Aspek2 negara dalam hukum internasiaonal

Rangkuman buku
Aspek-Aspek negara dalam hukum internasional
Huala Adolf, SH
Rajawali Pers, Jakarta
1990

BAB I
Negara

1. I.

Pengertian dan Unsur Negara

-JL Brierky
: Negara sebagai suatu lembaga (institutuion), sebagai suatu wadah di mana
manusia mencapai tujuan dan dapat melaksanakan kegiatannya.
-Fenwick
: Suatu masyarakat politik yang diorganisasi secara tetap, menduduki suatu
daerah tertentu dan hidup dalam batas daerah tersebut dan bebas dari pengawasan negara lain.
-Henry C Black
: Sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu wilayah

yang tetap diikat oleh ketentuan hukum yang berdaulat, mengawasi daerah perbatasannya,
mampu menyatakan perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional.

-Unsur negara menurut pasal 1 Konvensi Montevideo :
1. rakyat
2. Wilayah
3. Pemerintah
4. Pengakuan negara lain

-Oppenheim Lauterpacht :
1. Rakyat : Sekumpulan masyarakat yanfg teroganisasi dengan baik
2. Wilayah : Harus ada daerah dimana rakyat tersebut menetap
3. Pemerintah : beberapa orang yang mewakili rakyat memerintah menurut hukum negerinya
4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain
5. Harus dapat mempertanggung jawabkan tindakan pejabatnya terhadap negara lain.
6.Hraus merdeka

1. II.

Kasus Indonesia


-Wilayah : tidak diragukan lagi.
-Penduduk : Tidak diragukan lagi.
-Pemerintah : UUD 1945
-Hubungan dengan negara lain : Pasal 11 UUD 1945 tentang kewenangan pemerintah
mengadakan hubungan luar negeri

Contoh Hubungan Internasional yang Diadakan Oleh Indonesia :
Dengan Inggris tentang pengembalian tawanan perang sekutu (recovery of Allied,
Prisoners and Interness)
Pengakuan Indonesia secara de facto dan de jure dari Inggris, Amerika Serikat, India,
Mesir, Syria, Irak dan Australia.
-

Serangkaian perundingan dengan Belanda

1. III.

Negara Mikro


Laporan kerja tahunan PBB tahun 1966-67 yang menyatakan bahwa sepanjang unsur-unsur
negara sebagaimana yang tersebut dalam konvensi Montevideo maka negara mikro tetap negara
menurut hukum Internasional.
Contoh : San Marino, Sealand, Monaco, Vatikan, Liechtenstein.

1. IV.

1.
2.
3.
4.
5.

Bentuk-Bentuk Negara

Negara kesatuan
Dependent States
Federal States
Members of Commonwealth
Negara Netral


1. Negara Kesatuan
Yaitu suatu negara yang memiliki suatu pemerintahan yang bertanggung jawab mengatur seluruh
wilayahnya.
Contoh : Indonesia, Myanmar, Srilangka dan Singapura. Perancis dan Inggris pun juga.

1. Dependent States
Negara yang bergantung kepada negara lain karena adanya pengawasan dari negara lainnya,
perjanjian, persetujuan menyerahkan hubungan luar negeri kepada negara lain atau karena
adanya pendudukan sebagai akibat perang.

Ciri-ciri dependent states :
1.
2.
3.
4.

Tidak mampu mengadakan hubungan luar negeri
Yurisdiksi (hukum) dan pemerintahannya berada di negara lain
Kekuasaan luar negeri nya ada di negara lain secara politik

Adanya campur tangan dari negara lain secara politik

5. Subyek hukum dengan ciri khusus yang dapat muncul dalam masyarakat internasional
hanya untuk maksud-maksud tertentu
6. Tidak merdeka untuk melaksanakan tindakan organ-organnya

Bentuk-Bentuk dependent States

a.1 Negara Protektorat (Vasal)
Negara yang kekuasaan luar negerinya berada dibawah kekuasaan negara lain seluruhnya.

Bentuk Negara Protektorat=
1. Protektorat Eropa terhadap negara kecil
Contoh : Swiss – Leichtenstein, Perancis – Monaco, Itali – San Marino.

1. Protektorat Non Eropa
Contoh : Perancis – Maroko dan Tunisa

1. Protektorat non Eropa terhadap negara yang dilindungi yang sebelumnya tidak
mempunyai International Personality


1. Protektorat Koloni : Perlindungan terhadap wilayah yang tidak terorganisir secara politis.
Contoh : Inggris – Toro dan Uganda

a.2 Wilayah Trust/mandat (perwalian)
Wilayah yang tidak mampu mengadakan hubungan dengan fihak asing tanpa dukungan negara
lain.

Ciri negara perwalian :
1.
2.
3.
4.
5.

Meningkatkan keamanan politik, ekonomi, sosial dan pendidikan
Penduduk diperlakukan atas dasar persamaan sosial ekonomi
Wilayah perwalian ikut memelihara perdamaian dunia
Wilayah tertentu dapat dijadikan wilayah strategis
Dewan Perwalian memiliki fungsi pengawas yang membatasi tindakan negara yang

mewakili

a.3 Negara Federal
Wewenang dalam negeri dibagi menurut konstitusi antara pejabat federal dan anggota federasi
sedangkan urusan luar negerinya dipegang pemerintah federal.

a.4 Negara anggota persemakmuran

a.5 Negara Netral
Suatu negara yang kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu
perjanjian bersama negara besar dan negara ini tidak akan pernah berperang melawan negara lain
kecuali untuk mempertahankan diri dan tidak akan melakukan aliansi yang dapat menimbulkan
peperangan.

Tujuan Netralisasi :
1. Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat
2. Melindungi kemerdekaan negara netral

Kewajiban negara Netral Menurut D.Pd O’Connell :
1. Terlepas dari tindakan yang ofensif kecuali di agresi pihak lain.

2. Tidak memihak kepada negara super power manapun dalam hal politik.

Kewajiban Negara Menurut J.G Starke :
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak terlibat dalam pertikaian kecuali untuk membela diri
Tidak membuat perjanjian yang menimbulkan pertikaian
Mempertahankan diri dari serangan
Menaati ketentuan netralitas saat terjadi perang
Tidak membiarkan campur tangan asing dalam urusan dalam negerinya

Kewajiban Negara Yang Memberikan Netralitas
1. Tidak menyerang wilayah netral
2. Melakukan intervensi militer jika negara netral diserang

1. V.


Intervensi

Lauterpacht : Intervensi adalah campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap
urusan dalam negeri lain.
Pasal 2 ayat 4 dan ayat 7 Piagam PBB : PBB dilarang untuk campur tangan dalam urusan
domestik suatu negara

Bentuk Intervensi menurut J.G. Starke :
1. Intervensi Internal
2. Intervensi external
3. Intervensi Punitive

Pengecualian Prinsip Intervensi :
1. Negara protektorat telah diberikan hak intervensi dalam perjanjian negara yang minta
perlindungan
2. Jika ada negara yang melanggar perjanjian pelarangan intervensi maka negara lain dalam
perjanjian itu boleh mengintervensi negara tersebut.

3. Jika ada negara yang melanggar perjanjian pelarangan intervensi maka negara lain boleh

mengintervensi negara tersebut.
4. Jika warga negara dilakukan semena-mena oleh negara lain, maka negara lain tersebut
boleh mengintervensi
5. Intervensi sah bila dilakukan bersama oleh suatu organisasi internasional terhadap negara
anggotya atas dasar kesepakatan
6. Intervensi sah apabila diminta oleh pemerintah yang sah dari suatu negara

Jenis Intervensi yang diperbolehkan menurut J.G. Starke :
1.
2.
3.
4.

Kolektif Intervensi
Melindungi hak-hak warga negaranya di luar negeri
Melindungi negara protektorat
Suatu negara melanggar hukum internasional

1. VI.


Doktrin Hak dan Kewajiban Dasar Negara

Hak-Hak Negara Menurut Declaration of the Rights and Duties :
1.
2.
3.
4.

Hak kemerdekaan (pasal 1)
Hak melaksanakan yuridiksinya sendiri (pasal 2)
Hak mendapatkan kedudukan hukum yang sama dengan negara lain
Hak mempertahankan diri dan kolektif

Kewajiban Negara Menurut Declaration of the Rights and Duties:
1. Tidak mengintervensi negara lain (pasal 3)
2. Tidak menggerakan pergolakan sipil di negara lain (pasal 4)
3. Memperlakukan rakyatnya sesuai HAM (pasal 6)
4. Menjaga perdamaian dan keselamtan internasional di wilayahnya (pasal 7)
5. Menyelesaikan sengketa secara damai (pasal 8)
6. Tidak menggunakan kekuatan / ancaman senjata (pasal 9)
7. Tidak membantu pasal 9
8. Tidak mengakui wilayah yang didapat dengan kekerasan (pasal 12)
9. Melaksanakan kewajiban internasional dengan itikad baik (pasal 13)
10. Mengadakan dengan negara lain (pasal 14)

Hak-Hak negara menurut J.G.Starke :
1.
2.
3.
4.

Mengatur masalah dalam negerinya
Menerima dan mengusir orang asing
Memiliki kekebalan dan hak diplomatik di luar negeri
Memiliki yuridiksi terhadap perbuatan kriminal di dalam negerinya

Kewajiban negara menurut J.G Starke :
1. Tidak menganggu negara lain
2. Mencegah rakyatnya untuk membahayakan negara lain
3. Tidak ikut campur urusan negara lain

1. VII.

Doktrin Monroe

Prinsip non kolonisasi, yaitu amerika menjamin tidak ada wilayahnya yang boleh di
kolonisasi negara lain
-

Prinsip non intervensi

1. VIII.

Doktrin Persamaan Kedudukan Negara

J.L Brierly : Persamaan (equality) disini harus dibaca sebagai persamaan hukum (legal
equality)

1. IX.

Ketentuan Hubungan Bertetangga Antar Negara

Yaitu suatu negara dilarang untuk menggunakan wilayahnya yang dapat merugikan atau
mengancam kepentingan negara lain.

Dokumentasi dan Yurisprudensi prinsip ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Draft declaration on the rights and duties of states
Kasus Yunani (1946-1949)
Kasus Trail Smelter Arbitration (1941)
Kasus corfu Channel Merits (1949)
Piagam PBB 1945 pasal 24
Resolusi Majelis umum PBB 1947

1. X.

Hidup Berdampingan Secara Damai

Contoh Kristalisasi Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai
1. Hasil Konferensi Asia Afrika , Bandung 1955
2. Treaty on Tibet (Cina – India , peking 29 april 1954)

1. Hasil konferensi Asia Afrika
2. Menghormati HAM, tujuan dan asas-asas PBB
3. Menghormati kedaulatan setiap bangsa
4. Mengakui persamaan derajat semua ras dan bangsa
5. Tidak intervensi negara lain
6. Menghormati hak setiap bangsa sesuai piagam PBB
7. Tidak menekan negara lain
8. Tidak mengagresi negara lain
9. Penyelesaian persengketaan sesuai cara damai piagam PBB
10. Timbal balik dan kerja sama
11. Menghormati keadilan dan kewajiban Internasional

1. Isi Treaty on Tibet (Cina – India , peking 29 april 195

1.
2.
3.
4.
5.

Mutual respector for each others teritorials integrity and soveregnity
Mutual non agression
Mutual non interference in each others affairs
Equality and mutual benefit
Peaceful co-existence

1. XI.

Kedaulatan Negara Atas Kekayaan Alam

Resolusi Majelis Umum PBB 21 desember 1952 : Hak setiap negara untuk memanfaatkan
secara bebas kekayaan alamnya (economic self determination)
Prinsip Permanent Soveregnity (Permanent Soveregnity Principle) : Kedaulatan permanen
terhadap kekayaan alam di dasar laut dan tanah dibawahnya dan di perairan laut yang masih
berada dalam yuridiksi nasional suatu negara.
Pasal 1Covenant on Economic, social and cultural 16 desember 1966 dan pasal 1 covenant
on civil and political rights 16 Desember 1966 : hak suatu negara untuk memanfaatkan secara
bebas kekayaan alamnya
Resolusi majelis umum PBB tentang Permanent Soveregnity over natural Resourches
1974 : Menegaskan kedaulatan negara untuk mengawasi kekayaan alamnya
Konverensi Stockholm 1972 : Negara-negara memiliki hak berdaulat untuk memanfaatkan
kekayaan alamnya.

BAB II
Pengakuan
Brierly : pengakuan negara adalah tindakan politik dan bukan tindakan hukum.
Lauterpacht : pengakuan negara bukanlah tindakan hukum.

Pengakuan dalam hukum Internasional adalah tindakan politis suatu negara untuk mengakui
negara baru sebagai subyek hukum internasional yang mengakibatkan hukum tertentu

JB Moore : pengakuan adalah jaminan yang diberikan negara baru bahwa negara baru tersebut
diterima sebagai masyarakat internasional

Fungsi pengakuan : memberikan tempat yang sepantasnya kepada suatu negara baru sebagai
masyarakat internaional.

Lauterpach dan Chent : menganggap pengakuan adalah suatu kewajiban hukum

Ian Brownlie : pengakuan adalah tindakan optional

Podesta Costa : Pengakuan adalah tindakan fakultatif, suatu negara bebas untuk mengakui atau
tidak mengakui

DJ Harris : A state may exisit without being recognised, and it does exist in fact, then, wether or
not it has been formally recognised by other states, it has a right to be treated by them as a state.
“suatu negara tetap eksis (ada) walaupun tanpa diakui, dan itu tetap eksis (ada) secara fakta,
apakah diakui atau tidak diakui secara formal oleh negara lain, negara tersebut tetap mempunyai
hak untuk diperlakukan sebagai suatu negara.

Oppenheim : pengakuan tidak berlaku prinsip “berlaku surut” artinya suatu saat negara boleh
tiba-tiba tidak mengakui negara yang dahulu pernah diakuinya.

Pengakuan prematur / pengakuan terburu-buru : memberikan pengakuan terhadap suatu negara
yang belum memiliki syarat minimal negara.

Bentuk-Bentuk Pengakuan

1. a.

Pengakuan negara baru

Institut Hukum Internasional : Tindakan negara mengakui suatu masyarakat yang mendiami
wilayah tertentu untuk menjadi anggota masyarakat internasional

Teori Pengakuan
Teori Konstitutif : Suatu negara menjadi subyek hukum internasional hanya melalui
pengakuan
Teori Deklaratif : suatu negara menjadiii subyek hukum internasional karena
kemampuannya sendiri / situasi nyata.

Macam-macam pengakuan negara
Pengakuan kolektif : Dalam bentuk deklarasi bersama atau karena perjanjian multilateral
kepada suatu negara baru.
Pengakuan terpisah : pengakuan hanya kepada pemerintahannya namun tidak kepada
negaranya atau sebaliknya.
Pengakuan mutlak : Pengakuan de jure yang sudah diberikan tidak dapat dikembalikan,
sedangkan secara de facto bisa ditarik kembali.
Pengakuan bersyarat : pengakuan dengan syarat-syarat tertentu yang harus dilaksanakan
negara baru.

Pengakuan pemerintah baru.
Bergantinya pemerintah tidak mempengaruhi pegakuan terhadap suatu yang permanen
negara jika dilakukan dengan cara yang konstitusional.

Kriteria mengakui suatu pemerintahan baru :
1. Pemerintahan yang permanen
2. Pemerintah yang ditaati rakyatnya

3. Penguasaan wilayah secara efektif

Doktrin Pengakuan Pemerintahan Baru

1. Doktrim legitimasi
Mengakui keabsahan setiap pemerintaha yang dibentuk secara konstitusional
1. Doktri de facto-isme
Mengakui keabsahan setiap pemerintahan dengan melihat fakta pemerintahan baru dalam suatu
negara

Macam-Macam Pengakuan Pemerintahan Baru
1. Pengakuan de facto
Pengakuan secara faktanya saja
1. Pengakuan de jure
Pengakuan secara tertulis

Doktrin Tobar
Pemerintah yang menggulingkan pemerintahan sebelumnya dengan cara-cara yang
inkonstitusional tidak akan mendapat pengakuan

Doktrin Estrada
Hubungan diplomatik suatu negara harus terus berlangsung walaupun negara tersebut sedang
dilanda perebutan kekuasaan

Pengakuan Sebagai Pemberontak

Pemberontak mendapat pe ngakuan dari hukum internasional sebagai subyek hukum
internasional

Pengakuan Beligerensi
Beligerensi adalah Pemberontak yang sudah cukup kuat dan menentang pemerintah yang
berkuasa

Syarat diberikannya pengakuan beligerensi :
-

Adanya perang sipil yang diikuti oleh perang terbuka

-

Adanya pendudukan wilayah tertentu

-

Pemberontak mempunyai pemimpin dan menaati hukum perang

-

Sikap dari negara ketiga

Pengakuan wilayah baru secara tidak sah
Suatu negara tidak memberikan pengakuannya kepada suatu negara atau pemerintah yang
menggunakan cara tidak sah dalam mendapatkannya

Cara-cara pemberian pengakuan

1. A.

Pengakuan tegas

-

Deklarasi / pernyataan umum

-

Perjanjian

1. B.

Pengakuan diam-diam

-

Tidak dilakukan secara formal namun dengan c

-

ara diam-diam

Indikasi pengakuan diam-diam
-

Pemberian ucapan selamat kepada kepala negara baru

-

Pengiriman perwakilan negara

-

Surat menyurat

-

Perpanjangan hubungan diplomatik

-

Memberikan suara agar diterima sebagai anggota PBB

-

Membuat perjanjian

Akibat Hukum Perjanjian

Hak-hak akibat pengakuan
-

Dapat mengadakan hubungan diplomatik

-

Kekebalan diplomatik

-

Dapat menuntut

-

Mendapat harta benda yang berasal dari penguasa terdahulu

-

Tindakannya dianggap sah

-

Perjanjiannya diakui

Akibat tidak diakui / non-recognition
-

Tidak dapat menuntut

-

Tidak dapat mengadakan hubungan diplomatik

-

WN tidak boleh masuk kenegara lain

-

Perjanjian tidak berlaku

Bab iii
Kedaulatan teritorial

Pengertian
-

Kedaulatan melaksanakan hukumnya di wilayahnya sendiri

Tipe rezim wilayah suatu negara
-

Kedaulatan teritorial

-

Tidak berada di bawah kedaulatan negara lain

-

Wilayah yang tidak berada di dalam kedaulatan suatu negara (res nullius)

-

Wilayah yang tidak dapat berada di bawah suatu kedaulatan tertentu (res communis)

Cara-cara memperoleh wilayah
1. Occupation (kependudukan)

Pendudukan terhadap terra nullius atau wilayah yang sebelumnya belum menjadi milik siapasiapa. Okupasi dibagi dua menjadi penemuan dan pengaturan.
1. Aneksasi / penaklukan
Cara pemilikan suatu wilayah dengan cara kekerasan.
1. Akresi
Perolehan suatu wilayah baru karena proses alam
1. Preskripsi
Pemilikan suatu wilayah oleh suatu negara yang telah didudukinya dalam jangka waktu yang
lama dan dengan sepengetahuan pemiliknya.
Syarat preskripsi sah menurut fauchille dan Johnson
A titre de souverain / memperlihatkan kekuasaan negara dan tidak ada negara lain yang
mengklaimnya
-

Terus menerus dan damai

-

Diumumkan ke fihak lain / publik

-

Pemilikan harus berlangsung terus
1. Cession (cessi)

Pengalihan wilayah secara damai dari satu negara ke negara lain.
1. Plebisit / plebicite
Pengalihan wilayah melalui pemilihan penduduknya
Kedaulatan Negara atas Ruang Udara
Konvensi Chicago 1919 : setiap negara memiliki yurisdiksi eksklusif untuk mengontrol ruang
udara di atas wilayahnya
Kedaulatan Negara atas Ruang angkasa
Kedaulatan negara atas daerah perbatasan
1. Kedaulatan negara atas daerah perbatasan
2. Kedaulatan negara atas sungai

Negara lain tidak boleh berlayar di sungai milik negara lain tanpa izin.
Kedaulatan Negara atas wilayah laut

Kedaulatan negara atas wilayah laun mencakup :

1. Perairan Pendalaman
Perairan yang berada di sisi darat suatu negara
1. Laut Teritorial
Maksimal 12 mil diukur dari garis pangkal
1. Selat
Negara yang berada di tepi selat juga mempunyai kedaulatan penuh diatasnya.
1. Jalur Tambahan
Zona tambahan yang berada di luar laut teritorial dimana negara berhak mengatur tentang bea
cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan. Maksimal 24 mil.
1. Landas kontinen
Meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya maksimal 200 mil dari garis pantai
1. Zona Ekonomi Eksklusif
Tidak lebih dari 200 mil dari garis pantai.
Yurisdiksi yang dimiliki negara ZEE :
1. Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan
2. Riset ilmiah kelautan
3. Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
1. Laut Lepas
Laut lepas itu res cummunis / bebas.
Kebebasan yang ada pada laut lepas adalah :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berlayar
Penerbangan
Memasang kaebl dan pipa bawah laut
Membangun pulau buatan dan instalasi lainnya
Menangkap ikan
Riset ilmiah

1. Kawasan
Adalah dasar laut dan dasar samudera serta tanah dibawahnya diluar batas-batas yuridiksi negara

Servitudes
Hak-hak suatu negara yang berada di negara lain.
Bab IV
Jurisdiksi

Jurisdiksi adalah Kekuasaan hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa.

Yang menyebabkan lahirnya Jurisdiksi :
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Yudikatif

Bentuk-Bentuk Jurisdiksi :

1. 1.

Prinsip Teritorial

Setiap negara mempunyai jurisdiksi terhadap kejahatan yang dilakukan di dalam teritori nya

Prinsip teritorial berlaku pada
1.
2.
3.
4.
5.

Hak Lintas di laut teritorial
Prinsip jurisdiksi teritorial terhadap kapal berbendera asing di laut teritorial.
Pelabuhan
Terhadap Orang Asing
Jurisdiksi Teritorial terhadap pelaku tindak pidana

Pengecualian Terhadap Jurisdiksi Teritorial
1.
2.
3.
4.
5.

Negara dan kepala negara
Perwakilan Diplomatik dan konsuler
Kapal Pemerintah Negara asing
Angkatan bersenjata asing
Organisasi Internasional

1. Jurisdiksi dengan prinsip personal (nasionalitas)
Suatu negara dapat mengadili warga negaranya terhadap kejahatan yang dilakukannya
dimanapun juga.

Macam Jurisdiksi dengan prinsip personal (nasionalitas)
1. Jurisdiksi dengan prinsip nasionalitas aktif
Negara memiliki jurisdiksi terhadap warga negaranya yang melakukan tindak pidana di luar
negeri
1. Jurisdiksi dengan prinsip nasionalistas pasif
Negara memiliki jurisdiksi untuk mengadili orang asing yang melakukan tindak pidana
terhadap warga negaranya di luar negeri.

1. 3.

Jurisdiksi dengan prinsip perlindungan

Negara dapat melaksanakan jurisdiksinya terhadap warga negara asing yang melakukan
kejahatan di luar negeri yang mengancam negaranya

1. 4.

Jurisdiksi dengan prinsip universal

Negara mempunyai jurisdiksi untuk mengadili tindak kejahatan tertentu

1. 5.

Jurisdiksi Berkenaan dengan pesawat udara

1. Konvensi Tokyo 1963
Mengatur dan berlaku terhadap kejahatan diatas pesawat apapun yang didaftarkan di negara
peserta konvensi ketika pesawat sedang terbang atau sedang berada di atas laut lepas atau diatas
wilayah yang bukan milik suatu negara (terra nullius)

1. Konveksi Den Haag 1970
Ketentuan jurisdiksi diatur dalam pasal 4, yaitu manakala kejahatan :
-

Di lakukan diatas kapal suatu negara dimana pesawat didaftarkan di negara tersebut

-

Mendarat di wilayahnya dan pelaku masih di pesawat

Dilakukan diatas pesawat yang diserahkan kepada penyewa yang berkedudukan di negara
tersebut

1. Konveksi Montreal 1971
Ketentuan jurisdiksi diatur dalam pasal 5, yaitu manakala kejahatan :
-

Dilakukan di wilayah negaranya

-

Dilakukan diatas pesawat yang didaftar di negaranya

-

Pesawat mendarat di wilayahnya dan pelaku masih di pesawat

Dilakukan diatas pesawat yang diserahkan kepada penyewa yang berkedudukan di negara
tersebut

BAB V
Tanggung Jawab Negara

1. I.

Sifat dan Macam-Macam tanggung jawab negara

Latar belakang : Tidak ada satu negara pun yang boelh menggunakan hak-haknya tanpa
menghormati hak-hak negara lain.

Faktor-faktor dasar tanggung jawab negara :
-

Kewajiban Hukum internasional antara dua negara atau lebih

-

Perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum internasional

-

Timbul kerugian akibat melanggar hukum

1. a.
-

Tanggung jawab perdata dan tanggung jawab pidana

Aliran tradisional : tidak ada perbedaan

-

Aliran non tradisional : perlu ada pembedaan karena :
 Perkembangan Jus Cogens
 Lahirnya tanggung jawab pidana individu dalam hukum internasional
 Lahirnya piagam PBB

-

1. b.

Macam-macam tanggung jawab negara

1. 1.

Tanggung jawab perbuatan melawan hukum / delictual liability

Eksplorasi ruang angkasa

Negara peluncur satelit bertanggung jawab absolut terhadap satelitnya

-

Eksplorasi Nuklir

Negara bertanggung jawab atas segala resiko yang ditimbulkannya

-

Kegiatan lintas batas nasional

1. 2.

Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian / contractual liability

-

Pelanggaran suatu perjanjian

-

Pelanggaran kontrak
 Teori Lord Palmerston ( 1848) : Negara kreditor berhak campur tangan secara diplomati
atau bahkan militer
 Teori Drago (MenLu Argentina 1902) : Negara tidak boleh meng intervensi secara
meiliter kepada negara debitur
 Tidak ada ketentuan bagaimana negara debitur membayar utang-utangnya

1. Pengecualian tanggung jawab negara atas pelanggaran perjanjian

-

Dilakukan dengan persetujuan negara yang dirugikan

-

Upaya sah menurut hukum internasional karena adanya pelanggaran internasional

-

Force majeure / keadaan memaksa

-

State of Necessity / tindakan yang sangat diperlukan negara

-

Self defense / bela diri

1. II.

Teori Kesalahan

Teori objektif / teori resiko : Tanggung jawab negara mutlak, maksudnya jika ada pejabat
atau agen negara yang merugikan orang lain maka negaranya bertanggung jawab tidak peduli
salah atau benar

Teori subjective / teori kesalahan : Tanggung jawab negara ditentukan oleh adanya unsur
kesalahan (dolus) atau kelalaian (culpa) pada pejabat atau agen negara

III. Exhausted of local remedies
Sebelum mengajukan tuntutan ke pengadilan internasional, langkah-langkah penyelesaian
sengketa (local remedies) yang disediakan negara harus terlebih dahulu ditempuh (exhausted)

1. Doktrin Imputabilitas
Negara sebagai suatu kesatuan hukum yang abstrak tidak dapat melakukan tindakantindakan yang nyata

1. V.

Ekspropriasi

-

Menasionalisasi atau mengambil alih perusahaan dagang negara penjajahnya

-

Syarat diperbolehkannya ekspropriasi

1.
2.
3.
4.

Tidak dilaksanakannya hak-hak pemilikan perusahaan oleh negara yang bersangkutan.
Untuk kepentingan umum / Public purpose
Adanya ganti rugi yang pantas
Nondiskriminasi

1. VI. Tanggung jawab terhadap kejahatan internasional selain daripada
pelanggaran kewajiban perjanjian

1. Perlakuan terhadap orang asing
Negara berkembang : cenderung mengurangi hak-hak dan keistimewaan warga negara
asing di dalam negerinya.
Megara maju : menginginkan perlindungan modal, harta benda dan warga negaranya di
luar negeri

1. Internasional minimum standart melawan national treatment standart
Pandangan pertama : suatu negara harus memberlakukan warga negara asing dengan
perlakuan internasional minimun standart
Pandangan kedua : memberlakukan Orang asing tidak beda sebagaimana memperlakukan
warga negaranya (national treatment standart)

Teori Carlos Calvo / Calvo Clause / Doktrin Calvo

Prinsip non intervensi yang disertai penegasan bahwa orang asing hanya berhak diperlakukan
seperti halnya warga negaranya dan karenanya untuk menuntut ia harus menempuh cara-cara
yang tersedia di dalam negara tersebut.

Latar belakang Teori Carlos Calvo / Calvo Clause / Doktrin Calvo
Orang asing mempunyai hak perlindungan sama dengan warga negara tersebut dan tidak
boleh menuntut perlindungan yang lebih besar.
Menuntut hak perlindungan yang diberikan oleh negara dimana ia tinggal tidak sesuai
dengan hak persamaan antara negara (the rights of equality of nations)

1. VII.

Tanggung Jawab negara dan lingkungan

Negara bertanggung jawab akibat timbulnya kerugian terhadap negara lain akibat penggunaan
lingkungan.