PELUANG PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL UN

Prosiding Pertemuan llmiah llmu Pengetahuan dun Teknologi Bahan 2002
Serpong, 22 -23 Oktober 2002

ISSN 1411-2213

PELUANG PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL
UNTUK MENUNJANG INDUSTRI BAJA
Kemal Masduki
Direktur Perencanaan& Teknologi PT Krakatau Steel, Cilegon
11.Raya Cilegon, Banten

ABSTRAK
PELUANG PEMANFAATANSUMBER
DAYA LOKAL UNTUK MENUNJANG INDUSTRI BAJA. Sampai S32tini
kebutuhan bahan baku dan bahan imbuh untuk membuat baja di Indonesia hampir seluruhnya masih diimpor dalam jumlah yang
cukup besar.Hal tersebut karena bahan baku lokal belum dapat digunakan untuk bahan baku proses yang saat ini digunakan.
Akibatnya, selain akan mengurangi devisa negarajuga menyebabkankurang kokohnya fundamental industri baja tersebut karena
besamya ketergantungandari bahan baku impor. Walaupun begitu pemakaian bahan imbuh lokal masih tetap dimungkinkan jika
spesitikasi umpan dapat dipenuhi dan dengan harga yang dapat bersaing dengan bahan impor. Beberapajenis bahan imbuh yang
berpeluang untuk disubstitusi dengan sumber lokal antara lain ferro alloy clancoke breeze.Indonesia memiliki cadangan bijih besi
laterit yang memiliki prospek untuk dimantaatkan pada pengembangan industri baja nasional. Pemanfaatan bijih besi tersebut

dapatdilakukan denganteknologi direct smelting yang menggunakanbatubarasebagaireduktor. Dengan adanyalogam ikutan yang
ada pada bijih tersebut yaitu nikel clan khrom, baja yang dihasilkan dapat digunakan untuk aplikasi baja-baja struktur hingga
stainless steel.
Kala kunci

: Direct smelting,industri

baja

PENDAHULUAN
Bajaadalah material yang sangat berpengamh
dalam aktifitas kehidupan manusia dan kemajuan di
bidang teknik. Akan sangat suI it sekali ditemukan
aktifitas manusia yang tidak berkaitan baik secara
langsung atau tidak dengan produk baja. Hampir 50%
dari produk baja digunakan pada bidang teknik sipil,
15% hingga 20% digunakan pada bidang transportasi,
dan 30% hingga 35% dipakai pada industri berat,
produksi pipa, aplikasi rumah tangga, kawai,
pembungkus.

Perkembanganindustri baja dunia pada abad 20
sangat mencengangkan dan tidak pemah terjadi pada
material lain. Produksi baja dunia saatini mencapai 840
juta ton/tahun. Pertumbuhan konsumsi baja yang
meningkatdari 28juta ton hingga 780juta ton merupakan
tanda yangjelas bahwa baja adalah material yang kuat
dan memiliki masa depanyang baik.
Konsumsi baja pada tiap negara berhubungan
erat dengan tingkat ekonomi suatu negara. Konsumsi
paling tinggi terdapat di negara-negarakaya. Konsumsi
produk baja bervariasi antara 20kg perkapita di Afrika,
hingga sekitar 340kg perkapita di Eropa dan 635kg
perkapita di Jepang. Sedangkan konsumer terbesar
adalah Singapura 1200kg perkapita dan Taiwan di alas
970kgperkapita. Sementararndonesiamasihsekitar 30kg
perkapita.
PT Krakatau Steeladalah satu-satunya industri
baja terintegrasi milik negara Indonesia. Rute proses

14


pembuatan besi baja yang terintegrasi meliputi pabrik
besi c\'ponsdengan proses HyL (HyL I dan III), pabrik
baja billet (4 dapurEAF, I ladle furnace, dan2 mesin
tuang kontinu) daD pabrik slab baja (6 dapur EAF, 2
ladle furnace, I RH Vacuum degasser,daD 3 mesin tuang
kontinu). Serta pabrik pencanaian meliputi pabrik baja
lembaran canai panas (hot strip mil/), pabrik balling
kawat (wire rod mil/) daD pabrik baja lembaran canai
dingin (cold rolling mil/).
Dengan fasilitas tersebut PT. Krakatau Steel
dapat memproduksi 2,5 juta ton baja kasar pertahun.
N amunyang menjadi pennasalahanadalahbahwasampai
saatini hampir seluruh bijih besi daDbahan imbuh yang
digunakan olehPT. Krakatau Steeldiimpor dari beIbagai
negara seperti Swedia, Brazil, Cina daD India. Pada
industri baja,bahan baku menempati lebih dari 50 % dari
struktur biaya produksi, sehingga pemakaian bahan
bakuyang murah akan sangatmempengaruhi daya saini
suatu industri baja.

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran potensi pemanfaatan sumberdaya lokal pada
industri baja. Sehingga diharapkan munculnya usahausaha untuk memulai kegiatan penelitian daD
pengembangan secara terintegrasi yang melibatkan
pihak industri daD lembaga penelitian.

1

PeluangPemanfaatanSumber Daya Lokal Untuk Menunjang lndustri Baja (Kemal Ma.sduki)

MATERIAL
PENUNJANG
PRODUKSIBAJA

DALAM

Dalam memproduksi baja banyak dibutuhkan
material baik sebagaibahan baku, n1aupunb~n imbuh
clan bahan penolong, Jenis-jenis material yang umum
dibutuhkan dalam memproduksi baja ditunjukkan pacta

Gambar1.
"

penyulingan minyak bumi. Material ini tersedia di
Pertamina Unit II Dumai. Green coke bisa dikonversi

menjadi coke breeze dengancara dikeringkan
menggunakan rotary dryer. Bahan alternatiflain yang
bisa dimanfaatkan sebagaipengganti coke breezeadalah
batubara antrasit atau bituminous. Untuk mengubah
batubara khususnya bituminous menjadi coke breeze
masih dibutuhkan energi yang besarkarena disamping
kadar air juga kandungan volatile matter hams direduksi
sehingga perlu dilakukan kajian untuk mendapatkan
proses yang lebih efisj~n.

PROSPEKPENGEMBANGAN
INDUSTRI BAJA MENGGUNAKAN
SUMBER DAYA LOKAL


Gambar 1. Material yang dibutuhkan untuk produksi
I ton baja

Sepertidisampaikandi alasbahwahingga saat
ini PT KrakatauSteelmasihtergantungkepadasuplai
materialimpor. Secararinci kebutuhanmaterialuntuk
produksibaja kasarsebanyak2,5 juta ton/tahun dapat
dilihat pactaTabell.
Tabel I Kehutuhan Material
2,5 juta ton/tahun di PTKS

IndQnesia memiliki sumberdaya mineral yang
potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan
industri baja. Pada saatill potensi bijih besi dan batubara
nasional masih belum dimanfaatkan oleh industri baja
nasional karena kendala teknis dan investasi. Berikut ill
akan dibahas potensi bijih besi daD batubara untuk
pengembangan industri baja nasional.
Tabel2. Cadangan Bijih Besi Lokal [I)
~_ndapan


Latent

I

Cadangan
936.447.000 ton
(Fe: 39,8 -55,2%)

Kontak
15.407.561ton
Meta...omatik(Fe: 38 -70,40%)

untuk Produksi Baja

Sedimen

Pasirbesi

100610000 ton


~30%.

69%)

Loka,;i
KalimantanSelatan
SulawesiTenggara
SumatraBarat,Lampung,
KalimantanBarat,Flores
KalimantanSelatan,
Aceh, Lampung, Jawa
Barat

1158.893.645
ton
Aceh,Bengkulu,Lampung
(Fe: 34-59%,
Ti02: 5,4-23,17%) Selatan, P.Jawa & Bali


Melihatjumlah endapanbijih besiyang ada-rnaka
bijih besi laterityang memiliki jumlah cadanganterbesar,
namun karena bijih tersebut mengandung logam lain
yaitu nikel, khrom, clankobal, maka pemanfaatan bijih
tersebut sebaiknya tidak untuk baja karbon rendah
sebagaimana yang diproduksi PT Krakatau Steel saat
ini. Tapi pemanfaatannyaadalah untuk baja-baja struktur
dengan logam ikutan daTibijih laterit (Ni, Cr) sebagai
elemenpenguatbaja[2]. Masalah yang perlu diantisipasi
adalah mengingatbaja nikel belum populer untuk apIikasi
baja struktur, maka perlu upaya yang kuat untuk
memasarkannya.
Teknologi pembuatan besi untuk memanfaatkan
bijih tersebut sebaiknya tidak melalui proses
konvensional seperti tanur tiup atau proses reduksi
langsung,karena tidak akan ekonomis. Pilihan teknologi
proses untuk mengolah bijih tersebut adalah
menggunakan teknologi
direct .5melting yang
menggunakan batubara sebagaipereduksi.

Proses direct .s-meltingatau smelting reduction
1~

Prosiding Pertemuan llmiah llmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002
Serpong, 22 -23 Oktober 2002

ISSN 1411-2213

mernpakan proses barn yang sedang dikembangkan di
berbagai negara. Proses ini dikembangkan dengan
maksud mengatasi berbagai permasalahan yang acta
pacta proses blast furnace, diantaranya adalah untuk
menghindari penggunaan kokas (coke) daD masalah
yang ditimbulkan oleh coking plant. Beberapa proses
direct smelting yang actaantara lain: Corex, Hi.smelt,
DIGS, AISI Romelt danAusmelt. Satu satunya proses
direct smelting yang sudah dioperasikan secara
komersial adalah proses Corex. Proses-proseslain pacta
umumnya masih pada tahap pengembangan pilot/
demostration plant [3].

Pacta umumnya proses direct .smelting
memberikan persyaratanbahan baku yang lebih longgar
dibanding proses konvensional (Direct Reduction atau
Blast Furnace). Pactaproses yang tidak menggunakan
tahap prereduction atau yang dengan fluidized bed
prereduction bisa digunakan fines ore atau non
agglomerated ore. Sehingga harga bahan baku akan
lebih murah karena tidak diperlukan biaya untuk

berpeluang digunakan untuk mengolah bijih besi laterit
adalah direct smelting.
Bijih besi latent bisa berpeluang secaraoptimum
hila dimanfaatkan sebagaibahanbaku pembuatanbajabaja yang mengandungkhrom dan nikel sepertimisainya
baja struktur, hinggastainless steels.

aglomerasi (peletizing, sintering).
Karena teknologi prosesdirect .\melting ini masih
dalam tahap pengembangan,maka permasalahan lebih
terletak pacta proses smelting daTi pacta proses
penyiapan bijih (ore preparation). Efisiensi energi pada
proses direct smelting pacta umumnya masih rendah,
ha1ini disebabkanpanasyang dihasilkan dari reaksipost
combustion di bagian smelter tidak sepenuhnya bisa
ditransferke dalam metal bath untuk keperluanpeleburan
daD reaksi-reaksi reduksi. Sisa panas ini akan lepas
bersama-sama off-gas yang keluar daTi bagian atas
smelter daD dimanfaatkan untuk pereduksi atau
keperluan lain seperti pembangkit nap atau preheating
bahan baku.
Penelitian mengenai dinamika fluida di dalam
smelter yang dikaitkan dengan perpindahan panas daD
reaksi kimia diperlukan untuk mendesain daD
memperbaiki kinerja proses smelting. Masalah kedua
pactaproses direct c\'meltingadalah tingginya konsumsi
refraktori pactasmelter yang aus akibat turbulensi daTi
slag. Turbulen.\'itersebutterjadi akibat injeksi udara (atau
udara yang diperkaya) dalam jumlah besar untuk
pembakaranbatubara. Disini diperlukan penelitian daD
pengembangan material refraktori daD juga sistem
pendinginan yang sesuai dengan proses. Masalah lain
yang acta biasanya lebih spesifik daD terkait dengan

TjokordaGedeTirta Nindia, UniversitasUdayana

teknologi yang digunakan.

PENUTUP
Substitusi material impor untuk pembuatanbaja
yang dapat diaplikasikan dalam jangka pendek untuk
menunjang industri baja saat ini adalah substusi
ferroalloy, dan coke breeze. Indonesia memiliki
cadangan bijih besi laterit yang cukup besar dan
berpotensi untuk didayagunakan sebagaisumberbahan
baku pembuatan besi-baja. Teknologi proses yang

16

DAFTARPUSTAKA
[1]. YUDAWINATA,
K. dan SUNARYA,
Y.,
SumberdayaLogam dan PaduanBesi di 'Indonesia
untuk Menunjang Industri Besi Baja, Prosiding
K%kium Pertambangan (1996).
[2]. YUSUF, PengaruhNikel dan Khrom TerhadapSifat
Baja Struktur, Pro.sidingSimposium Nasiona/BesiBaja, ITB, Bandung (1996)
[3]. SATRIO, A.M., KS-Review, 3(4), (1998) 115-128.

TANYAJAWAB
Pertanyaan

1. Apakah bahan refraktori yang dipakai di
PT Krakatau Steel clan diperoleh darimana clan
termasukjenis refraktorinya.
Jawaban

1. Bahan refraktori yang digunakan tahan pada suhu
1600"C daDdiperoleh me1aluiimpor. Jenis refraktori
akan kami berikan kemudian.

Azwar Manaf,UniversitasIndonesia
Pertanyaan

I. Apakahpasir besidapatdigunakansebagaibahan
penggantidalampembuatanbaja
Jawaban
1. Cadangan pasir besi di Indonesia tidak sebanyak
biji besi (laterit). Pengkajian secara 1engkap telah
dilakukan terhadap pasir besi melalui kerjasama
denganPPTM Bandung. Prosespeletisasi pasirbesi
tidak memenuhi syaratdengan reaktor yang dimiliki
dan digunakan. Sedangkan nilai tambah pasir besi
terletak pactakandungan titanium dan telah diekspor
ke Jepang.
Syahril, P3IB-BATAN
Pertanyaan
1. Apakah lembaga litbang dapat berkontribusi dalam
rnengukur ketebalan (dengan NDT) yang seringkali
rnenjadikornplain pernakaiproduk PT Krakatau Steel
baik diluar rnaupun di dalarn negeri.
Jawaban

1. Komplain yang dialami salah satunya berupa
ketebalan plat. Telah diketahui ketebalan plat
disebabkanpada proses pemanasanyang tidak

PeluangPemanfaatanSumherDaya Lokal Untuk Menunjang lndustri Baja (Kemal Ma.~duki)

merata daTi plat dengan ketebalan 200 mill.
dipanaskanpada 1200°C,kemudian digiling (diroll)
sampai ketebalan2 -12 mm (sesuaidenganpesanan).
Prosesreduksi ketebalanplat tidak sarnadikarenakan
suhu pemanasan clan kecepatan pendinginan tidak
merata sehingga sifat mekanik yang dimiliki tidak
selumhnya sarna(komplain sering terjadi). Simulasi
pemanasan tersebut diatas telah clan sedang
dilakukan kerjasama denganITB.

Mujiono, BATAN
Pertanyaan

1. BagaimanaPT KrakatauSteelmengantisipasi
dalam
meningkatkannilai tambahsomberdayalokal.
Jawaban

1. Indonesia memi1iki kekayaan sumberdaya1okalyang
me1impah tetapi tidak sesuaidengan tekno1ogiyang
acta di Indonesia sehingga bahan baku tidak dapat
dimanfaatkan, o1ehsebabitu perlu pengembangan.
SeharusnyaPemerintah ikut kontribusi dana dalam
setiap tahapan proses pemanfaatan sumber daya
1oka1. Sebe1um tahun 1997, PT Krakatau Steel
memberikan
kontribusi
dana 10% dalam
mengembangkan tekno1ogi proses dengan ballaD
baku sumberdaya a1am1okal.

Ke Daftar Isi