HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMP
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN SOSIAL
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SLB YAYASAN BAHAGIA
KOTA TASIKMALAYA
Ade Iwan Mutiudin
MB0612003
Program Studi Ilmu Keperawatan
Stikes Mitra Kencana
Jl. RE Martadinata No. 142 Kota Tasikmalaya 46151
[email protected]
INTISARI
ABK tunarungu memiliki masalah yang menonjol pada kemampuan keterampilan sosial karena keterbatasan
kemampuan mendengar mereka. Kemampuan keterampilan sosial dapat ditingkatkan dengan adanya dukungan
keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosial
ABK; tunarungu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimen dengan desain penelitian deskriptif
korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 34 wali murid di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya. Metode samplingnya adalah total sampling. Variabel penelitian adalah dukungan
keluarga, kemampuan keterampilan sosial ABK; Tunarungu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil
penelitian menggunakan uji statistik product momen person , Analisis univariat menunjukan 21 (61.8%)
responden dukungan keluarga yang baik, 13 (38.2%) responden dukungan keluarga yang kurang, dan
kemampuan keterampilan sosial terdiri dari 20 (58.8%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial baik
dan 14 (41.2%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial kurang. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan keterampilan sosial dengan nilai p-va lue 0.001 menunjukkan
kekuatan tingkat hubungan korelasinya sedang dan searah berarti semakin baik dukungan keluarga maka
semakin baik pula kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunarungu. Kemampuan keterampilan
sosial yang kurang pada anak tunarungu dapat diminimalisir oleh keluarga karena keluarga adalah orang yang
paling dekat dan mempunyai intensitas baik untuk bersama dengan anak tunarungu.
Kata Kunci
:
Dukungan Keluarga, Kemampuan Keterampilan Sosial, Anak Berkebutuhan
Khusus, Tunarungu
ABSTRACT
Dea f/HH has a prominent issue on their socia l skill a bilities because of their limited a bility to hear something.
Socia l skill a bilities can be improved with the support of the family. The purpose of this study wa s to determine
the rela tionship of fa mily support with socia l skill a bilities of dea f/HH. This resea rch wa s a type of nonexperimenta l research with descriptive correla tiona l design with used cross sectional a pproach. The population
wa s 34 pa rents in SLB Ya ya san Ba ha gia Kota Ta sika ma laya. The sampling method being used is tota l sa mpling.
The resea rch va ria bles a re fa mily support, socia l skill a bilities of dea f/HH. Mea suring tool used is
questionnaires. The sta tistic test used product momen person, Univa ria te a na lysis showed 21 (61.8%)
respondents fine relationship of fa mily support, 13 (38.2%) respondents less rela tionship of family support, and
socia l skill consists of 20 (58.8%) child have a fine social skill a nd 14 (41.2%) child have less socia l skill. The
exa mina tion showed that there wa s a significant relationship between family support with socia l skill a bilities
with the p-va lue was 0.001 indicates the correla tion relationship of moderate level a nd in the sa me direction it
mea ns tha t the fine fa mily support a lso a s fines a s the socia l a bilities of dea f/HH. Socia l skill a bilities less in
children with dea f/HH can be minimized by the family support because the family is the closest person and has
a fine intensity together with dea f/HH children.
Keywords
:
Fa mily Support, Social Skill Abilities, Children with Specia l Needs, Deaf/HH
Hea ring
1
penyandang cacat (85,6%) ada di masyarakat
dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan
keluarga dan pada umumnya belum memperoleh
akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
etiap keluarga pastinya mengharapkan
keturunan berupa lahirnya seorang anak.
Kehadiran anak dalam sebuah keluarga sangat
dinantikan sekaligus menjadi harapan bagi setiap
orang tua. Harapan ini tentunya bernilai positif.
Sebab tidak ada satu orang tua pun yang
mengharapkan anaknya menghadapi kegagalan
dalam menjalani kehidupan (Safrudin Aziz, 2015).
S
Pada tahun 2009 jumlah anak penyandang
cacat yang ada di Sekolah meningkat menjadi
85.645 dengan rincian di Sekolah Luar Biasa (SLB)
sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif
sebanyak 15.144 anak, data siswa penyandang cacat
yang terdaftar di SLB mencatat 5.610 orang
terdaftar
di
SLB
Tunarungu/Tunawicara
merupakan peringkat kedua setelah SLB campuran
berjumlah 58.008 orang (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Data Sensus Nasional Biro Pusat
Statistik tahun 2010 di Jawa Barat terdapat 74.586
orang yang mengalami tunarungu dengan berbagai
macam etiologi, dan Jawa Barat masuk keperingkat
ke-2 terbanyak setelah Jawa Timur terdapat 78.225
orang (Sensus Penduduk, BPS, 2010).
Anak adalah potensi serta penerus cita-cita
bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh
generasi sebelumnya. Anak juga merupakan
anugerah serta titipan yang diberikan kepada orang
tua. Kelahiran seorang anak merupakan suatu
momen yang sangat ditunggu-tunggu dalam sebuah
pernikahan. Kelahiran dapat menjadi stressor besar
dalam sebuah pernikahan terutama ketika kelahiran
anak pertama. Dalam proses kelahiran, semua
perasaan orang tua bercampur aduk antara senang,
cemas, takut, khawatir serta tidak sabar menunggu
kelahiran sang anak. Pada proses melahirkan
berbagai resiko yang akan dialami oleh seorang ibu
maupun bayinya terutama keselamatan jiwa.
Namun perasaan bahagia yang seyogyanya muncul
ketika seorang ibu berhasil melahirkan anak dengan
selamat dapat berubah menjadi kekecewaan ketika
mengetahui anak yang dilahirkan memiliki
kekurangan
atau
berkebutuhan
khusus.
Kekecewaan memang merupakan perasaan yang
manusiawi ketika mendapati realitas tak sebanding
dengan ekspektasi (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
merupakan sekolah luar biasa yang berada di Jl.
Taman Pahlawan No. 20 Kelurahan Cikalang
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, dengan luas
tanah 999 m2 . Jumlah siswa/i Tunarungu tahun
pelajaran 2015/2016 sebanyak 34 siswa, dan jumlah
guru yang mengajar di SLB Yayasan Bahagia
sebanyak 37 orang, SLB Yayasan Bahagia
merupakan sekolah luar biasa pertama yang berdiri
di Kota Tasikmalaya (Profil SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti, terhadap 9 ibu yang mempunyai
anak tunarungu di SLB Yayasan Bahagia,
didapatkan hasil (100%) ibu menginginkan anak
yang dikandungnya lahir dengan sehat dan tak
kurang apapun. sedangkan berdasarkan hasil
wawancara pada 4 wali kelas, 65% wali kelas
mengatakan bahwa tidak semua anak berkebutuhan
khusus di kelas mereka mempunyai kemampuan
keterampilan sosial yang baik.
Keberadaan ABK termasuk penyandang
cacat secara nasional maupun sebarannya pada
masing-masing provinsi belum memiliki data yang
pasti. Menurut WHO, pada tahun 2015 jumlah
ABK di Indonesia adalah sekitar 7% dari total
jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000.
Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik
tahun 2010, jumlah penyandang cacat di Indonesia
sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar
211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari
jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya
adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau
317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah
(5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia sekolah
penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak
penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah Luar
Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak
Meningkatnya jumlah ABK menimbulkan
masalah terutama pada keluarga. Kehadiran ABK
juga merupakan stressor yang berat bagi sebuah
keluarga. Diasingkan, tak dianggap, diabaikan,
itulah yang masih dialami oleh kebanyakan ABK.
Berdasarkan pengalaman di sekitar tempat tinggal
peneliti, tak jarang orang tua mereka menitipkan
ABK ini pada kakek dan nenek mereka agar tak
dianggap sebagai aib bagi keluarga mereka. Setelah
2
c. Mengetahui hubungan dukungan
keluarga
dengan
kemampuan
keterampilan sosial ABK tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
kelahiran, terkadang orang tua menjadi saling
menyalahkan karena hadirnya ABK yang bisa
berakibat pada mengganggu keharmonisan
keluarga. Sebagai orang tua, sebaiknya sadar bahwa
setiap anak mempunyai hak yang harus dipenuhi
oleh mereka entah bagaimanapun keadaan anak.
Menjadi orang tua dengan ABK hendaknya tak
menjadi akhir dari segalanya, namun harusnya para
orang tua menjadi tertantang untuk dapat memenuhi
kebutuhan anak, bagaimanapun keadaannya anak
merupakan anugerah dari Tuhan dalam sebuah
keluarga serta Tuhan tidak akan pernah
memberikan kekurangan tanpa kelebihan apapun,
begitu juga pada ABK. Dukungan dari lingkungan
sosial (dukungan sosial) bagi ABK sangat
mempengaruhi perkembangan ABK (Efendi,
2008).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam bidang keperawatan anak
khususnya tentang pentingnya dukungan
keluarga yang baik sebagai proses aplikasi
teori dalam usaha peningkatan kemampuan
keterampilan sosial ABK Tunarungu.
2. Manfaat Praktis
Berdasarkan uraian fakta dan masalah
diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial ABK; Tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
a. Bagi Pelayanan
Masyarakat
Keperawatan
dan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai informasi mengenai peran keluarga
terhadap kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khsusus. Penelitian ini
dapat menjadi evidence ba sed practice dalam
ilmu keperawatan bagi profesi keperawatan
dalam mengembangkan bidang keperawatan
anak terutama mengenai dukungan keluarga
bagi kemampuan keterampilan sosial ABK;
tunarungu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemampuan Keterampilan Sosial ABK
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya?”.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan serta diajukan
bahan referensi bagi institusi guna
menambah
perbendaharaan
literature
perpustakaan hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan sosial anak
berkebutuhan khusus (Tunarungu) di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan
keluarga
dengan
kemampuan
keterampilan sosial ABK Tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
c. Bagi Keluarga
Sumber informasi bagi keluarga
untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan keterampilan
sosial ABK; (Tunarungu).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dukungan
keluarga dari ABK tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
b. Mengetahui gambaran kemampuan
keterampilan sosial ABK tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
d. Bagi Peneliti
Pengalaman dalam menerapkan
metode penelitian yang telah dipelajari, dan
3
juga
menambah wawasan, sehingga
menambah pengetahuan peneliti dalam
melakukan penelitian.
2. Fungsi Keluarga
Secara
substantif
keluarga
memiliki fungsi yang saling terkait antara
fungsi satu dengan fungsi lainya.
Keterkaitan itu pada prinsipnya sebagai
wahana untuk mengembangkan seluruh
wahana untuk mengembangkan seluruh
anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya dimasyarakat dengan baik serta
memberikan kepuasan dan lingkungan
sosial yang sehat guna tercapainya
keluarga sejahtera (Safrudin Aziz, 2015).
II. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kesatuan
dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah, atau
adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998 dalam Setiawati, 2008).
Menurut Baylon & Maglaya (1978) dalam
Rasmun (2009) Dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi yang hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dalam perannya untuk menciptakan
dan mempertahankan suatu budaya. Ada
hal penting (Stuart ICN, 2001 dalam
Setiawati, 2008) dalam definisi keluarga :
a. Keluarga adalah suatu sistem atau
unit
b. Komitmen dan keterikatan antar
anggota keluarga yang meliputi
kewajiban dimasa yang akan datang
c. Fungsi keluarga dalam pemberian
perawatan meliputi perlindungan,
pemberian nutrisi dan sosialisasi
untuk seluruh anggota keluarga
d. Anggota – anggota keluarga
mungkin memiliki hubungan dan
tinggal bersama atau mungkin juga
tidak ada hubungan dan tinggal
terpisah
e. Keluarga mungkin memiliki anak
atau mungkin tidak
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua
terhadap anggota keluarga lain (Setiawati,
2008).
Anggota
keluarga
dalam
menghadapi keadaan yang berada diluar
harapan yang menjadi stressor bagi
keluarga melalui proses tertentu akan
memungkinkan keluarga itu untuk
bertahan dan beradaptasi dengan baik
hingga menjadi sebuah keluarga yang
relisien (Mc Cubbin, 2001 dalam Puspita,
dkk, 2011) menyatakan bahwa fase
adaptasi merupakan konsep sentral dari
ketahanan keluarga (fa mily resiliency).
Olson & De Frain (2003) mengatakan
bahwa keluarga akan saling memberikan
dukungan fisik, emosi dan ekonomi.
Keluarga merupakan lingkungan pertama
dalam memberikan proses pertumbuhan
anak. Keluarga yang harmonis akan
memberikan dampak positif dalam
keluarga tanpa konflik ataupun tanpa
dinamika.
a. Jenis dukungan
Dalam pengetian lain, keluarga
juga dapat dipahami sebagai sebuah
sistem yang saling berhubungan dan
saling
ketergantungan,
saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkunganya.
Menurut Megawangi
dalam Sochib, keluarga sebagai sistem
diartikan sebagai unit sosial dimana
individu terlibat secara intim didalamnya,
dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat
hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga
setiap waktu (Safrudin Aziz, 2015).
Keluarga merupakan bagian
dalam kelompok sosial. Ada 5 dimensi
dari dukungan sosial keluarga adalah :
1)
Dukungan emosional
Dukungan emosional merupakan
bentuk dukungan atau bantuan yang
diberikan keluarga dalam bentuk
perhatian, kasih sayang dan simpati
(Bomar, 2008).
4
2)
Dukungan penghargaan
2) Jenis dukungan
Dukungan penghargaan merupakan
suatu dukungan atau bantuan dari
keluarga dalam bentuk memberikan
umpan balik dan penghargaan
kepada anak berkebutuhan khusus
dengan menunjukan respon positif
yaitu dorongan atau persetujuan
terhadap gagasan/ ide atau perasaan
seseorang (Bomar, 2008).
3)
Dukungan yang diberikan itu
bermanfaat sesuai dengan kondisi
yang terjadi, misalnya dukungan
informatif yang diberikan akan lebih
bermanfaat diberikan pada orang
yang kekurangan pengetahuan.
3) Penerima dukungan
Penerimaan
dukungan
itu
dipengaruhi
oleh
kemampuan
penerima dukungan untuk mencari
dan mempertahankan dukungan
yang diperoleh
Dukungan instrumental
Dukungan instrumental keluarga
merupakan suatu dukungan atau
bantuan penuh keluarga dalam
memberikan bantuan tenaga, dana
maupun menyediakan waktu untuk
melayani dan mendengarkan anak
berkebutuhan khusus
dalam
menyampaikan perasaanya (Bomar,
2008).
4)
4) Lamanya pemberian dukungan
Lama atau singkatnya pemberian
dukungan tergantung kapasitas dari
pemberi dukungan dalam suatu
periode tertentu
Dukungan informasi
B. Keterampilan Sosial
Dukungan
informasi
keluarga
merupakan suatu dukungan atau
bantuan yang diberikan keluarga
dalam bentuk memberikan saran atau
masukan, nasehat atau arahan dan
memberikan
informasi-informasi
penting yang dibutuhkan dalam
upaya
meningkatkan
status
kesehatanya (Bomar, 2008).
1. Definisi Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial (socia l skills)
merupakan
bagian
penting
dari
kemampuan hidup manusia. Tanpa
memiliki keterampilan sosial manusia
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain
yang ada dilingkungannya
karena
keterampilan sosial dibutuhkan dalam
hidup bermasyarakat. Keterampilan sosial
menurut wikipedia (2007) sebagai
berikut: “Keterampilan sosial adalah
keterampilan yang digunakan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain sesuai peran dalam struktur
social yang ada cara berkomunikasi
tersebut diciptakan, dikomunikasikan,
serta dilakaukan secara verbal dan
nonverbal dalam kompleksitas sosial
untuk mengetahui tingkat kecerdasan
emosi seseorang. Adapun proses
pembelajaran keterampilan ini dinamakan
sosialisasi (Wikipedia, 2007).
4. Faktor yang mempengaruhi keefektifan
dukungan sosial keluarga
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi dukungan sosial, (Cohen
& Syme, 1985 dalam Widyastuti, 2008)
adalah :
1) Pemberi dukungan sosial
Dukungan lebih mempunyai makna,
apabila berasal dari sumber yang
sama. Hal ini akan menjalinkan
keakraban dan tingkat kepercayaan
penerima dukungan.
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak
dalam tindakan, mampu mencari,
5
3. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial
memilah dan mengelola informasi,
mampu mempelajari hal-hal baru yang
dapat memecahkan masalah sehari-hari,
mampu
memiliki
keterampilan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
memahami, menghargai, dan mampu
bekerjasama dengan orang lain yang
majemuk, mampu mentranformasikan
kemampuan akademik dan beradaptasi
dengan
perkembangan
masyarakat
(Sjamsuddin dan Maryani, 2008).
Secara lebih spesifik, Elksnin
(dalam Adiyanti, 2009) mengidentifikasi
keterampilan sosial dengan beberapa ciri,
yaitu:
a. Perilaku interpersonal
Merupakan perilaku yang
menyangkut
ketrampilan
yang
dipergunakan selama melakukan
interaksi sosial. Perilaku ini disebut
juga
keterampilan
menjalin
persahabatan,
misalnya
memperkenalkan diri, menawarkan
bantuan, dan memberikan atau
menerima pujian. Keterampilan ini
kemungkinan berhubungan dengan
usia dan jenis kelamin.
2. Dimensi-Dimensi Keterampilan Sosial
Adapun yang dimaksud dengan
dimensi-dimensi keterampilan sosial
dalam penelitian ini didasarkan pada
pendapat Syerif (dalam Gerungan, 2010)
meliputi :
a. Terdapat dorongan (motif) yang
sama pada individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi di
antaranya ke arah tujuan yang sama
b. Perilaku yang berhubungan dengan
diri sendiri
b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang
berlainan terhadap individu-individu
yang satu dari yang lain berdasarkan
reaksi-reaksi
dan
kecakapankecakapan yang berbeda-beda antara
individu yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu lambat laun mulai
terbentuk pembagian tugas serta
struktur tugas-tugas tertentu dalam
usaha bersama untuk mencapai
tujuan yang sama itu. Sementara itu,
mulai pula terbentuk norma-norma
yang khas dalam interaksi kelompok
ke arah tujuannya sehingga mulai
terbentuk kelompok sosial dengan
ciri-ciri yang khas
Merupakan
keterampilan
mengatur diri sendiri dalam situasi
sosial,
misalnya
keterampilan
menghadapi stress, memahami
perasaan orang lain, mengontrol
kemarahan dan sejenisnya. Dengan
kemampuan
ini,
anak dapat
memperkirakan kejadian-kejadian
yang mungkin akan terjadi dan
dampak perilakunya pada situasi
sosial tertentu.
c. Perilaku yang berhubungan dengan
kesuksesan akademis
Merupakan perilaku atau
keterampilan sosial yang dapat
mendukung prestasi belajar di
sekolah, misalnya mendengarkan
dengan
tenang
saat
guru
menerangkan,
mengerjakan
pekerjaan sekolah dengan baik,
melakukan apa yang diminta oleh
guru, dan semua perilaku yang
mengikuti aturan kelas.
c. Pembentukan dan pengasan struktur
kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan-peranan dan kedudukan
hierarkis
yang
lambat
laun
berkembang dengan sendirinya
dalam usaha pencapaian tujuannya;
d. Terjadinya
penegasan
dan
peneguhan norma-norma pedoman
tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dan kegiatan
anggota
kelompok
dalam
merealisasikan tujuan kelompok
6
proses pendidikan formal yang akan
dijalani
anak dalam rentang
kehidupannya. Di sekolah anak akan
mendapatkan bimbingan, pengajaran
dan latihan yang membantu dalam
mengembangkan potensi dasar yang
dimilikinya.
d. Peer a cceptance
Merupakan perilaku yang
berhubungan dengan penerimaan
sebaya, misalnya memberi salam,
memberi dan meminta informasi,
mengajak teman terlibat dalam suatu
aktivitas, dan dapat menangkap
dengan tepat emosi orang lain.
e. Keterampilan komunikasi
c. Lingkungan sosial budaya
Keterampilan komunikasi
merupakan salah satu ketrampilan
yang diperlukan untuk menjalin
hubungan
sosial
yang
baik.
Kemampuan
anak
dalam
berkomunikasi dapat dilihat dalam
beberapa bentuk, antara lain menjadi
pendengar
yang
responsif,
mempertahankan perhatian dalam
pembicaraan
dan
memberikan
umpan balik terhadap kawan bicara.
4. Faktor-Faktor
yang
Keterampilan Sosial
Pendapat yang tak dapat
disangkal adalah mereka yang
mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk homo socius . Semacam
makhluk yang berkecenderungan
untuk hidup bersama satu sama
lainnya. Hidup dalam kebersamaan
dan saling membutuhkan akan
melahirkan interaksi sosial.
d. Lingkungan teman sebaya
Teman sebaya yaitu teman
yang akan menjadi tempat untuk
menyatukan perasaan, pemikiran
motif dan tingkah laku dirinya dan
orang lain yang seusianya.
Mempengaruhi
Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya
yakni lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan teman sebaya
(Mu’tadin, 2006).
5. Pentingnya
Sosial
Pendidikan
Keterampilan
Johnson and Johnson (dalam
Baradja, 2005) mengemukakan 6 arti
penting dari memiliki keterampilan
sosial, yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan
keluarga
merupakan suatu bentuk masyarakat
kecil yang akan memberikan peran
sangat penting dalam mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang.
Dalam keluarga akan muncul suatu
keterampilan
sosial
yang
berkembang dengan nilai-nilai,
norma-norma dan
keterampilan
kerjasama antara anak yang satu
dengan
anak
lainnya,
yaitu
kemampuan mengadakan toleransi,
menghargai orang lain.
a. Perkembangan
Identitas
Kepribadian
dan
b. Mengembangkan
Kemampuan
Kerja,
Produktivitas,
dan
Kesuksesan Karir
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Meningkatkan kesehatan fisik
e. Meningkatkan kesehatan psikologis
b. Lingkungan sekolah
f.
Salah
satu
proses
perkembangan yang mempunyai
peranan penting adalah sekolah,
karena sekolah merupakan suatu
7
Kemampuan mengatasi stress
seberapa
jauh
seseorang
dapat
memanfaatkan sisa pendengaran dengan
atau tanpa bantuan amplifikasi oleh alat
bantu mendengar sebagai berikut :
C. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu
1. Definisi Anak Berkebutuahan Khusus
(ABK)
Anak
berkebutuhan
khusus
(ABK) diartikan sebagai individuindividu yang mempunyai karakteristik
yang berbeda dari individu lainnya yang
dipandang normal oleh masyarakat pada
umumnya. Secara lebih khusus anak
berkebutuhan
khusus
menunjukkan
karakteristik fisik, intelektual, dan
emosional yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari anak normal sebayanya atau
berada di luar standar normal yang
berlaku di masyarakat. Sehingga
mengalami kesulitan dalam meraih sukses
baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan (Bachri, 2010).
Kekhususan yang mereka miliki
menjadikan
ABK
memerlukan
pendidikan dan laypanan khusus untuk
mengoptimalkan potensi dalam diri
mereka secara sempurna (Hallan dan
Kauffman 1986, dalam Hadis, 2006).
1) Kurang dengar, namun masih bisa
menggunakannya
sebagai
sarana/modalitas
utama
untuk
menyimak suara cakapan seseorang
dan mengembangkan kemampuan
bicara.
2) Tuli (Dea f) adalah mereka yang
pendengarannya sudah tidak dapat
digunakan sebagai sarana utama
guna mengembangkan kemampuan
bicara,
namun
masih
dapat
difungsikan sebagai suplemen pada
penglihatan dan perabaan.
3) Tuli total (Tota lly Dea f) adalah
mereka yang sudah sama sekali tidak
memiliki pendengaran sehingga
tidak dapat digunakan
untuk
menyimak atau mempersepsi dan
mengembangkan bicara.
Ketidakmampuan
dalam
mendengar memunculkan pendapat
umu bahwa anak tunarungu hanya
tidak amampu mendengar sehingga
sulit berkomunikasi secara lisan
dengan orang lain. Karena pendapat
itulah tunarungu dianggap sebagai
gangguan ringan sekaligus kurang
mendapatkan simpati dibanding jenis
kecacatan berat yang
dapat
mengakibatka kesulitan atau bahkan
keterasingan
dalam kehidupan
sehari-hari (Bambang Putranto,
2015).
Ada beberapa istilah yang
digunakan untuk menunjukkan keadaan
anak berkebutuhan khusus. Istilah anak
berkebutuhan khusus merupakan istilah
terbaru yang digunakan dan merupakan
terjemahan dari children with special
need yang telah digunakan secara luas di
dunia internasional. Ada beberapa istilah
lain yang digunakan untuk menyebut anak
berkebutuhan khusus. antara lain anak
cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang, dan anak luar biasa.
2. Tunarungu
a. Pengertian
b. Klasifikasi Anak Tunarungu
Tunarungu adalah suatu kondisi
dimana anak atau orang dewasa tidak
dapat memfungsikan fungsi dengarnya
untuk
mempersepsi
bunyi
dan
menggunakannya dalam berkomunikasi,
hal ini diakibatkan karena adanya
gangguan dalam fungsi dengar baik dalam
kondisi ringan, sedang, berat dan berat
sekali. Menurut Bcothroyd dalam
Melinda (2013) Memberikan batasan
untuk tiga istilah Tunarungu berdasarkan
Tunarungu dapat dibedakan
berdasarkan tingkat kerusakan dan
tempat
terjadinya
kerusakan.
Apabila
dilihat
dari tingkat
kerusakan maka tunarungu dapat
dibedakan menjadi lima kelompok,
yaitu sangat ringan (27-40 dB),
ringan (41-55 dB), sedang (56-70
dB), berat (71-90 dB), serta
ekstrem/tuli (91- dB atau lebih
tinggi). (Bambang Putranto, 2015).
8
III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka
hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan khusus
(Tunarungu) adalah sebagai berikut :
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep yang lainnya, atau antara
variable satu dengan yang lainnya.
(Notoatmodjo, 2012).
1.
Ho : Tidak ada hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan
keterampilan
sosial anak
berkebutuhan
khusus
(Tunarungu)
2.
Ha
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua terhadap
anggota keluarga lain (Setiawati, 2008).
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak dalam
tindakan, mampu mencari, memilah dan
mengelola informasi, mampu mempelajari
hal-hal baru yang dapat memecahkan masalah
sehari-hari, mampu memiliki keterampilan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
memahami, menghargai,
dan mampu
bekerjasama dengan orang lain yang
majemuk,
mampu
mentranformasikan
kemampuan akademik dan beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat (Sjamsuddin dan
Maryani, 2008).
C. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur dengan
menggunakan instrumen atau alat ukur, maka
variabel harus diberi batasan atau definisi yang
operasional atau “definisi operasional variabel”.
Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar
pengukuran variabel atau pengumpulan data
(variabel) itu konsisten atas sumber data
(responden) yang satu dengan responden yang lain.
Secara singkat, definisi operasional adalah uraian
tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010).
Secara singkat kerangka konsep
peneletian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel
Independen
: Ada hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan
keterampilan
sosial anak
berkebutuhan
khusus
(Tunarungu)
Variabel
Dependen
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Dukungan Keluarga :
-Dukungan Emosional
-Dukungan Penghargaan
-Dukungan Instrumental
-Dukungan Informasi
Keterangan
Kemampuan
Keterampilan
Sosial ABK ;
Tunarungu
No
1
:
: Variabel yang diteliti
: Area yang diteliti
(Setiawati, 2008).
9
Variab
el
Dukun
gan
Keluar
ga
Definisi
Operasion
al
Dukungan
keluarga
adalah
sikap,
tindakan,
dan
penerimaa
n orang tua
terhadap
anggota
keluarga
lain.
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Ska
la
Kuesione
r
yang
terdiri
dari 19
pertanya
andengan
menggun
akan
skala
likert 14.
Nilai
dukungan
keluarga
antara 1976
yang
dikategorik
an :
1. Baik,
jika
nilai ≥
cut off
point
(48)
No
min
al
menjelaskan hubungan satu variabel dengan
variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji
keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis
serta tingkat perbedaan antara kelompok sampling
pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian
cross sectiona l tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau
hubungan dari populasi yang diamatinya dalam
periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis
yang
mempengaruhinya
(Nurdini,
2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan dukungan keluarga dengan
kemampuan keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
2. Kurang
, jika
nilai <
cut off
point
(48).
2.
Kemam
puan
Ketera
mpilan
Sosial
Anak
Berkeb
utuhan
Khusus
Tunaru
ngu
Kemampu
an
seseorang
untuk
berani
berbicara,
mengungk
apkan
setiap
perasaan
atau
permasalah
an
yang
dihadapi
sekaligus
menemuka
n
penyelesai
an
yang
adaptif,
Kuesione
r
yang
terdiri
dari 10
pertanya
andengan
menggun
akan
skala
likert 14.
(Sankerent
i, 2009)
Nilai
kemampua
n
keterampil
an sosial
antara
10–40
yang
dikategorik
an :
1. Baik,
jika
nilai ≥
cut off
point
(25)
2. Kurang
, jika
nilai <
cut off
point
(25).
No
min
al
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Populasi menurut Sugiono (2007), adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
sejumlah 34 orang ibu yang mempunyai anak
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
(Sankerent
i, 2009)
2.
Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2010). Tehnik sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah tota l sa mpling. tota l sa mpling
adalah tekhnik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiono, 2007),
sehingga jumlah sample yang akan diteliti oleh
peneliti sebanyak 34 orang ibu yang mempunyai
anak Tunarungu di Sekolah Luar Biasa Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian
bentuk
yang
diajukan
untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk
aktivitas, karakteristik perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaan antar fenomena yang satu
dengan fenomena yang lainya (Sukmadinata,
2006).
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu peneliti hanya mengobservasi
fenomena pada suatu titik waktu tertentu. Penelitian
ini yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun
eksplanatif, penelitian cross sectiona l mampu
10
akan membeda-bedakan antara responden yang satu
dengan yang lainnya.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 1
(satu) bulan terhitung dari bulan Juni-Juli 2016.
6. Selp Determina tion
Peneliti telah menghargai setiap orangtua
yang anaknya sekolah di sekolah luar biasa
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya untuk bebas
menentukan pilihannya tanpa adanya sangsi apapun
dari peneliti.
E. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Langkah pertama adalah peneliti telah
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Respondennya
adalah orang tua yang memiliki anak sekolah di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya, sebelum
penelitian dilakukan. Tujuan informed consent
adalah agar orang tua mengerti maksud dan tujuan
peneliti serta mengetahui apa yang akan kita teliti
dan hasil apa yang akan kita peroleh nanti. Apabila
orang tua calon responden bersedia untuk dijadikan
penelitian maka responden mengisi lembar
persetujuan yang telah disediakan, sebaliknya jika
orang tua calon responden tidak bersedia maka
peneliti akan menghormati hak responden.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data atau instrument
penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data (Arikunto, 2007). Dalam
melaksanakan
penelitian
tersebut
proses
pengumpulan
data dan pengkajian
data
menggunakan alat bantu berupa kuesioner.
Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang
sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
responden tinggal memberikan jawaban atau
dengan
memberikan
tanda-tanda
tertentu
(Notoatmodjo, 2010) .
2. Anominity
Peneliti pada a nonimity telah merahasiakan
nama responden dengan cara mengganti nama
responden dengan kode responden yang diisi oleh
peneliti.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari 19 pertanyaan dukungan keluarga
diantaranya (dukungan emosional dari urutan no 18, dukungan penghargaan dari urutan no 9-12,
dukungan instrumental dari urutan no 13-15 dan
dukungan informasi dari urutan no 16-19), dan 10
pertanyaan kemampuan keterampilan sosial anak
berkebutuhan khusus Tunarungu, urutan no
pertanyaan 1-19 adalah dukungan keluarga dan
urutan no pertanyaan 20-29 adalah pertanyaan
kemampuan keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus
(Tunarungu).
Pilihan
jawaban
menggunakan skala Likert 1-4.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Langkah
ini
merupakan
jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dan di berikan oleh orang tua
anak yang bersekolah di SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya, dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti dengan hanya menyajikan data-data yang
terkait dengan penelitian.
1. Uji Validitas
4. Priva cy
Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang diukur. Suatu alat ukur yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi (Notoatmodjo,
2010).
Peneliti pada tahap ini telah menjaga
kerahasiaan data yang diberikan responden dan
akan disimpan sampai 3 bulan setelah penelitian
berlangsung.
Penilaian validitas
instrument pada
penelitian ini diuji secara komputerisasi dengan
menggunakan rumus pea rson atau yang lebih
dikenal dengan rumus korelasi product moment
(Notoatmodjo, 2010) sebagai berikut:
5. Fa ir Trea tment
Peneliti dalam penelitian ini telah
memperlakukan sama antara responden dan tidak
11
=
√ �∑
� ∑
Keterangan :
− ∑
− ∑ ∑
�∑
2010). Uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan
Metode Koefisien Relia bilita s a lpha Cronbach
dengan rumus sebagai berikut:
− ∑
�=[
�
�−
R: Nilai validitas
][ −
Keterangan:
∑ ��2
�� 2
]
(Arikunto, 2006)
N
: Jumlah responden
α
: Koefisien reliabilitas instrumen
X
: Skor pertanyaan x
k
: Jumlah instrumen pertanyaan
Y
: Skor total
XY
: Skor pertanyaan x dikali skor total
∑ �
: Jumlah varians dari tiap instrumen
�
: Varians
instrumen
Dapat mengambil keputusan:
dari
keseluruhan
Nilai reliabilitas yang ditetapkan adalah >
0,6 artinya pertanyaan dinyatakan relibel apabila
nilai a lebih dari 0,6. Setelah dihitung, nilai tersebut
kemudian diinterpretasikan. Jika rhitung lebih besar
dari rtabel, maka instrumen penelitian tersebut
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data
(reliabel).
a. Jika r hitung > r tabel maka butir
tersebut valid
b. Jika r hitung < r tabel maka butir
tersebut tidak valid
Kriterianya adalah thitung positif dan thitung >
ttabel maka koefisien item soal tersebut valid dan jika
thitung negatif dan thitung < ttabel maka koefisien item
soal tersebut tidak valid, ttabel diperoleh pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat
kebebasan (dk) = n-2. Tingkat validitas setiap item
dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r
untuk korelasi.
Uji reabilitas telah dilaksanakan di SLB N 1
Tamansari sebanyak 10 orang, Setelah dihitung
nilai tersebut kemudian di interpretasikan
berkonsulatasi pada harga kritik product moment, r
a lebih besar dari r tabel. Dengan nilai Df (degree
of freedom atau derajat kebebasan) = 10-2 dan nilai
alpa 5% sehingga diperoleh nilai r tabel sebesar
0,707 maka instrument peneletian tersebut dapat di
percaya sebagai alat pengumpulan data.
Uji validitas telah dilaksanakan di SLB
Negeri 1 Taman Sari Kota Tasikmalaya. Uji
validitas dilakukan untuk menguji kesesuaian 20
pertanyaan dukungan keluarga dan 11 pertanyan
kemampuan keterampilan sosial. Uji validitas
dilaksanakan dengan sampel sebanyak 10 orang,
dengan tingkat kepercayaan 5% maka diperoleh r
tabel sebesar 0,707. Untuk mengetahui valid atau
tidaknya kuesioner, maka dibandingkan antara r
hitung dengan r tabel.
Berdasarkan hasil uji realibilitas dengan
menggunakan rumus a lpha menunjukan bahwa
nilai r a untuk variabel dukngan keluarga adalah
0,978 sedangkan nilai r a untuk variabel
kemampuan keterampilan sosial adalah 0,945.
Sehingga semua item pertanyaan telah dinyatakan
reliabel sehingga layak untuk di jadikan alat ukur
penelitian.
Kuesioner dukungan keluarga didapatkan 1
butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan
nomor 12 dan kuesioner kemampuan keterampilan
sosial didapatkan 1 butir pertanyaan tidak valid
yaitu pertanyaan no 27.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah caracara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2007). Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,
12
�=
Langkah-langkah pengambilan data dari
variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Pengumpulan data dilakukan secara langsung
kepada responden dengan cara dikumpulkan.
�
� ���
x 100%
P
: Persentase soal yang di
jawab benar
2. Pengumpulan data dilaksanakan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
3. Pengumpulan data, saya sebagai peneliti
mendapat bantuan dari Kepala sekolah dan
Guru-guru SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
X
benar
: Jumlah soal yang dijawab
Xmax
: Jumlah soal keseluruhan
Cara penilaian untuk variabel yaitu
dengan menghitung jumlah total skor
jawaban pertanyaan tiap responden dengan
diberi skor angka 1-4 dari gradasi positif
sampai negatif, lalu dijumlahkan total yang
menjawab :
4. Cara pengumpulan data tersebut yang pertama
adalah mengkaji identitas secara keseluruhan
pada responden, kemudian menjelaskan tujuan
penelitian setelah itu langsung memberikan
kuesioner kepada responden untuk di isi.
Untuk pertanyaan Fa vora bel (+) :
5. Dalam memberikan kuesioner kepada
responden saya dibantu oleh Guru-guru SLB
Yayasan Bahagia Tasikmalaya
H. Analisis Data
1. Pengolahan Data
1) Tidak Pernah
(TP)
: 1
2) Jarang
(J)
: 2
3) Sering
(SR)
: 3
4) Selalu
(S)
: 4
Untuk pertanyaan Unfa vora bel (-) :
a. Pemeriksaan Data (Editting)
b. Pemberian Kode (Coding)
c. Pemindahan Data (Ta bula ting)
d. Entry
e. Clea ning
1) Selalu
(S)
: 1
2) Sering
(SR)
: 2
3) Jarang
(J)
: 3
4) Tidak Pernah
(TP)
: 4
Untuk merumuskan fa vorable
(positif)
dan Unfa vorable (negatif)
digunakan rumus cut of point. Rumus yang
digunakan sesuai dengan distribusi data
normal atau tidak. Untuk mengetahui suatu
data berdistribusi normal, bisa dilihat dari
grafik histogram dan kurve normal, bila
bentuknya menyerupai bel shape berarti
berdistribusi normal atau menggunakan
rumus mean dibawah ini :
2. Analisa Data
a. Analisis univariat
Analisia univariat yaitu analisis
yang digunakan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan dari masing-masing
variabel, baik variabel bebas maupun
variabel
terikat
dan
karakteristik
responden. Analisis data dilakukan dengan
cara mentabulasi data terlebih dahulu
sehingga diperoleh total nilai dari semua
item. Kemudian ditentukan persentasenya
dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Arikunto, 2006) :
X=
13
∑̅
X
�
Keterangan :
V. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
X : Rata-rata
A. Hasil Penelitian
�̅ : Nilai tiap pengamatan
1. Analisa Data
n : Jumlah pengamatan
Dalam bab ini disajikan hasil
penelitian berupa analisa univariat dan
analisa bivariat dari setiap variabel yaitu
dukungan keluarga sebagai variabel
independen
dan
kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus tunarungu sebagai variabel
dependen menggunakan tabel distribusi
frekuensi dan kemudian di tabusilangkan
agar mengetahui hubungan antara
variabel independen terhadap variabel
dependen.
∑ : Jumlah
b. Analisis bivariat
Analisis ini merupakan analisis
untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dan variabel terikat baik berupa komparatif,
asosiatif maupun korelatif (Saryono, 2008).
Sebelum dilakukan analisis bivariat data
terlebih dahulu diuji kenormalanya dengan
menggunakan uji statistik Chie Squa re . Uji
ini digunakan untuk menguji hipotesis bila
dalam populasi terdiri dari atas dua atau
lebih kelas dimana datanya berbentuk
kategorik.
Dengan
Sebagai berikut:
Keterangan :
rumus
=
∑ �−
�
Chie
a. Analisis Univariat
1) Dukungan keluarga
Square
Hasil pengolahan data mengenai
dukungan keluarga yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus
tuanrungu dapat dilihat pada tabel 5.6
berikut ini :
�
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga
pada Anak Berkebutuhan Khusus
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
� = Nilai chi kuadrat
� = Frekuensi yang diharapkan
�� = Frekuensi yang diperoleh atau
diamati.
No
Kategori
1
Baik
2
Kurang
Jumlah
Kriteria kenormalannya adalah jika
χ2 hitung 0,05 artinya secara
statistik tidak ada hubungan yang bermakna
antara variabel yang diteliti (Arikunto,
2007).
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Dimensi Dukungan
keluarga pada Anak Berkebutuhan
Khusus Tunarungu di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya
14
No
Elemen
1
Emosional
2
Penghargaan
3
Instrumental
4
Informasi
Jumlah
Tabel 5.9
Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemampuan Keterampian Sosial
Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
Persentasi %
23.1
24.1
25.5
26.5
100
Dukun
gan
Keluar
ga
Tabel
diatas,
menunjukan
distribusi frekuensi dimensi dukungan
keluarga yaitu Emosional sebanyak
23.9%, Penghargaan 24.1%, Instrumental
25.5% dan Informasi 26.5%.
2) Kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu
Hasil pengolahan data mengenai
Kemampuan Keterampilan Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus Tunarungu dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kemampuan
Keterampilan Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus Tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
Persent
No Kategori Frekuensi
asi %
1
Baik
20
58.8
2
Kurang
14
41.2
Jumlah
34
100
Kemampuan
Keterampilan Sosial
Jumla
h
OR
(95%
CI)
14.167
Baik
Baik
n
%
17
81
Kurang
n
%
4
19
n
21
Kurang
3
23.1
10
76
.9
13
Jumlah
20
58.8
14
41
.2
34
%
61
.8
38
.2
(95%
CI:2.
61876.65
9
pval
ue
0.001
10
0
Tabel diatas menunjukan bahwa
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial dengan adanya
dukungan keluarga baik pada anak
berkebutuhan khusus sebanyak 17 (81%)
anak
mempunyai
kemampuan
keterampilan sosial baik dan 4 (19%)
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial kurang, sedangkan
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial dengan adanya
dukungan keluarga kurang pada anak
berkebutuhan khusus sebanyak 3 (23.1%)
anak
mempunyai
kemampuan
keterampilan sosial baik dan 10 (76.9%)
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial kurang, kemudian
dari hasil analisis diperoleh OR=14.167
artinya dukungan keluarga yang baik
mempunyai kecenderungan 14 kali lipat
lebih
tinggi
anaknya mempunyai
kemampuan keterampilan sosial yang
baik dibandingkan dengan anak yang
mendapatkan dukungan keluarga kurang.
Tabel diatas, menunjukan distribusi
frekuensi kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu baik sebanyak 20 orang
(58.8%),
sedangkan
kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus tunarungu kurang sebanyak 14
orang (41.2%).
b. Analisis Bivariat
Hasil uji statistik menunjukan pva lue = 0,001. Nilai ini lebih rendah dari
α = 0,05 sehingga hipotesis ditolak. Maka
hasil uji statistik menunjukan ada
hubungan
yang signifikan
antara
dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
Hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
15
anggota keluarga dalam menghadapi
keadaan yang berada diluar harapan yang
menjadi stressor bagi keluarga melalui
proses tertentu akan memungkinkan
keluarga itu untuk bertahan dan beradaptasi
dengan baik hingga menjadi sebuah
keluarga yang relisien (Mc Cubbin, 2001
dalam Puspita, dkk, 2011) menyatakan
bahwa fase adaptasi merupakan konsep
sentral dari ketahanan keluarga (fa mily
resiliency).
khusus tunarungu di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya pada
bulan Juni-Juli 2016 pada 34 responden. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dan jenis
pengolahan serta pengumpulan data dengan
pendekatan cross sectional.
2) Kemampuan keterampilan sosial
1. Pembahasan hasil penelitian
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak
dalam tindakan, mampu mencari, memilah
dan
mengelola
informasi,
mampu
mempelajari hal-hal baru yang dapat
memecahkan masalah sehari-hari, mampu
memiliki keterampilan berkomunikasi baik
lisan
maupun
tulisan,
memahami,
menghargai, dan mampu bekerjasama
dengan orang lain yang majemuk, mampu
mentranformasikan kemampuan akademik
dan beradaptasi dengan perkembangan
masyarakat (Sjamsuddin dan Maryani,
2008).
a. Analisa univariat
1) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua
terhadap anggota keluarga lain (Setiawati,
2008).
Dukungan keluarga terdiri dari
empat elemen yaitu dukungan emosional,
penghargaan, instrumental dan informasi,
berdasarkan hasil penelitian dukungan yang
diberikan keluarga yang paling tinggi
adalah dukungan informasi dengan hasil
26.5%. Hubungan dukungan keluarga anak
berkebutuhan khusus tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
termasuk kategori baik, hal ini ditunjukan
dari 34 responden yang menjadi sampel
penelitian
21
(61.8%)
responden
menunjukan bahwa dukungan keluarga
termasuk kategori baik dan 13 responden
(38.2%) menunjukan bahwa dukungan
keluarga termasuk kategori kurang.
Berdasarkan hasil
penelitian
mengenai kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu di
SLB Yayasan Bahaia Kota Tasikmalaya
termasuk kategori baik, hal ini ditunjukan
dari 34 responden yang menjadi sampel
penelitian
20
(58.8%)
responden
menunjukan
bahwa
kemampuan
keterampilan sosial anak termasuk kategori
baik dan 14 (41.2%) responden
menunjukan
bahwa
kemampuan
keterampilan sosial anak termasuk kategori
kurang.
Peneliti berasumsi bahwa peran
keluarga dalam memberikan dukungan
kepada anak yang masih kurang disebabkan
karena masih ada keluarga yang kurang
memberikan perhatian lebih kepada anak
dikarenakan kurang nya kasih sayang
terhadap anak dan kurang nya memberikan
penghargaan kepada anak dengan tidak
menunjukan respon positif terhadap
perasaan anak.
Berdasarkan hasil analisa yang
telah dilakukan peneliti berasumsi bahwa
sebagian besar anak berkebutuhan khusus
tunarungu di SLB Yayasan Bahagia
mempunyai kemampuan keterampilan
sosial yang baik dalam bersosialisasi
dengan teman sebaya nya dan mampu
bekerja sama dengan orang lain
dikarenakan adanya dukungan yang baik
dari keluarga.
Hal ini selaras dengan teori yang
diungkapkan Puspita (2011), bahwa
16
dukungan
keluarga
dapat
mengakibatkan
kurangnya
kemampuan keterampilan sosial anak
hal ini bisa ditunjukan dari hasil
penelitian 34 responden menunjukan
bahwa 14 anak yang mempunyai
kemampuan
keterampilan
sosial
kurang, 4 (28.6) responden yang
memiliki dukungan keluarga baik, 10
(71.4%) anak mempunyai dukungan
keluaga kurang, sedangkan anak yang
mendapatkan dukungan keluarga yang
baik menjadikan anak mempunyai
kemampuan keterampilan sosial baik
menunjukan bahwa 20 anak yang
mempunyai kemampuan keterampilan
baik, 17 (85%) anak mendapatkan
dukungan keluarga yang baik, 3 (15%)
anak yang mendapatkan dukungan
keluarga yang kurang.
Hal ini selaras dengan teori yang
diungkapkan Mu’tadin (2006) lingkungan
keluarga
merupakan
suatu bentuk
masyarakat kecil yang akan memberikan
peran sangat penting dalam mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang. Dalam
keluarga akan muncul suatu keterampilan
sosial yang berkembang dengan nilai-nilai,
norma-norma dan keterampilan kerjasama
antara anak yang satu dengan anak lainnya,
yaitu kemampuan mengadakan toleransi,
menghargai orang lain.
b. Analisa bivariat
1) Hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu
Hasil uji statistik menunjukan
p-va lue = 0,001. Nilai ini lebih rendah
dari α = 0,05 sehingga hipotesis a
diterima. Maka hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu di SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya.
Orang tua adalah sumber yang
paling berpengaruh dalam pemberian
dukungan ini, karena adanya ikatan
yang erat dan memiliki hubungan
darah sehingga mempunyai kedekatan
secara emosi melalui pemberian
motivasi, perhatian, kepedulian dan
kasih sa
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SLB YAYASAN BAHAGIA
KOTA TASIKMALAYA
Ade Iwan Mutiudin
MB0612003
Program Studi Ilmu Keperawatan
Stikes Mitra Kencana
Jl. RE Martadinata No. 142 Kota Tasikmalaya 46151
[email protected]
INTISARI
ABK tunarungu memiliki masalah yang menonjol pada kemampuan keterampilan sosial karena keterbatasan
kemampuan mendengar mereka. Kemampuan keterampilan sosial dapat ditingkatkan dengan adanya dukungan
keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosial
ABK; tunarungu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimen dengan desain penelitian deskriptif
korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 34 wali murid di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya. Metode samplingnya adalah total sampling. Variabel penelitian adalah dukungan
keluarga, kemampuan keterampilan sosial ABK; Tunarungu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil
penelitian menggunakan uji statistik product momen person , Analisis univariat menunjukan 21 (61.8%)
responden dukungan keluarga yang baik, 13 (38.2%) responden dukungan keluarga yang kurang, dan
kemampuan keterampilan sosial terdiri dari 20 (58.8%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial baik
dan 14 (41.2%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial kurang. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan keterampilan sosial dengan nilai p-va lue 0.001 menunjukkan
kekuatan tingkat hubungan korelasinya sedang dan searah berarti semakin baik dukungan keluarga maka
semakin baik pula kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunarungu. Kemampuan keterampilan
sosial yang kurang pada anak tunarungu dapat diminimalisir oleh keluarga karena keluarga adalah orang yang
paling dekat dan mempunyai intensitas baik untuk bersama dengan anak tunarungu.
Kata Kunci
:
Dukungan Keluarga, Kemampuan Keterampilan Sosial, Anak Berkebutuhan
Khusus, Tunarungu
ABSTRACT
Dea f/HH has a prominent issue on their socia l skill a bilities because of their limited a bility to hear something.
Socia l skill a bilities can be improved with the support of the family. The purpose of this study wa s to determine
the rela tionship of fa mily support with socia l skill a bilities of dea f/HH. This resea rch wa s a type of nonexperimenta l research with descriptive correla tiona l design with used cross sectional a pproach. The population
wa s 34 pa rents in SLB Ya ya san Ba ha gia Kota Ta sika ma laya. The sampling method being used is tota l sa mpling.
The resea rch va ria bles a re fa mily support, socia l skill a bilities of dea f/HH. Mea suring tool used is
questionnaires. The sta tistic test used product momen person, Univa ria te a na lysis showed 21 (61.8%)
respondents fine relationship of fa mily support, 13 (38.2%) respondents less rela tionship of family support, and
socia l skill consists of 20 (58.8%) child have a fine social skill a nd 14 (41.2%) child have less socia l skill. The
exa mina tion showed that there wa s a significant relationship between family support with socia l skill a bilities
with the p-va lue was 0.001 indicates the correla tion relationship of moderate level a nd in the sa me direction it
mea ns tha t the fine fa mily support a lso a s fines a s the socia l a bilities of dea f/HH. Socia l skill a bilities less in
children with dea f/HH can be minimized by the family support because the family is the closest person and has
a fine intensity together with dea f/HH children.
Keywords
:
Fa mily Support, Social Skill Abilities, Children with Specia l Needs, Deaf/HH
Hea ring
1
penyandang cacat (85,6%) ada di masyarakat
dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan
keluarga dan pada umumnya belum memperoleh
akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
etiap keluarga pastinya mengharapkan
keturunan berupa lahirnya seorang anak.
Kehadiran anak dalam sebuah keluarga sangat
dinantikan sekaligus menjadi harapan bagi setiap
orang tua. Harapan ini tentunya bernilai positif.
Sebab tidak ada satu orang tua pun yang
mengharapkan anaknya menghadapi kegagalan
dalam menjalani kehidupan (Safrudin Aziz, 2015).
S
Pada tahun 2009 jumlah anak penyandang
cacat yang ada di Sekolah meningkat menjadi
85.645 dengan rincian di Sekolah Luar Biasa (SLB)
sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif
sebanyak 15.144 anak, data siswa penyandang cacat
yang terdaftar di SLB mencatat 5.610 orang
terdaftar
di
SLB
Tunarungu/Tunawicara
merupakan peringkat kedua setelah SLB campuran
berjumlah 58.008 orang (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Data Sensus Nasional Biro Pusat
Statistik tahun 2010 di Jawa Barat terdapat 74.586
orang yang mengalami tunarungu dengan berbagai
macam etiologi, dan Jawa Barat masuk keperingkat
ke-2 terbanyak setelah Jawa Timur terdapat 78.225
orang (Sensus Penduduk, BPS, 2010).
Anak adalah potensi serta penerus cita-cita
bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh
generasi sebelumnya. Anak juga merupakan
anugerah serta titipan yang diberikan kepada orang
tua. Kelahiran seorang anak merupakan suatu
momen yang sangat ditunggu-tunggu dalam sebuah
pernikahan. Kelahiran dapat menjadi stressor besar
dalam sebuah pernikahan terutama ketika kelahiran
anak pertama. Dalam proses kelahiran, semua
perasaan orang tua bercampur aduk antara senang,
cemas, takut, khawatir serta tidak sabar menunggu
kelahiran sang anak. Pada proses melahirkan
berbagai resiko yang akan dialami oleh seorang ibu
maupun bayinya terutama keselamatan jiwa.
Namun perasaan bahagia yang seyogyanya muncul
ketika seorang ibu berhasil melahirkan anak dengan
selamat dapat berubah menjadi kekecewaan ketika
mengetahui anak yang dilahirkan memiliki
kekurangan
atau
berkebutuhan
khusus.
Kekecewaan memang merupakan perasaan yang
manusiawi ketika mendapati realitas tak sebanding
dengan ekspektasi (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
merupakan sekolah luar biasa yang berada di Jl.
Taman Pahlawan No. 20 Kelurahan Cikalang
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, dengan luas
tanah 999 m2 . Jumlah siswa/i Tunarungu tahun
pelajaran 2015/2016 sebanyak 34 siswa, dan jumlah
guru yang mengajar di SLB Yayasan Bahagia
sebanyak 37 orang, SLB Yayasan Bahagia
merupakan sekolah luar biasa pertama yang berdiri
di Kota Tasikmalaya (Profil SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya, 2016).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti, terhadap 9 ibu yang mempunyai
anak tunarungu di SLB Yayasan Bahagia,
didapatkan hasil (100%) ibu menginginkan anak
yang dikandungnya lahir dengan sehat dan tak
kurang apapun. sedangkan berdasarkan hasil
wawancara pada 4 wali kelas, 65% wali kelas
mengatakan bahwa tidak semua anak berkebutuhan
khusus di kelas mereka mempunyai kemampuan
keterampilan sosial yang baik.
Keberadaan ABK termasuk penyandang
cacat secara nasional maupun sebarannya pada
masing-masing provinsi belum memiliki data yang
pasti. Menurut WHO, pada tahun 2015 jumlah
ABK di Indonesia adalah sekitar 7% dari total
jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000.
Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik
tahun 2010, jumlah penyandang cacat di Indonesia
sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar
211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari
jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya
adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau
317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah
(5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia sekolah
penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak
penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah Luar
Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak
Meningkatnya jumlah ABK menimbulkan
masalah terutama pada keluarga. Kehadiran ABK
juga merupakan stressor yang berat bagi sebuah
keluarga. Diasingkan, tak dianggap, diabaikan,
itulah yang masih dialami oleh kebanyakan ABK.
Berdasarkan pengalaman di sekitar tempat tinggal
peneliti, tak jarang orang tua mereka menitipkan
ABK ini pada kakek dan nenek mereka agar tak
dianggap sebagai aib bagi keluarga mereka. Setelah
2
c. Mengetahui hubungan dukungan
keluarga
dengan
kemampuan
keterampilan sosial ABK tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
kelahiran, terkadang orang tua menjadi saling
menyalahkan karena hadirnya ABK yang bisa
berakibat pada mengganggu keharmonisan
keluarga. Sebagai orang tua, sebaiknya sadar bahwa
setiap anak mempunyai hak yang harus dipenuhi
oleh mereka entah bagaimanapun keadaan anak.
Menjadi orang tua dengan ABK hendaknya tak
menjadi akhir dari segalanya, namun harusnya para
orang tua menjadi tertantang untuk dapat memenuhi
kebutuhan anak, bagaimanapun keadaannya anak
merupakan anugerah dari Tuhan dalam sebuah
keluarga serta Tuhan tidak akan pernah
memberikan kekurangan tanpa kelebihan apapun,
begitu juga pada ABK. Dukungan dari lingkungan
sosial (dukungan sosial) bagi ABK sangat
mempengaruhi perkembangan ABK (Efendi,
2008).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam bidang keperawatan anak
khususnya tentang pentingnya dukungan
keluarga yang baik sebagai proses aplikasi
teori dalam usaha peningkatan kemampuan
keterampilan sosial ABK Tunarungu.
2. Manfaat Praktis
Berdasarkan uraian fakta dan masalah
diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial ABK; Tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
a. Bagi Pelayanan
Masyarakat
Keperawatan
dan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai informasi mengenai peran keluarga
terhadap kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khsusus. Penelitian ini
dapat menjadi evidence ba sed practice dalam
ilmu keperawatan bagi profesi keperawatan
dalam mengembangkan bidang keperawatan
anak terutama mengenai dukungan keluarga
bagi kemampuan keterampilan sosial ABK;
tunarungu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemampuan Keterampilan Sosial ABK
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya?”.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan serta diajukan
bahan referensi bagi institusi guna
menambah
perbendaharaan
literature
perpustakaan hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan sosial anak
berkebutuhan khusus (Tunarungu) di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan
keluarga
dengan
kemampuan
keterampilan sosial ABK Tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
c. Bagi Keluarga
Sumber informasi bagi keluarga
untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan keterampilan
sosial ABK; (Tunarungu).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dukungan
keluarga dari ABK tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
b. Mengetahui gambaran kemampuan
keterampilan sosial ABK tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
d. Bagi Peneliti
Pengalaman dalam menerapkan
metode penelitian yang telah dipelajari, dan
3
juga
menambah wawasan, sehingga
menambah pengetahuan peneliti dalam
melakukan penelitian.
2. Fungsi Keluarga
Secara
substantif
keluarga
memiliki fungsi yang saling terkait antara
fungsi satu dengan fungsi lainya.
Keterkaitan itu pada prinsipnya sebagai
wahana untuk mengembangkan seluruh
wahana untuk mengembangkan seluruh
anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya dimasyarakat dengan baik serta
memberikan kepuasan dan lingkungan
sosial yang sehat guna tercapainya
keluarga sejahtera (Safrudin Aziz, 2015).
II. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kesatuan
dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah, atau
adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998 dalam Setiawati, 2008).
Menurut Baylon & Maglaya (1978) dalam
Rasmun (2009) Dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi yang hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dalam perannya untuk menciptakan
dan mempertahankan suatu budaya. Ada
hal penting (Stuart ICN, 2001 dalam
Setiawati, 2008) dalam definisi keluarga :
a. Keluarga adalah suatu sistem atau
unit
b. Komitmen dan keterikatan antar
anggota keluarga yang meliputi
kewajiban dimasa yang akan datang
c. Fungsi keluarga dalam pemberian
perawatan meliputi perlindungan,
pemberian nutrisi dan sosialisasi
untuk seluruh anggota keluarga
d. Anggota – anggota keluarga
mungkin memiliki hubungan dan
tinggal bersama atau mungkin juga
tidak ada hubungan dan tinggal
terpisah
e. Keluarga mungkin memiliki anak
atau mungkin tidak
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua
terhadap anggota keluarga lain (Setiawati,
2008).
Anggota
keluarga
dalam
menghadapi keadaan yang berada diluar
harapan yang menjadi stressor bagi
keluarga melalui proses tertentu akan
memungkinkan keluarga itu untuk
bertahan dan beradaptasi dengan baik
hingga menjadi sebuah keluarga yang
relisien (Mc Cubbin, 2001 dalam Puspita,
dkk, 2011) menyatakan bahwa fase
adaptasi merupakan konsep sentral dari
ketahanan keluarga (fa mily resiliency).
Olson & De Frain (2003) mengatakan
bahwa keluarga akan saling memberikan
dukungan fisik, emosi dan ekonomi.
Keluarga merupakan lingkungan pertama
dalam memberikan proses pertumbuhan
anak. Keluarga yang harmonis akan
memberikan dampak positif dalam
keluarga tanpa konflik ataupun tanpa
dinamika.
a. Jenis dukungan
Dalam pengetian lain, keluarga
juga dapat dipahami sebagai sebuah
sistem yang saling berhubungan dan
saling
ketergantungan,
saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkunganya.
Menurut Megawangi
dalam Sochib, keluarga sebagai sistem
diartikan sebagai unit sosial dimana
individu terlibat secara intim didalamnya,
dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat
hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga
setiap waktu (Safrudin Aziz, 2015).
Keluarga merupakan bagian
dalam kelompok sosial. Ada 5 dimensi
dari dukungan sosial keluarga adalah :
1)
Dukungan emosional
Dukungan emosional merupakan
bentuk dukungan atau bantuan yang
diberikan keluarga dalam bentuk
perhatian, kasih sayang dan simpati
(Bomar, 2008).
4
2)
Dukungan penghargaan
2) Jenis dukungan
Dukungan penghargaan merupakan
suatu dukungan atau bantuan dari
keluarga dalam bentuk memberikan
umpan balik dan penghargaan
kepada anak berkebutuhan khusus
dengan menunjukan respon positif
yaitu dorongan atau persetujuan
terhadap gagasan/ ide atau perasaan
seseorang (Bomar, 2008).
3)
Dukungan yang diberikan itu
bermanfaat sesuai dengan kondisi
yang terjadi, misalnya dukungan
informatif yang diberikan akan lebih
bermanfaat diberikan pada orang
yang kekurangan pengetahuan.
3) Penerima dukungan
Penerimaan
dukungan
itu
dipengaruhi
oleh
kemampuan
penerima dukungan untuk mencari
dan mempertahankan dukungan
yang diperoleh
Dukungan instrumental
Dukungan instrumental keluarga
merupakan suatu dukungan atau
bantuan penuh keluarga dalam
memberikan bantuan tenaga, dana
maupun menyediakan waktu untuk
melayani dan mendengarkan anak
berkebutuhan khusus
dalam
menyampaikan perasaanya (Bomar,
2008).
4)
4) Lamanya pemberian dukungan
Lama atau singkatnya pemberian
dukungan tergantung kapasitas dari
pemberi dukungan dalam suatu
periode tertentu
Dukungan informasi
B. Keterampilan Sosial
Dukungan
informasi
keluarga
merupakan suatu dukungan atau
bantuan yang diberikan keluarga
dalam bentuk memberikan saran atau
masukan, nasehat atau arahan dan
memberikan
informasi-informasi
penting yang dibutuhkan dalam
upaya
meningkatkan
status
kesehatanya (Bomar, 2008).
1. Definisi Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial (socia l skills)
merupakan
bagian
penting
dari
kemampuan hidup manusia. Tanpa
memiliki keterampilan sosial manusia
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain
yang ada dilingkungannya
karena
keterampilan sosial dibutuhkan dalam
hidup bermasyarakat. Keterampilan sosial
menurut wikipedia (2007) sebagai
berikut: “Keterampilan sosial adalah
keterampilan yang digunakan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain sesuai peran dalam struktur
social yang ada cara berkomunikasi
tersebut diciptakan, dikomunikasikan,
serta dilakaukan secara verbal dan
nonverbal dalam kompleksitas sosial
untuk mengetahui tingkat kecerdasan
emosi seseorang. Adapun proses
pembelajaran keterampilan ini dinamakan
sosialisasi (Wikipedia, 2007).
4. Faktor yang mempengaruhi keefektifan
dukungan sosial keluarga
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi dukungan sosial, (Cohen
& Syme, 1985 dalam Widyastuti, 2008)
adalah :
1) Pemberi dukungan sosial
Dukungan lebih mempunyai makna,
apabila berasal dari sumber yang
sama. Hal ini akan menjalinkan
keakraban dan tingkat kepercayaan
penerima dukungan.
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak
dalam tindakan, mampu mencari,
5
3. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial
memilah dan mengelola informasi,
mampu mempelajari hal-hal baru yang
dapat memecahkan masalah sehari-hari,
mampu
memiliki
keterampilan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
memahami, menghargai, dan mampu
bekerjasama dengan orang lain yang
majemuk, mampu mentranformasikan
kemampuan akademik dan beradaptasi
dengan
perkembangan
masyarakat
(Sjamsuddin dan Maryani, 2008).
Secara lebih spesifik, Elksnin
(dalam Adiyanti, 2009) mengidentifikasi
keterampilan sosial dengan beberapa ciri,
yaitu:
a. Perilaku interpersonal
Merupakan perilaku yang
menyangkut
ketrampilan
yang
dipergunakan selama melakukan
interaksi sosial. Perilaku ini disebut
juga
keterampilan
menjalin
persahabatan,
misalnya
memperkenalkan diri, menawarkan
bantuan, dan memberikan atau
menerima pujian. Keterampilan ini
kemungkinan berhubungan dengan
usia dan jenis kelamin.
2. Dimensi-Dimensi Keterampilan Sosial
Adapun yang dimaksud dengan
dimensi-dimensi keterampilan sosial
dalam penelitian ini didasarkan pada
pendapat Syerif (dalam Gerungan, 2010)
meliputi :
a. Terdapat dorongan (motif) yang
sama pada individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi di
antaranya ke arah tujuan yang sama
b. Perilaku yang berhubungan dengan
diri sendiri
b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang
berlainan terhadap individu-individu
yang satu dari yang lain berdasarkan
reaksi-reaksi
dan
kecakapankecakapan yang berbeda-beda antara
individu yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu lambat laun mulai
terbentuk pembagian tugas serta
struktur tugas-tugas tertentu dalam
usaha bersama untuk mencapai
tujuan yang sama itu. Sementara itu,
mulai pula terbentuk norma-norma
yang khas dalam interaksi kelompok
ke arah tujuannya sehingga mulai
terbentuk kelompok sosial dengan
ciri-ciri yang khas
Merupakan
keterampilan
mengatur diri sendiri dalam situasi
sosial,
misalnya
keterampilan
menghadapi stress, memahami
perasaan orang lain, mengontrol
kemarahan dan sejenisnya. Dengan
kemampuan
ini,
anak dapat
memperkirakan kejadian-kejadian
yang mungkin akan terjadi dan
dampak perilakunya pada situasi
sosial tertentu.
c. Perilaku yang berhubungan dengan
kesuksesan akademis
Merupakan perilaku atau
keterampilan sosial yang dapat
mendukung prestasi belajar di
sekolah, misalnya mendengarkan
dengan
tenang
saat
guru
menerangkan,
mengerjakan
pekerjaan sekolah dengan baik,
melakukan apa yang diminta oleh
guru, dan semua perilaku yang
mengikuti aturan kelas.
c. Pembentukan dan pengasan struktur
kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan-peranan dan kedudukan
hierarkis
yang
lambat
laun
berkembang dengan sendirinya
dalam usaha pencapaian tujuannya;
d. Terjadinya
penegasan
dan
peneguhan norma-norma pedoman
tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dan kegiatan
anggota
kelompok
dalam
merealisasikan tujuan kelompok
6
proses pendidikan formal yang akan
dijalani
anak dalam rentang
kehidupannya. Di sekolah anak akan
mendapatkan bimbingan, pengajaran
dan latihan yang membantu dalam
mengembangkan potensi dasar yang
dimilikinya.
d. Peer a cceptance
Merupakan perilaku yang
berhubungan dengan penerimaan
sebaya, misalnya memberi salam,
memberi dan meminta informasi,
mengajak teman terlibat dalam suatu
aktivitas, dan dapat menangkap
dengan tepat emosi orang lain.
e. Keterampilan komunikasi
c. Lingkungan sosial budaya
Keterampilan komunikasi
merupakan salah satu ketrampilan
yang diperlukan untuk menjalin
hubungan
sosial
yang
baik.
Kemampuan
anak
dalam
berkomunikasi dapat dilihat dalam
beberapa bentuk, antara lain menjadi
pendengar
yang
responsif,
mempertahankan perhatian dalam
pembicaraan
dan
memberikan
umpan balik terhadap kawan bicara.
4. Faktor-Faktor
yang
Keterampilan Sosial
Pendapat yang tak dapat
disangkal adalah mereka yang
mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk homo socius . Semacam
makhluk yang berkecenderungan
untuk hidup bersama satu sama
lainnya. Hidup dalam kebersamaan
dan saling membutuhkan akan
melahirkan interaksi sosial.
d. Lingkungan teman sebaya
Teman sebaya yaitu teman
yang akan menjadi tempat untuk
menyatukan perasaan, pemikiran
motif dan tingkah laku dirinya dan
orang lain yang seusianya.
Mempengaruhi
Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya
yakni lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan teman sebaya
(Mu’tadin, 2006).
5. Pentingnya
Sosial
Pendidikan
Keterampilan
Johnson and Johnson (dalam
Baradja, 2005) mengemukakan 6 arti
penting dari memiliki keterampilan
sosial, yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan
keluarga
merupakan suatu bentuk masyarakat
kecil yang akan memberikan peran
sangat penting dalam mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang.
Dalam keluarga akan muncul suatu
keterampilan
sosial
yang
berkembang dengan nilai-nilai,
norma-norma dan
keterampilan
kerjasama antara anak yang satu
dengan
anak
lainnya,
yaitu
kemampuan mengadakan toleransi,
menghargai orang lain.
a. Perkembangan
Identitas
Kepribadian
dan
b. Mengembangkan
Kemampuan
Kerja,
Produktivitas,
dan
Kesuksesan Karir
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Meningkatkan kesehatan fisik
e. Meningkatkan kesehatan psikologis
b. Lingkungan sekolah
f.
Salah
satu
proses
perkembangan yang mempunyai
peranan penting adalah sekolah,
karena sekolah merupakan suatu
7
Kemampuan mengatasi stress
seberapa
jauh
seseorang
dapat
memanfaatkan sisa pendengaran dengan
atau tanpa bantuan amplifikasi oleh alat
bantu mendengar sebagai berikut :
C. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu
1. Definisi Anak Berkebutuahan Khusus
(ABK)
Anak
berkebutuhan
khusus
(ABK) diartikan sebagai individuindividu yang mempunyai karakteristik
yang berbeda dari individu lainnya yang
dipandang normal oleh masyarakat pada
umumnya. Secara lebih khusus anak
berkebutuhan
khusus
menunjukkan
karakteristik fisik, intelektual, dan
emosional yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari anak normal sebayanya atau
berada di luar standar normal yang
berlaku di masyarakat. Sehingga
mengalami kesulitan dalam meraih sukses
baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan (Bachri, 2010).
Kekhususan yang mereka miliki
menjadikan
ABK
memerlukan
pendidikan dan laypanan khusus untuk
mengoptimalkan potensi dalam diri
mereka secara sempurna (Hallan dan
Kauffman 1986, dalam Hadis, 2006).
1) Kurang dengar, namun masih bisa
menggunakannya
sebagai
sarana/modalitas
utama
untuk
menyimak suara cakapan seseorang
dan mengembangkan kemampuan
bicara.
2) Tuli (Dea f) adalah mereka yang
pendengarannya sudah tidak dapat
digunakan sebagai sarana utama
guna mengembangkan kemampuan
bicara,
namun
masih
dapat
difungsikan sebagai suplemen pada
penglihatan dan perabaan.
3) Tuli total (Tota lly Dea f) adalah
mereka yang sudah sama sekali tidak
memiliki pendengaran sehingga
tidak dapat digunakan
untuk
menyimak atau mempersepsi dan
mengembangkan bicara.
Ketidakmampuan
dalam
mendengar memunculkan pendapat
umu bahwa anak tunarungu hanya
tidak amampu mendengar sehingga
sulit berkomunikasi secara lisan
dengan orang lain. Karena pendapat
itulah tunarungu dianggap sebagai
gangguan ringan sekaligus kurang
mendapatkan simpati dibanding jenis
kecacatan berat yang
dapat
mengakibatka kesulitan atau bahkan
keterasingan
dalam kehidupan
sehari-hari (Bambang Putranto,
2015).
Ada beberapa istilah yang
digunakan untuk menunjukkan keadaan
anak berkebutuhan khusus. Istilah anak
berkebutuhan khusus merupakan istilah
terbaru yang digunakan dan merupakan
terjemahan dari children with special
need yang telah digunakan secara luas di
dunia internasional. Ada beberapa istilah
lain yang digunakan untuk menyebut anak
berkebutuhan khusus. antara lain anak
cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang, dan anak luar biasa.
2. Tunarungu
a. Pengertian
b. Klasifikasi Anak Tunarungu
Tunarungu adalah suatu kondisi
dimana anak atau orang dewasa tidak
dapat memfungsikan fungsi dengarnya
untuk
mempersepsi
bunyi
dan
menggunakannya dalam berkomunikasi,
hal ini diakibatkan karena adanya
gangguan dalam fungsi dengar baik dalam
kondisi ringan, sedang, berat dan berat
sekali. Menurut Bcothroyd dalam
Melinda (2013) Memberikan batasan
untuk tiga istilah Tunarungu berdasarkan
Tunarungu dapat dibedakan
berdasarkan tingkat kerusakan dan
tempat
terjadinya
kerusakan.
Apabila
dilihat
dari tingkat
kerusakan maka tunarungu dapat
dibedakan menjadi lima kelompok,
yaitu sangat ringan (27-40 dB),
ringan (41-55 dB), sedang (56-70
dB), berat (71-90 dB), serta
ekstrem/tuli (91- dB atau lebih
tinggi). (Bambang Putranto, 2015).
8
III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka
hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian
hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan khusus
(Tunarungu) adalah sebagai berikut :
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep yang lainnya, atau antara
variable satu dengan yang lainnya.
(Notoatmodjo, 2012).
1.
Ho : Tidak ada hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan
keterampilan
sosial anak
berkebutuhan
khusus
(Tunarungu)
2.
Ha
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua terhadap
anggota keluarga lain (Setiawati, 2008).
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak dalam
tindakan, mampu mencari, memilah dan
mengelola informasi, mampu mempelajari
hal-hal baru yang dapat memecahkan masalah
sehari-hari, mampu memiliki keterampilan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
memahami, menghargai,
dan mampu
bekerjasama dengan orang lain yang
majemuk,
mampu
mentranformasikan
kemampuan akademik dan beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat (Sjamsuddin dan
Maryani, 2008).
C. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur dengan
menggunakan instrumen atau alat ukur, maka
variabel harus diberi batasan atau definisi yang
operasional atau “definisi operasional variabel”.
Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar
pengukuran variabel atau pengumpulan data
(variabel) itu konsisten atas sumber data
(responden) yang satu dengan responden yang lain.
Secara singkat, definisi operasional adalah uraian
tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010).
Secara singkat kerangka konsep
peneletian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel
Independen
: Ada hubungan dukungan
keluarga dengan kemampuan
keterampilan
sosial anak
berkebutuhan
khusus
(Tunarungu)
Variabel
Dependen
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Dukungan Keluarga :
-Dukungan Emosional
-Dukungan Penghargaan
-Dukungan Instrumental
-Dukungan Informasi
Keterangan
Kemampuan
Keterampilan
Sosial ABK ;
Tunarungu
No
1
:
: Variabel yang diteliti
: Area yang diteliti
(Setiawati, 2008).
9
Variab
el
Dukun
gan
Keluar
ga
Definisi
Operasion
al
Dukungan
keluarga
adalah
sikap,
tindakan,
dan
penerimaa
n orang tua
terhadap
anggota
keluarga
lain.
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Ska
la
Kuesione
r
yang
terdiri
dari 19
pertanya
andengan
menggun
akan
skala
likert 14.
Nilai
dukungan
keluarga
antara 1976
yang
dikategorik
an :
1. Baik,
jika
nilai ≥
cut off
point
(48)
No
min
al
menjelaskan hubungan satu variabel dengan
variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji
keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis
serta tingkat perbedaan antara kelompok sampling
pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian
cross sectiona l tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau
hubungan dari populasi yang diamatinya dalam
periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis
yang
mempengaruhinya
(Nurdini,
2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan dukungan keluarga dengan
kemampuan keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya.
2. Kurang
, jika
nilai <
cut off
point
(48).
2.
Kemam
puan
Ketera
mpilan
Sosial
Anak
Berkeb
utuhan
Khusus
Tunaru
ngu
Kemampu
an
seseorang
untuk
berani
berbicara,
mengungk
apkan
setiap
perasaan
atau
permasalah
an
yang
dihadapi
sekaligus
menemuka
n
penyelesai
an
yang
adaptif,
Kuesione
r
yang
terdiri
dari 10
pertanya
andengan
menggun
akan
skala
likert 14.
(Sankerent
i, 2009)
Nilai
kemampua
n
keterampil
an sosial
antara
10–40
yang
dikategorik
an :
1. Baik,
jika
nilai ≥
cut off
point
(25)
2. Kurang
, jika
nilai <
cut off
point
(25).
No
min
al
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Populasi menurut Sugiono (2007), adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
sejumlah 34 orang ibu yang mempunyai anak
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
(Sankerent
i, 2009)
2.
Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2010). Tehnik sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah tota l sa mpling. tota l sa mpling
adalah tekhnik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiono, 2007),
sehingga jumlah sample yang akan diteliti oleh
peneliti sebanyak 34 orang ibu yang mempunyai
anak Tunarungu di Sekolah Luar Biasa Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian
bentuk
yang
diajukan
untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk
aktivitas, karakteristik perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaan antar fenomena yang satu
dengan fenomena yang lainya (Sukmadinata,
2006).
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu peneliti hanya mengobservasi
fenomena pada suatu titik waktu tertentu. Penelitian
ini yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun
eksplanatif, penelitian cross sectiona l mampu
10
akan membeda-bedakan antara responden yang satu
dengan yang lainnya.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 1
(satu) bulan terhitung dari bulan Juni-Juli 2016.
6. Selp Determina tion
Peneliti telah menghargai setiap orangtua
yang anaknya sekolah di sekolah luar biasa
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya untuk bebas
menentukan pilihannya tanpa adanya sangsi apapun
dari peneliti.
E. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Langkah pertama adalah peneliti telah
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Respondennya
adalah orang tua yang memiliki anak sekolah di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya, sebelum
penelitian dilakukan. Tujuan informed consent
adalah agar orang tua mengerti maksud dan tujuan
peneliti serta mengetahui apa yang akan kita teliti
dan hasil apa yang akan kita peroleh nanti. Apabila
orang tua calon responden bersedia untuk dijadikan
penelitian maka responden mengisi lembar
persetujuan yang telah disediakan, sebaliknya jika
orang tua calon responden tidak bersedia maka
peneliti akan menghormati hak responden.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data atau instrument
penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data (Arikunto, 2007). Dalam
melaksanakan
penelitian
tersebut
proses
pengumpulan
data dan pengkajian
data
menggunakan alat bantu berupa kuesioner.
Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang
sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
responden tinggal memberikan jawaban atau
dengan
memberikan
tanda-tanda
tertentu
(Notoatmodjo, 2010) .
2. Anominity
Peneliti pada a nonimity telah merahasiakan
nama responden dengan cara mengganti nama
responden dengan kode responden yang diisi oleh
peneliti.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari 19 pertanyaan dukungan keluarga
diantaranya (dukungan emosional dari urutan no 18, dukungan penghargaan dari urutan no 9-12,
dukungan instrumental dari urutan no 13-15 dan
dukungan informasi dari urutan no 16-19), dan 10
pertanyaan kemampuan keterampilan sosial anak
berkebutuhan khusus Tunarungu, urutan no
pertanyaan 1-19 adalah dukungan keluarga dan
urutan no pertanyaan 20-29 adalah pertanyaan
kemampuan keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus
(Tunarungu).
Pilihan
jawaban
menggunakan skala Likert 1-4.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Langkah
ini
merupakan
jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dan di berikan oleh orang tua
anak yang bersekolah di SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya, dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti dengan hanya menyajikan data-data yang
terkait dengan penelitian.
1. Uji Validitas
4. Priva cy
Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang diukur. Suatu alat ukur yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi (Notoatmodjo,
2010).
Peneliti pada tahap ini telah menjaga
kerahasiaan data yang diberikan responden dan
akan disimpan sampai 3 bulan setelah penelitian
berlangsung.
Penilaian validitas
instrument pada
penelitian ini diuji secara komputerisasi dengan
menggunakan rumus pea rson atau yang lebih
dikenal dengan rumus korelasi product moment
(Notoatmodjo, 2010) sebagai berikut:
5. Fa ir Trea tment
Peneliti dalam penelitian ini telah
memperlakukan sama antara responden dan tidak
11
=
√ �∑
� ∑
Keterangan :
− ∑
− ∑ ∑
�∑
2010). Uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan
Metode Koefisien Relia bilita s a lpha Cronbach
dengan rumus sebagai berikut:
− ∑
�=[
�
�−
R: Nilai validitas
][ −
Keterangan:
∑ ��2
�� 2
]
(Arikunto, 2006)
N
: Jumlah responden
α
: Koefisien reliabilitas instrumen
X
: Skor pertanyaan x
k
: Jumlah instrumen pertanyaan
Y
: Skor total
XY
: Skor pertanyaan x dikali skor total
∑ �
: Jumlah varians dari tiap instrumen
�
: Varians
instrumen
Dapat mengambil keputusan:
dari
keseluruhan
Nilai reliabilitas yang ditetapkan adalah >
0,6 artinya pertanyaan dinyatakan relibel apabila
nilai a lebih dari 0,6. Setelah dihitung, nilai tersebut
kemudian diinterpretasikan. Jika rhitung lebih besar
dari rtabel, maka instrumen penelitian tersebut
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data
(reliabel).
a. Jika r hitung > r tabel maka butir
tersebut valid
b. Jika r hitung < r tabel maka butir
tersebut tidak valid
Kriterianya adalah thitung positif dan thitung >
ttabel maka koefisien item soal tersebut valid dan jika
thitung negatif dan thitung < ttabel maka koefisien item
soal tersebut tidak valid, ttabel diperoleh pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat
kebebasan (dk) = n-2. Tingkat validitas setiap item
dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r
untuk korelasi.
Uji reabilitas telah dilaksanakan di SLB N 1
Tamansari sebanyak 10 orang, Setelah dihitung
nilai tersebut kemudian di interpretasikan
berkonsulatasi pada harga kritik product moment, r
a lebih besar dari r tabel. Dengan nilai Df (degree
of freedom atau derajat kebebasan) = 10-2 dan nilai
alpa 5% sehingga diperoleh nilai r tabel sebesar
0,707 maka instrument peneletian tersebut dapat di
percaya sebagai alat pengumpulan data.
Uji validitas telah dilaksanakan di SLB
Negeri 1 Taman Sari Kota Tasikmalaya. Uji
validitas dilakukan untuk menguji kesesuaian 20
pertanyaan dukungan keluarga dan 11 pertanyan
kemampuan keterampilan sosial. Uji validitas
dilaksanakan dengan sampel sebanyak 10 orang,
dengan tingkat kepercayaan 5% maka diperoleh r
tabel sebesar 0,707. Untuk mengetahui valid atau
tidaknya kuesioner, maka dibandingkan antara r
hitung dengan r tabel.
Berdasarkan hasil uji realibilitas dengan
menggunakan rumus a lpha menunjukan bahwa
nilai r a untuk variabel dukngan keluarga adalah
0,978 sedangkan nilai r a untuk variabel
kemampuan keterampilan sosial adalah 0,945.
Sehingga semua item pertanyaan telah dinyatakan
reliabel sehingga layak untuk di jadikan alat ukur
penelitian.
Kuesioner dukungan keluarga didapatkan 1
butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan
nomor 12 dan kuesioner kemampuan keterampilan
sosial didapatkan 1 butir pertanyaan tidak valid
yaitu pertanyaan no 27.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah caracara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2007). Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,
12
�=
Langkah-langkah pengambilan data dari
variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Pengumpulan data dilakukan secara langsung
kepada responden dengan cara dikumpulkan.
�
� ���
x 100%
P
: Persentase soal yang di
jawab benar
2. Pengumpulan data dilaksanakan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya.
3. Pengumpulan data, saya sebagai peneliti
mendapat bantuan dari Kepala sekolah dan
Guru-guru SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
X
benar
: Jumlah soal yang dijawab
Xmax
: Jumlah soal keseluruhan
Cara penilaian untuk variabel yaitu
dengan menghitung jumlah total skor
jawaban pertanyaan tiap responden dengan
diberi skor angka 1-4 dari gradasi positif
sampai negatif, lalu dijumlahkan total yang
menjawab :
4. Cara pengumpulan data tersebut yang pertama
adalah mengkaji identitas secara keseluruhan
pada responden, kemudian menjelaskan tujuan
penelitian setelah itu langsung memberikan
kuesioner kepada responden untuk di isi.
Untuk pertanyaan Fa vora bel (+) :
5. Dalam memberikan kuesioner kepada
responden saya dibantu oleh Guru-guru SLB
Yayasan Bahagia Tasikmalaya
H. Analisis Data
1. Pengolahan Data
1) Tidak Pernah
(TP)
: 1
2) Jarang
(J)
: 2
3) Sering
(SR)
: 3
4) Selalu
(S)
: 4
Untuk pertanyaan Unfa vora bel (-) :
a. Pemeriksaan Data (Editting)
b. Pemberian Kode (Coding)
c. Pemindahan Data (Ta bula ting)
d. Entry
e. Clea ning
1) Selalu
(S)
: 1
2) Sering
(SR)
: 2
3) Jarang
(J)
: 3
4) Tidak Pernah
(TP)
: 4
Untuk merumuskan fa vorable
(positif)
dan Unfa vorable (negatif)
digunakan rumus cut of point. Rumus yang
digunakan sesuai dengan distribusi data
normal atau tidak. Untuk mengetahui suatu
data berdistribusi normal, bisa dilihat dari
grafik histogram dan kurve normal, bila
bentuknya menyerupai bel shape berarti
berdistribusi normal atau menggunakan
rumus mean dibawah ini :
2. Analisa Data
a. Analisis univariat
Analisia univariat yaitu analisis
yang digunakan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan dari masing-masing
variabel, baik variabel bebas maupun
variabel
terikat
dan
karakteristik
responden. Analisis data dilakukan dengan
cara mentabulasi data terlebih dahulu
sehingga diperoleh total nilai dari semua
item. Kemudian ditentukan persentasenya
dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Arikunto, 2006) :
X=
13
∑̅
X
�
Keterangan :
V. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
X : Rata-rata
A. Hasil Penelitian
�̅ : Nilai tiap pengamatan
1. Analisa Data
n : Jumlah pengamatan
Dalam bab ini disajikan hasil
penelitian berupa analisa univariat dan
analisa bivariat dari setiap variabel yaitu
dukungan keluarga sebagai variabel
independen
dan
kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus tunarungu sebagai variabel
dependen menggunakan tabel distribusi
frekuensi dan kemudian di tabusilangkan
agar mengetahui hubungan antara
variabel independen terhadap variabel
dependen.
∑ : Jumlah
b. Analisis bivariat
Analisis ini merupakan analisis
untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dan variabel terikat baik berupa komparatif,
asosiatif maupun korelatif (Saryono, 2008).
Sebelum dilakukan analisis bivariat data
terlebih dahulu diuji kenormalanya dengan
menggunakan uji statistik Chie Squa re . Uji
ini digunakan untuk menguji hipotesis bila
dalam populasi terdiri dari atas dua atau
lebih kelas dimana datanya berbentuk
kategorik.
Dengan
Sebagai berikut:
Keterangan :
rumus
=
∑ �−
�
Chie
a. Analisis Univariat
1) Dukungan keluarga
Square
Hasil pengolahan data mengenai
dukungan keluarga yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus
tuanrungu dapat dilihat pada tabel 5.6
berikut ini :
�
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga
pada Anak Berkebutuhan Khusus
Tunarungu di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
� = Nilai chi kuadrat
� = Frekuensi yang diharapkan
�� = Frekuensi yang diperoleh atau
diamati.
No
Kategori
1
Baik
2
Kurang
Jumlah
Kriteria kenormalannya adalah jika
χ2 hitung 0,05 artinya secara
statistik tidak ada hubungan yang bermakna
antara variabel yang diteliti (Arikunto,
2007).
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Dimensi Dukungan
keluarga pada Anak Berkebutuhan
Khusus Tunarungu di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya
14
No
Elemen
1
Emosional
2
Penghargaan
3
Instrumental
4
Informasi
Jumlah
Tabel 5.9
Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemampuan Keterampian Sosial
Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu
di SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
Persentasi %
23.1
24.1
25.5
26.5
100
Dukun
gan
Keluar
ga
Tabel
diatas,
menunjukan
distribusi frekuensi dimensi dukungan
keluarga yaitu Emosional sebanyak
23.9%, Penghargaan 24.1%, Instrumental
25.5% dan Informasi 26.5%.
2) Kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu
Hasil pengolahan data mengenai
Kemampuan Keterampilan Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus Tunarungu dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kemampuan
Keterampilan Sosial Anak
Berkebutuhan Khusus Tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota
Tasikmalaya
Persent
No Kategori Frekuensi
asi %
1
Baik
20
58.8
2
Kurang
14
41.2
Jumlah
34
100
Kemampuan
Keterampilan Sosial
Jumla
h
OR
(95%
CI)
14.167
Baik
Baik
n
%
17
81
Kurang
n
%
4
19
n
21
Kurang
3
23.1
10
76
.9
13
Jumlah
20
58.8
14
41
.2
34
%
61
.8
38
.2
(95%
CI:2.
61876.65
9
pval
ue
0.001
10
0
Tabel diatas menunjukan bahwa
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial dengan adanya
dukungan keluarga baik pada anak
berkebutuhan khusus sebanyak 17 (81%)
anak
mempunyai
kemampuan
keterampilan sosial baik dan 4 (19%)
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial kurang, sedangkan
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial dengan adanya
dukungan keluarga kurang pada anak
berkebutuhan khusus sebanyak 3 (23.1%)
anak
mempunyai
kemampuan
keterampilan sosial baik dan 10 (76.9%)
anak yang mempunyai kemampuan
keterampilan sosial kurang, kemudian
dari hasil analisis diperoleh OR=14.167
artinya dukungan keluarga yang baik
mempunyai kecenderungan 14 kali lipat
lebih
tinggi
anaknya mempunyai
kemampuan keterampilan sosial yang
baik dibandingkan dengan anak yang
mendapatkan dukungan keluarga kurang.
Tabel diatas, menunjukan distribusi
frekuensi kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu baik sebanyak 20 orang
(58.8%),
sedangkan
kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
khusus tunarungu kurang sebanyak 14
orang (41.2%).
b. Analisis Bivariat
Hasil uji statistik menunjukan pva lue = 0,001. Nilai ini lebih rendah dari
α = 0,05 sehingga hipotesis ditolak. Maka
hasil uji statistik menunjukan ada
hubungan
yang signifikan
antara
dukungan keluarga dengan kemampuan
keterampilan sosial anak berkebutuhan
Hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu di
SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
15
anggota keluarga dalam menghadapi
keadaan yang berada diluar harapan yang
menjadi stressor bagi keluarga melalui
proses tertentu akan memungkinkan
keluarga itu untuk bertahan dan beradaptasi
dengan baik hingga menjadi sebuah
keluarga yang relisien (Mc Cubbin, 2001
dalam Puspita, dkk, 2011) menyatakan
bahwa fase adaptasi merupakan konsep
sentral dari ketahanan keluarga (fa mily
resiliency).
khusus tunarungu di SLB Yayasan
Bahagia Kota Tasikmalaya.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya pada
bulan Juni-Juli 2016 pada 34 responden. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dan jenis
pengolahan serta pengumpulan data dengan
pendekatan cross sectional.
2) Kemampuan keterampilan sosial
1. Pembahasan hasil penelitian
Keterampilan sosial adalah suatu
kemampuan secara cakap yang tampak
dalam tindakan, mampu mencari, memilah
dan
mengelola
informasi,
mampu
mempelajari hal-hal baru yang dapat
memecahkan masalah sehari-hari, mampu
memiliki keterampilan berkomunikasi baik
lisan
maupun
tulisan,
memahami,
menghargai, dan mampu bekerjasama
dengan orang lain yang majemuk, mampu
mentranformasikan kemampuan akademik
dan beradaptasi dengan perkembangan
masyarakat (Sjamsuddin dan Maryani,
2008).
a. Analisa univariat
1) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan, dan penerimaan orang tua
terhadap anggota keluarga lain (Setiawati,
2008).
Dukungan keluarga terdiri dari
empat elemen yaitu dukungan emosional,
penghargaan, instrumental dan informasi,
berdasarkan hasil penelitian dukungan yang
diberikan keluarga yang paling tinggi
adalah dukungan informasi dengan hasil
26.5%. Hubungan dukungan keluarga anak
berkebutuhan khusus tunarungu di SLB
Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya
termasuk kategori baik, hal ini ditunjukan
dari 34 responden yang menjadi sampel
penelitian
21
(61.8%)
responden
menunjukan bahwa dukungan keluarga
termasuk kategori baik dan 13 responden
(38.2%) menunjukan bahwa dukungan
keluarga termasuk kategori kurang.
Berdasarkan hasil
penelitian
mengenai kemampuan keterampilan sosial
anak berkebutuhan khusus tunarungu di
SLB Yayasan Bahaia Kota Tasikmalaya
termasuk kategori baik, hal ini ditunjukan
dari 34 responden yang menjadi sampel
penelitian
20
(58.8%)
responden
menunjukan
bahwa
kemampuan
keterampilan sosial anak termasuk kategori
baik dan 14 (41.2%) responden
menunjukan
bahwa
kemampuan
keterampilan sosial anak termasuk kategori
kurang.
Peneliti berasumsi bahwa peran
keluarga dalam memberikan dukungan
kepada anak yang masih kurang disebabkan
karena masih ada keluarga yang kurang
memberikan perhatian lebih kepada anak
dikarenakan kurang nya kasih sayang
terhadap anak dan kurang nya memberikan
penghargaan kepada anak dengan tidak
menunjukan respon positif terhadap
perasaan anak.
Berdasarkan hasil analisa yang
telah dilakukan peneliti berasumsi bahwa
sebagian besar anak berkebutuhan khusus
tunarungu di SLB Yayasan Bahagia
mempunyai kemampuan keterampilan
sosial yang baik dalam bersosialisasi
dengan teman sebaya nya dan mampu
bekerja sama dengan orang lain
dikarenakan adanya dukungan yang baik
dari keluarga.
Hal ini selaras dengan teori yang
diungkapkan Puspita (2011), bahwa
16
dukungan
keluarga
dapat
mengakibatkan
kurangnya
kemampuan keterampilan sosial anak
hal ini bisa ditunjukan dari hasil
penelitian 34 responden menunjukan
bahwa 14 anak yang mempunyai
kemampuan
keterampilan
sosial
kurang, 4 (28.6) responden yang
memiliki dukungan keluarga baik, 10
(71.4%) anak mempunyai dukungan
keluaga kurang, sedangkan anak yang
mendapatkan dukungan keluarga yang
baik menjadikan anak mempunyai
kemampuan keterampilan sosial baik
menunjukan bahwa 20 anak yang
mempunyai kemampuan keterampilan
baik, 17 (85%) anak mendapatkan
dukungan keluarga yang baik, 3 (15%)
anak yang mendapatkan dukungan
keluarga yang kurang.
Hal ini selaras dengan teori yang
diungkapkan Mu’tadin (2006) lingkungan
keluarga
merupakan
suatu bentuk
masyarakat kecil yang akan memberikan
peran sangat penting dalam mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang. Dalam
keluarga akan muncul suatu keterampilan
sosial yang berkembang dengan nilai-nilai,
norma-norma dan keterampilan kerjasama
antara anak yang satu dengan anak lainnya,
yaitu kemampuan mengadakan toleransi,
menghargai orang lain.
b. Analisa bivariat
1) Hubungan dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu
Hasil uji statistik menunjukan
p-va lue = 0,001. Nilai ini lebih rendah
dari α = 0,05 sehingga hipotesis a
diterima. Maka hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga
dengan kemampuan keterampilan
sosial anak berkebutuhan khusus
tunarungu di SLB Yayasan Bahagia
Kota Tasikmalaya.
Orang tua adalah sumber yang
paling berpengaruh dalam pemberian
dukungan ini, karena adanya ikatan
yang erat dan memiliki hubungan
darah sehingga mempunyai kedekatan
secara emosi melalui pemberian
motivasi, perhatian, kepedulian dan
kasih sa