ppt Asuhan keperawatan hernia. pptx

 

HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS
OLEH:
I S T N A A B I D A H M A R D I YA H
NIM 152310101070

DEFINISI
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element
saraf.

Lokalisasi terjadi hernia adalah pada inguina, dinding abdomen, atau diagfragma,
beberapa istilah hernia
1.

reducibel hernia : hernia masih dikembalikan isinya

2.


hernia incarcerata : selalu terisi dan tak dapat dikosongkan kembali

3.

Hernia strangulata merupakan mengakibatkan nekrosisi dari isi abdomen didalamnya
karena tidak mendapatkan darah akibat pembuluhpemasok terjepit. Nekrosis usus
menimbulkan gejala onstruksi klinis. (Tambayong, Jan,2000.)

Tipe
Tipe Sering
1.

Umbilikal / pra-umbilikal

2.

Inguinal ( direk dan indirek )

3.


Femoral

4.

Insisional

Tipe jarang
5.

Epigastrik

6.

Gluetal, lumbal, obulrator.

(Pierce,A,.at al,.2006)

Manifestasi klinis dari hernia yang tidak inkarserata atau strangulata tidak
memberikan gejala apa-apa,kecualai menonjol keluar yang terutama bila
mengejan . Pada hernia inkarserata atau strangulatekarena tidak obstruksi

menimbulkan hiperperistaltis dan akhirnya klonik abdomen.terapiuntuk hernia ini
adalah operasu jika perlu reseksi bagian usus nektrotik. (Pierce,A,.at al,.2006)

2. EPIDEMIOLOGI HNP
Usia yang paling sering terkena HNP adalah usia 30 – 50 tahun. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan
pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat (Isworo Atyanti,2012).

HNP merupakan salah satu

penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di Amerika
Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.
Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari
pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu
rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (Med Unhas, 2016)

http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-Nucleus-Pulposus.pdf
http://perawatku.blog.unsoed.ac.id/fles/2012/05/HNP.pdf

3. Anfs Sistem Persyarafan

Bagian-bagian sistem saraf dapat dikelompokkan berdasarkan
struktur atau fungsinya. Pembagian sistem saraf secara
anatomis atau secara strukturai adalah sebagai berikut
1. Sistem saraf sentral /pusat (SSS), meliputi otak (encephalon)
dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
2. Sistem saraf perifer / tepi (SSP) terdiri dari seluruh saraf di
luar SSS, yang meliputi saraf kranial (nervus cranialis) dan
saraf spinal (nervus spinalis). Saraf kranial adalah saraf yang
membawa impuls dari dan ke otak; sedangkan saraf spinal
adalah saraf yang membawa pesan-pesan dari dan ke
sumsum tulang belakang.

SEL – SEL PADA SISTEM SARAF
a. Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a)

Badan sel atau perikarion

b)


Dendrit

c)

Akson

SYNAPSIS
akson dari satu sel saraf menjalin kontak fungsional dengan dendrit dari sel
saraf lainnyamenggunakan synapsis.
Synapsis
adaiah
titik
persambungan
bagi
transmisi
impuls
Neurotransmitter (transmitter substance) dilepas dari ujung serat saraf guna

saraf.


SISTEM SARAF SENTRAL (OTAK)

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
Cerebrum (Otak Besar)
Cerebellum (Otak Kecil)
Brainstem (Batang Otak)
Limbic System (Sistem Limbik)

1. CEREBRUM
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,
kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan

visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
objek yang ditangkap oleh retina mata.

2. CEREBELLUM
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang
kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol
keseimbangan,
koordinasi
otot
dan
gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan
tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.

3. BATANG OTAK

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar
dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke
pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang
menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

SISTEM SARAF PUSAT (MEDULLA SPINALIS)
Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refeks dalam tubuh. Bagian
ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden.
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih
Terdiri dari Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal yang keluar dari area urutan

korda melalui foramina intervertebral.

SISTEM SARAF PERIFER


Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla
spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf
spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik
yang berhubungan.

a.

Saraf Kranial, terdiri dari 12 pasang . Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari
serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan
serabut motorik.

b.

Saraf Spinal, 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior).


c.

Sistem Saraf Otonom

5. FAKTOR RESIKO
1. P E N I N G K ATA N
INTRA-ABDOMEN
( B AT U K
KRONIS,
K O N S T I PA S I ,
ASCITES,
A N G K AT
B E B A N B E R AT D A N K E G A N A S A N A B D O M E N )
2. K E L E M A H A N O T O T D I N D I N G P E R U T ( U S I A
TUA,
KEHAMILAN,
P R E M AT U R I TA S ,
P E M B E D A H A N I N S I S I YA N G M E N G A K I B AT K A N
HERNIA

INSISIONAL,
O V E RW E I G H T
DAN
O B E S I TA S )

1. PENINGKATAN INTRA-ABDOMEN
a.

Batuk kronis

Pada batuk kronis akan ditemukan tekanan intra abdomial yang meningkat. Hal ini terjadi karena otot perut
juga berfungsi juga sebagai otot pernafasan ekstrinsik yang akan meningkat tekanannya saat terjadi batuk.
Sehingga resiko terkena hernia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
b. Konstipasi
Pada saat sembelit terjadi peningkatan tekanan intra abdomen karena mengedan sehingga terjadi penonjolan
pada kanalis inguinalis yang merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dingding anterior
abdomen.
c. Pekerjaan yang berat
Pekerjaan berat mempunyai hubungan signifikan dengan terjadinya hernia. Pekerjaan berat atau yang
membutuhkan aktivitas fisik yang berat akan meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut sehingga
organ perut (biasanya usus) akan menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot
yang tipis.
d. Ascites
e. Angkat beban berat
f. Keganasan abdomena.

2. KELEMAHAN OTOT DINDING PERUT
a. Usia
Hernia bisa terjadi di semua usia, namun kebanyakan pada usia lanjut. Otot dinding rongga
abdomen pada usia lanjut akan menjadi lemah karena proses degenerasi. Hal
tersebut akan menyebabkan menyebabkan terbukanya kanalis inguinalis sehingga
sebagian usus akan prolaps kedalam anulus inguinalis.
b. Jenis kelamin
HNP banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
c. Overweight dan obesitas
Pada seseorang yang mengalami kelebihan berat badan,
secara alami akan memiliki tekanan internal
yang lebih besar. Berat pada tulang
belakang dan tekanan pada diskus mengalami peningkatkan sehingga jaringan
lemak dan organ internal terdorong dan rawan menjadi hernia
d. Kehamilan
e. Prematuritas
f. Pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional

4 PATOFISIOLOGI
P R O S E S D E G E N E RAT I F A K I B AT P E N U A A N YA N G D I D A M P I N G I P E N U R U N A N P R O T E I N
P O L I S A K A I D A M E N JA D I AWA L T E R J A D I N YA P R O T U R S I ATA U R U P T U R N U K L E U S . K A N D U N G A N
A I R D A L A M N U K L E U S P U L P O S U S M E N U R U N A K I B AT D A R I H I L A N G N YA P R O T E I N
P O L I S A K A R I DA . K E T I K A R U P T U R M E N Y E B A R D I A N U LU S M A K A H A L I N I DA PAT
M E N G A K I B AT K A N P E RTA H A N A N H E R N I A S I N U K L E U S T U R U N .
S T R E S F I S I K D A PAT M E N G A K I B AT KA N L I G A M E N KO N G I T U D I N A L P O S L AT E RA L M E N Y E M P I T
, L I G A M E N M E Y E M P I T M E N I M B U L K A N A D A N YA P E M I S A H D I L E M P E N G T U L A N G
RAWA N , A D A N YA P E M I S A H T E R S E B U T L A M A- L A M A S E RA B U T A N N U LU S R O B E K A K H I R N YA
MENYEBABKAN ANULUS KELUAR.

CONT
Trauma juga bisa menyebabkan HNP,karena dari rauma dapat menyebabkan kompresi
dan fraksi di nukleus,setelah nukleus kompresi dan fraksi dapat mengakibatkan annulus
fbrosusu robek dan akhirnya nukleus robek
HNP dapat melalui jalur servikal dan lumbal,melalui rusaknya servikal dapat menekan
spinal cord terjadi syok spinal spasme pada otot leher mengakibatkan nyeri pada leher
dan bahu nyeri pada leher bisa mengganggu sistem motorik , selain itu bisa jika terkena
di saraf servikal mengakibat blok di sarafsimpatis kemudian terjadi kelumpuhan otot di
pernafasan mengakibatkan kesulitan berfanafas
HNP di bagian lumbal jka yang diseraang di bagian lumbal dapat mengakibatkan mati
rasa dan hilangnya sensitiftas,dan juga dapatb mengakibat kelumpuhan.

5 ETIOLOGI
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatkan usia terjadi perubahan degenerative yang
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.
Annulus fbrosus mengalami perubahan karena digunakan terusmenerus. Akibatnya, annulus fbrosus biasanya di daerah lumbal
dapat menyembul atau pecah ( Moore dan Agur,2013)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang
mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fbrosus. Pada kebanyakan pasien gejala
trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera
pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan bahkan
dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus
kepsulnya mendorong kea rah medulla spinalis, atau mungkin
rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong
terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi,2012).

FAKTOR PENYEBAB
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1.

Riwayat trauma

2.

Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban
dalam waktu lama.

3

Sering membungkuk.

4

Posisi tubuh saat berjalan.

5

Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).

6

Struktur tulang belakang.

7

Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

berat, duduk, mengemudi

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1 . Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah secara rutin dan pemeriksaan darah lengkap: Dalam pemeriksaan darah lengkap
ini terdapat peningkatan darah lengkap dan juga penurunan darah lengkap. Peningkatan darah
lengkap merupakan indikasi dari proses inflamasi, sedangkan penurunan darah lengkap dapat
mengarah pada proses viral (membutuhkan evaluasi karena sistem imun mungkin tidak berfungsi)
Pemeriksaan cairan cerebrospinal
2. Foto polos lumbosakral: pemeriksaan ini dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3. Pemeriksaan dengan menggunakan CT scan lumbosakral : hal ini dapat memperlihatkan letak disk
protusion.
4. Pemeriksaan MRI: dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta
herniasi.
5. Pemeriksaan Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik
sebelum pembedahan.

6. Pemeriksaan Elektromyografi : pemeriksaan ini dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian
akar saraf spinal. Dalam pemeriksaan ini akan dapat menemukan sesuatu yang tidak normal dan
membutuhkan prioritas perubahan untuk memberikan anastesi
7. Pemeriksaan epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Pemeriksaan lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro
spinal.
9. Pemeriksaan elektrolit: memeriksa ketidakseimbangan yang mengganggu sistem organ, misalnya
terdapat penurunan kalium yang akan mempengaruhi kontraktilitas otot jantung yang mengerah
pada curah jantung
10. Pemeriksaan urinalisis: munculnya sel darah merah atau bateri yang dapat mengidentifikasi
terjadinya infeksi

PENTALAKSANAAN HNP
A.

Farmakologi

Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan tersendiri atau kombinasi).
NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak,
dan meloxicam).
Analgesic kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin), potensi kuat (buprenorfin, dan tramadol), dan
potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin).
Kortikosteroid oral : pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP
berat untuk mengurangi inflamasi

B. Non-Farmakologi
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan
otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut
dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra
lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi
jaringan yang meradang.
2. Terapi fisik
3. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

4. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
5. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara feksibilitas fsiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
6. Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang feksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak
sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan
untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari
posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi
knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan feksi
bertahap punggung bawah bersamaan dengan feksi leher dan membawa dagu ke dada.
Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan
sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.

7. Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki : Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring.
Latihan menggerakkan tumit : Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan
tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
Latihan mengangkat panggul : Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung feksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan
dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan
lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri : Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung menekan
dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini
untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring : Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring yang
kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior,
ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan
badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan
berdiri.
Latihan berjinjit : Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian berjinjit
(mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki : Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki yang lain
dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara
perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Proper body mechanics : Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI

PENGKAJIAN
Identitas klien (usia pertengahan, kebanyakan pada pekerja berat)
Keluhan utama (nyeri pada punggung bawah --- bisa gunakan PQRST)

PENGKAJIAN
Riwayat penyakit sekarang (trauma akibat mengangkat benda yang berat)
Meliputi: paraparesis falasid, parestesia, dan retensi urin, nyeri punggung bawah,
nyeri tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.
Pada nyeri punggung bawah juga bisa dialami oleh wanita nyeri haid, adneksitis
dupleks kronik,

PENGKAJIAN
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dg risiko peningkatan HNP)
Penyakit lainnya untuk pencegahan komplikasi

PENGKAJIAN
Riwayat penyakit keluarga: Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
mengalami hipertensi dan diabetes melitus.
Pengkajian psikososiospiritual: mekanisme koping --- respons emosi klien --- Semakin
lama klien menderita paraparese bermanifestasi pada koping yang tidak efektif

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
1.

Umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran

2.

perubahanTTV --- Bradikardi --- hipotensi --- karena adanya paraparese

B1 (Breathing)
3.

inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi
pernapasan normal.

4.

Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

5.

Perkusi, terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru.

6.

Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan.

PEMERIKSAAN FISIK
B2 (Blood)
1.

kualitas dan frekuensi nadi

2.

bunyi jantung tambahan

B3 (Brain)


Keadaan Umum

1.

Kurvatura berlebihan,

2.

pendataran arkus lumbal,

3.

adanya ungulus,

4.

pelvis asimetris,

5.

muskulatur paravetrebral (pantat asimetris),

6.

postur tungkai abnormal.

PEMERIKSAAN FISIK


Tingkat Kesadaran (biasanya composmentis)



Pengkajian Fungsi Serebral (Status mental)



Pengkajian Saraf Kranial

1.

Saraf I (olfaktori): biasanya penciuman normal

2.

Saraf II (optikus): biasanya normal

3.

Saraf III, IV, VI (okulomotor, toklearis, abdusen): biasanya tidak mengalami gangguan
mengangkat kelopak mata, pupil isekor

CONT..
4.

Saraf V (trigeminus): biasanya tidak di dapatkan paralisis otot wajah dan refeks kornea.

5.

Saraf VII(fasialis): pengecapan normal, wajah simetris.

6.

Saraf VIII(vestibulokolearis): Tidak di temukan tuli konduktif dan tuli persepsi

7.

Saraf IX , X (glosofaringeal, dan vagus): Kemampuan menelan baik

8.

Saraf XI(aksesorius): tidak ada otrof otot sternokleidomastoideus dan trapezius

9.

Saraf XII(hipoglosus): lidah simetris, tidak ada deviasi ,indra pengecapan normal

PEMERIKSAAN FISIK


Pengkajian Sitem Motorik

1.

Kekuatan feksi dan ekstensi tungkai atas, tungaki bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya menyuruh klien untuk melakukan gerak feksi dan ekstensi dengan
menahan gerakan.

2.

Atrof otot pada maleolus atau kaput fbula dengan membandingkan anggota
tubuh kanan kiri.

3.

Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.

PEMERIKSAAN FISIK
 Pengkajian Refeks
1.

Refeks achiles pada HNP lateral L 4-5 negatif,

2.

Refeks lutut/patela pada HNP di L 4-5 negatif



Pengkajian Sistem Sensorik

1.

menentukan gx dermatom – ditentukan radiks yg gx

2.

Palpasi di mulai dari area nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri

3.

Penderita sering mengeluh kesemutan (parestisia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai
dengan distribusi persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika ditekan daerah L5-S1(garis antara
dua krista liraka).

CONT..
4. Pada percobaan laseque test atau test mengangkat tungkai yang lurus (straight
leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan feksi di sendi
pinggul, akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tanda laseque
positif).

PEMERIKSAAN FISIK
B4 (baladder): Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal
B5 (bowel): biasanya pemenuhan nutrisi berkurang dan perubahan pada lidah dapat
menunjukkan adanya dehidrasi
B6 (bone): kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan

BONE
Look: Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang
miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, dan postur
tungkai yang abnormal.
Feel: Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi kelateral atau
antero-posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri ringan kearah yang paling terasa
nyeri.
Move: kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
selama bergerak

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri b.d Penjepitan saraf pada diskus
intervertebralis.

2.

Ansietas berhubungan dengan mati rasa dan hilang sensitivitas

3.

Gangguan mobilitas fsik berhubungan dengan tetraplegi dan kelumpuhan yang
disebabkan oleh gangguan saraf motorik

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Nyeri Akut (00132)
NOC
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, pasien dapat menunjukkan
Indikator:
1.Tidak ada nyeri yang dilaporkan
2.Tidak ada ekspresi nyeri
3.Durasi nyeri yang dirasakan berkurang

NIC
Manajemen nyeri (1400)
1.Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik PQRST
2.Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
3.Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
4.Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
5.Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat.
6.Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai kebutuhahan.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik

COUNT....

Pemberian analgesik (2210)
1.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengiobati pasien
2.Cek perintah pengobatan
3.Cek adanya riwayat alergi obat
4.Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya terutama pada nyeri
yang berat
5.Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval yang teratur

INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Diagnosa Hambatan mobilitas fsik (00085)
NOC
Setelah dilakukan perawatan selama 5 x 24 jam, pasien dapat menunjukkan dengan
Indikator :
1. Keseimbangan tidak terganggu
2. Koordinasi tidak terganggu
3. Cara berjalan tidak terganggu
4. Gerakan sendi tidak terganggu
5. Kinerja pengaturan tubuh tidak terganggu
6. Berjalan tidak terganggu
NIC
Pengaturan Posisi: Neurologis (0844)
1. Imobilisasi atau topang bagian tubuh yang terganggu dengan tepat
2. Berikan posisi yang terapeutik
3. Jangan memberikan tekanan pada bagian tubuh yang terganggu
4. Lindugi bagian tubuh yang terganggu
5. Topang leher dengan tepat
6. Berikan posisi yang teapt saat mengatur posisi klien
7. Berikan tempat tidur yang tepat

COUNT....

8. Pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
9. Psisikan kepala dan leher dengan lurus
10.Ganti posisi setiap 2 jam sekali dengan menggunakan teknik log rll
11.Tpang tulang belakang selama perubahan posisi dengan
memepertahankan posisi anatomis
12.Instruksikan perawatan korset tulang belakang
13.Pasang dan pertahankan korset tulang belakang
14.Ajarkan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien dan melakukan
ROM pasien secara tepat
15.Ajarkan pasien cara-cara mengurangi tekanan dan keutuhan kulit ketika
mengunakan kursi roda.

INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Diagnosa Ansietas (00146)
NOC
Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, pasien dapat menunjukkan
Indikator:
1.

Pasien dapat beristirahat

2.

Pasien tidak terlihat gelisah

3.

Wajah pasien tidak tegang

4.

Tidak menyampaikan rasa takut dan cemas secara lisa

5.

TTV dalam rentang normal

6.

Tidak berkeringat dingin

NIC
Pengurangan Kecemasan (5820)
1.Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
2.Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan
dialami klien selama prosedur HNP dilakukan.
3.Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
4.Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
5.Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat

COUNT....

Terapi relaksasi (6040)
1.Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
yang tersedia
2.Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi lampu yang
redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan
3.Minta klien untuk rileks merasakan sensasi yang terjadi
4.Dorong klien untuk mengulang praktik teknik relaksasi jika
memungkinkan

INTERVENSI KEPERAWATAN
5. Defsiensi Pengetahuan (00126)
NOC
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, pasien dapat menunjukkan
dengan
Indikator :
Pasien tidak ansietas
Pasien lebih paham mengenai penyakit HNP
NIC
Pengajaran: Prosedur/Perawatan (5618)
1.Informasikan pada pasien atau orang terdekat mengenai penatalaksanaan HNP
2.Jelaskan tujuan penatalaksanaan HNP (farmakologi/nonfarmakologi)
3.Berikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya ataupun mendiskusikan
perasaannya.
4.Libatkan keluarga dan orang terdekat.

COUNT....

Pengurangan Kecemasan (5820)
1.Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
2.Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin
akan dialami klien selama prosedur penatalaksanaan HNP dilakukan.
3.Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
4.Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
5.Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat

IMPELEMENTASI KEPERAWATAN

Dalam implementasi keperawatan melakukan semua prosedur / tindakan yang sudah
direncanakan di tahap Intervensi Keperawatan.

EVALUASI
Dari intervensi yang telah dilakukan implementasi, maka hal-hal yang
perlu di evaluasi adalah:
1. Diagnosa nyeri akut : Intensitas nyeri pasien, ekspresi nyeri, dan durasi
nyeri. Pastikan bahwa indikasi nyeri pada pasien tidak mengganggu.
2.Diagnosa Ketidakefektifan Pola nafas : Perhatikan Frekuensi pernafasan,
Irama pernafasan, Kedalaman inspirasi Kepatenan jalan nafas, dan
Kapasitas vital. Pastikan hasil pemeriksaan tersebut dalam batas normal
3.Diagnosa Hambatan mobilitas fsik : Perhatikan keseimbangan
Koordinasi, Cara berjalan, Gerakan sendi, Kinerja pengaturan, dan
Berjalan pasien. Pastikan aspek tersebut tidak terganggu.

4.

Diagnosa Ansietas : Evaluasi bahwa pasien dapat beristirahat, pasien tidak terlihat
gelisah, wajah pasien tidak tegang, tidak menyampaikan rasa takut dan cemas secara
lisan, TTV dalam rentang normal, dan pasien tidak berkeringat dingin

5.

Diagnosa Defsit Pengetahuan : Tanyakan kepada pasien mengenai penyakit HNP dan
evaluasi bagaimana tingkat kecemasan pasien. Pastikan pasien dapat menjawab
tentang HNP yang telah diberikan edukasi oleh perawat

6.

Diagnosa Gangguan Eliminasi Urine : Kaji

pola eliminasi urine, Bau,
jumlah, warna. Pastikan semuanya dalam batas
normal dan pasien dapat mengenali keinginan
berkemih

REFERENSI
Brunner, Suddarth.2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Corwin J. Elisabet.2004.patofsiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.
Pierce,A,.Grace,.Neil R. Borley,.2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : EGC
Tambayong, Jan,2000.Patofsiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC
Sabiston, & David. 2000. Buku Teks Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT 15.EGC.Jakarta.
 

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

Analisis Proses Pembelajaran Siswa Tunanetra Dalam Memahami Segiempat Di SMPLB-A Taman Pendidikan Dan Asuhan Jember Dan Kaitannya Dengan Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele; Yantin Wijayanti Putri, 070210101008

0 17 17

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Retardasi Mental di SLB-C Yayasan Taman Pendidikan dan Asuhan Jember (The Relationships Parenting and Oral Cavity Cleanliness of Mentally Retarded Child in SLB-C Yayasan Taman Pendidikan dan

0 19 6

Hubungan Religiusitas dengan happiness pada remaja panti Asuhan

7 62 93

Pola pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

5 36 134

Pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstra kurikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan Jakarta Selatan

1 27 63

Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terhadap Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (Psaa) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan

6 123 220

Analisis dan perancangan sisttem informasi data donatur dengan menggunakan borland delphi di Pusat Asuhan Permata Insani Jl.Pualam PLN No.10 Surlayala Buah Batu Bandung : laporan kerja praktek

0 13 53

Gaya Komunikasi Tutor Public Speaking Dalam Komunitas "Beruang Matahari" di Panti Asuhan Hegarmanah Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Gaya Komunikasi Tutor Public Speaking dalam Komunitas "Beruang Matahari" di Panti Asuhan Hegarmanah Bandung)

2 24 104

CARA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN DI PANTI ASUHAN (Studi di Panti Asuhan AL-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan)

3 35 66