AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Sistem Pengendal

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
“Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Sutaryo, S.E., M.Si. Ak

Oleh: Kelompok 8
Agus Eko Yulianto

(F1316008)

Nur Dzatu Ummu Khollila

(F1316075)

Riza Nurul Afsari

(F1316088)

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016/2017

A. SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan
jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Aktivitas pengendalian manajemen yaitu: (1) perencanaan, (2)
koordinasi, (3) komunikasi, (4) pengambilan keputusan, (5) memotivasi, (6) pengendalian,
dan (7) penilaian kinerja. Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan terjadi karena ada
kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian
manajemen.

B. TIPE PENGENDALIAN MANAJEMEN
Dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok:
1. Pengendalian preventif: terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan
strategik yang dijabarkan dalam bentuk program.
2. Pengendalian operasional: terkait dengan pengawasan pelaksanaan program
melalui alat berupa anggaran (untuk menghubungkan perencanaan dan
pengendalian).

3. Pengendalian kinerja: berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur
kinerja yang ditetapkan.
C. STRUKTUR PENGENDALIAN MANAJEMEN
Struktur

organisasi

diwujudkan

dalam

bentuk

struktur

pusat

pertanggungjawaban (unit organisasi yang dipimpin manajer yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dimpinnya). Tujuan pusat
pertanggungjawaban adalah:

1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya,
2. Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi,
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence
4. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit yang berkompetensi sehingga
mengurangi beban tugas manajer pusat,

5. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan,
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien,
7. Sebagai alat pengendalian anggaran.
Pusat pertanggungjawaban ada empat jenis yaitu:
a. Pusat biaya
Prestasi manajernya dinilai berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan. Output
yang dihasilkan pada sektor publik seringkali ada akan tetapi tidak dapat diukur
atau hanya dapat diukur secara fisik tidak dalam nilai rupiahnya.
Contoh pusat biaya: departemen produksi dinas sosial, dinas pekerjaan umum.
b. Pusat pendapatan
Prestasi manajernya dinilai berdasarkan pendapatan yang dihasilkan,
contohnya dinas pendapatan daerah dan departemen pemasaran.
c. Pusat laba

Input (expense) dengan output (revenue) dibandingkan dalam satuan moneter.
Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan, contohnya BUMD,
BUMN, bandara, dan pelabuhan.
d. Pusat investasi
Prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan
investasi yang ditanamkan pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
Contohnya departemen riset dan pengembangan.
Pusat pertanggungjawaban menjadi dasar untuk perencanaan dan pengendalian
anggaran serta penilaian kinerja. Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian
anggaran biasanya banyak diketahui bagian departemen anggaran. Fungsi departemen
anggaran adalah:
a. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggaran,
b. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran,
c. Membantu mengkomunikasikan anggaran ke seluruh bagian organisasi,
d. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi pada budgetee
dan manajer pusat pertanggungjawaban,

e. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, menginterpretasikan hasil, dan
menyiapkan ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban,
f. Menyiapkan pembuatan revisi anggaran jika diperlukan.

D. PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Proses pengendalian dapat dilakukan dengan cara komunikasi formal dan informal.
Saluran komunikasi formal terdiri dari aktivitas formal dalam organisasi yang terdiri dari:
1. Perumusan strategi,
2. Perencanaan strategik,
3. Penganggran,
4. Operasional, dan
5. Evaluasi kinerja.
Saluran informasi dapat dilakukan dengan komunikasi langsung yaitu pertemuan
informal, diskusi, atau melalui metoda management by walking around.
Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dirancang untuk mempengaruhi
orang-orang yang memiliki tujuan personal (individual goal) di dalam organisasi agar
berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi sehingga diperlukan jembatan yang mampu
mengantarkan organisasi mencapai tujuannnya (tercapainya keselarasan antara individual
goal dengan organization goal yang disebut goal congruence). Faktor-faktor yang
mempengaruhi goal congruence yaitu:
a. faktor pengendalian formal
Misalnya sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game),
dan reward & funishmentsystem.
b. faktor informal

Misalnya etos kerja dan loyalitas karyawan yang terdiri atas faktor eksternal
dan internal. Sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur organisasi, gaya
manajemen (management style), dan gaya komunikasi (communication style).

Perumusan Strategi (Strategy Formulation)

Perumusan strategi merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target
(outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Strategi yang dihasilkan dari
proses perumusan strategi merupakan strategi global (makro).
Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan
analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threath). Berdasarkan analisis SWOT
tersebut, organisasi dapat menentukan strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
Strategi perusahaan dapat beruabah atau mengalami revisi (strategy revision), jika
terdapat lingkungan yang berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan
kesempatan (opportunity) misalnya adanya inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah
baru, atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan global.
Analisi Internal
Teknologi yang dimiliki
Sumber Daya

Sumber Daya Alam
Sumber Daya Manusia
Infrastruktur, dsb

Analisis Eksternal
Ekonomi,Sosial, Politik
Peraturan
Trend global
Teknologi baru

Opportunity & Threat
Identifikasi peluang dan ancaman

Strength &Weakness
Identifikasi kekuatan dan kelemahan

Penyesuaian kompetensi dengan peluang dan ancaman
penyes

Strategi

penyes

Proses Perumusan Strategi

Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oleh
sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal dari manajemen
strategik pada sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai dari perumusan
strategi. Olsen dan Eadie (1982) menyatakan proses perumusan strategi terdiri atas lima
komponen dasar, yaitu:
1.

Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi oleh manajemen eksekutif dan
memberikan kerangka strategi serta target yang akan dicapai.

2.

Analisis lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran faktor-faktor
eksternal yang sedang dan akan terjadi serta kondisi yang harus dipertimbangkan.

3.


Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam berbagai faktor.

4.

Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi.

5.

Implementasi dan pengendalian rencana strategik.
Sementara itu, Bryson (1995) membuat model delapan langkah untuk

memfasilitasi proses perumusan strategi, yaitu:
1.

Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategik.

2.


Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi.

3.

Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi.

4.

Menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).

5.

Menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan).

6.

Identifikasi isu strategik yang sedang dihadapi organisasi.

7.


Perumusan strategi untuk me-manage isu-isu.

8.

Menetapkan visi organisasi untuk masa depan.

Perencanaan Strategik (Strategic Planning)
Perencanaan strategik adalah proses penentuan program-program, aktivitas, atau
proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi
sumber daya yang akan dibutuhkan.
Perbedaannya dengan perumusan strategi adalah perumusan strategi merupakan
proses untuk menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategik berupa rencana-

rencana strategik (strategic plans). Dalam proses perumusan strategi, manajemen
memutuskan visi, misi, dan tujuan organisasi serta strategi untuk mencapai tujuan
organisasi. Perencanaan strategik merupakan proses menurunkan strategi dalam bentuk
program-program.
Proses strategik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan
skedul yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan
strategik akan mengalami masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja
anggaran (budget workload) yang terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat
sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang salah. Orientasi dilakukannya manajemen
strategik pada organisasi publik menuntut adanya strategic vision, strategic thinking,
strategic leadership, dan strategic organization.
Manfaat perencanaan strategik bagi operasi :
1. Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif,
2. Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan,
3. Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang
optimal,
4. (efektif dan efisien),
5. Sebagai rerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek,
6. Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara
lebih jelas, dan
7. Sebagai alat untuk memperkecil rentrang alternatif strategi.
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi
antara manajer puncak dengan manajer level bawahnya. Hal ini mendorong terwujudnya
goal congruence.
Mengubah Perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata
Perencanaan strategik dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan
memberikan arahan perubahan. Perencanaan strategik perlu ditranslasikan dalam bentuk
tindakan – tindakan konkrit, untuk itu perencanaan strategik harus didukung hal hal
berikut :

a. Struktur pendukung, baik secara manajerial maupun political will,
b. Proses dan praktik impelmentasi di lapangan,
c. Kultur organisasi.
Desain sistem pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi
yang sesuai, perlu dilakukan restrukturisasi dan reorganisasi (instituonal reform) agar
selaras dengan strategi dan desain sistem pengendalian manajemen. Restrukturisasi
tersebut didasari pada prinsip :
a. Perubahan struktur organisasi hendaknya dapat meningkatkan kapasitas untuk
mencapai strategi yang efektif. Konsekuensinya adalah adanya penghapusan unit –
unit yang disfungsional atau demerger dengan unit lain yang hamper sama fungsinya,
sehingga overlapping antara unit kerja dapat dihilangkan.
b. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan
kebijakan hingga level bawah. Visi, misi dan tujuan organisasi harus selalu
dikomunikasikan dan ditanamkan ke seluruh anggota organisasi baik melalui
komunikasi formal maupun informal.
c. Dewan bertanggung jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi . Kebijakan
dan otorisasi alokasi sumber daya, dan menilai kinerja manajemen (eksekutif)
Perencanaan strategik tidak akan efektif jika prosedur dan sistem pengendalian
tidak sesuai dengan strategi. Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja dan
kesediaan anggota untuk melakukan perubahan, harus didukung dengan budaya
organisasi yang kuat serta diikuti dengan perubahan perlaku dan sikap anggota organisasi
untuk melaksanakan program – program secara efektif dan efisien.
Penganggaran
Tahapan Penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik
merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada organisasi sektor publik
memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan penganngaran pada sektor swasta.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan tahapan akhir dari proses pengendalian manajemen
yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Pengendalian manajemen melalui
sistem penilaian kinerja dilakukan dengan cara menciptakan mekanisme reward &

punishmen, sistem ini juga harus didukung dengan manajemen kompensasi

yang

memadai. Insentif posistif bagi pencapaian tujuan disebut penghargaan (reward),
sedangkan insentif negatif jika tujuan tidak tercapai disebut hukuman (punishmen).
Contohnya penghargaan yang bersifat finansial misalnya berupa kenaikan gaji, bonus,
tunjangan. Dan imbalan yang bersifat psikologis berupa promosi jabatan, penambahan
tanggung jawab dan kepercayaan, otonomi yang lebih besar, penempatan kerja yang lebih
baik.