PERILAKU KONSUMTIF SISWA I SEKOLAH

1

GAMBARAN PERILAKU KONSUMTIF
SISWA-I SEKOLAH MENENGAH ATAS
“INTERNATIONAL ISLAMIC BOARDING
SCHOOL REPUBLIC OF INDONESIA”
(SMA IIBS RI)
Rezi Suci Agustia
rezi.agustia@yahoo.com
Dosen Pembimbing : Wing Ispurwanto
Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530.
Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum perilaku konsumtif dan sejauh mana
perilaku konsumtif pada subjek siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS. Desain penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif, serta bersifat deskriptif dan Non-experimental, dimana
sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran perilaku konsumtif siswa-siswi
SMA IIBS. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Quota Sampling. Penelitian
menggunakan kuesioner yang mengacu pada teori Perilaku Konsumtif oleh Erich Fromm, yang
terdiri dari Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Menjadi Tidak Produktif, dan

Status. Kuesioner disebarkan kepada 60 responden dengan 45 item kuesioner, dengan reliabilitas
0,922, dan menggunakan standar validitas 0,25. Metode pengolahan data menggunakan analisa
deskriptif statistik dan multivariate. Dari hasil penelitian menunjukan adanya perilaku konsumtif yang
lebih tinggi pada siswa-siswi SMA IIBS kelas 2 dibandingkan pada siswa-siswi SMA IIBS kelas 1.
Namun, secara umum perilaku konsumtif siswa-siswi SMA IIBS belum memasuki tahap yang sangat
berlebihan, dengan mean temuan 95.13.
Kata Kunci: Perilaku Konsumtif, Remaja, Boarding School
This research objective is to analyze the general view of consumptive behavior and to measure
the consumptive behavior occurred among the boarding school student in IIBS High School. The
research design is using the quantitative approach, which is descriptive and non-experimental, where it
is appropriate with the objective of this research. The taking of the sample is using the Quota
Sampling. The research methodology is using the questioner which refers to the Consumptive Behavior
theory by Erich Fromm, that consist of fulfillment of want, out of reach commodities, unproductive
commodities, and status. The questioner distributed to 60 respondents with 45 questioner items, with
0,922 reliability, and the validity standard of 0,25. The processing method of data is using the
descriptive statistics analyze and multivariate. From the result of the research, it shows that the
consumptive behavior of the 2nd Grade of IIBS High School is higher than the 1st Grade of IIBS High
School. Nevertheless, generally the consumptive behavior of IIBS High School Students is not
classified as excessive, with the finding mean of 95.13.
Key Word : Consumptive Behavior, Adolescent, Boarding School


2

PENDAHULUAN
Berbelanja dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa, akan tetapi
apabila dilakukan secara berlebihan dapat mengindikasikan sebagai suatu perilaku yang merugikan
(Schiffman & Kanuk, 2004). Saat ini dengan semakin banyaknya pusat perbelanjaan dan teknologi
informasi maupun telekomunikasi yang semakin canggih untuk memasarkan suatu produk, maka semakin
mudah pula cara untuk menarik konsumen. Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi
peningkatan daya beli masyarakat. Terjadinya peningkatan daya beli tersebut juga dikarenakan
masyarakat tidak lagi berpusat hanya pada pemenuhan kebutuhannya, tetapi juga untuk memenuhi
keinginan-keinginannya (Fromm, 1955).
Pola konsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan masyarakat, meskipun dengan kadar
yang berbeda-beda. Remaja merupakan salah satu contoh yang paling mudah terpengaruh dengan pola
konsumsi yang berlebihan (Loudon & Bitta, 1993). Salah satu industri yang digandrungi para remaja saat
ini adalah fashion. Menurut Hemphill dan Suk (2009), fashion menjadi alasan terbesar bagi individu
dalam menghabiskan uang mereka. Konsumsi dalam bidang fashion melebihi konsumsi gabungan dari
buku, film, dan musik.
Menurut penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan oleh Pohan (2010) mengenai Hubungan
Self-Esteem dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pembelian Pakaian Model Terbaru pada Remaja Putri,

menyimpulkan bahwa remaja cenderung membeli pakaian terutama model terbaru, yang pada akhirnya
hal tersebut mengarah pada perilaku konsumtif. Para remaja membeli barang yang menarik dan mengikuti
fashion yang sedang berlaku, karena jika tidak mereka akan dianggap kuno. Menurut Hasan (dalam
Setyawati, 2010) remaja juga mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang trend, remaja cenderung
mengikuti fashion yang sedang beredar. Disamping itu, remaja juga mempunyai orientasi yang kuat untuk
mengkonsumsi suatu produk dan tidak berfikir hemat (Loundon & Bitta, 1984). Sehingga hal tersebut
mendorong munculnya berbagai gejala dalam mengkonsumsi secara berlebihan.
Perilaku-perilaku yang selalu mengikuti trend fashion, dan tuntutan sosial cenderung
menimbulkan pola konsumsi yang berlebihan. Fashion selalu berubah, perkembangan fashion akan selalu
berjalan (Hemphill & Suk, 2009). Sehingga hal tersebut akan terus menuntut rasa tidak puas dengan apa
yang dimilikinya, dan mendorong untuk selalu mengkonsumsinya karena takut ketinggalan (Hasan dalam
Setyawati, 2010). Akibatnya, para remaja tidak memperhatikan kebutuhannya ketika membeli produk
fashion. Mereka cenderung membeli produk fashion yang mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan
secara berlebihan dan tidak wajar (Fromm, 1995), ini dapat digambarkan sebagai perilaku konsumtif.
Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis (dalam Lina & Rosyid, 1997) bahwa perilaku
konsumtif melekat pada individu bila membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada
keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need). Menurut Fromm (1980) seseorang dapat dikatakan
konsumtif jika ia memiliki barang lebih disebabkan oleh pertimbangan status, yang dimaksud adalah
memiliki barang bukan untuk memenuhi kebutuhannya tetapi karena barang tersebut menunjukan status
pemiliknya. Berdasarkan dari pembahasan Erich Fromm (1995), perilaku konsumtif memiliki beberapa

dimensi yaitu Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Tidak Produktif, dan Status.
Menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif,
karena hal tersebut merupakan wujud ekspresi dari perilaku eksperimental yang dimiliki oleh remaja
untuk mencoba suatu hal yang baru. Menurut Erick Erickson (dalam Alwisol, 2008), hal tersebut
merupakan salah satu bentuk usaha untuk mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. Perilaku
konsumtif salah satunya dapat timbul melalui lingkungan sosial remaja, karena saat remaja lingkungan
sosial atau lingkungan pergaulan remaja mempunyai pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan,
penampilan dan perilaku, yang lebih besar dibandingkan keluarga (Hurlock, 2004). Lingkungan sosial
yang dimaksud pada penelitian adalah lingkungan dimana para remaja menghabiskan banyak waktu
mereka bersama teman-temannya (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001), salah satunya lingkungan
sekolah. Salah satu jenis sekolah yang memberikan pendidikan secara komprehensif adalah jenis sekolah
berkonsep asrama atau boarding school. Diantara sekolah-sekolah yang menyediakan model pendidikan
sekolah asrama, SMA International Islamic Boarding School Republic of Indonesia atau dikenal dengan
SMA IIBS adalah salah satunya.
Berada jauh dari keluarga, memiliki teman-teman yang berasal dari berbagai daerah yang
mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, serta kemampuan akademik yang sangat
beragam. Hal-hal tersebut diasumsikan peneliti memiliki pengaruh pada pola pikir remaja yang
bersekolah di boarding school, yang kemudian juga mempengaruhi pola konsumsi pada remaja tersebut.
Pada penelitian sebelumnya mengenai perilaku konsumtif pada remaja, sampel berasal dari
sekolah-sekolah umum, dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dimana

adanya kecenderungan perilaku konsumtif yang cukup besar. Namun, boarding school seperti SMA IIBS

3

identik dengan kondisi yang terisolasi dari dunia luar dan memiliki akses ke dunia luar yang lebih sedikit,
tetapi tidak menjamin bahwa siswa-siswi akan menjadi individu yang tidak konsumtif. Berdasarkan dari
hasil wawancara, menurut pihak sekolah dan asrama di SMA IIBS seperti guru BK dan pembimbing
asrama (fellow), pada siswa-siswi di tahun-tahun sebelumnya terlihat bahwa mereka menunjukan adanya
perilaku membeli produk secara berlebihan. Terkadang produk-produk yang mereka beli seringkali bukan
suatu kebutuhan, melainkan hanya karena keinginan semata seperti ikut-ikutan teman atau trend, alasan
lain juga karena mereka berusaha sama dengan teman sekelompoknya.
Berdasarkan latar belakang dan ulasan teori di atas, didukung dengan fenomena-fenomena serta
fakta-fakta yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai adanya kecenderungan perilaku konsumtif
remaja, yang pada penelitian ini khususnya remaja yang bersekolah asrama di SMA IIBS. Seperti adanya
keinginan untuk selalu tampil menarik dengan mengikuti trend fashion yang sedang berlaku. Selain itu,
menurut Tambunan (2001) kelompok usia remaja biasanya memiliki karakteristik mudah terbujuk, suka
ikut-ikutan teman, mudah tertarik pada fashion, tidak realistis, tidak hemat, dan impulsif. Sehingga,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumtif pada produk fashion,
khususnya pada remaja yang bersekolah di SMA IIBS (International Islamic Boarding School Republic of
Indonesia).

Namun, pada penelitian ini tidak menitikberatkan pada kemampuan pasar dan produsen, tetapi
lebih mengarah kepada bagaimana kaum remaja membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang
yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, yang dalam penelitian ini khususnya produk fashion. Produk
fashion yang dimaksud pada penelitian ini tidak hanya mencakup berbagai macam model pakaian, tapi
juga mencakup sepatu, tas, soft lens aneka warna, kacamata, kawat gigi dengan berbagai warna, serta
berbagai macam aksesoris seperti ikat pinggang, jepit rambut, gelang, cincin, kalung, jam, dan lain
sebagainya.
Perilaku pembelian secara berlebihan patut dipelajari dan diteliti karena dapat memiliki efek
negatif pada individu dan juga masyarakat. Menurut Tambunan (2001), perilaku konsumtif dapat terus
mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya mereka akan menjadi
orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif, dan gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh
kekuatan finansial yang memadai. Individu dengan pola konsumsi berlebihan tersebut, dapat
mendapatkan masalah misalnya menjadi lebih terbebani oleh utang yang dapat menyebabkan
kebangkrutan (Faber, O'Guinn, & Krych, 1987). Dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai Gambaran Perilaku Konsumtif pada Siswa-i Sekolah Menengah Atas “International Islamic
Boarding School Republic of Indonesia” (SMA IIBS RI).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Seperti
apa gambaran umum perilaku konsumtif pada siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS?”.
Sedangkan tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui gambaran umum perilaku konsumtif pada
siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui bagaimana tingkat perilaku

konsumtif pada siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja dapat mempengaruhi munculnya perilaku konsumtif khususnya di kalangan siswa-siswi yang
bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui sejauh mana perilaku konsumtif siswa-siswi yang
bersekolah asrama di SMA IIBS.
Penelitian ini diharapkan memilki beberapa manfaat, manfaat teoritis maupun manfaat praktis.
Manfaat teoritis, dimana Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi
ilmuwan psikologi atau penulis, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang
psikologi konsumen maupun psikologi sosial mengenai perilaku konsumtif pada remaja, khususnya pada
remaja yang bersekolah di SMA boarding school. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan
mampu memberikan informasi, masukan, dan pemikiran mengenai gambaran perilaku konsumtif pada
pihak orang tua maupun sekolah, terutama pada remaja yang menjadi subjek penelitian khususnya yang
bersekolah di SMA IIBS, agar dapat membuka pola berpikir dan dapat menelaah dampak positif dan
negatif dari perilaku konsumtif, sehingga timbul pemikiran untuk tidak membelanjakan uangnya pada
hal-hal yang kurang penting dan hanya untuk keinginan sesaat.

METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian dan Tehnik Sampling
Subjek penelitian adalah remaja yang merupakan pelajar SMA. Karakteristik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Remaja berusia 14-17 tahun yang merupakan pelajar SMA IIBS,
dengan berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Siswa-siswi SMA IIBS yang duduk di kelas 1 dan

2. Siswa-siswi tidak memiliki penghasilan tetap, dimana mereka hanya memiliki pendapatan berupa uang

4

saku yang diberikan oleh orang tua atau wali. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
hanya sebanyak 95 orang, sebanyak 35 orang untuk pilot study atau uji coba alat tes dan 60 orang untuk
field study. Sedangkan untuk tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Quota
Sampling, merupakan tehnik memilih responden secara non-randomly menurut beberapa kuota yang telah
ditetapkan (William, 2006). Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Punch dalam Blaxter,
dkk. (2006), penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada pengumpulan dan analisis data
dalam bentuk numerik. Penelitian kuantitatif terdiri dari 2 jenis penelitian, yakni penelitian eksperimental
dan penelitian non-eksperimental (Seniati, dkk, 2009). Untuk desain penelitian ini menggunakan desain
penelitian kuantitatif non-eksperimental (ex post facto), yaitu penelitian yang sistematis, dimana
penelitian ini tidak melakukan manipulasi pada variabel penelitian (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini
juga merupakan penelitian bersifat deskriptif, Nazir (2005) menjelaskan bahwa penelitian studi deskriptif
merupakan studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.


Alat Ukur Penelitian
Pada penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan uji kuesioner, pernyataan kuesioner
sebagai alat ukur, disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan indikator-indikator dan dimensi yang
telah ditentukan (lihat Tabel 3.1). Selain kuesioner yang berguna untuk mengukur perilaku konsumtif,
juga ditambahkan bagian-bagian lain yaitu: data kontrol, petunjuk pengisian, dan keterangan. Data
kontrol berisi seputar identitas responden yang berisi Nama (inisial), Jenis kelamin, Kelas (Kelas 1 atau
2), Usia, Uang saku per-bulan, Rata-rata biaya pengeluaraan per-bulan, Ibu kota tempat tinggal, Asal
sekolah, Pekerjaan orang tua, Penghasilan orang tua, dan Hobby.

Tabel 3.1. Dimensi Perilaku Konsumtif
Indikator
Membeli produk hanya karena memenuhi keinginan atau mencari
kepuasan
Membeli produk hanya karena ingin mendapatkan sesuatu : imingiming hadiah, potongan harga besar atau murah
Barang di Luar Jangkauan
Membeli produk dengan harga yang di luar batas kemampuan
Berusaha keras membeli produk di luar jangkauan dengan
menggunakan sebagian besar uang saku atau simpanan, hingga
meminjam uang.

Barang Menjadi Tidak Produktif
Membeli produk tanpa mempedulikan kebutuhan serta manfaat dan
kegunaannnya.
Membeli barang atas dasar mencoba produk, dengan membeli
beberapa produk (sejenis yang berbeda baik model, warna maupun
merk)
Status
Membeli produk karena menjaga penampilan, mengikuti
perkembangan jaman dan gaya hidup (trend)
Membeli produk karena harga diri.
Sumber : Fromm (1995) dan data pengolahan peneliti
Dimensi
Pemenuhan Keinginan

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Pada penelitian ini, menggunakan tipe content validity (validitas isi) dan item validity (validitas
butir). Untuk teknik Content validity berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur isi
(konsep) yang harus diukur. Pada penelitian ini dalam pengujian content validity, dilakukan dengan expert
judgment. Sedangkan untuk teknik item validity ini digunakan untuk menetapkan validitas dari sebuah
instrumen penelitian yang didasarkan pada prosedur statistik (Kumar, 1999). Pada penelitian ini, uji

validitas dilakukan dengan menggunakan standar validitas 0.25.

5

Seluruh total item kuesioner pada penelitian ini terdiri 65 item, namun setelah melakukan pilot
study, item kuesioner yang semula terdapat 65 item dan disebarkan ke 35 responden, berkurang 20 item
sehingga menjadi 45 item kuesioner (lihat Tabel 3.2). Dari hasil penghitungan alat ukur diperoleh
Corrected Item-Total Correlation yang menunjukkan ada beberapa item yang negative dan bernilai 0,0
yang berarti bahwa item tersebut harus dibuang, dan sisanya menunjukkan nilai koefisien validitas
itemnya dibawah 0,25. sehingga peneliti melakukan drop out pada item-item tersebut, total keseluruhan
item yang dihapus adalah 20 item. Setelah melakukan pilot study, peneliti menyebarkan kuesioner
kembali ke 60 responden dengan 45 item kuesioner.
Sedangkan konsistensi internal butir diukur dengan menggunakan metode koefisien alpha
cronbach. Menurut Aiken, Groth & Marnat (2006) kriteria yang dapat diacu adalah koefisien reliabilitas
(keajegan) > 0.60 menyatakan tes tersebut acceptable. Dari hasil penghitungan pilot study atau uji alat
ukur diperoleh nilai koefisien alpha untuk perilaku konsumtif dengan jumlah 35 responden dan 65 item
kuesioner adalah sebesar 0,888. Nilai ini menunjukkan adanya reliabilitas yang kuat atau dapat dikatakan
bahwa item-item pada alat ukur perilaku konsumtif sudah reliable (dapat dilihat pada Tabel 3.3).
Kemudian setelah melakukan field study diperoleh nilai koefisien alpha untuk perilaku konsumtif dengan
jumlah responden 60 dan 45 item kuesioner adalah sebesar 0,922. Dari hasil tersebut masih dapat
dikatakan bahwa alat ukur yang dipakai sudah sangat baik reliable-nya, karena mendekati angka 1.00
(dapat dilihat pada Tabel 3.4).

Prosedur
Sebelum peneliti melakukan penelitian, diawali dengan menentukan topik dan variabel
penelitian serta masalah penelitian yang akan di angkat dalam penelitian ini, dengan membaca sumbersumber ilmiah yang terkait dengan topik dan mengumpulkan studi penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Setelah itu peneliti mulai mencari fenomena yang terkait dengan topik penelitian tersebut,
dengan mencari teori-teori yang mendukung. Dilanjutkan dengan menentukan populasi dan sampel,
setelah itu peneliti melakukan ijin untuk penelitian kepada lembaga atau tempat terdapatnya populasi dan
sample yang dimaksud. Setelah mendapat ijin, kemudian peneliti mulai menentukan dan menyusun
instrumen penelitian untuk uji coba alat ukur serta menetapkan jumlah dan karakteristik subyek penelitian
(sampel penelitian). Setelah instrumen alat ukur untuk penelitian ini selesai di susun, peneliti melakukan
pilot study atau uji coba alat tes di SMA IIBS, yang beralamat di Jalan Raya Industri No.1 Hyundai,
Lippo Cikarang.
Pilot study dilakukan pada hari Minggu,15 juli 2012, pukul 10.00-12.00. Sampel peneliti adalah
siswa-siswi SMA IIBS sejumlah 35 orang. siswa-siswi diberikan waktu 15 menit untuk mengisi 60 item
kuesioner. Peneliti mengolah data-data yang diterimanya (kuesioner) dan kemudian dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Setelah validitas dan reliabilitas telah sesuai dengan standar, peneliti merancang
item-item kuesioner untuk pengambilan data penelitian (field study). Untuk field study total item
kuesioner menjadi 45 item. Peneliti melakukan field study pada tempat yang sama, dan dilakukan 2 hari
yaitu pada hari Jumat, 20 Juli 2012 dan Sabtu, 21 Juli 2012. Dengan sampel sejumlah 60 orang, dengan
waktu pengerjaan yang sama yaitu, 15-20 menit.. Setelah melakukan field study, peneliti kemudian
melakukan olah data dan analisa terhadap dari hasil kuesioner tersebut data penelitian tersebut.
Tehnik pengolahan data pada penelitian ini dengan melakukan analisa deskriptif terhadap data
informal responden, sedangkan analisis reliabilitas terhadap alat ukur dikembangkan dengan analisis item
(butir soal). Metodelogi deskriptif statistik yang digunakan pada penelitian ini seperti frekuensi dan cross
tab, untuk menampilkan profil responden dan menggunakan multivariat untuk melihat perilaku
responden. Untuk ananlisis data yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode interdepensi, yaitu
analisis kluster (cluster analysis), untuk membuat pengelompokan anggota-anggota yang memiliki
karakteristik yang serupa dalam satu cluster.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi SMA IIBS
Tabel 4.10. Gambaran Perilaku Konsumtif
Statistics
Perilaku Konsumtif
N
Valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum

60
0
95.13
96.50
96
12.647
159.948
57
65
122
5708

Su mber : data pengolahan peneliti
Dapat dilihat dari tabel diatas, merupakan tabel perolehan skor total responden secara
keseluruhan. Besaran mean yang diperoleh dari total skor yaitu sebesar 95.13. Untuk menemukan
kategorisasi dari variabel penelitian pada penelitian ini yaitu Perilaku Konsumtif, menggunakan rumus
sebagai berikut :
Tabel 4.11. Perhitungan Norma Perilaku Konsumtif
Jumlah item
45
Nilai Minimum

1 x 45 = 45

Nilai Maksimum

4 x 45 = 180

Range

180 – 45 = 135

SD

135/6 = 22,50

(Mean teoritis)

45 x 3 = 135

Sumber : data pengolahan peneliti
Dengan menggunakan hasil perhitungan diatas, pada skala Perilaku Konsumtif diperoleh
kategorisasi (lihat Tabel 4.11. Norma Perilaku Konsumtif). Mean temuan pada penelitian ini adalah 95,13
sedangkan tingkatan rendah pada norma tersebut adalah 157,50. Dilihat dari norma tersebut, Perilaku
Konsumtif siswa-siswi SMA IIBS pada produk fashion temasuk dalam tingkatan rendah yaitu