Alhamdulillahi haqqo hamdih, wa syukrulillahi haqqo syukri, asyhaduallahilahaillah wa asyhaduanna muhammadarrasulullah, wa la haula walaquwwata illah billahi aliyyil adzim, amma ba’du

Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi haqqo hamdih, wa syukrulillahi haqqo syukri, asyhaduallahilahaillah wa
asyhaduanna muhammadarrasulullah, wa la haula walaquwwata illah billahi aliyyil
adzim, amma ba’du.
Para Jamaah Rahimakumullah.....
Semoga kita selalu dirahmati oleh Allah SWT.
Pada kesempatan ini saya akan mengangkat tema “Islam Rahmatan Lilalamin”
Saya sedikit ingin mengurai/menjelaskan terutama di dalam mencoba mencari solusi terhadap
gejala paradoks (pernyataan yg antara idealitas dan realitas Islam, realitas islam dan realitas
kehidupan umat islam terkait dengan misi rahmatan lilalamin.
Saya kira kita sering dengar rahmatan lilalamin merupakan misi Islam dan menjadikan agama
ini memiliki salah satu dari watak-watak utamanya. Sebagai dinu rohmah wassalamah
(agama kasih sayang dan keselamatan).
Ada watak-watak islam yang lain yang juga menonjol dan di isyaratkan oleh ayat-ayat
alqur’an seperti Islam sebagai dinul adaalah (agama keadilan) yang sangat kuat juga
dipesankan oleh Islam bahkan disetiap khutbah kedua khotib dianjurkan untuk menganjurkan
keadilan innallaha ya’muru bil adli wal ihsan. Ada juga watak lain yaitu islam sebagai dinul
hadoroh (sebagai agama kemajuan, agama peradaban yang mendorong pemeluknya untuk
mewujudkan peradaban yang tinggi, peradaban utama) dan bisa disebut watak yang lain dari
islam adalah dinul syahadah (sebagai agama pembuktian) syahadah dalam arti umat Islam

harus menunjukkan bukti litakunu syuhada’a alannasi (agar kamu semua memberikan
kesaksian-kesaksian dan pembuktian-pembuktian pada seluruh manusia. Mungkin ada watakwatak islam yang lain yang bisa kita angkat baik dari al-qur’an maupun al-hadist.
Nah kembali pada watak pertama dan bisa disebut utama yaitu Islam sebagai dinu rohmah wa
salamah (agama rahmah (kasih sayang) dan agama dan agama membawa dan mendorong
keselamatan yang berpangkal pada ayat wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin (surat alanbiya 107).
‫وما لرسلناا ل رحمة للعالمين‬
Sedikit menurut ilmu tafsir ketika ada sebuah kalimat atau phrasa yang di awali dengan maa.
Wa maa arsalnaka : dan (tiadalah) dan kemudian illa (kecuali). Itu menunjukkan 1 pesan
pengecualian yang sangat kuat, yang sangat keras sekali. Yang menunjukkan hakikat dan
watak dari misi kerasulan Muhammad saw. Membawa rahmat lil alamiin.
Ada yang menerjemahkan ini bagi seluruh umat manusia karena memakai huruf yaa dan nun.
Kalau plural/ jamak dalam bahasa arab dengan yaa dan nun itu menunjukkan muzakkar salim
(bagi orang yang berakal) berarti manusia. Maka lilalamiin mengandung arti linnaasi ajmain

(bagi umat manusia secara keseluruhan). Tetapi banyak mufassir juga, berdisiplin pada kata
Aalam yaitu alam semesta. Aalamiin berarti plural/jamak maka keseluruhan alam semesta ini
(the universe at lundch). Karena alam semesta pun memiliki akal, memiliki jiwanya. Jadi ini
luar biasa penegasan ayat ini tentang misi kerasulan Muhammad saw untuk membawa
rahmah, yang tidak mudah untuk kita alihkan menjadi kasih sayang, menjadi cinta kasih tapi
yang jelas dari kata ini menegaskan bahwa salah satu atau dua dari sifat allah, dari namanama kebaikan Allah (alasmaul husnaa) yang pertama dan utama arrahman dan arrahim. Dan

bahkan rasul Muhammad saw memerintahkan kepada kita untuk memulai sebuah perbuatan
baik, apa saja dengan bismillahirahmanirahim.
2 sifat allah ini terangkai dalam satu nafas. Dan sering dipahamkan bahwa rahmah (kasih
sayang Allah) pada seluruh manusia ciptaannya arrahiim lebih khusus kepada hambahambanya yang beriman kepadanya. Tapi arrahman-arrahim sebagai pangkal, sebagai
perwujudan dari rahmah yaitu kasih sayang tadi ini. Maka, membawa kepada sebuah
kesimpulan dan pemahaman, manusia ciptaan allah kita ini para hamba Allah juga mewarisi
titisan dari arrahman dan arrahiim. Mewarisi bahkan keseluruhan dari 99 nama kebaikan
Allah itu. Beberapa tahun lalu seorang ajengan tokoh muhammadiyah di bandung ini beliau
sudah wafat Allahu yarham waktu itu saya masih ketua umum pimpinan pusat
muhammadiyah bertemu dengan beliau di masjid mujahidin sanchan. Dia bilang, beliau
bilang kepada saya, saya menemukan al-asmaaul husnaa yang ke seratus. Apa ust saya bilang
? beliau bilang asyaafi’. Asyaafi’ memang ada akarnya dalam al-Qur’an Wa iza maridtu
fahuwa yasyfinii (dan jika aku sakit maka dialah allah akan menyembuhkanku) Allah sebagai
asyafi’. Dan doa kita pada orang yang sakit Allahumma robbannas (Wahai Allah tuhan
manusia) azhibil ba’sa (hlangkan penyakitnya) isyfi (sembuhkanlah) anta syafii (engkau ya
Allah asyafi’ maha penyembuh). Beliau mengusulkan agar di masukkan pada jajaran alasmaul husna sehingga menjadi yang ke seratus Bu. Jawaban saya agak teknis saja, itu akan
menimbulkan kesulitan teknis saja. Wahh.. itu menimbulkan kesulitan teknis nanti pak kiyai,
tasbihnya sudah terlanjur 99,hhee.. nanti harus dibuat ke 100 biji tasbihnya. Tapi selidik
punya selidik rupanya sang kiyai ini sedang membudi daya tawon dan merek madunya itu
asyafi’. Mungkin beliau ingin asyafi’i masuk pada al-asmaul husna.

Tapi kembali, keseluruhan nama-nama kebaikan Allah ini ada pada diri manusia. Dan itu
dibekalkan oleh Allah bersama dengan penghembusan ruh (summa sawwahu wa nafaho min
ruhihi) menurut surat sajadah pada ayat 7 itu (kemudian allah menyempurnakan kejadian
manusia dalam kandungan ibunya yang digambarkan secara indah dan ilmiah baik dalam alqur’an maupun dalam al-hadist (arbauna yauman nutfah) 40 hari dalam stadium nutfah yaitu
terjadi pembuahan (arbauna yauman alaqoh) 40 hari dalam keadaan stadium alaqoh yaitu
darah kental yang melekat di dinding rahim (arbauna yauman mudgoh) dan 40 hari berbentuk
daging. Dari daging menjadi tulang dan tulang dibungkus dengan daging (fatabarakallahu
ahsanul kholiqin) maka maha suci, maha tinggi Allah pencipta yang terbaik. Nahh... setelah
itulah Allah menghembuskan padanya dari ruhnya (wa nafaho fihi) dan dia Allah
menghembuskan pada janin itu (min ruhihi) dari ruhnya. Jadi ada zat-zat ketuhanan yang
mengalir dalam diri manusia ciptaan Allah. Sesungguhnya juga dalam jagad raya kalau
bapak-ibu semua membaca filsafat ibnu sina sampai kepada ibnu rusyd tentang penitisan zat

Allah sampai ke dalam diri kita ini, maka bumi pun ada jiwa dan oleh karena itu punya
dimensi kesucian (the secret). Dan oleh karena itu fisika, nature, dalam bahasa arab itu
menarik disebut attobiah. Attobiah bagi yang belajar bahasa arab itu posisinya itu subyek
(fail). Faail (pelaku), faiiil juga pelaku. Tobiah berarti dia subyek tidak objek. Kalau objek
maka bahasa arabnya menjadi almatbu’ (yang tercipta) atau yang diciptakan. Matbu’ (maful)
objek. Nahh... mengapa tobiah dalam pandangan Islam : jagad raya, alam semesta ini
sejatinya bukan obyek tapi subyek. Dia memang diciptakan oleh Allah yang kemudian

menjadi subyek. Itulah yang tadi saya maksudkan ada Ruh, ada jiwa, ada define dimention
(dimensi ilahi) dalam ciptaan ini maka alam semesta tidak boleh diperlakukan oleh manusia
sebagai matbu’ sebagai obyek yang kemudian di eksploitasi semena-mena yang itulah
menimbulkan alfasaad (kerusakan). Shoharol fasadu fi barri wal bahhri bima kasabat aidinnas
kata al-Qur’an. Telah nyata kerusakan di darat dan dilaut akibat perbuatan manusia,
liusiqohum ba’dollasi amilu (Allah kemudian akan merasakan sedikit saja dari ulahnya merek
itu, laallahum yahzarrun (agar mereka menjadi orang yang ingat,sadar). Ini pesan kita
tehadap momok dunia sekarang ini terjadinya calimatechin global warming dan terjadi
inframental collaps yang sejati saat ini kita krisis moral dan harus dihadapi dengan
pendekatan moral. Terutama harus ada perubahan pandangan teologis dalam menghadapi dan
memperlakukan alam bukan diperlakukan sebagai obyek tapi sebagai subyek.
Kedua, apa kaitan dengan misi rahmatan lilalamin..?
Allah maha pengasih lagi maha penyayang, itu kemampuan kita dalam menerjemahkan tapi
jauh daripada itu sesungguhnya makna dari arrahman dan arrohim itu. Telah menghadirkan
dalam diri manusia potensi rohman-arrohim tadi titisan al-asmaul husnaa agar manusia
mengaktualisasikan potensi rahmaniyyahnya. Tentu dalam batas-batas manusiawi, dalam
batas-batas kemanusiaan. Untuk menghadapi dan menjalani kehidupan ini terutama di alam
semesta (di attobiah: al alam dan sekaligus sebagai attobiah tadi itu. Kalau ini dilakukan,
maka kita telah menampilkan rahmah, rahmatan lil alamin. Yaitu rahmat bagi alam semesta.
Inilah yang membedakan Islaam dengan agama-agama lain termasuk agama-agama wahyu,

agama-agama samawi, yahudi, nasrani sebelumnya, apalagi dengan agama-agama ardi
(agama budaya) yang muncul dari filsafat manusia: hindu,budha dan yang lain sebagainya.
Walaupun menurut sejarah, agama-agama yang dikategorikan dalam ilmu perbandingan
agama sebagai agama-agama budaya itu, dulu juga pernah ada hal-hal yang bersifat wahyu
tapi berbeda dengan wahyu yang diterima oleh Musa as, oleh Isa as. Karena al-qur’an pun
memberitakan ada Rasul-rasul yang kami kisahkan, kami sebutkan namanya dalam al-qur’an
dan ada rasul-rasul tidak kami sebutkan namanya. Maka muncul jangan-jangan
sidartagautama, lautzee, konfusius dan lain sebagainya. Tapi yang jelas Allah berfirman aku
tidak mengutus seorang rasul dan pembimbing. Kadangkala menyebut rasul kadang Haad
(pemberi petunjuk) illa nuhi ilaihi annahu lailaha illa ana pa’budun kecuali kami sampaikan
pada mereka rasul dan utusan itu bahwa sesungguhnya aku satu dan agar mereka beribadah
kepadaku. Itu saja indikator untuk mengetahui apakah ajaran-ajaran dari agama-agama yang
luar biasa banyaknya di dunia sekarang ini puluhan ya. Termasuk agama-agama tradisi
masuk dalam kategori telah dibawah oleh orang-orang yang diutus oleh Allah baik sebagai
rasul maupun sebagai Haad.

Para jamaah yang dirahmati Allah swt.
Kembali pada misi rahmatan lil alamin yang begitu ideal ini, sayangnya kurang di amalkan,
kurang ditampilkan oleh umat Islam bahkan dewasa ini kita ketahui ada sekelompok atau
segelintir (sangat-sangat minority). Dari saudara-saudara kita yang mengatakan dirinya

muslim tetapi menampilkan perilaku yang menggunakan kekerasan dengan segala motifnya.
Bahkan sekarang ini muncul istilah atau mungkin kita bisa kritisi failen religious extrimizem
(yaitu ekstrimitas keagamaan yang menggunakan kekerasan, yang main bunuh, cenderung
melukai, cenderung mencederai dan cenderung untuk menghilangkan nyawa orang lain.
Padahal al-Qur’an sangat tegas man kota nafsan bigoiri nafsin Au pasaadin fil ardi paka
annama kotalannasa jamia”
‫من قتل نفسا بغير نفس أو فساد ف لررض فكأنما قتل للنااس جميعا‬
(barang siapa yang menghilangkan nayawa orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan,
maka dia/mereka bagaikan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia dan
kemanusiaan( Hidup adalah hak azasi manusia, Adalah karunia Allah swt dan Allah lah yang
mempunyai kewenangan untuk menghidupkan dan mematikan. Maka ketika ada manusia lain
menghilangkan nayawa orang lain maka diberlakukan hokum qisos Islam. Para penggiat
HAM sering mengkritik itu adalah pelanggaran HAM yang berat.
Hidup itu adalah hak yang paling dasar dan Allah menciptakan itu. Barang siapa yang
menghilangkan itu maka balasannya juga dia harus karena dia memberhentikan, menghalangi
kehidupan. Tetapi kalau tidak ada alasan yang membenarkan untuk membunuh orang lain
hanya mungkin karena nafsu amarah, karena kebencian yang memuncak, emosi memuncak
dan lain sebagainya ini. Maka menurut al-qur’an tadi bagaikan membunuh dan
menghilangkan seluruh manusia dan kemanusiaan .
Nah saudara-saudari, manifestasi dari Islam sebagai rahmatan lil alamin ini yang terus terang

menggoyahkan dunia Islam, menimbulkan citra bahwa agama ini kekerasan walaupun
sebenarnya ada faktor-faktor luar juga yang memicu dan mendorong tindak kekerasan bahkan
yang terjadi di kalangan dan oleh umat Islam itu. Tetapi islam yang rahmah berasal dari
arrahman dan arrahim itu, tidak bisa dipakai atas dasar nama Allah arrahman-arrahim
kemudian menghilangkan nyawa orang lain. Saya gagal memahami kalau ada kawan-kawan
kita melakukan tindak kekerasan, apalagi membunuh orang lain tapi dengan nama Allah.
Bismillahirahmanirahim kemudian membunuh. Tentu diluar konteks peperangan. Ini sebuah
paradoks yang besar antara kasih sayang allah dan perilaku kita yang tidak menunjukkan
kasih sayang tapi perlu saya segera jelaskan dan menyampaikan pendapat bahwa tindak
kekerasan yang tampil dan ditampilkan oleh umat Islam secara global: terorisme dan
sekarang berbagai bentuk kekerasan sesama muslim terjadi konflik-konflik sebagaimana
yang kita saksikan di arab spring yang sekarang berkembang menjadi arab summer. Ada
konflik-konflik semacam ini tidak berdiri sendiri. Ada faktor-faktor luar juga. Saya termasuk

yang memahami keadaan itu tidak terlepas dari skenario. Sekarang ada scenario global
bahkan menerapkan apa yang disebut proxy war. Antara lain memperhadapkan Iran dengan
Negara-negara arab yang kebetulan kedua Negara ini berasal dari bangsa yang berbeda:
bangsa Persia dan bangsa arab. Dan dalam sejarah Islam pernah terjadi perang besar dan
orang-orang arab muslim bisa mengalahkan Persia yang waktu itu adalah sebuah imperium
besar bersama Romawi diblok barat dan Persia sebagai Blok timur dan islam datang ditengah

dan kemampuan terutama keterampilan berperang orang-orang arab mampu untuk
mengalahkan Persia dan menaklukkannya sebagai kawasan Islami tapi sebenarnya secara
kultural arab-arab muslim tidak bisa menaklukkan Persia. Bangsa arab lebih memiliki
kemampuan dalam bidang perang, sastra sementara bangsa Persia dalam bidang administrasi
dan ilmu pengetahuan.
Banyak dari ilmuan muslim di abad pertengahan yang Berjaya dan berjasa menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan itu banyak dari bangsa Persia. Bahkan ulama sunni
seperti Imam al-Ghazali itu berdarah Persia yang lahir didekat theheran. Ada buku tentang