendaki. Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) No.30 Tahun 2004 sebagai penjabar- an atas Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum

  lam penelitian penulis temukan bahwa ketidak- tahuan tentang profesi dan jabatan notaris ter- nyata juga terdapat di lingkungan yang sudah memiliki akses lebih banyak untuk mengetahui suatu hal. Bagaimana dengan masyarakat Indo- nesia lainnya yang berada jauh dari pusat pusat informasi dan tidak memiliki fasilitas teknologi untuk bisa mencari tau sendiri tentang perkem- bangan hukum positif Indonesia?.

  4. Notaris menjalankan kewajiban sesuai Pasal16 angka (1) huruf (a) Undang-Undang Jabatan

  Notaris (UUJN) No.30 Tahun 2004 yaitu, ''berke-

  wajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum . Pekerja seni yang menggunakan jasa profesi notaris akan terjaga kepentingannya terhadap pihak terkait dalam perjanjian untuk mendapatkan haknya sesu-

  ai yang sudah disepakati dan diperjanjikan. Pelaku seni dalam wawancara dengan penulis menyatakan

  sering dalam posisi lemah-sering tidak dapat mem- peroleh hak yang sudah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian dibawah tangan.

  Menurut Kie (2007) bahwa masyarakat (pekerja

  seni) membutuhkan figur yang dapat dipercaya, tanda tangan dan segelnya memberi jaminan di hari

  Perdata menjelaskan dalam Pasal1 angka (1), bah-

  Langkah tersebut seharusnya dilaksanakan oleh

  wa notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan hal tersebut mem- beri pengertian yang sama atas arti pentingnya pro- fesi notaris (Anshori, 2010).

  Kesimpulan Pengetahuan tentang hukum perjanjian/kontrak

  secara pribadi/bersama-sama/ organisasi, mampu

  membuat perjanjian/kontrak yang memiliki landas- an hukum yang kuat, sehingga pekerja seni akan

  memp2roleh hak-haknya secara profesional. Penge-

  tahuan tentang profesi dan jabatan notaris, berda- sarkan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) No.30 Tahun 2004 memiliki kewenangan dan kewa- jiban yang dapat membantu pekerja seni menam- bah pengetahuan hukum tentang pembuatan akta. Dengan kedudukan dan fungsi Notaris kepada ma- syarakat luas dan khususnya pekerja seni, sebagai pejabat umum yang dapat membantu melahirkan

  kontrak-kontrak berbentuk akta otentik yang ber- kualitas dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat pada aspek-aspek hukum dalam suatu

  perjanjian, secara langsung ataupun tidak langsung berdampak positif untuk menumbuhkan kesadar- an hukum masyarakat Indonesia membuat kontrak- kontrak kerjasama dalam negeri maupun dengan pihak luar negeri dalam bentuk akta otentik yang dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa secara

  sosial dan perekonomian.

  Negara di semua lapisan masyarakat, karena da-

  apa yang harus mereka datangi sehubungan ak- tivitas sosial mereka yang berimplikasi hukum.

  Nuansa Kenotariatan Volume

  perlindungan hukum, dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang diseleng- garakan melalui jabatan tertentu. Yang dimak-

  Dalam upaya meningkatkan pengetahuan hukum pekerja seni dalam pembuatan perjanjian/kontrak komersial, berdasarkan Perundang-Undangan yang berlaku:

  1. Notaris menjalankan profesi dalam pelayanan hukum sesuai kewenangan berdasarkan Pasal 15 angka (2) huruf (e), yaitu "memberikan pe- nyuluhan hukum sehubungan dengan pembu- atan akta."

  2. Konsideran Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) RI No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris huruf (a) menyatakan bahwa: "Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum ber-

  dasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

  Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  menjamin kepastian, ketertiban, dan perlin-

  dungan hukum, yang berintikan kebenaran dan keadilan." Dalam huruf (b) dinyatakan bahwa:

  "untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan

  sud jabatan tertentu itu, huruf (c) menyebutkan "notaris yang menjalankan profesi dalam pela- yanan hukum kepada masyarakat" dan huruf

  Sosialisasi hukum, perangkat pelaksana serta fungsinya, menurut penulis suatu langkah yang harus dilakukan oleh Negara melalui lembaga terkait untuk memban- tu masyarakat mengetahui langkah-langkah hukum apa yang harus ditempuh dan lembaga

  (d) menyatakan bahwa "jasa notaris dalam pro-

  ses pembangunan makin meningkat sebagai sa-

  lah satu kebutuhan masyarakat."

  3. Berdasarkan uraikan konsideran Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut, menurut Asshiddiqie (2008) bahwa, "disamping pembuatan hukum

  (law making)

  dan penegakan hukum

  (law en- forcing)

  diperlukan kegiatan pemasyarakatan hukum (law

  socialization).

  • 30-

  Majid & Santosa!Peran Notaris Dalam Meningkatkan Pengetahuan Hukum Pekerja Seni the Notary Public and its Thaw, Deborah M. (2000)

  Referensi Impact in 21st Century, A Presentation at the

  Andasasmita, Komar. (1990) Notaris II-Contoh Akta NACO/NACRC Annual Conference.

  Otentik dan Penjelasannya, Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat.

  Peraturan Jabatan No- Tobing, G.H.S. Lumban (1992) taris (Notaris Reglement). Jakarta: Erlangga .

  Anshori, Abdul Ghofur (2010) Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika.

  Yogya- karta:UII Press. Asshiddiqie, Jimly (2008) Menuju Negara Hukum yang Demokratis.

  Jakarta: PT. Bhuana llmu Po- pular.

  Asas Keseimbangan bagi Hu- Budiono, Herlien. (2006) kum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Ber-

  • - Iandaskan Asas Asas wigati Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

  Pandu- Dewi, Santia dan R.M . Fauwas Diraja. (2011). an Teori dan Praktik Notaris. Yogyakarta:Pusta- ka Yustisia.

  Hasibuan, Fauzie Yusuf. (2010) Keseimbangan dan Ke- terbukaan dalam Kontrak Anjak Piutang di Indo- nesia. Jakarta: Fauzie dan Partners.

  Hemoko, Agus Yuda, (2011) Hukum Perjanjian-Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial.

  Jakar- ta: Kencana Prenada Media Group.

  • - Studi Notariat & Serba Serbi

  Kie, Tan Thong. (2007) Praktek Notaris. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

  Marzuki, Peter Mahmud. (2001) Penelitian Hukum, Yuridika.

  Vol.16, No.1. Nurmawati, B., (2009) Hukum Kontrak Dalam Pe- laksanaan Perjanjian Lisensi Paten. Jurnal IUS FACTI.

  Vol. 2. hh . 1-13.

  Pengurus Pusat lkatan Notaris Indonesia. (2008) 100 Tahun Ikatan Notaris Indonesia Jati Diri Notaris Indonesia Dulu , Sekarang, dan Di Masa Datang.

  Jakart a : PT Gramedia Pustak a.

  Sjaifurrachman dan Habib Adjie, (2011) Aspek Per- tanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta. Jakarta:CV. Man dar Maju.

  Metode Penelitian Soemitro, Ronny Hanitiko (1994).

  Hukum dan Jurumetri. Jakarta: UI Press.