ASPEK HUKUM UPAYA PELESTARIAN SITUS TAMA

ASPEK HUKUM UPAYA PELESTARIAN SITUS TAMANSARI
YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU WARISAN BUDAYA

Abstract
The research aims to study the regulatory of Tamansari (WaterCastle) as one ofthe cultural
heritages which is threatened with extinction, and to study the efforts topreserve it. The research
belongs to a descriptive analytical research. It uses primary and secondary data.
The research results show that the Tamansari is not regulated in the national legislation
itse[f:Meanwhile, the Tamansari preservation is commiiied by restoration, improvement of iourism, and socialization of the culture preserve regulation.
Kata kunei : Tamansari, peraturan, pelestarian
A. Latar Belakang Masalah

perlindungan sumber daya buatan, konservasi
sumber daya aiam hayati dan ekosistemnya,
cagar budaya, keanekaragaman hayati dan
pembahan iklim. Ketentuan Pasal 14 UULH
tersebut dilaksanakan dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya yang selanjutnya
disingkat UUBCB, yang diundangkan pada
tanggal 21 Maret 1992. Menurut W B C B , situs
adalah lokasi yang mengandung atau diduga

mengandung benda cagar budaya temasuk
lingkungannya yang diperlukan hagi pengamanannya. Selanjutnya Pasal 2 menyatakan
bahwa perlindungan benda cagar budaya dan
situs bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan naSiona1
Indonesia.
Upaya pelestarian situs merupakan
pelaksanaan UUBCB heserta peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 5 Tahun 1992 tentane Benda
Cagar Budaya. Status Tamansari sehaeai benda
cagar budaya tidak dapat dilepaskan dengan
fungsi sosialnya sebagai tempat bermukim
masyarakat dan ohyek wisata, sehingga fungsifungsi sosial ini diharapkan tetap dapat dikelola

Terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan kewajiban setiap
orang, baik orang perseorangan, kelompok
orang, maupun hadan hukum. Melestarikan
warisan budaya merupakan salah satu upaya
memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Pengertian pelestarian fungsi lingkungan
hidup yaitu rangkaian upaya untuk memelihara

kelangsungan daya dukung dan daia tampung
lingkungan hidup.
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 4 Tabun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya
disingkat UULH, menyatakan bahwa ketentuan
tentang perlindungan cagar budaya ditetapkan
dengan undang-undang. Penjelasannya menyatakan bahwa perlindungan cagar budaya
ditujukan kepada konsewasi peninggalan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur. Dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya
disingkat UUPLH,perlindungan cagar budaya
diatur dalam Pasal9 ayat (3), yangmenyatakan
bahwa pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataanmang,
perlindungan sumber daya alam nonhayati,

--

Doscn Hukum Lingkungan Fahltas Hulrum Universilas Gadjah Mada.

~


~

~

-.

I

282

MlMBAR HOKUM Volume 18, Nomor 2, Juni 2006, Halaman 159-292

dengan baik di dalam upaya pelestarian. Tamansari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono
I atau Pangeran Mangkuhumi pada tahun 1683
menurut penanggalan tahun Jawa atau tahun
1757 Masehi. Tahun tersebut bersamaan pula
dengan herdirinya Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Tamansari selesai dibangun tahun
1765 Masehi. Tamansari memiliki beherapa

bangunan yaitu Keraton Pulau Kenanga, Masjid
Tamansari dan Pulau Penambung yang terapung
di atas air, kolampemandian dangedung tempat
tidur Sri Sultan dan pemaisuri. Arsitektur dan
relief dalam kompleks Tamansari adalah perpaduan antara gaya arsitektur Hindu, Budha,
Islam, Eropa, dan Cina'.
Tamansari merupakan kawasan yang
terletak dekat dengan pusat kota dan objek
wisata, seperti Malioboro yang merupakan
pusat perdagangan dan perbelanjaan, Keraton,
dan Alun-alun. Hal ini menjadikan Tamansari
mempunyai nilai yang sangat strategis. Selanjutnya, karena letaknya yang sangat strategis
ini membuat masyarakat luar tertarik untuk
bertempat tinggal di sekitar kawasan, sehingga
kawasan Tamansari terlihat begitu padat. Terdesak oleh pemukiman warga dan akibat berbagai
bencana baik internal maupun ekstemal, laju
kemsakan situs Tamansari tidak dapat dicegah.
Dari catatan sejarah yang ada, pada tahun 1812
beberapa hangunan hancur akibat serangan lnggris dan pada tahun 1867 terjadi gempa humi
yang juga menghancurkan beberapa bangunan

di komplek Tamansarj. Situs Tamansari kondisinya memang memprihatinkan, baik dari segi
bangunan yang banyak msak, juga arealnya
yang terus menems menyempit (semula 25
hektar, sekarang 12,6 hektar) dan beralih fungsi
menjadi pemukiman penduduk.
Tamansari yang dulunya merupakan
pemandian yang digunakan oleh kalangan Keraton Yogyakarta dan mempakan salah satu ikon
budaya Yogyakarta, telah ditetapkan oleh World

'

Monument Fund (WMF) yang berkedudukan
di New York, Arnerika Serikat, sebagai salah
satu dari seratus situs yang paling terancam
punah di dunia pada tahun 2004. Oleh karena
itn pelestarian situs tersebut sangat diperlukan
dan mempakan kehamsan. Pasal 13 ayat (1)
UUBCB menyatakan bahwa setiap orang yang
memiliki atau menguasai benda cagar budaya
wajib melindungi dan memelih&anya. Ayat

(2) nya menyatakan bahwa perlindungan dan
pemeliharaan benda cagar budaya sebagaimana
d i a k s u d dalam ayat (1) wajib dilakukan dengan memperhatikan nilai sejarah dan keaslian
bentuk serta pengamanannya. Selanjutnya
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993
Pasal 22 dan Pasal 23 juga mewajibkan kepada pemilik untuk melakukan perlindungan
dan pemeliharaan Tamansari dengan cara
penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan
pemugaran.
Pemugaran situs Tamansari mendapat
bantuan dari Yayasan Calouste Gulbenkian
Portugal sebesar 1,6 miliar rupiah dan dari
Pemerintah Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta sebesar 900 juta mpiab melalui AF'BD.
Pada bulan Januari 2004 dimulailah pekerjaan
pelaksanaan rebahilitasi Tamansari dengan
kontraktor PT. Penvita Karya. Pada tanggal 22
Agustus 2004 rehabilitasi tersehut telah selesai,
dan dilaksanakan peresmian puma pugar Tamansari yang dilakukan oleh Gubemur Daerah
IstimewaYogyakarta,Pemerintah Portugal, dan
Yayasan Calouste Gulbenkian Porngal.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang
masalah di atas, maka dapat dimmuskan dua
pennasalahan. Pertamo, bagaimanakah pengaturan pelestarian situs Tamansarl sebagai salah
satu warisan budaya yang terancam punah?
Kedua, bagaimanakah upaya yang dilakukan
untuk melestarikan situs Tamansari tersebut?

Fmm? i(ut\$md.m ct al. 2001. Tonwmo,r li.qoLor.,o Sn,u Our, I(,O S m r Otmlz Glorirum P u r u d . < h m \\?w
s ~ n a r l a m ~m
m i d bcrtl:~o40117 sh05hlml>. Ur-kscs?S Fcbrum 200:

Winami, Aspek Hukum Upaya Pelestarian Situs Tamansari
Dalam latar belakang masalah telah disebutkan bahwa Pasal23 Peraturan Pemerintah
Nomor LO Tahun 1993 menyatakan bahwa
perlindungan dan pemeliharaan benda cagar
budaya dilakukan dengan cara penyelamatan,
pengamanan,perawatan, danpemugaran. Pasal
25 Peraturan Pemerintah tersebut mengatur

bahwa penyelamatan dan pengamanan dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kemsakan
karena faktor alam danlatau akibat ulah manusia, beralihnya pemilikan dan penguasaan kepada orang yang tidak berhak, bembahnya keaslian dannilai sejarahnya. Sementara itu Pasal
26 PP itu menerangkan bahwa pemeliharaan
dilakukan dengan perawatan untuk pencegahan
dan penanggulsgan terhadap kerusakan dm
pelapukan akibat pengaruh proses alami dan
hayati, serta pencemaran.
Di Yogyakarta Peraturan Daerah tentang
Cagar Budsja sedang &intis. Draft rancangan
peraturan daerah tersebut telah selesai disusun
oleh Dinas Kebudayaan Propinsi DIY, dan
rencananya &an segera diserahkan ke Biro
Hukum, sebelum akhimya diserahkan ke DPRD
DIY untuk dibahas bersama-sama. Para pemilik
bangunan y ang termasuk kriteria "benda cagar
budaya" nantinya akan mendapatkan kompensasi dari pemerintah dalam bentuk pembebasan
pajak, pemberian biaya perawatan ataupun
pemberian keringananretribusi. Kriteria benda
cagar budaya yang akan diterapkan dalam ha1
ini adalah BCB klas A (internasional), klas B

(nasional), dan klas C (lokal). Untuk BCB Has
A sudah tentu memiliki harga kompensasi yang
lebih besar dibanding BCB klas B atau klas
C. Sebagai contoh, kawasan Prambanan dan
Borobudur sudah masuk klas A, sehingga harga
kompensasinya juga lebih besar. Untuk situs
Tamansari mas& dalam kategori pengelolaannya pada tingkat internasional, dan realisasinya
barn dalamproses. Dalam ha1 pelestarian BCB,
Propinsi DIY tennasuk terlambat. Sebagai kota
budaya, Yogyakarta bam sampai pada tahap

'

285

inventarisasi benda cagar budaya, mana-mana
yang layak untuk dilestarikan7.
Pembentukan Peraturan Daerah itu
dimaksudkan agar kawasan dan benda cagar
budaya serta atraksi budaya dapat dilestarikan

untuk mendukungpariwisatadanperekonomian
serta kesejahteraan rakyat. Benda cagarbudaya
banyak yang lepas atau hilang terutama yang
dimiliki oleh masyarakat, karena bagi kolektor,
benda ini hemilai tinggi sehingga mereka berani
membeli dengan harga mahal. Sementara itu
perkembangan ekonomi masyarakat kurang
mendukung mereka untuk melestarikannya.
Hal ini juga terjadi pada bangunan sejarah
yang jumlahnya semakin merosot, sehingga
memerlukan langkah-langkah konkrit untuk
melestarikannya. Langkah nyata sebenarnya
telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengadakan identifikasi sejak 1998 yang dilanjutkan
dengan penyiapan materi teknis pada 1999
dan penentuan 13 kawasan cagar budaya serta
rencana Peraturan Daerah cagar budaya yang
akan mengatur pemanfaatan dan konsewasi.
Peraturan ini diharapkan dapat mengatur pelestarian, pemanfaatan, pembahan, baik bentuk
maupun hak kepemilikan. Pennasalahan yang
menyelimuti pelestarian cagar budaya ini sebenamya dapat dideteksi, namun sangat sulit diatasi. Pennasalahan utama bagi kawasan adalah

pembahan pemanfaatan kawasan sehubungan
dengan tata ruang dan perkembangan dalam
masyarakat. Pennasalahan dalam konsewasi
benda cagar budaya karena ketidakmampuan
masyarakat, baik secara ekonomi maupun teknis perawatan benda cagar budaya, sehingga
kolektor mampu mempengaruhi mereka untuk
pengalihan hak milik. Pemerintah DIY sementara ini menetapkan sebanyak 13 kawasan
antara lain: Jetis-Malioboro-Senopati, KratonKrapyak, Puro Pakualaman, Kotabam, Ambar
Ketawang, Ambarbinangun, Pleret-eks Kraton,
Imogiri, Kotagede, Prambanan, BokoharjoRatu Bokd, Parangtritis, S~koliman~Gunung-

Sun. 2003. Rencono Perdo C o w Budoya: Penrilik Pe~ulehKonrpensosi Dari Pemerinlah,htto://~\~w.indom~dia.
comhcmar/Z009/19NTAMA/19pel i.htm.Diakscs 15 Novcmber 2003

286

MIMBAR HOKUM Volume !8, Nomor 2, Juni 2006, Halaman 159-292

kidul. Di samping itu teridentifikasi sebanyak
kwang lebih 500 bangunan di kawasan cagar
budaya dan benda cagar budaya secara fisik
sebanyak kwang lebih 1387 buah, sedangkan
nonfisik cagarbudayasebanyak2200 organisasi
budaya dan 66 upacara adats.
Apabila di dalam negeri usaha-usaha
terhadap perlindungan peninggalan sejarab
dan purbakala termasuk cagar budaya perlu
mendapat perhatian, maka usaba-usaha dunia
intemasional disalurkan melalui UNESCO,
baik yang sudah berupa Konvensi maupun
berbentuk Rekomendasi, seperti:
1. Convention for the Protection of
Cultural Property in the Event of
Armed Conflict (Intergovernmental
Conference on the Protection of Cultural Property in the Event of Armed
Conflict, The Hague, 1954).
2. Recommendation on International
Principles Application to Archeological Excavations (adopted by the Unesco General Conference in 1956).
3. RecommendationConcemingtheMost
Effective Means of Rendering Museums Accessible to Everyone (adopted
by the Unesco General Conference in
1960).
4. Recommendation on the Means of
Prohibiting and Preventing the lmplict
Export, Import andTmnsfer ofownership of Cultural Property Endangered
by Public or Private Works (adopted
by the Unesco General Conference
1964).
5. Recommendation Concerning the
Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works
(adopted by the Unesco General Conference in 1968).
6. Convention Conceming the Protection

of Monuments, Groups of Building
and Sites of Universal Value (1972).
7. Convention for the Protection ofworld
Cultural and Natural Heritage (1972).
8. Recommendation Conceming the Protection at National Level of the Cultural and Natural Heritage (1972).
9. Tahun 1975 sudah dibuat DraA Recommendation on the Preservation of
Historic Quarters, Towns and Sites
and their Intergration into a Modem
Environment 9.
2. Upaya Pelestarian Situs Tamansari
Terletak di tengah kurang lebih 2500
perumaban warga yang berjejal di kawasan
padat Yogyakarta, rnenjadi salah satu sebab
Tamansari yang dulunya merupakan pemandian yang digunakan oleh Kraton Yogyakarta,
semakin terancam punah. Tidak mudah unt&
menata ikon budaya Yogyakarta ini di tengab
bangunan permanen dan semi permanen yang
tumbuh di seputar kawasan tersebut. Warga
yang sudab tinggal puluban tahun di tanab
Kraton tersebut tidak dapat begitu saja untuk
rneninggalkan lokasi budaya itu. Terdesak oleh
permukiman warga dan akibat berbagai bencana, laju kerusakan situs tersebut tidak dapat
dicegah. Kemsakan paling parab antara fain
terjadi karenagempa bumi hebat yang melanda
Yogyakarta pada tahun 1867. Pada tahun 1992,
Jogio Heritage Society (JHS) yang mempunyai
kepedulian terhadap peninggalan budaya, telah
memasukkan aplikasi pelestarian Tamansari ke
WMF. Renovasi Tamansari merupakan kerjasama antara Calouste Gulbenkian Foundation Portugal, Kraton Yogyakarta, Pusat Studi
Lingkungan Hidup UGM, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata DIY, dan Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala DIY". Pernugaran
suatu benda cagar budaya dilakukan dengan

Hcri, 2005, Roperdo CagorBudoyaSegera %rsumn, hm:llwwwoemda-di~~e0.idPo~rita~ani~1~~~h0?0~Print&~id=l830
Diakscs21 Mare1 2005
' Kocsnadi Hardjasocrnantri, Op. Cil., hlm. 237
'"Ernmy
Kuswandari, Op. Cil.

Winarni, Aspek Hukurn Upaya Pelestarian Situs Tamansari
beberapa tahapan. Pertoma, tahap persiapan,
yangmeliputi studi kelayakan, studi teknis, clan
studi rencana induk. Kedua, tahappelaksanaan,
yang meliputi pembongkaran, pencarian dan
penyusunan percobaan, konservasi, perkuatan
konstrnksi, pemasangan kembali. Ketiga, tahap
penyelesaian, yang meliputi penyempumaan
pemasangan kembali, pemberian tanda pada
bahan pengganti, pembersihan areal kerja dan
penataan lingkungani I.
Adapun yang dimaksud dengan pemugaran menurut penjelasan Pasal 27 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993
adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mengembalikan keaslian bentuk benda
cagar budaya dan memperkuat struktumya bila
diperlukan, yang dapat dipertanggungjawabkan
dari segi arkeologis, historis, dan teknis dalam
upayapelestarian benda cagar budaya. Pasal27
ayat (2) PP itu menyatakan bahwa pemugaran
dilakukan dengan memperhatikan keaslian
bentuk, bahan, pengerjaan dan tata letak, serta
nilai sejaralmya.
Dalarn kaitannya dengan pelestarian situs, Pasal29 ayat (1) PP tersebut menyatakan
bahwa untuk kepentingan perlindungan dan
pemelibaraan benda cagarbudaya, setiap orang
dilarang memsak benda cagar budaya, situs,
dan lingkungannya. Selanjutnya ayat (2)nya
menyatakan bahwa termasuk kegiatan yang
dapat memsak benda cagar budaya dan situsnya
adalah kegiatan: (a) mengurangi, menambah,
mengubab, memindahkan, dan mencemari
benda cagar budaya; (b) mengurangi, mencemari, danlatau mengubah fungsi situs.
Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1993 sebelumnya telah diatur dalam
Pasal 15 UUBCB, yang menyatakan bahwa
setiap orang dilarang memsak benda cagar
budaya dan situs serta 1ingkungannya.Untuk
memugar Tamansari hams dilakukan secara
hati-bati karena untuk menampilkan bentuk
aslinya. Jadi tidak akan membangun bangunan
"

287

b a tetapi
~ bangunan-bangunan yang ada yang
dalam kondisi msak, diperbaiki seperti semula.
Adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak dalam kaitannya dengan pemugaran
Tamansari sesuai dengan Pasal 18 ayat (2)
UUBCB, yang menyatakan bahwa masyarakat, kelompok, atau perorangan berperan serta
dalam pengelolaan benda cagar budaya dan situs. Secara rinci tahapan pemugaran Tamansari
&pat dikemukakan di bawah ini.
a Latar belakang dilakukannya pemugaran
1)Tamansari mempakan bangunan cagar
budaya yang sudah masuk dalam 100
situs dnnia yang terancam kepunahannya m e n m t WMF
2) Tamansari khususnya Umbul =nangun
mempakan bangunan dengan latar
belakang sejarah berkaitan erat dengan
Portugis
3) Kesamaan tujuan dalam melestarikan
Tamansari bagi kepentingan sejarah,
budaya, ilmu pengetahuan, dan juqa
pariwisata
b. Proses Tahapan kerjasama dengan
Yayasan Gulbenkian Portugal
1) Pada tabun 2000 Pemerintah Portugal setelah berkunjung ke Tamansari menawarkan kerjasama kepada
Pemerintah Propinsi melalui Yayasan
Calouste Gulbenkian Portugal untuk
memugar Tamansari
2) Pada tahun 2001 dimulai kegiatan penyusunan identifikasi kemsakan fisik
Umbul Binangun Tamansari dengan
biaya Portugal sebesar 5000 USD
dan bekejasama dengan Pusat Studi
Lingkungan Hidup UGM Yogyakarta
3) Pada tahun 2002 setelah disepakati
bersama butir-butir pekerjaan di Pa-'
siraman Umbul Binangun kemudian
dibuat Detail Technis Engineering
( D E D ) pada tahun 2003 dengan

-

Suyata,2004,PengelolomBendu Cagor3udeyo, htm:iiwwwindoncsia~u~aka
ar~/mt3/archivcs/2004/lO~~cn~cIoIaan
bcn-html. Diakscs 2 Dcscmbcr 2004

Winarn;, Aspek Hokum Upaya Pelestarian Situs Tamansari

Gambar 2 Kondisi Tamansari setelah
dilakukan pemugaran
(Sumber: htto://www.tembi.ors/dulu/
tamansari 1881/)
Pernugaran tersebut merupakan pemugaran yang terbesar yang dilakukan di Tamansari. Sebelumnya dilakukan beberapa kali
pemugaran, di samping rehabilitasi rutin
yang didanai APBN sejak tahun 1997. Setiap
tahun Pemerintah Provinsi Daerah lstimewa
Yogyakarta mendapat alokasi dana sekitar 80
juta rupiah untuk merawat Tamansari. Tahun
2001 Pemerintah Provinsi DIY mengalokasikan dana dari APBD sebesar 120 juta rupiah
untuk pemugaran pintu gerbang;Tamansari
dan gorong-gorong Sumur Gumuling. Apabila
dibandingkan dengan pemugaran Candi Borobudur, makapemugaran Candi Borobudurmelibatkan instansi yang lebih has. Pemugarannya
dilakukan dengan menerbitkan SK Presiden
RI Nomor 217 Tahun 1968 pada tanggal 14
Juli 1968. Berdasarkan SK tersebut dihentuk
Panitia Nasional yang bertugas mengumpulkan
dana dan melaksanakan pemugaran. Tahun
herikutnya panitia itu dibubarkan oleh Presiden, dan membebankan tugas pemugaran pada
Menteri Perhubungan. Tahun 1973 diresmikan
permulaan pemugaran dan selesai pada tanggal 23 Februari 1983. Selain itu pemugaran
Candi tersebut juga melibatkan UNESCO. Sebagaimana diketahui bahwa pelestarian warisan
budaya seperti sihls Tamansari haruslah seiring,
"

289

sejalan, selaras, dan seimhang. Dengan melestarikannyamaka akan membentuk kepribadian
budaya yang utuh dan menyeluruh sehingga
dapat memperkokoh jatidiri Kota Yogyakarta.
Upaya pelestarian warisan budaya tersebut
kiranya dapat dilakukan antara lain dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendataan warisan budaya
2. Perencanaan terpadu kawasan cagar
budaya
3. Penerbitan Peraturan Daerah pelestarian cagar budaya
4. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis pelestarian, pengemhangan, dan pemanfaatan warisan
budaya berdasarkan ketentuan baku
herupa Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, maupun ketentuan yang bersifat intemasional
5. Peningkatan pelayanan umum kepada
masyarakat yang akan memugar dan
memhangun termasuk pemberian
penghargaan (reward)berupa keringananpajak kepadapemilik bangunan atau
pelestari wansan hudaya
6. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumher daya manusia di
bidang warisan budaya
7. Melakukan kampanye sadar budaya
melalui berbagai event kebudayaan
dan pertemuan baik secara formal
maupun informal
8. Meningkatkan pemanfaatan warisan
budaya dari aset wisata budaya menjadi aset wisata minat khusus".
Dengan demikian kebijakan yang dilakukan untuk melestarikan situs Tamansari selain
dengan memugar, yang salah satu tujuannya
adalah menata lingkungan Tamansari menjadi
suatu kawasan yang menarik dan bermanfaat
hagi masyarakat, juga pengembangan pada
peningkatan pariwisata. Dari sektor pariwisata

Pratiwi Yuliani, 2005,Pelesforion Wariso7 BrrdwdiKofo Y o g ~ k o r ~hot t.o : l l w w . i o e i a . ~ ~ . i Q I a v o d v a i ~ ~budava.
a~s~n

a.
Diakscs 8 April 2005

290

MlMBAR HOKUM Volume 18, Nomor 2, Juni 2006. Halaman 159-292

ini masyarakat memfimgsikan untuk sektor
ekonomi, misalnya menjual barang-barang
kerajinan, menjual barang produksi keseniannya, dan lain-lain. Pemasalahan sekarang
adalah lingkungan Tamansari masih kurang
bagus, yaitu pemisahan antara pemukiman
masyarakat sekitar dengan benda-benda cagar
budaya di Tamansari masih belum jelas atau
masih membaur. Ada bangunan masyarakat
yang tidak sekedar menempel tetapi menyatu
atau menumpang pada benda cagar budaya Tamansari tersebut. Pemerintah Daerah terlambat
untuk melakukan pengawasan di lapangan.
Untuk itu, Pemerintah secara bertahap akan
mengatasi ha1 ini dengan memasukkan ke
master plan daerah. Selain itu Pemerintah juga
melakukan pemberitahuan kepada masyarakat
bahwa akan dilakukan pemugamn henda cagar
budaya yang berdekatan dengan masyarakat,
dengan harapan mereka tidak lagi membangun
rumah-rumah dekat situs. Hal lain yang dilakukan adalah negosiasi secara kekeluargaan,
misalnya di bangunan Sumur Gumuling ada
bangunan pos keamanan, lalupos keamanan ini
dipindahkan. Ada tujuh kegiatan pengamanan
terbadap benda cagar budaya di DIY yang meliputi pengadaan mmah jaga pada situs-situs
peninggalan sejarah dan purbakala yang penting d m dianggap rawan; pemasangan beberapa
pengumumau di beberapa situs peninggalan
sejarah dan purbakala yang sangat rawan akan
gangguan manusia, dengan rumusan yang terdin atas larangan, ajakan, apresiasi, petunjuk,
dan keterangan; pendataadpenyelidikan dan
penyidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran
peraturan pemndang-undangan yang berlaku;
pembentukan Satuan Tugas Pengamanan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SATPAM
PENJARPALA); pembentukan forum pendidikan dan latihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) bagi para pejabat di lingkungan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan
Sejarah dan Purbakala dan daerah; pemantapan
koordinasi perlindungadpengamanan benda
"

Ahmad Husni, Op Cir.,hlm. 55-58

cagar budaya antar instansi maupun yang memiliki sangkut paut dengan masalab upaya
perlindungan benda cagar budaya; tindakan
terhadap pelaporan tentang terjadinya pencurian, pemsakan atan penyelundupan benda
cagar budaya ke luar wilayah ~ndonesia'~.
Dari kegiatan-kegjatan tersebut telah dilaknkan pemberdayaan masyarakat, dalam arti
masyarakat diajak untuk berperan serta dalam
menjaga lingkungan situs. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
melestarikanwarisan budaya, pemerintab juga
telah mengadakan penyuluhan atau sosialisasi
perahlran cagar budaya.

E. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian dan pemhahasan di atas dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan. Pertama, situs Tamansari tidak
diatur secara tersendiri dalam peratman pernndang-undangan nasional. Pengaturannya sudah
masuk dalamperatnranmengenai cagar budaya,
yaitu UUBCB bese~taperaturan pelaksanaannya yakni Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1993, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 1995, dan beberapa Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara itu untuk di daerah diatur dengan lnstruksi Gubemur
DIY No. l/INSTR/1984, Keputusan WalikotamadyaYogyakartaNo. 72KD/1984, Keputusan
Gubemur D N No. 326KPTS11995, dan Surat
Keputusan Penghageng KHP Wabana Sarto
Kriya No. 48/W&K/2004. Selain itu saat ini
sedang dipersiapkan Peraturan Daerah tentang
cagar budaya, yang masih dalam proses.
Kedua,pelestariansitusTamansari dilakukan dengan pemugaran, yang salah satu tujuannya adalah untuk menata lingkungan Tamansari
menjadi suatu kawasan yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat; pengembangan pada
peningkatan pariwisata yang antara lain melibatkan masyarakat dalam pengamanan situs,