Chapter I Perubahan Fungsi dan Peranan Keluarga pada Aron Wanita di Desa Ketarenecamatan Kabanjahe

BAB I
PENDAHULUAAN

1.1

Latar Belakang
Keluarga merupakan lembaga sosial yang terbentuk paling tidak dari

satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang
minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
Bentuk hubungan yang terdapat pada anggota keluarga lebih bersifat
“gemeincshaft” atau paguyuban.
Dimana, keluarga merupakan terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dan
anak-anaknya yang merupakan satu bentuk pengelompokan rumah tangga. Di
dalam pengelompokan rumah tangga keluarga tersebut, terjalin interaksi antara
ayah, ibu dan anak-anaknya sehingga membentuk berbagai peranan yang tidak
dapat dilepaskan dari struktur kehidupan keluarga (Julia, 2007:65).

Pada umumnya, rumah tangga tradisional merupakan pengelompokan
rumah tangga berdasarkan atas ikatan perkawinan, memiliki kepentingan ekonomi
satu sama lain, dimana terdapat peran rumah tangga yang didasarkan atas jenis

kelamin (seksual), yaitu pria bertugas sebagai pencari nafkah dan berorientasi ke
luar rumah, sebagai pendidik anggota keluarga, pelindung dan pemberi rasa aman,
sedangkan wanita mengasuh anak, menyiapkan segala kepentingan keluarga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan berorientasi di dalam rumah
(Bidwel, 2000:8).

Pembagian kerja secara seksual mengandung makna bahwa wanita kerap
dipandang sebagai pencari nafkah sekunder yaitu wanita sebagai pencari nafkah

Universitas Sumatera Utara

tambahan dalam keluarga, sedangkan pria penyedia nafkah utama dalam keluarga
tanpa memandang faktanya apakah memang demikian wanita hanya sebagai
penyedia nafkah tambahan (sekunder) atau bahkan berbanding terbalik, dimana
wanitalah yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.

Di Indonesia, akibat dorongan-dorongan pokok yang semakin berat,
membawa wanita ke dalam tanggung jawab yang semakin besar terhadap
keluarga, mereka harus menopang serta memenuhi tugas-tugas yang tidak dapat
mereka perhitungkan sebelumnya, sehingga mereka harus berperan ganda dalam

kehidupan sehari-hari untuk menopang perekonomian keluarga.
Fungsi dan peran seorang wanita yang dikonsepkan sebagai isteri, ibu bagi
anak-anaknya, mengurus kebutuhan rumah tangga (domestik), saat ini berubah
dikarenakan seorang wanita memiliki beban yang besar dalam kehidupan keluarga
yaitu beban ganda dimana selain sebagai ibu rumah tangga yang bekerja pada
sektor domestik, wanita juga harus bekerja di sektor publik untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah
perempuan yang bekerja di wilayah publik, namun tidak diiringi dengan
berkurangnya beban mereka di wilayah domestik (Dwi dan Bagong, 2007:344).
Menurut Yacub dalam (Rochie, 2009:2) banyaknya wanita yang ikut
terjun ke dalam sektor publik atau dunia kerja dikarenakan:
a. Suami memang berhalangan secara total

karena sakit

yang

berkepanjangan atau meninggal dunia.
b. Pendapatan suami tidak memadai sehingga wanita harus turut
membantu perekonomian keluarga.


Universitas Sumatera Utara

c. Memang wanita telah ditempa sejak masih remaja sebagai wanita yang
bekerja di luar rumah (sektor publik), baik sebagai pekerja dalam
perusahaan sendiri atau milik orang lain.
Permasalah beban ganda terlihat pada wanita aron di Desa Ketaren
Kecamatan Kabanjahe, yang bekerja pada lahan pertanian masyarakat Karo untuk
memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Secara tidak langsung wanita mempunyai
beban ganda (double burden) di dalam keluarganya, yaitu di dalam sektor
domestik (ibu rumah tangga) dan sektor publik (dunia kerja).
Setiap hari, sebagian aron sudah berkumpul di suatu tempat, misalnya
disimpang jalan yang menjadi titik pusat tempat aron menunggu ajakan bekerja
dari pihak pemilik lahan pertanian. Selain itu, ada aron yang sudah disewa dari
jauh-jauh hari oleh pemilik lahan pertanian untuk dipekerjakan di lahan pertanian
mereka. Kebanyakan dari aron tersebut merupakan wanita yang rela bekerja berat
untuk menopang perekonomian keluarga.
Setiap pagi, sebelum berangkat bekerja wanita aron harus mempersiapkan
segala kebutuhan suami dan anak-anaknya, seperti memasak, menyiapkan pakaian
suami dan anak-anak, membersihkan rumah, membersihkan peralatan dapur,

mencuci pakaian dan lain-lain. Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah dan
mengurus

segala

perlengkapan

suami

dan

anak-anaknya,

aron

wanita

mempersiapkan segala perlengkapan untuk bekerja di lahan pertanian dimana ia
bekerja.
Mulai pukul 08.00 pagi, aron sudah mulai berdatangan dan menunggu

pemilik lahan yang nantinya akan menggunakan tenaga aron untuk dipekerjakan
di lahan pertanian. Setelah ada ajakan untuk bekerja dari pemilik lahan, aron akan

Universitas Sumatera Utara

diangkut ke dalam mobil pick up dengan muatan 10-15 aron atau menggunakan
mobil yang bermuatan yang lebih besar sekitar 20-30 aron, aron yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan pertanian sesuai dengan kebutuhan lahan yang
akan digarap.
Biasanya, aron pria dan wanita akan dibebani tugas yang sama oleh
pemilik lahan. Pekerjaan aron disesuikan dengan kebutuhan pemilik lahan,
misalnya pemilik lahan yang mempekerjakan aron disaat panen kol, panen jeruk
atau menggarap lahan pertanian. Setiap harinya aron sudah membawa
perlengkapan pertanian untuk mempermudah aron dalam bekerja contohnya, saat
panen kol yang sangat dibutuhkan aron adalah pisau, goni, sarung tangan dan
gerobak pengangkut hasil panen (sorong-sorong).
Sebagai contoh, aktivitas pertanian yang biasa dilakukan aron di lahan
pertanian adalah proses panen kol. Proses panen dimulai dari pemotongan kol,
pemilahan kol yang sesuai dengan standar jual, sampai kepada pengangkutan
hasil panen ke dalam mobil pengangkut dengan menggunakan sorong-sorong

(beko). Semua pekerjaan tersebut dilakukan oleh aron pria maupun aron wanita
yang bekerja di lahan pertanian masyarakat Karo sesuai dengan pembagian kerja
yang telah mereka buat.
Setelah selesai bekerja, aron pria maupun wanita akan diberi upah sesuai
dengan kesepakatan bersama. Upah yang diterima mulai dari Rp. 40.000 sampai
dengan Rp. 60.000 per harinya. Dilihat dari realita di atas, walaupun wanita sudah
dibebani menjadi ibu rumah tangga yang mengurus berbagai kebutuhan rumah
tangga, wanita tidak dapat terlepas beban yang lainnya yakni, menjalankan

Universitas Sumatera Utara

tugasnya di sektor publik sebagai aron atau buruh tani di lahan pertanian
masyarakat di Desa Ketaren.
Istilah aron berasal dari kata sisaron-saron yang artinya saling bantu atau
gotong royong. Aktivitas aron tersebut diwujudkan dalam bentuk kerja orang
muda atau dewasa 6 sampai 9 orang dalam mengelola pekerjaan. Aron dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yang pertama jangak yaitu ikatan kerja sama/aron
yang anggotanya adalah laki-laki, yang kedua diberu yaitu ikatan kerja sama/aron
yang anggotanya perempuan, dan yang ketiga campuren yaitu ikatan kerja
sama/aron yang anggotanya perempuan dan laki-laki (Donny, 2008:3).

Pada aron jangak dan aron diberu tidak terdapat pembagian kerja, semua
pekerjaan yang dibebani kepada mereka dikerjakan secara bersama-sama.
Sedangkan pada aron campuren, terdapat pembagian kerja antara anggotanya.
Dimana, pembagian kerja yang terdapat pada kelompok tersebut didasarkan atas
jenis kelamin. Aron wanita lebih berorientasi kepada pekerjaan yang lebih ringan
dibanding dengan aron pria yang pekerjaannya lebih berat.
Aron

wanita biasanya

mengerjakan

pekerjaan

seperti

menanam,

membersihkan lahan pertanian dengan cangkul, memanen hasil pertania dan lain
sebagainya. Aron pria lebih berorientasi kepada pekerjaan yang lebih berat seperti

mengangkut hasil panen dengan beko (sorong-sorong), mengangkat keranjang
yang berisi hasil panen keatas kendaraan yang digunakan untuk membawa hasil
panen ke tempat penjualan, memompa tanaman dengan pestisida dan lain
sebagainya.
Namun pada masa kini istilah aron tidak dapat lagi digunakan. Istilah aron
hanya digunakan untuk kumpulan pekerja yang terbentuk berdasarkan atas

Universitas Sumatera Utara

keterikatan kekeluargaan untuk menggarap lahan pertanian masyarakat desa
secara bersama-sama.
Pada awalnya, aron yang bekerja pada lahan pertanian di Tanah Karo
diupah/dibayar tidak menggunakan alat tukar seperti uang namun dengan
menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kesepakatan bersama (arih-arih). Setiap
aron harus menunggu giliran agar anggota aron lainnya bekerja di lahan pertanian
mereka, mulai dari menggarap lahan, menanam tanaman yang ingin ditanam ,
sampai dengan panen hasil pertanian dilakukan bersama-sama seperti sistem
gotong royong. Setelah selesai dengan lahan pertanian masyarakat yang satu,
maka mereka akan berpindah tempat untuk meyelesaikan pekerjaan dilahan
pertanian masyarakat lain yang masuk kedalam anggota kelompok aron mereka.

Setelah tahun 1965, sistem upah yang dulunya menggunakan tenaga
berubah menjadi sistem upah yang menggunakan uang. Aron yang dulunya para
pekerja merupakan asli masyarakat Karo, sekarang ini hanya sebagian kecil saja
yang merupakan asli masyarakat Karo. Selebihnya merupakan penduduk
pendatang dari luar wilayah Tanah Karo yang merantau ke daerah pertanian di
Sekitar Kabupaten Karo. Perubahan pekerja aron ini terjadi dikarenakan pertanian
di Tanah Karo mengalami kemajuan pesat seperti pertanian jeruk, kopi, sayurmayur, buah-buahan dan lain-lain. Sehingga tenaga kerja yang berasal dari Tanah
Karo tidak mampu lagi memenuhi permintaan tenaga kerja di daerah Tanah Karo.
Istilah aron masa kini sudah mengalami perubahan, aron masa kini tidak
lagi terbentuk berdasarkan atas ikatan kekeluargaan namun terbentuk atas
kepentingan ekonomi mereka atau sering disebut sebagai buruh tani. Aron yang
merantau ke Tanah Karo mempunyai tujuan untuk memperbaiki taraf hidup

Universitas Sumatera Utara

keluarga dengan bekerja di lahan pertanian masyarakat Karo, khususnya wanita
yang bekerja sebagai aron dikarenakan pendapatan suami belum mampu
memenuhi seluruh kebutuhan keluarga.
Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan jumlah tenaga kerja aron
yang bekerja pada lahan pertanian di Kabupaten Karo pada tahun 2006.

Tabel 1.1
Jumlah Tenaga Kerja Aron yang bekerja pada lahan pertanian di
Kabupaten Karo Tahun 2006
No.
Kecamatan
Wanita
Pria
Jumlah
1
Mardingding
4.251
2.834
7.085
2
Lau Baleng
1.833
1.222
3.055
3
Tigabinanga

4.428
3.219
7.647
4
Juhar
6.179
4.153
10.332
5
Munte
6.846
4.564
11.410
6
Kutabuluh
3.758
2.505
6.263
7
Payung
3.204
2.136
5.340
8
Tiganderket
4.544
3.029
7.573
9
Simpang Empat
3.245
2.163
5.408
10 Namateran
1.946
1.297
3.243
11 Merdeka
1.828
1.218
3.046
12 Kabanjahe
7.486
4.990
12.476
13 Berastagi
10.368
6.912
17.280
14 Tigapanah
4.193
2.795
6.988
15 Dolat Rayat
1.117
744
1.861
16 Merek
1.376
917
2.293
17 Barusjahe
7.054
4.702
11.756
Jumlah
73.656
49.400
123.056
Sumber: Kantor BPS Kabupaten Karo, 2006
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah tenaga kerja aron yang terdapat di
Kabupaten Karo adalah 123.056, dengan jumlah aron pria adalah 4.990 jiwa dan
jumlah aron wanita adalah 7.486 jiwa. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa di
setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, jumlah tenaga kerja aron wanita
lebih besar dibanding tenaga kerja pria.
Pada tabel tersebut dapat dilihat perbandingan jumlah aron, dimana jumlah
aron wanita lebih besar dibandingkan aron pria. Perbandingan jumlah aron wanita

Universitas Sumatera Utara

lebih besar dibandingkan dengan aron pria dikarenakan semakin besar jumlah
wanita yang terjun kedunia kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tabel 1.2
Jumlah Tenaga Kerja Aron yang bekerja pada lahan pertanian di
Desa/Kelurahan Kabanjahe, 2011
No.
Desa/Kelurahan
Aron
Persentase(%)
1 Lau Simomo
189
1,5%
2 Kandibata
533
4,2%
3 Lau Cimba
1.829
14,3%
4 Padang Mas
3.753
29,4%
5 Gung Leto
516
4,03%
6 Gung Negeri
2.416
18,9%
7 Samura
420
3,3%
8 Ketaren
1.365
10,7%
9 Kampung Dalam
216
1,7%
10 Rumah Kabanjahe
436
3,4%
11 Kaban
215
1,7%
12 Kacaribu
845
6,6%
Jumlah
12.778
100%
Sumber: Kepala Desa se Kecamatan Kabanjahe dan berdasarkan BPS 2011
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah tenaga kerja aron pria dan wanita di Desa
Ketaren, Kecamatan Kabanjahe sebanyak 1.365 jiwa (10,7%). Namun karena
ketidaktersediaan data maka tidak dapat dilampirkan perbandingan jumlah aron
wanita dan jumlah aron pria pada tabel diatas, yang hanya terlampirkan adalah
jumlah keseluruhan aron yang di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe.
1.2

Perumusan Masalah
Setiap anggota keluarga memiliki peranannya tersendiri yang sudah diatur

berdasarkan ikatan-ikatan yang terjalin didalamnya. Salah satunya adalah wanita
yang berperan sebagai istri, ibu bagi anak-anaknya dan mengatur berbagai urusan
di dalam rumah tangga. Wanita aron yang terdapat di desa Ketaren, tidak hanya
bekerja sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga bekerja mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga menimbulkan beban ganda yang

Universitas Sumatera Utara

mengarah kepada perubahan fungsi keluarga pada wanita aron baik dari fungsi
ekonomi, pendidikan, keagamaan, maupun fungsi keturunan. Karena adanya
masalah tersebut maka yang menjadi perumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
a. Bagaimanakah perubahan fungsi keluarga pada aron wanita di desa
Ketaren, Kecamatan Kabanjahe terkait dengan fungsi ekonomi dan fungsi
pendidikan?
b. Bagaimanakah perubahan peranan domestik dan peranan publik aron
wanita di desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe?

1.3

Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana perubahan fungsi dan peranan
keluarga pada aron wanita di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe.
b. Bagaimana aron wanita menyikapi perubahan fungsi dan peranan
keluarga pada aron wanita di Desa Ketaren, Kecamatan Kabanjahe.

1.4

Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1

Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan pemanfaatannya bagi instansi yang terkait pada pengetahuan
sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai
rujukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2

Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah

yang terkait khususnya di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe maupun
pemerintah pusat untuk menambah daftar referensi sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman bagi mahasiswa yang ada di sekitar wilayah tersebut dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5

Kerangka Teori

1.5.1

Teori Pertukaran Sosial (exchange social)
Teori pertukaran sosial (exchange social) adalah teori dalam ilmu sosial

yang menyatakan bahwa di dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran,
pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi. Homans mengatakan
bahwa pertukaran sosial merupakan hubungan-hubungan yang dijembatani oleh
perilaku manusia, dimana hubungan tersebut juga menyangkut kebutuhankebutuhan individu.
Adapun yang dimaksud Homans adalah tindakan yang berkenaan dengan
kemauan yang memperhitungkan adanya biaya (cost) seperti hilangnya waktu,
pengorbanan, energi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya dan juga berkenaan
dengan penghargaan (reward) seperti keuntungan atau mendapatkan hak atas
biaya yang telah diberikan untuk sesuatu hal tersebut.
Hubungan-hubungan sosial seperti pola-pola perilaku di tempat kerja,
percintaan, perkawinan, keluarga dan persahabatan selalu diiringi dengan adanya
biaya (cost) dan penghargaan (reward) atas suatu pengorbanan yang diberikan
terhadap hubungan sosial tersebut (Doyle, 1990:54).

Universitas Sumatera Utara

1.5.2

Asumsi Dasar Teori Pertukaran Sosial
Asumsi dasar yang diberikan oleh Homans tentang teori pertukaran sosial

adalah sebagai berikut:
a) Jika antara biaya (cost) dan penghargaan (reward) tidak sejalan maka akan
menimbulkan konflik bagi yang bersangkutan.
b) Jika

dalam

kehidupan

sehari-hari

digunakan

sistem

biaya

dan

penghargaan, maka kegagalan manusia untuk mempertahankan suatu
hubungan tidak akan berjalan lama.
c) Waktu mempengaruhi biaya dan penghargaan, semakin dekat jarak suatu
hubungan tersebut maka semakin sering (intens) terjalin suatu hubungan
tersebut.
Terkait dengan teori pertukaran tersebut, dapat dilihat bagaimana beban
ganda yang dipikul oleh seorang wanita yang memberi pengorbanan/biaya (cost)
untuk keluarganya yaitu dengan bekerja sebagai pemenuh kebutuhan keluarga dan
juga sebagai sebagai ibu rumah tangga yang mengurus berbagai kebutuhan suami
dan anak-anaknya. Pengorbanan yang diberikan wanita untuk keluarga,
mengharuskan wanita memikul beban yang lebih berat dibanding dengan pria
yang hanya berorientasi sebagai kepala keluarga.
Atas pengorbanan yang diberikan oleh wanita sebagai ibu rumah tangga
dan juga sebagai pencari nafkah tambahan, wanita akan mendapatkan
penghargaan (reward) atas beban ganda yang dipikul oleh wanita, yaitu berupa
pencapaian ekonomi dan terpenuhinya segala kebutuhan keluarga. Terkait dengan
teori pertukaran sosial, dikatakan bahwa ada salah satu pihak yang mempunyai

Universitas Sumatera Utara

kepentingan tersebut dapat diuntungkan dan dirugikan. Apakah pihak suami yang
merasa diuntungkan atau dirugikan, atau bahkah pihak isteri yang merasa
diuntungkan atau dirugikan.
Jika pihak suami yang merasa diuntungkan, hal itu dikarenakan suami
yang berperan sebagai seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pencari
nafkah utama bagi keluarga, tidak mampu memenuhi segala kebutuhan keluarga
dengan baik dikarenakan pendapatan yang diperoleh tidak memadai. Sehingga,
wanita yang dikonsepkan sebagai ibu rumah tangga harus membantu suami
menopang perekonomian keluarga.
Ikut terjunnya wanita ke dalam sektor kerja membuat peran suami yang
dikonsepkan sebagai pencari nafkah utama menjadi lebih ringan dikarenakan isteri
ikut menopang perekonomian keluarga. Disisi lain wanita bisa merasa dirugikan
dan juga tidak dirugikan dengan beban ganda yang mereka pikul.

1.6

Defenisi Konsep
1. Perubahan fungsi ataupun peranan keluarga adalah bukan berarti seorang
ibu atau ayah telah bertukar fungsi menggantikan fungsi pasangannya atau
tidak lagi menjalankan fungsi masing-masing. Perubahan fungsi keluarga
juga tidak bermakna keluarga terus melepaskan fungsi keluarga tersebut
untuk dikendalikan oleh agensi lainnya seperti lembaga pendidikan
maupun lembaga lainnya, namun hanya ditumpukan kepada sejauh mana
keluarga masih menjalankan fungsi tersebut dan bahagian-bahagian mana
yang telah dilepaskan oleh pasangan sesuai dengan keadaan. Fungsi

Universitas Sumatera Utara

keluarga yang diamati berkenaan dengan fungsi ekonomi dan fungsi
pendidikan(Ogburn, 1986).
a) Fungsi ekonomi dimaksudkan disini adalah pertentangan terhadap
perubahan peran ibu, dimana fungsi ekonomi masih tetap
dijalankan oleh seorang suami tetapi isteri juga berperan dalam
menjalankan fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi yang dijalankan
oleh seorang ibu dikatakan sebagai pekerja separuh masa, tetapi
jika diamati dari masa ke masa seorang ibu adalah pekerja sepenuh
masa. Selain itu, dalam konteks ini sumbangan ekonomi para isteri
kepada keluarga hampir sama atau lebih besar dari pada
sumbangan ekonomi suami sendiri. Peranan isteri dalam hal ini
menunjukkan sumbangan ekonomi keluarga yang sangat besar
berbanding sumbangan ekonomi suami. Malahan bagi isteri-isteri
yang bekerja, beban lebih terasa karena mereka menjalankan dua
peranan

sekaligus

yaitu

sebagai

pekerja

dan

pengurus

rumahtangga. Masa yang digunakan untuk mengurus rumahtangga
sedikit berbanding dengan masa bekerja di lahan pertanian.
Aktivitas domestik rumahtangga yang di mulai pagi hari, segala
kegiatan

domestik

seperti

memasak,

mengemas

rumah,

memandikan anak, mencuci pakaian dan urusan dapur di lakukan
sendiri oleh isteri atau bersama dengan suami. Sebagai pengurus
rumah tangga dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
wanita harus bangun pagi-pagi buta untuk mempersiapkan segala
kebutuhan rumahtangga. Setelah pekerjaan rumah tangga tersebut

Universitas Sumatera Utara

selesai maka wanita melanjutkan aktivitas ekonomi mereka seperti
megolah lahan, menanen jeruk, membersihkan rerumputan di
sekeliling jeruk, memanen kol, menanam sayur-sayuran dan lainlain. Secara nyata, sumbangan masa untuk kegiatan ekonomi
keluarga adalah dua kali ganda dilakukan oleh wanita berbanding
dengan sumbangan masa pria.
b) Fungsi pendidikan yaitu untuk mendidik anak mulai dari awal
sampai

dengan

pertumbuhan

anak

sehingga

terbentuk

personalitinya. Disinilah peran seorang ayah dan seorang ibu
sebagai orang tua yang menanamkan norma-norma kepada anakanak mengenai apa yang baiknya aturan yang ada di dalam
masyarakat. Pada tahap proses sosialisasi, anak-anak dimarahi,
atau menggunakan cara berbentuk fizikal jika melakukan
kesalahan. Pada tahap kedua, anak-anak semakin dewasa, ayah dan
ibu memberikan teguran dan melakukan pengawasan kepada anakanaknya. Selain mendidik anak, proses pembelajaran dan
sosialisasi di peringkat keluarga turut melengkapi anak-anak
dengan berbagai kemahiran sebagai persediaan bagi mengahadapi
zaman dewasa. Dalam masyarakat, seorang ayah lazimnya melatih
anak lelaki dalam pekerjaan yang biasa dilalukan kaum lelaki
seperti cara membajak sawah, cara bertani, memancing dan lainlain. Selaras dengan itu, seorang ibu akan melatih anak perempuan
memasak, menjahit, mengemas rumah, dan tugas rumahtangga
lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan dalam keluarga terbagi atas dua yaitu peran domestik dan
peran publik. Peran domestik adalah peran yang menyangkut urusan
rumah tangga seperti membersihkan rumah, belanja peralatan dapur,
mencuci pakaian, memasak dan lain-lain. Sedangkan peran publik adalah
peran yang menyangkut urusan di luar rumah tangga seperti urusan
pekerjaan, pencari nafkah keluarga, urusan dengan masyarakat (sosial) dan
lain-lainnya.
3. Aron pada masa kini merupakan aron yang terbentuk atas kepentingan
ekonomi baik secara individual (pribadi) maupun secara kelompok yang
dipekerjakan di lahan pertanian masyarakat Karo. Aron pada masa kini
juga sering disebut sebagai buruh tani yang di pekerjakan oleh masyarakat
Karo.

Universitas Sumatera Utara