Sistem Keseimbangan makalah koko 1 Biofi (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata
yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya
adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk
memberikan pengertian visual.
Tatkala mengamati alam terbuka disekitar akan segera disaksikan beragam
benda terjauh dan terdekat dari anda dengan segala bentuk, warna, dan ukuran
mereka. Pemandangan ini yang anda saksikan tanpa susah payah adalah hasil
beragam reaksi rumit dalam tubuh. Mata manusia memiliki cara kerja otomatis
yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua
bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan
salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat.
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri
dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap
gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga tengah. Telinga
tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian
dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.

Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea
pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran
cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran
tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran
basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan
ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu
akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan
ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ
Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak
melalui saraf pendengaran.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari indra
penglihatan dan pendengaran, juga mekanisme proses penglihatan dan pendengaran pada
manusia.

1

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Fisika Mata Dan Penglihatan
2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi Mata

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa selubung
berserabut putih dan relatif kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian
luar sklera.
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki
diameter sekitar 12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.
 Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan
suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
 Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea
dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
dengan cara merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan
vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,

berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi
menjadi 10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel
kerucut pada lapisan ke-9.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina
ke otak.
 Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan
tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung
sel batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊
– 18̊
.
2

 Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk
serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior
mata).

2.1.2 Retina Sebagai Detektor Cahaya

Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke
otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu
reaksi fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal
listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.
Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :
a. Sel Kerucut
1. Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
2. Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
3. Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
4. Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
5. Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada
region kuning-hijau.
b. Sel Batang
1.
Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
2. Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).
3. Berguna untuk penglihatan perifer.
4. Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut
sekitar 20̊.

5. Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada
region biru-hijau.

2.1.3 Pembedaan Warna
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat
reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai
dengan teori antagonis.
Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang
mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah pada
spectrum. Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara terpisah yang masingmasing mengirimkan impuls-impuls yang dapat dibedakan ke otak. Teori antagonis
3

menganggap bahwa retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam
tanggapan retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang
menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan anggota pasangan lain.
Ukuran saraf batang dan kerucut yang begitu kecilnya, jika dikombinasikan
dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukkan bahwa mereka dapat bertindak
sebagai pemandu gelombang optik, yang secara selektif mentransmisikan energi hanya
di dalam suatu pita gelombang karakteristik sempit bagi saraf batang atau kerucut.
Secara teoritis, energi cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat ditransmisikan

dalam bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada selektivitas warna dalam retina.
2.1.4 Kepekaan Dan Ketajaman Mata
Ada tiga macam ukuran kepekaan / ketajaman mata, yaitu :
a. Ambang kuantum
Ambang kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan untuk
merangsang sebuah tanggapan sensor. Ambang kuantum ini berperan untuk
menentukan ketajaman penglihatan seseorang di tempat gelap seseorang dengan
ambang kuantum yang baik, akan memiliki penglihatan yang lebih baik di tempat
gelap, artinya dengan sedikit foton saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus
(sel batang dan kerucut).
b. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap
cahaya dengan aneka macam panjang gelombang. Penglihatan untuk adaptasi gelap
disebut skotopik dan terang disebut fotopik.
c. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan
diukur dengan pemisahan sudut minimum terhadap dua buah objek dan bukan satu.
Batas terendah teoritis untuk resolusi dua buah titik cahaya adalah sebesar 0,1
mrad, sedangkan pada kenyataannya, dengan penglihatan paling tajam dan kondisi
yang optimum manusia dapat memisahkan sudut pemisahan sekitar 0,2 mrad.

2.1.5 Cacat Mata
a. Miopia (penglihatan dekat)
Karakteristik : titik jauh kurang dari tak berhingga, bayangan jatuh di depan retina.
Penyebab umum : bola mata panjang atau kornea terlalu lengkung.
Diperbaiki dengan : lensa negatif / cekung / minus.
b. Hiperopia (penglihatan jauh)
Karakteristik : titik dekat lebih dari punctum proximum mata normal, yaitu 25 cm,
bayangan jatuh di belakang retina.

4

Penyebab umum : bola mata pendek atau kelengkungan kornea kurang.
Diperbaiki dengan : lensa positif / cembung / plus.
c. Astigmatisme
Karakteristik : benda titik nampak bergaris-garis sedangkan benda bergaris-garis
dilihat baik hanya pada arah tertentu saja.
Penyebab umum : kelengkungan kornea tidak merata.
Diperbaiki dengan : lensa silindris atau lensa kontak keras.
d. Presbiopia (mata tua)
Karakteristik : titik dekat lebih dari 25 cm, titik jauh kurang dari tak berhingga.

Penyebab umum : kurangnya akomodasi.
Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.
e. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang
tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.
Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu
kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara
fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada
umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta
warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor
buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih,
serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf
reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.

2.1.6 Penyakit Mata

a. Ablasio
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). Keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada
usia berapa pun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih
tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita
rabun jauh (miopia) dan pada orang yang anggota keluarganya ada yang pernah
mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata
lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari

5

diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan
cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.
b. Dakriosistitis
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang
berada di dekat hidung dan bersifat menular. Infeksi ini menyebabkan nyeri,
kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya
pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi
nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.
c. Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola
mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati.
d. Katarak
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan
rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi
sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan
cahaya. Dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat
menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning
secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru.
Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama
dengan cahaya ultra violet, radiasi inframerah, radiasi gelombang mikro, radiasi
nuklir, terkena bahan kimia tertentu, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan
hipertensi, usia lanjut, atau cedera (trauma) fisik pada mata.
e. Koloboma
Koloboma adalah lubang yang terdapat pada struktur mata, seperti lensa mata,

kelopak mata, iris, retina, koroid, atau diskus optikus. Lubang ini telah ada sejak
lahir dan dapat disebabkan adanya jarak antara dua struktur di mata. Struktur ini
gagal menutup sebelum bayi dilahirkan. Koloboma dapat terjadi pada satu atau
kedua mata.
Kloboma memengaruhi pandangan, tergantung dari tingkat keparahan sesuai dengan
ukuran dan lokasi. Misalnya, bila hanya sebagian kecil dari iris yang rusak,
pandangan mungkin saja normal. Namun bila terjadi pada retina atau saraf optik,
maka pandangan pasien akan rusak dan sebagian besar lapangan pandang akan
hilang. Kadang-kadang mata dapat mengecil atau mikroftalmos, dan bahkan pasien
dapat menderita penyakit mata lainnya seperti glaukoma.

6

f. Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan bersifat menular.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor alergi, iklim, usia, dan jenis kelamin. Bayi
baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata
(biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin)
untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal.
Konjungtivitis gonokokal disebabkan melalui hubungan seksual (misalnya jika
cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
g. Xerophtalmia (xerosis)
Xerophtalmia (xerosis), penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva
dan kornea mata akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit
ini adalah rabun senja, berkurangnya kemampuan melihat pada saat hari senja.

2.2 Fisika Telinga Dan Pendengaran
2.2.1 Anatomi Telinga
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada
pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls
ke otak untuk diolah.

7

2.2.2. Susunan Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani
(gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi
bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul
getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah
daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan
rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin
yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan
udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan
dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan
bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya
dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai
yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut
adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan
(inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang
berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi
terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara
dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke
jendela oval.
c. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan
labirin membran. 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

Tiga saluran setengah lingkaran
Ampula
Utrikulus
Sakulus
Koklea atau rumah siput

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran
setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan,
dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
8

Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari
tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan
jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela
bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di
antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner,
sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran
basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai
membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang
koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan
ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak
pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut
organ Korti.
2.2.3 Cara kerja indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran
Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di
dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan
menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya
membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan
selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.
Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori
pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
2.2.4 Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah
lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang
ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang
berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke
sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan
yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai
rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel
saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran
natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
2.2.5 Penyakit Pada Telinga
Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan
ketulian total. Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat
9

mengakibatkan gangguan pada keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga
kita harus ditangani oleh dokter spesialis khusus yang disebut otolaryngologist, yang
mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan yang terjadi pada gendang telinga
sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik.
1. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut
othematoma atau popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi dimana
terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan
internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak
berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya aurikel dan
kanal auditori sejak lahir. (encharta ensiklopedi)
2. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan
membuang serumen dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan
menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi
perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi.
Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak
digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada
kulit saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
3. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat:
1. Cedera
2. Gigitan serangga
3. Pemecahan bisul dengan sengaja.
Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di
sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago, menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan. Untuk
membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke
kartilago. Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan
untuk infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik
berdasarkan beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore).
Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat pendengaran kita ini,
misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada sistem penglihatan apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang
tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan
terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang
berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital
kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima
rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian
diinterpretasikan.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut
jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan
mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat.
Pada sistem pendengaran apabila ada getaran suara ditangkap oleh daun telinga maka akan
diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar.
Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam
skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan
membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga
foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran
basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan
listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N.
VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf
pusat yang ada di lobus temporalis.

11

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Eugene. Ilmu Biofisika. Surabaya: Airlangga University Press.
Cameron, John R. 2006. Fisika Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

12