PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DA

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING
DAN MEMAHAMI ISI WACANA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA CERPEN ANAK
PADA SISWA KELAS IV SDN PASEBAN 01
SEMESTER I TAHUN 2014/2015
NAMA : SUDARSONO
NIM : 824 912 567
sdrsono91@gmail.com

Abstrak
Kualitas pembelajaran dapat dilihat pada tingkat aktivitas belajar siswa saat pembelajaran
berlangsung, dan tingkat ketuntasan belajar di kelas tersebut. Hal tersebut dapat ditunjang
dengan ketrampilan membaca yang baik. Tetapi pada kenyataan di lapangan, ketrampilan
membaca sebagaian besar siswa masih rendah sehingga kemampuan memahami teks
bacaan juga rendah yang berdampak pada pencapaian kompetensi siswa. Berangkat dari
permasalahan tersebut, penelitian tindakan perbaikan ini dilakukan yaitu dengan
menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran membaca nyaring dan menggunakan
Media Cerpen Anak untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks yang
dibacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa adanya

peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi dan Media Cerpen
Anak dalam pembelajaran memampuan membaca. Subyek dari penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDN Paseban 01 Kencong semester I 2014/2015 yang berjumlah 14 anak.
Dari hasil analisia data yang diperoleh peneliti diketahui bahwa terjadi peningkatan baik
aktivitas belaja dari 59.8 pada siklus I menjadi 70.5 pada siklus II, ketuntasn belajar kelas
dari 72.9 pada siklus I menjadi 85,7 pada siklus II, dan daya serap siswa dari 71.4
menjadi 77,14. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan membaca nyaring, dan penggunaan madia cerpen dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan. Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat disarankan kepada para pendidik yaitu perlu adanya perlu pertimbangan dalam
menentukan pendekatan dan metode pembalajaran yang ingin diterapkan, juga dalam
menentukan media yang digunakan, terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kata kunci : Membaca Nyaring, Metode Demonstrasi, Cerpen Anak

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat, manusia memerlukan bahasa
sebagai alat komunikasi utama. Baik dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa
tulis. Sebagai alat kaomunikasi, bahasa memiliki peran yang sang sangat vital bagi
kehidupan manusia dalam bersosialisasi dengan manusia lain, baik dalam


2

pergaulan sebagai anggota keluarga,maupun dalam pergaulan yang lebih luas,
yaitu sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warga negara.
Sebagai

alat

komunikasi,

bahasa

memiliki

fungsi sebagai

alat

untuk


menyampaikan gagasan, ide, cita-cita, kemauan, ekspresi lain yang bersifat
manusiawi. Dalam ranah bahasa kita mengenal empat aspek ketrampilan
berbahasa , yaitu menyimak, bicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
ketrampilan berbahasa inilah yang harus dikuasai oleh peserta didik pembelajran
Baahasa Indonesia di sekolah, sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam silabus
pembelajaran Bahasa indonesia.
Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik dituntut untuk menguasai keempat
aspek ketrampilan berbahasa yang meliputi aspek menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Karena dengan penguasaan ketrampilan berbahasa yang
baik peserta didik akan mudah menguasai berbagai materi mata pelajaran lain.
Dan secara hirarki keempat aspek ketrampilan tersebut harus dikuasai secara
bertahap, dimulai dari aspek menyimak (mendengar), berbicara, membaca, dan
menulis. Hal ini sesuai dengan tahapan seorang anak manusia dalam menguasai
bahasa.
Secara umum Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam
2
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah dalam aspek psikomotorik (ketrampilan),
yaitu mampu mengaplikasikan dalam kegiatan berbahasa keseharian. Misalnya :
mampu menyampaikan gagasan secara lisan/tulisan ; mampu menulis surat

pribadi /surat dinas dengan ragam bahsa yang tepat; memberi kritik/saran secara
lisan dan tulisan dengan bahasa yang santun, dan sebagainya. Oleh karena itulah
pembelajaran bahasa (Bahasa Indonesia) diperlukan metode pembelajaran yang
lebih menantang peserta didik untuk berekspresi baik secara lisan maupun tulisan.
Sedangkan pretasi /hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik masih rendah. Hal
ini terlihat pada nilai yang dicapai pada ulangan harian mereka. Hanya 8 dari 18
peserta didik yang mencapai nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang telah ditetapkan yaitu 65, dan 10 peserta didik belum mencapai KKM. Hal
ini bisa terjadi karena: 1) ketrampilan berbahasa peserta didik, khususnya dalam
membaca, mereka hanya bisa membunyikan tulisan, tetapi belum memahami isi

3

dari bahan bacaannya itu. 2) Belum digunakan metode dan media yang kurang
efektif yang tepat dalam pembelajaran bahasa, 3) frekwensi penggunaan bahasa
Indonesia yang rendah.
Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: (1) Ketrampilan
membaca yang masih rendah, (2) penggunaan metode pembelajaran yang belum
efektif, (3) penggunaan media pembelajaran yang belum tepat.

Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diatasi adalah
masalah yang ke-2 yaitu penggunaan metode pembelajran yang belum tepat.
Metode yang selama ini digunakan adalah metode ceramah,

anak diberi

penjelasan kemudian disuruh membaca sendiri-sendiri bahan yang disiapkan,
sehingga siswa tidak trampil cara membaca yang benar.
Masalah ini sangat penting untuk segera diatasi karena jika tidak, maka akan
menimbulkan masalah baru yaitu rendahnya prestasi/hasil belajar siswa.
Alternatif Pemecahan Masalah
Keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk memenuhi keinginan dalam
peningkatan kualitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah penggunaan metode yang efektif, dan pemilihan media pembelajaran yang
tepat untuk menunjang peningkatan keberhasilan belajar siswa yaitu dengan cara
(1) Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yaitu metode demonstrasi /
mencontohkan cara membaca dengan teknik yang benar, (2) pemilihan media
yang tepat dalam pembelajaran yaitu media naskah cerpen anak, (3) melibatkan
siswa secara qktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, siswa harus menirukan

pembacaan yang benar.
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan di ataas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah peningkatan kemampuan

membaca nyaring siswa kelas IV

dengan menggunaan metode demonstrasi dan media cerpen di SDN Paseban 01
Kencong, Jember pada semester I tahun 2014/2015?”

4

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatkan kemampuan
membaca nyaring siswa kelas IV dengan menggunakan metode demonstrasi dan
media cerpen di SDN Paseban 01 Kencong, Jember pada sesester I tahun
2014/2015.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat


(1) Siswa dapat meningkatkan

kemampuan /ketrampilan siswa dalam membaca nyaring, mengetahui dan
merasakan manfaat dari penggunaan metode demonstrasi dan media cerpen untuk
meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa. (2) Untuk Peneliti,
dapat dijadikan acuan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang lain.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbiter, konvesional, dam
produktif yang dipergunakn oleh setiap individu dan anggota sosial untuk
berkomunikasi, bekerjasama dan mengidentifikasi diri.
Secara umum bahasa mempunyai fungsi personal dan sosial. Secara khusus
bahasa mempunyai fungsi instrumental, personal, regulator,heuristik, imajinatif,
interaktif, dan informatif.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa Degeng (1997). Kegiatan
pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan
cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan
dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi
pengorganisasian,


isi

pembelajaran,

menetapkan

strategi

penyampaian

pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Salah satu tujuan utama pengajaran bahasa adalah mempersiapkan siswa untuk
melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi
dapat bermakna bagi siswa, perlu didesain secara mendalam program

5

pembelajaran bahasa Indonesia. Desain yang bertumpu pada kontekstual,

konstruktif, komunikatif, intergratif, dan kuantum yang didasari oleh kompetensi
dasar siswa.
Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.
Menghayati bahasa dan sastra Indonesia berarti siswa memiliki pengetahuan
bahasa dan sastra Indonesia, dan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Ketrampilan Membaca
Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang strategis
dan mutlak di kuasai oleh siswa SD setelah mampu menyimak dan berbicara
Abdul Khalik (2009:22). Kemampuan membaca di kelas IV sudah pada tingkat
kemampuan membaca pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan
dan tidak lagi hanya pada tingkat keterampilan mekanis saja. Pembelajaran
kemampuan membaca khususnya kemampuan membaca pemahaman sebaiknya

tidak dikesampingkan guru. Menurut Chaplin ( dalam Petra Christian 2008: 12 ),
kemampuan adalah tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil
latihan dan praktek. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa
kemampuan adalah kecakapan atau kompetensi yang dimiliki siswa untuk
menguasai suatu keahlian, yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan
hasil latihan/praktik

Menurut Yeti Mulyati (2007: 4.3), membaca nyaring

merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata,
kelompok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapi.

6

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
nyaring adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki siswa baik kemampuan
fisik maupun kemampuan secara mental untuk menguasai suatu keahlian dalam
melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari sebuah bacaan yang
merupakan kemampuan bawaan mereka sejak lahir atau merupakan hasil latihan

dan praktik.
Membaca Nyaring
Henry Guntur Tarigan (2009: 22) berpendapat bahwa “Membaca nyaring adalah
suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun
pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang”.
Membaca nyaring atau membaca bersuara terdiri atas: membaca teknik dan
membaca estetik. Keduanya mementingkan: a) Kelancaran dan kebenaran
pengucapan kata, b) Suara yang jelas dan fasih sehingga pesan-pesan naskah
mudah ditangkap audiens, c) Intonasi (kuat lemahnya tekanan, tinggi rendahnya
nada, cepat lambatnya tempo) dan penjedaan secara tepat, d) Pemahaman makna
dan penghayatan nuansa naskah, serta e) Penyampaian yang hidup dan
komunikatif. 2) Membaca dalam Hati (Membaca Sunyi atau Silent Reading):
Membaca dalam hati (membaca tanpa suara) cukup dalam batin saja, mata atau
pandangan kita menyusuri untaian kata dari kiri ke kanan (untuk huruf latin, huruf
arab sebaliknya), dari atas ke bawah, tanpa mulut berkomat kamit. Membaca
sunyi bersifat personal, karena manfaat langsungnya hanya bisa dinikmati dan
direguk oleh sang pembaca.
Metode Demonstrasi
Menurut Sri Anitah ( 2007:1.24 ) metode adalah cara yang digunakan guru dalam
membelajarkan siswa. Fathurrahman (online http://udhiexz.wordpress. com),
metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

7

Demonstrasi dalam kamus bahasa Indonesia berarti peragaan. Menurut Sri Anitah
( 2007: 5.25 ) metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat simpulkan bahwa metode demonstrasi
dalam pelajaran Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara penyajian pembelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya
maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar
lain yang memahami topik bahasan yang harus didemonstrasikan khususnya
dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Metode demonstrasi digunakan guru untuk
memperagakan atau menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta
didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.
Peran guru sangat besar ketika mendemonstrasikan sebuah sesuatu proses atau
cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Asef
Umar Fakhruddin (2010: 55), peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk
menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih
mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
Kelebihan dari metode demonstrasi ini adalah (a) Siswa dapat memahami bahan
pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya (b) Dapat Mengembangkan rasa
ingin tahu siswa. (c) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang
sistematis. (d) Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek. (e)
Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
Kelemahan dari metode demonstrasi adalah (a) Hanya dapat menimbulkan cara
berpikir yang konkret saja.(b) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak
diatur maka demonstrasi tidak efektif. (c) Bergantung pada alat bantu yang
sebenarnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi
pada hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam
penguasaan proses objek tertentu.
Media Pembelajaran

8

Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah
dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media
Pembelajaran.
Manfaat Media Dalam Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan
efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci
Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media
dalam

pembelajaran

yaitu

:

(1) Penyampaian

materi

pelajaran

dapat

diseragamkan, 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3) Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (5)
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa , (6) Media memungkinkan proses
belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, (7)Media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (8)Merubah
peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Jenis-Jenis Media Pembelajaran

9

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada
media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.
Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita
manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk
keperluan pembelajaran. Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10
golongan sbb :
Tabel 1 : Jenis-Jenis Media
No
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X

Golongan Media
Audio

Contoh dalam Pembelajaran
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,
Cetak
gambar
Audio-cetak
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Proyeksi visual Overhead transparansi (OHT), Film bingkai
diam
(slide)
Proyeksi Audio
visual diam
Film bingkai (slide) bersuara
Visual gerak
Film bisu
Audio Visual gerak, film gerak bersuara,
Audio Visual
video/VCD, televisi
Obyek fisik
Benda nyata, model, specimen
Manusia
dan
lingkungan
Guru, Pustakawan, Laboran
CAI (Pembelajaran berbantuan komputer),
Komputer
CBI (Pembelajaran berbasis komputer).[7]

Pemilihan Media Pembelajaran
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah : (a) bermaksud
mendemosntrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media; ( b) merasa
sudah akrab dengan media tersebut, (c.) ingin memberi gambaran atau penjelasan
yang lebih kongkrit; dan (d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang
bisa dilakukannya.
Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan
sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan

10

atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan
(Kosasih dkk, 2004:431).
Unsur-unsur Cerpen.
Dalam cerita pendek terkandung unsur-unsur intrinsik yaitu :(1) Tema, yaitu
pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. (2) Plot atau alur,
yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga
menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian. (3)
Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan
mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya. (4) Seting
atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita (5) Sudut pandang yaitu posisi
pengarang dalam membawakan cerita. (6) Amanat, yaitu pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan
bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya. Selain unsur Intrinsik, dalam
cerpen dikenal adanya unsur ekstrinsik. Yaitu antara lain latar belakang
pengarang, keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan.
Tungsi Cerpen
Fungsi sastra dalam hal ini cerpen dibagi dalam lima golongan yaitu : (1) Fungsi
rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para penikmat
atau pembacanya. (2) Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para
penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang
terkandung didalamnya. (3) Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para
penikmat atau para pembacanya. (4) Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang
mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat
mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya. (5) Fungsi relegiusitas,
yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para
penikmatnya atau pembacanya.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
Subyek dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SD
negeri Paseban 01 kecamatan Kencong, kabupaten Jember, semester I tahun

11

pelajaran 2014/2015 yang dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015
(selama rentang waktu antara bulan Oktober sampai akhir Nopember 2014). Dan
yang akan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain kepala sekolah,
dan teman-teman sejawat di lembaga ini, dan tentu saja supervisor II selaku
pembimbing yang telah ditetapkan.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain dan prosedur dari penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi serta diikuti dengan perencanaan ulang
jika diperlukan.
Adapun model siklus menurut Suharsimi Arikunto,dkk (2009:16) dapat digambarkan
dengan skema sebagai berikut.

Gambar 1. Gambar Prosedur PTK
Siklus 1
Tahap-tahap pelaksann pada siklus terdiri dari

(1) Tahap perencanaan yang

dilakukan dalam perencanaan ini adalah hal-hal sebagai berikut. (a) Refleksi awal,
refleksi awal dimulai dengan mengadakan perbincangan dengan kepala sekolah dan
guru kolaborasi dalam menentukan waktu serta peralatan yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan penelitian. Mengadakan diskusi dengan guru kolaborasi tentang hasil
observa (b) si awal dan menetapkan baseline hasil observasi kemampuan awal siswa.
(c) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran, serta menetapkan dan menyamakan

12

persepsi tentang metode demostrasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
membaca nyaring. (d) Menetapkan dan menyusun rancangan tindakan secara garis
besar.
Rancangan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Siswa mendengar
penjelelasan guru tentang aspek membaca nyaring. (2) Guru menyiapkan media yang
sesuai. (3) Guru mendemonstrasikan cara membaca nyaring dengan baik dan benar.
(4) Siswa diminta untuk membaca nyaring sesuai dengan demonstrasi yang guru
berikan. (5) Guru membimbing siswa dalam membaca nyaring yang baik dan benar.
(6) Siswa diminta untuk membaca nyaring berdasarkan bimbingan. (7) Siswa
membuat kesimpulan. (8) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Tahapan Pelaksanaan
Dalam pelaksaan tindakan ini lebih menekankan guru untuk mendemonstrasikan cara
membaca nyaring secara rinci dengan memperhatikan atau menambahkan beberapa
hal penting, seperti lafal dan, intonasi yang tepat. Adapun salah satu kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan sebagai berikut. (a) Siswa menyimak penjelasan
guru tentang aspek-aspek membaca nyaring yaitu dengan menggunakan lafal,
intonasi,

tempo,

jeda,

dan

ekspresi.

(b)

Siswa

menyimak

cara

guru

mendemonstrasikan cara membaca nyaring dengan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat
dengan menambahkan beberapa hal, seperti gerakan, ekspresi, maupun aksesoris yang
lainnya. (c) Siswa memperagakan cara membaca nyaring dengan lafal, intonasi, jeda,
dan tempo yang tepat. (d) Guru membimbing siswa dalam mendemonstrasikan cara
membaca yang baik dan benar dengan memberikan beberapa penguatan seperti
dengan menggunakan kata-kata; bagus, benar, hebat, yang dapat memotivasi siswa.
(e) Melakukan evaluasi secara lisan. (f) Siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Tahap Obserasi atau pengamatan.
Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan oleh teman sejawat selama
pembelajaran berlangsung. Teknik yang digunakan adalah teknik pengamatan
terhadap aktifitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Tahap Refleksi.
Pada tahap refleksi dilakukan analisis atau diskusi dengan observer untuk membahas
kelemahan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi.

13

Kekurangan yang ditemukan menjadi dasar untuk merencanakan tindakan perbaikan
penelitian ke siklus II.
Siklus II
Tahapan pada siklus II ini terdiri dari ; (1) Tahap Perencanaan, peneliti membuat
rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. (2) Tahap
Pelaksanaan Tindakan, guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana
pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.

(3) Tahap observasi atau

pengamatan, peneliti dan guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran (4) Tahap refleksi. pada tahap refleksi dilakukan analisis atau diskusi
dengan

observer

untuk

membahas

kelemahan

dan

kelebihan

pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan hasil observasi. Kekurangan yang ditemukan menjadi
dasar untuk merencanakan tindakan perbaikan penelitian ke siklus selanjutnya.

Teknik Analisis Data
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap objek atau daerah yang diteliti, sehingga data yang
diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Menurut Hadari Nawawi,
observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. (Hadari Nawawi, 1996:100). Menurut
Sutrisno Hadi, observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata atau pemusatan perhatian terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh
indra. (Sutrisno Hadi, 1993:120)..
Alat pengumpul data Alat pengumpul data yang peneliti gunakan pada penelitian ini
disesuaikan dengan teknik pengumpulan data, yaitu berupa lembar observasi, untuk
mengukur kinerja siswa dan kinerja guru pada pelajaran Bahasa Indonesia. Analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui data yang diperoleh dengan
melakukan pengamatan (observasi) akan dianalisis menggunakan perhitungan
persentase sebagai berikut:

Prosentase=

Jumla h indikator yang tampak
X 100
Jumla h seluru h sisw a

14

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal.
Setelah peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang
dalam pembelajaran membaca nyaring belum sepenuhhnya menggunakan metode
yang tepat, sehingga siswa belum memiliki ketrampilan bahasa aspek membaca
dengan baik.
Oleh karena itu tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan tidak tercapai,
khususnya untuk Kompetensi Dasar 3.5 “Menggali informasi dari teks ulasan
buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu – Budha di
Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku”, KKM yang ditetapkan
ditetapkan 2,66 (66,5 untuk skala 0 – 100). Nilai rata-rata yang dicapai dari 14
siswa adalah 57,9 sebagaimana terlihat pada tabel berikut;
Tabel 2 :Rekapitulasi Rata-rata Perolehan Hasil Belajar Prasiklus
No

Besar Nilai

1
91 - 100
2
81 - 90
3
71 - 80
4
61 - 70
6
51 - 60
6
40 - 50
Jumlah Siswa

Jumlah Siswa
1
3
4
3
1
2
14

Rata-Rata Nilai

60.7

Sedangkan siswa yang mencapai KKM baru 57,14 % atau 8 dari 14 siswa, untuk
menghitng pencapaian tingkat ketuntasan kelas digunakan rumus sebagimana
terlihat di bawah ini :
Jumla h siswa yang tuntas
Ketuntasan kelas=
x 100 %
Jumla h seluru h siswa
8
Ketuntasan kelas= x 100 %
14

15

=

57,14 %

Deskripsi Hasil Siklus 1
Perencanaan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah : Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) , merancang skenario pembelajaran membaca nyaring dengan
sebaik-baiknya

dengan langkah-langkah serta media pembelajran yang telah

diperbaiki dan disempurnakan, menyiapkan media pembelajaran naskah cerpen
anak sebanyak 14 ekssemplar, menyusun instrumen observasi, evaluasi dan
refleksi, pedoman observasi, wawancara, memastikan kesediaan teman sejawat
sebagai observer
Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014, dengan mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Pada siswa kelas IV semester I dengan jumlah 14 siswa, siswa
laki-laki 6 anak, dan siswa perempuan 8 anak selama 2 jam pelajaran (2 x 35
menit, 1 x pertemuan) mulai pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB sesuai tahap
perencanaan yang telah disusun. (1) Tahap apersepsi waktu kurang lebih 15
menit, guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan
melakukan : Guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan anak-anak pada waktu
pagi hari dengan pertanyaan “ Apa saja yang kamu lakukan sejak bangun pagi
sampai berangkat ke sekolah?”.
Setelah sampai pada jawaban “ Makan pagi.. Pak”
Guru memberi pertanyaan “ Apa menu makan pagi kamu hari ini?”
Siswa menjawab dengan berbagai jawaban
Untuk membawa siswa pada kegiatan inti, guru menyampaikan pesan untuk
makan makanan sehat, karena makanan sehat dan bergizi tidak mahal dan tidak
harus dibeli dari restoran atau toko kue.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan selama
kurang lebih 40 menit, kegiatan tersebut adalah:

16

Guru mengatur kelas dalam 4 kelompok kecil, dengan anggota masing-masing 4,
4,4,3
Guru memberi petunjuk pada siswa cara membaca yang benar, dengan
memperhatikan beberapa hal. Misalnya lafal, intonasi, dan jeda yang tepat.
Guru menyiapkan media berupa naskah cerpen anak “Turutilah Kata Orang
Tuamu” sejumlah siswa yang hadir.
Guru menyontohkan pembacaan naskah cerpen yang benar. untuk ditirukan siswa
Guru memperhatikan bacaan siswa, jika ada yang kurang tepat, guru segera
memperbaikinya.
Siswa membaca naskah cerpen “Turutilah Kata Orang Tuamu” dengan suara
nyaring, dan guru mengamati bacaan siswa (penilaian ke 1)
Secara berkelompok siswa membuat ringkasan tentang isi cerpen tersebut.
Mewakili kelompoknya, siswa mempresentasikan kepada kelompok lain.
Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
lembar soal (Penilaian no. 2)
Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih obyektif. Paada penelitian
ini, observasi dilakukan bekerjasama dengan kolaborator (mitra kerja) yaitu
seorang teman guru atas nama Sugiyo,S.Pd. Kolaborator berperan mengamati
kegiatan belajar siswa dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran sesuai dengan lembar pengamatan, serta memberi umpan
balik (masukan) dan pertimbangan saat dilakukan refleksi.
Kegiatan observasi yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Selama pembelajaran berlangsung, kolaborator mengamati aktivitas siswa.
Bersama kolaborator, guru melakukan pengamatan, pemantauan sebagai bahan
evaluasi dan refleksi.
Guru melakukan penilaian menggunakan lembar tes
Siswa menngumpulkan hasil kerja kelompok
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan).

17

Data yang terkumpul selama obsevasi adalah sebagai berikut: (1) Hasil observasi
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran terlihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3 :Rekapitulasi Keaktivan Belajar Siswa pada Siklus 1
Jml

No

Aspek aktivitas siswa

1
2
3
4
5
6
7
8

Mendengarkan penjelasan guru
Membaca materi
Bertanya
Menjawab pertnyaan guru
Menanggap jawaban teman
Memberi sumbangan pendapat
Berdiskusi/bertanya dengan teman
Menanggapi hasil kerja

Siswa
14
14
14
14
14
14
14
14

Aktif

prosentasi

12
8
5
7
9
4
10
12

85.7
57.1
35.7
50.0
64.3
28.6
71.4
85.7

% Rata-rata

59.8

Analisis Hasil Belajar Siswa
Tabel 4 : Tabel nilai siswa pada silkus 1
No

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

EKA
RINI
FIKI
VINA
LINA
KHOIRUL
FITA
LINDA
SEPTI
SIS
RESTI
TIO
USWA

Kriteria Penilaian
1
2
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
3
2
2
3
4
3
4
3
4
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
3
1
3
2
3
3

14

DIRA

4

Ket:

1. Pelafalan kata
2. Intonasi

3

4

4

Nilai

Ket

88
94
81
94
63
88
69
56
63
75
75
38
69

TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS

94

TUNTAS

3. Pemenggalan kalimat
4. Pemahaman isi cerpen

18

10
Ketuntasan Belajar¿ 14 x 100 = 71,14 %
Data perolehan hasil analisis tes hasil belajar siswa pada siklus I terlihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5: Rata-rata nilai siswa pada silkus 1
No

Besar Nilai

Jumlah

1

80 - 100

0

2

61 - 80

10

3

41 - 60

3

4

21 - 40

1

6

0 - 20

0

Jumlah Siswa

Rata-Rata Nilai

Siswa

72.86

14

Sedangkan tingkat ketuntasan belajar siswa terlihat pada tabel berikut:
Tabel 6 :Tingkat Ketuntasa Belajar Siswa pada Siklus 1
No

Perolehan Siswa

Jumlah

Prosentase

1
2
3

Siswa yang tuntas belajar
Siswa yang belum tuntas belajar
Ketutasan klasikal

10
4

71.4
28.6
71.4

Refleksi
Berdasarkan hasil analisis dari pengamatan pada siklus 1 ini diperoleh
banyak temuan, di antaranya adalah; (a) Guru kesulitan membagi kelompok,
karena siswa cenderung memilih berkelompok dengan teman yang paling disukai.
(b) Ada beberapa siswa yang tidak dapat membaca/ membacanya tidak lancar. (c)
Siswa masih tampak kurang aktif, karena masih belum memahami masalah yang
dibahasnya. (c) Tidak semua siswa mendapat giliran menjawab pertanyaan (d)
Sebagaian siswa kurang berani untk mengeluarkan pendapat (e) Waktu yang
tersedia tidak cukup

19

Berdasarkan temuan tersebuat, dan hasil dari diskusi dengan kolaborator, maka
yang perlu dilkukan pada siklus berikutnya adalah : (a) Pembentukan kelompok
hendaknya memperhatikan kemampuan anggotanya, dan harus diupayakan siswa
yang kemampuannya di atas rata-rata disebar secara merata pada semua kelompok
(b) Anak yang tidak dapat/ belum lancar membaca harus mendapat perhatian
khsus dari guru. (c) Lebih banyak memancing siswa yang kurang aktif dengan
pertanyaan- pertanyaan. (d) Untuk pemerataan giliran pada siswa bisa
menggunakan undian/permainan. (e) Beri dorongan dengan pujian pada siswa
agar lebih berani bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan. (f) Guru
hendaknya lebih baik dalam mengatur waktu yang tersedia.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah : (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) perbaikan, (b) Merancang skenario pembelajaran membaca
nyaring dengan sebaik-baiknya dengan langkah-langkah serta media pembelajran
yang telah diperbaiki dan disempurnakan, (c) Menyiapkan media pembelajaran
berupa gambar. (d) Menyusun instrumen observasi, evaluasi dan refleksi,
pedoman observasi, wawancara.
Pelaksanaan Tindakan)
Tahap pelaksanaan pada hari Rabu, 22 Oktober 2014, mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Pada siswa kelas IV semester I dengan jumlah 14 siswa, laki-laki 6
anak perempuan 8 siswa selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit, 1 x pertemuan)
mulai pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB sesuai tahap perencanaan yang telah
disusun.
Tahap apersepsi alokasi waktu kurang lebih 15 menit, guru memotivasi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan : Guru melakukan tanya jawab
tentang kegiatan anak-anak pada waktu pagi hari dengan pertanyaan “ Apa saja
yang kamu lakukan sejak bangun pagi sampai berangkat ke sekolah?”. Setelah
sampai pada jawaban “ Makan pagi.. Pak” Guru memberi pertanyaan “ Apa menu
makan pagi kamu hari ini?” Siswa menjawab dengan berbagai jawaban, Untuk

20

membawa siswa pada kegiatan inti, guru memperingatkan pada siswa untuk
berhati-hati dalam memilih makanan/ jajanan yang akan dibeli
Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan selama
kurang lebih 40 menit, kegiatan tersebut adalah: (a) Guru mengatur kelas dalam 4
kelompok kecil, dengan anggota masing-masing 4, 4,4,3 (b) Guru menyiapkan
media berupa gambar-gambar bahan makanan, zat pengawet, dan zat pewarna
makanan yang diizinkan untuk makanan. (c) Guru juga menyiapkan media
gambar tentang zat pengawet, dan pewarna makanan yang dilarang untuk
makanan. dan gambar penyakit akibat mengonsumsi makanan yang mengandung
zat pengawet dan pewarna. (c) Guru memberi kesempatan bertanya tentang
masalah yang sedang dibahas. (d) Guru memberi contoh cara membaca yang
benar, dan siswa bersam-sama menirukan bacaan guru. (e) Siswa membaca teks
bacaan tentang bahaya makanan berpengawet (boraks dan makanan yang
mengandung MSG) dengan suara nyaring. (f) Secara berkelompok siswa
membuat ringkasan tentang isi teks dengan kalimat sendiri dengan memperhatikan
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. (g) Mewakili kelompoknya,
siswa memberikan komentar tentang isi teks. Siswa memberikan pendapat tentang
hal baik apa yang dapat dipelajari dari informasi yang didapat.

(h) Guru

melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran (Penilaian no. 1)
Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih obyektif. Paada penelitian
ini, observasi dilakukan bekerjasama dengan kolaborator (mitra kerja) yaitu
seorang teman guru atas nama Suhartini,S.Pd. Kolanorator berperang mengamati
kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan lembar
pengamatan, serta memberi umpan balik (masukan) dan pertimbangan saat
dilakukan refleksi.
Kegiatan

observasi yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Selama pembelajaran berlangsung, kolaborator mengamati aktivitas siswa.,
Bersama kolaborator, guru melakukan pengamatan, pemantauan sebagai bahn
evaluasi dan refleksi, Guru melakukan penilaian menggunakan lembar tes, Siswa

21

menngumpulkan hasil kerja kelompok, Observasi dilakukan dengan menggunakan
lembar pengamatan.
Data yang terkumpul selama obsevasi adalah sebagai berikut:
Hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proes pembelajaran
terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7 : Rekapitulasi aktivitas siswa pada Siklus 2
No

Aspek aktivitas siswa

Jml
Siswa

Aktif prosentasi

1

Mendengarkan penjelasan guru

14

12

85.7

2
3
4
5
6
7
8

Membaca materi pelajaran
Bertanya
Menjawab pertnyaan guru
Menanggap jawaban teman
Memberi sumbangan pendapat

14
14
14
14
14
14
14

10
7
11
9
8
10
12

71.4
50.0
78.6
64.3
57.1
71.4
85.7
70.5

Berdiskusi/bertanya dengan teman

Menanggapi hasil kerja
% Rata-rata

Analisis Hasil Belajar Siswa
Tabel 8 : Nilai siswa pada siklus 2
No

Nama

Kriteria Penilaian
Lafal Intonasi

Jeda

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

EKA
RINI
FIKI
FINA
LINA
KHOIRUL
FITA
LINDA
SEPTI
SIS
RESTI
TIO
USWA
DIRA

3
4
3
4
3
4
4
2
3
3
3
4
3
4

4
4
4
4
2
4
2
2
3
3
3
3
3
4

3
4
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
2
3

Pemahaman

4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
1
3
4

Nilai

Ketera
ngan

88
94
81
95
63
88
69
69
75
75
75
56
69
94

TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS

12
Ketuntasan belajar = 14 x 100 %=85,7 %
Data perolehan analisis tes hasil belajar siswa terlihat pada tabel berikut ini:

22

Tabel 9 : Nilai rata-rata belajar siswa
No

Besar Nilai

Jumlah Siswa

1

80 - 100

5

2

61 - 80

6

3

41 - 60

3

4

21 - 40

0

6

0 - 20

0

Jumlah Siswa

Rata-Rata Nilai

78

14

Dari hasil analisis hasil belajar siswa pada Siklus 2 diketahui ketuntasan belajar
siswa seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10 : Ketuntasa Belajar pada Siklus 2
No
1
2
3

Perolehan Siswa
Siswa yang tuntas belajar
Siswa yang belum tuntas belajar
Ketutasan klasikal

Jumlah
12
2

Prosentase
85,7
35,6
85,7

Refleksi
Berdasarkan hasil analisis dari pengamatan pada siklus 2 ini diperoleh banyak
temuan, di antaranya adalah; (1) Pembagian kelompok pada siklus 2 ini dilakukan
dengan mengacak dengan cara membagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan
perolehan hasil test sebelumnya, (2) Kelemahan masih terjadi pada beberapa
siswa yang tidak dapat membaca/ membacanya tidak lancar. (3) Siswa masih
tampak kurang aktif, karena masih ada beberapa siswa belum rmemahami
masalah yang dibahasnya. (4) Tidak semua siswa mendapat giliran menjawab
pertanyaan (5) Sudah ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pembahasan
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran

23

Aktivitas belajar siswa dalam berbagai aspek selama proses pembelajaran, telah
mengalamai perubahan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
satu apalagi pada siklus 2. Hal ini terlihat pada tebel 2 dan tabel 6. Aktivitas
belajar siswa telah mengalami perubahan dengan adanya peningkatan prosentase
pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 tingkat keaktifan siswa mencapai 59,8 %, dan
pada siklus 2 keaktifan belajar siswa mencapai 70 %.
Hasil Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
Gambaran hasil tes belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11 : Gambaran Peningkatan Keberhasilan
N
o
1
2

Ukuran Keberhasilan

Siklus 1

Siklus 2

Keteranga

Aktivitas belajar siswa

(%)
59.8

(%)
70.5

n
Meningkat

Ketuntasan belajar kelas

72.9

85,7.6

Meningkat

3
Daya serap
71.4
78,00
Meningkat
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dan
media gambar dalam pembelajaran membaca nyaring pada siswa kelas IV dapat
berdampak positif , yaitu dengan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun
daya serap terhadap materi pelajaran. Hal ini karena siswa dapat mengucapkan/
melafalkan kata demi kata dengan lafal yang benar, serta menggunakan
pemenggalan kata dan kalimat, serta intonasi dengan benar. Dampak dari keadaan
ini siswa dapat lebih mudah memhami isi bacaan yang sedang dibacanya.
Perubahan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami bacaan mengalami
peningkatan hal ini berbanding lurus satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin baik bacaan siswa akan semakin baik pula
pemahaman terhadap kandungan / isi bacaan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik berikut ini :
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

24

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar membaca
nyaring siswa kelas IV SDN PASEBAN 01 Kencong, pada semester I tahun
pelajaran 2014/2015 meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi dan
media cerpen anak serta ditunjang gambar berupa bagan. Hal ini terlihat dalam
siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa dari 14 siswa (71,4%).
Hal ini sangat berbeda dengan kondisi siswa pada prasiklus I. Pada kondisi
prasiklus I, siswa yang mencapai KKM baru 6 siswa dari 14 anak (42,6%). Pada
siklus II kemajuan hasil belajar terjadi cukup bagus, karena mengalami kenaikan
lagi. Untuk siswa yang mencapai KKM adalah 78,6 %. Sedangkan capaian nilai
rata-rata kelas adalah 77,4
Saran
Saran peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah: Bagi Guru hasil PTK ini
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan

metode

pembalajaran serta media yang digunakan, Agar tujuan dari pembelajaran bahasa
dapat tercapai dengan baik.

Bagi kepala sekolah Hasil penelitian ini dapat

memberikan wacana positif, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk
meningktakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran. Bagi siswa
diharapkan kepada siswa agar memanfaatkan potensi dalam

menerapkan

keterampilan membaca nyaring, karena pesan yang terkandung dalam bacaan
sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu siswa

DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin, A.U,. (2010). Menjadi Guru Favorit! Pengenalan, Pemahaman, dan
Praktek Mewujudkannya. Jogjakarta: Andi Ofset
Basiran, Mokh. 1999.Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Depdikbud.
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model
Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI
Petra Christian. (2008). Pengertian Kemampuan. (online). (http://digilib.petra.
ac.id/viewer.php?
page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/
eman/2008. Diakses tanggal 26 Oktober 2014)

25

Sri Anitah W. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Suharsimi Arikunto, Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sutrisno Hadi. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset.
Syafi’ie, Imam. 1994. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman
Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Yeti Mulyati. (2007). Keterampailan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta ... .