Makna Ayam Goreng dalam Fried Chicken

Makna ‘Ayam Goreng’ dalam ‘Fried Chicken’
Hampir semua lapisan masyarakat dari anak-anak sampai orang tua, di desa
maupun di kota, mengenal dengan baik frasa berbahasa Inggris ‘fried chicken’ yang
sudah cenderung mengindonesia. Frasa kata benda ini dimaknai dalam bahasa
Indonesia oleh sebagian besar masyarakat menjadi ‘ayam goreng’. Namun, mengapa
dalam praktek komunikasi sehari-hari makna ayam goreng dalam frasa

‘fried

chicken’ tersebut tidak/kurang tepat penggunaannya?
Frasa ‘fried chicken’ mula-mula dikenal ketika restoran-restoran cepat saji
dari Amerika seperti Kentucky Fried Chicken dan California Fried Chicken hadir
di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya di tahun 1985-an. Seiring
dengan berjalannya waktu, maka suatu perubahan sosiokultural terjadi di
masyarakat kita secara meluas. Dan keberadaan restoran cepat saji ala Amerika
yang menyajikan masakan ayam goreng seperti contoh di atas, tidak hanya ada di
kota-kota besar saja tapi tersebar luas hingga kota-kota kecil. Bahkan sekarang
dengan mudah kita bisa menjumpai ‘fried chicken’ yang dijajakan oleh pedagang
kaki lima di pinggir-pinggir jalan. Situasi seperti ini secara tidak langsung
menjadikan pemakain frasa ‘fried chicken’ turut popular pula di masyarakat kita.
Kepopuleran frasa ‘fried chicken’ di masyarakat berpengaruh pada

pemakaian frasa tersebut dalam peristiwa komunikasi sehari-hari. Masyarakat lebih
sering menggunakan frasa ‘fried chicken’ daripada frasa ‘ayam goreng’ ketika
mereka membicarakan suatu jenis makanan yang berasal dari ayam yang
pembuatannya secara digoreng. Penggunaan frasa ‘fried chicken’ seolah menggeser
frasa ‘ayam goreng’ dalam peristiwa komunikasi sehari-hari.
Sebagai contoh, ketika teman atau adik kita minta tolong dibelikan ‘fried
chicken’ menuturkan: ‘Titip dibelikan ‘fried chicken’ ya, jangan lupa’.

Namun

setelah teman/adik kita menerima ‘fried chicken’, yang baru saja kita belikan, tidak
seperti yang diharapkan, maka bisa jadi dia akan bertutur, misalnya, ‘Kok dibelikan
ayam goreng bukan fried chicken?’, atau
chicken?!’ dan sebagainya.

‘Ini kan ayam goreng, bukan ‘fried

Bila kembali pada makna terjemahan ‘fried chicken’

yakni ayam goreng, maka apa yang dimaksudkan pemberi kepada peminta ‘fried

chicken’ tersebut tidak sepenuhnya salah. Tetapi bila memperhatikan ujaran-ujaran
dari si peminta tersebut tampak bahwa dia kurang menerima apa yang diberikan
oleh si pemberi.
Dengan memperhatikan contoh-contoh di atas secara kritis tampak bahwa pada
dasarnya maksud ‘fried chicken’ dimaknai secara berbeda oleh masing-masing
penutur tersebut. Perbedaan ini terjadi antara lain karena adanya latar belakang
pengetahuan yang berbeda dari masing-masing penutur. Penutur pertama (peminta
‘fried chicken’), dengan mengacu pada wujud benda ayam goreng yang
dimaksudnya, memaknai frasa ‘fried chicken’ sebagai jenis makanan ayam goreng
yang dilapisi bahan tertentu (tepung) atau bisa juga dimaknai sebagai ayam goreng
ala Amerika. Terlihat bahwa makna tersebut sudah mendapat pengaruh budaya asal
dari frasa ‘fried chicken’, Amerika. Sementara penutur lainnya (pemberi ‘fried
chicken’) memaknai ‘fried chicken’ sebatas pada arti terjemahan dengan acuan
bentuk bendanya (ayam goreng) yang tidak dilapisi bahan tertentu. Fakta ini
menunjukkan bahwa makna frasa ‘fried chicken’ yang berasal dari bahasa Inggris
dipengaruhi oleh faktor budaya darimana bahasa itu berasal. Dengan demikian
makna ‘fried chicken’ kurang pas jika hanya dimaknai sebagai ‘ayam goreng’ saja.
Penulis: S.Kuncoro DSM / Mahasiswa S3 – Linguistik Pragmatik UNS SOLO.