Pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstra kurikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan Jakarta Selatan

(1)

POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN MURID

DALAM KEGIATAN EKSTRAKULIKULER

DI PANTI ASIHAN YATIM PIATU AL-ANDALUSIA

MAMPANG PRAPATAN JAKARTA SELATAN

Di susun oleh : Muhammad Haris

104051001793 Dosen Pembimbing :

Drs. Masranam. MA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008


(2)

ABSTRAK

Komunikasi merupakan bagian central dari segala sesuatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari kepada masyarakat, mulai dari perkantoran, pendidikan, pergaulan, penjualan dan lain-lain. Banyak prorblema-problema yang menyangkut golongan akan dapat ditelusuri, dalam hal tersebut terdapat komunikasi yang buruk karena kemacetan dan hambatan-hambatan komunikasi atau karena tidak ada komunikasi sama sekali. Berhasil tidaknya interaksi antara manusia, adalah sebagai akibat langsung dari kesanggupan atau tidak sanggupan kita untuk berkomunikasi. Pola komunikasi antara guru dan murid merupakan sebuah komunikasi yang begitu penting dalam menyampaikan pesannya kepada anak didik tersebut. Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi disuatu yayasan maupun disekolah mengenai anak didik dalam berfikir dan bertindak lain dengan yang diajarkan oleh gurunya. Bahwasanya tujuan pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar adalah untuk dapat mencerdaskan dan meningkatkan kualitas anak didik mereka. Maka hal itu dipermasalahkan dalam proses berkomunikasi yang disampaikan kepada anak didik.

Atas hal tersebut maka timbullah beberapa masalah yang diangkat oleh penulis. Pertama, Bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikler?. Kedua, Faktor apa saja yang mendukung pola komunikasi dalam penyampaian materi ektrakulikuler aplikasi komputer?. Ketiga, Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam pola komunikasi penyampai-an materi ekstrakulikuler aplikasi komputer?.

Dalam pelaksanaannya, pola komunikasi yang diterapkan dalam kegiatan tersebut memakai pola bintang, dan komunikasi yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar adalah komunikasi kelompok dan interpersonal. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut terdapat beberapa faktor penghambat dan pendukung. Faktor penghambat yang terjadi diantaranya adalah, faktor bahasa, psikologi, status, lingkungan (ketika tedapat suara-suara bising), faktor kemampuan dasar (ketika murid tidak mempunyai basic/skills) dan faktor pendukung diantaranya kelengkapan unit belajar yang memadai, lingkungan (ketika tidak terjadi suara-suara bising), faktor kemampuan dasar (ketika murid mempunyai basic/skills).

Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menjelaskan dan memaparkan bagaimana penerapan pola komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan ekstrakulikuler aplikasi komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia.

Pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan Al-Andalusia sudah tercipta dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid yang aktif dalam kegiatan tersebut.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

DAFTAR ISI... ii

KATA PENGANTAR... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodelogi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN TEORI POLA KOMUNIKASI DALAM PENGAJARAN A. Ruang Lingkup Komunikasi ... 11

1. Pengertian Komunikasi ... 12

2. Macam-macam Bentuk dan Pola Komunikasi... 15

3. Unsur-unsur Komunikasi ... 22

B. Program Ekstrakulikuler ... 27

1. Pengertian Program Ekstrakulikuler ... 27


(4)

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL-ANDALUSIA

A. Sejarah Berdirinya... 32

B. Visi dan Misi ... 34

C. Tujuan Didirikan Yayasan Al-Andalusia... 34

D. Program Kegiatan dan Sarana Prasarana Yayasan Al-Andalusia ... 35

1. Program Kegiatan ... 35

2. Sarana Prasarana ... 36

3. Program Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer... 36

E. Struktur Organisasi ... 38

BAB IV POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER APLIKASI KOMPUTER A. Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer ... 39

B. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer ... 45

C. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer ... 49


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya1.

Dan pada umumnya komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, dengan berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi itu pula manusia melaksanakan kewajibannya2.

Berbicara tentang komunikasi, Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi membagi tipe-tipe komunikasi ke dalam empat macam tipe,

1

H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h.26

2


(7)

pertama komunikasi intrapersonal (diri sendiri), kedua komunikasi Interpersonal (antar pribadi), ketiga komunikasi publik atau bisa disebut juga komunikasi kelompok dan keempat komunikasi massa.

Pada dasarnya terdapat perbedaan antara komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi, komunikasi massa memakai saluran-saluran media massa, sedangkan komunikasi antar pribadi menggunakan saluran-saluran yang bersifat pribadi 3

Dalam komunikasi interpersonal (antar pribadi) merupakan komunikasi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.

Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur komunikasi, A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan Masyarakat mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas sumber

(orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya), komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio, TV, film dan lain-lain) pesan (bisa melalui lisan, tatap muka langsung), saluran media umum dan media massa (media umum seperti radio, OHP, dan lain-lain, sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan TV), komunikan (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh

(perbedaan antara apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan

3


(8)

oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan)4. Efek atau pengaruh inilah yang merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi.

Proses belajar mengajar belakangan ini juga tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak membawa murid-murid dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Faktor komunikasi juga memberikan respon yang sangat positif bagi perkembangan proses belajar-mengajar, karena melalui pola komunikasi yang baik akan mengarah pada bentuk komunikasi yang baik dan mendiptakan suatu komunikasiyang efektif bagi komunikator dan komunikan.

Faktor komunikasi itu sangat mendukung dalam perkembangan proses belajar mengajar, dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan menimbulkan hasil yang positif. Komunikasi yang baik antara guru dan murid maka akan terciptnya proses belajar mengajar yang efektif, dengan demikian diperlukan konsepsi pola komunikasi antara guru dan murid agar bisa proses belajar mengajar yang efektif.

Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog dimana guru menjadi komunikator dan murid

4

A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), Cet., ke-3., h.,13


(9)

menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si murid pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetaplah berlangsung satu arah dan tidak efektif 5.

Pada pola komunikasi, terkadang guru (komunikator) tidak dapat menyampaikan pesannya dengan sukses karena siswa (komunikan) sulit memahami apa-apa yang disampaikan oleh guru, sulitnya komunikan memahami pesan disebabkan dari berbagai kendala yang terjadi dalam komunikasi.

Kendala tersebut dapat dihilangkan atau setidaknya dapat diminimalisasi jika komunikator memiliki kepekaan dalam menganalisis reaksi komunikan yang diekspresikan tidak secara lisan, tetapi terpancar melalui bahasa tubuhnya.

Yayasan Al-Andalusia merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran penting dan befungsi sebagai media dalam mengembangkan bakat-bakat anak-anak panti asuhan dalam hal ekstrakulikuler, terdapat beberapa bidang yaitu, muhadoroh, aplikasi komputer, pancak silat, marawis dan rebana. Akan tetapi penulis hanya terfokus pada kegiatan eksatrakulikuler aplikasi komputer, karena pada zaman era globalisasi sistem komputasi sudah banyak diterapkan dalam berbagai macam bidang.

5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet., ke-19 h.101-102


(10)

Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelusuri kembali pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler aplikasi komputer di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan Jakarta Selatan.

Melihat fenomena diatas cukup penting sekali pola komunikasi guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk menggangkat permasalahan dengan judul :

“Pola Komunikasi Antara Guru dan Murid Dalam Kegiatan

Ekstrakulikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang

Prapatan Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Terkait dengan bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler maka agar peneliti lebih fokus, peneliti membatasi permasalahan hanya pada pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer.

Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka penulis merumuskan pada pembahasan skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer?


(11)

2. Faktor apa saja yang mendukung Pola Komunikasi dalam penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer?

3. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam Pola Komunikasi penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka peneliti ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pola komunikasi yang terjadi antara guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer.

2. Faktor-faktor yang mendukung penerapan Pola Komunikasi dalam penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer.

3. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer yang berkaitan dengan masalah Pola Komunikasi yang digunakannya.

Adapun penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat:

1. Secara Akademis, dapat menambah khazanah kepustakaan tentang pola komunikasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh para instruktur yang menyampaikan materi ekstra kurikuler Aplikasi Komputer.


(12)

D. Metodelogi Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Penelitian

Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan dan berupaka kata-kata, dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati6.

2. Subjek dan Obyek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru atau intstruktur yang mengajar pada bidang ekstrakulikuler aplikasi komputer di panti asuhan Al-Andalusia dengan jumlah guru sebanyak 2 orang dan jumlah murid sebanyak 58 orang. Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah pola komunikasi yang digunakan dalam kegiatan ekstrakulikuler khususnya pada bidang aplikasi komputer.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai keadaan lingkungan yang dilihat. Observasi atau pengamatan langsung,

6

Lexi. J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet. ke-10, h.3


(13)

mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban dan mencari bukti atas bagaimana pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer di panti asuhan Al-Andalusia.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk mendapatkan data yang konkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.7 Dalam wawancara ini dilakukan penulis untuk mengumpulkan data-data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada guru ekstrakulikuler aplikasi komputer, tentang faktor-faktor pendukung maupun penghambat dalam pengajaran ekstra kurikuler Aplikasi Komputer.

4. Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai kondisi panti asuhan

7

Lexi. J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet. ke-15, h.3


(14)

Andalusia kemudian mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber tertulis.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Keagamaan di Panti Sosial Bina Laras 04 Cipayung Jakarta Timur. Karya Asrul Muharram tahun 2007. penelitian ini menemukan pola komunikasi yang terjalin antara pembina (pengajar) dengan para peserta binaan di Panti Sosial Bina Laras 04 Cipayung Jakarta Timur.

2. Pola Komunikasi Da’i dan Mad’u di Majlis Dzikir Susilo Bambang Yudhoyono Narussalam. Karya Umar Kalake tahun 2007. Penelitian ini menemukan pola komunikasi antara da’i dan mad’u yang dilakukan di Majlis Susilo Bambang Yudhoyono Narussalam.

Secara umum pembahasan pokok penelitian ini adalah sama yaitu mengenai hal pola komunikasi. Namun yang membedakan dalam penelitian ini adalah subjek, objek dan bagaimana cara penelitian itu dilakukan. Kelebihan penelitian ini adalah menerangkan bagaimana pola komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan tersebut secara garis koordinasi.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai berikut :

Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai berikut :


(15)

BAB I

:

Pendahuluan

Berisi kerangka umum penulisan skripsi, yaitu : Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodelogi penelitian dan Sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Teori Pola Komunikasi Dalam Pengajaran, mengenai

ruang lingkup komunikasi mencakup pengertian komunikasi, macam-macam pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, dan mengenai kegiatan ektrakulikuler mencakup pengertian program ekstrakulikuler, tujuan ekstrakulikuler, jenis-jenis kegiatan ekstrakulikuler.

BAB III : Sekilas tentang panti asuhan yatim piatu Al-Andalusia

mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur panti asuhan yatim piatu Andalusia, program kerja panti asuhan Al-Andalusia, bentuk-bentuk kegiatan dakwah

BAB IV : Pola Komunikasi Antara Guru dan Murid dalam Kegiatan

Ektrakulikuler Aplikasi Komputer, dalam bab ini membahas

tentang Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer, faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan ekstrakulikuler aplikasi komputer, faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan ekstrakulikuler aplikasi komputer,.


(16)

BAB V

:

Penutup

Pada bab ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saran-saran tentang pola komunikasi yang efektif dan memberikan masukan-masukan yang positif dalam hubungan guru dan murid di Yayasan Al-Andalus.


(17)

BAB II

TINJAUN TEORI POLA KOMUNIKASI DALAM PENGAJARAN

A. Ruang Lingkup Komunikasi

Bahwasanya pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata, karena keduanya mempunyai keterkaitan makna. Sehingga mendukung dengan makna lainnya, maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasannya masing-masing.

Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia8. Artinya bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat dikatakan contoh atau cetakan. Pada pembahasan ini, makna pola lebih tepat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkulnya.

Sedangkan pola komunikasi itu sendiri merupakan gabungan dua kata antara pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain.

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h,. 778


(18)

1. Pengertian Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy9 secara etimologi istilah komunikasi berasal dari perkataan Inggris yaitu communication yang bersumber dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran makna hakiki, dari communicatio ialah communis yang berarti “sama” atau kesamaan arti. Sama halnya dengan pengertian tersebut Astrid Susanto mengemukakan “perkataan komunikasi” berasal dari “communicare” yang dalam bahasa latin memiliki arti berpatisipasi atau memberitahukan, kata communis berarti memiliki bersama atau berlaku dimana-mana10.

Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu ; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film. Melalui non media massa, misalnya seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Sehingga dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media11.

9

Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung : Mandar Maju, 1992), Cet., ke-1., h.4

10

Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I, (Bandung : Bina Cipta, 1998), Cet., ke-3., h,1

11

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-4, h,.4


(19)

Ditinjau dari segi terminologis, para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut :

Menurut Onong : Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung memalui media12.

Menurut Arni Muhammad : Komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi13.

Arni Muhammad menyimpulkan definisi komunikasi yakni komunikasi adalah suatu proses dengan menggunakan simbol verbal maupun non verbal untuk dikirimkan, diterima, dan diberi arti.

Dari masing-masing definisi diatas, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya komunikasi merupakan suatu proses akan tetapi belum ada kesepahaman. Ada yang mengatakan proses penyampaian pesan kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, ada juga yang mengatakan proses hubungan antara individu dalam mengirimkan informasi, dan ada juga yang mengatakan proses pengiriman pesan dengan menggunakan simbol verbal maupun non verbal. Dari semua definisi itu, penulis mencoba mengambil benang merah bahwa pada intinya adalah proses

12

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) Cet., ke-2., h.6

13


(20)

pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Namun dari beberapa definisi tersebut maksud dan tujuannya sama. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpatisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.

Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi. Schramm merumuskan adanya kondisi yang harus dipehuh jika kita menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in Communication,yang terdiri dari :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikasi.

2. Pesan harus menggunakan lambing-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.


(21)

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya ‘psikologi komunikasi’ ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan 5 hal :

1) Pengertian : komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.

2) Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

3) Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. 4) Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.

5) Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diiginkan14.

14

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-15, h.13-16


(22)

Dari lima ciri-ciri komunikasi yang efektif diatas, dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia. Melalui komunikasi akan ditemui jatidiri, dapat mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya.

2. Macam-macam Bentuk dan Pola Komunikasi

Pada dasarnya ada beberapa bentuk komunikasi, yakni komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

1) Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)

Sesunguhnya komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri. Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator15.

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol 2) Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)

15

Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar Maju, 1992). Cet. ke-1, h.4


(23)

De Vito (1976) menjelaskan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang yanbg diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik langsung16. Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat17.

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung, keutungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.

3) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.18 Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap

16

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung : Citra Adytia Bakti, 1991), cet. ke-1. h.12

17

Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta : Grasindo, 2002), cet. ke-1, h.88

18


(24)

pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap mukan. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga,

pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu19. Komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a) Komunikasi Kelompok Kecil

Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh widjaja kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat satu sama lain dalam suatru pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya20. Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan.

Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengeti.

b) Komunikasi Kelompok Besar

19

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet 2 h.33

20

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : PT. Al-Amin Press, 1996), cet. ke-1.h.59


(25)

Suatu komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar jika antar komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi interpersonal. Pada situasi seperti itu, para komunikan menerima pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional. Lebih-lebih jika komunikan heterogen, beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, pengalaman dan sebagainya21.

4) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada masa atau komunikasi yang menggunakan media massa, misalnya : pers, radio, film dan televisi22.

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang efesien, karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audiensi yang praktis tidak terbatas. Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khususnya yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya yaitu : komunikasi massa berlangusung satu arah, komunikator pada komunikasi massa melembaga, pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

21

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi,(Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), h.9

22

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Penghantar Studi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-2. h.35


(26)

Menurut T. Hani Handoko, dalam bukunya Manajemen

mengemukakan bahwa ada 4 (empat) pola komunikasi (atau yang disebut dengan jaringan komunikasi), yakni :

1) Pola Lingkaran A

B

C D

E

Dimana B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C. untuk berkomunikasi dengan E, maka B harus melalui A atau melalui C dan seterusnya. Pola lingkaran adalah bentuk komunikasi yang tidak terpusat atau desentralistik.

2) Pola Rantai

Pada pola ini menunjukan dua bawahan A dan E yang melapor kepada atasan mereka B dan D, yang selanjutnya oleh B dan

D dilaporkan ke C. Garis koordinasi secara struktural yang melibatkan komunikasi antara bawahan dengan atasan.

A B

C

D

E

3) Pola Bintang A

C

B


(27)

Di mana C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya.

4) Pola Y

Dimana E berkomunikasi dengan D, kemudian dari D ke C, dan di sampaikan kepada A dan B. garis koordinasi yang terpusat pada satu titik C, kemudian dari C langsung sampai ke A dan B.

Sama halnya dengan pendapat H.A.W Widjaja, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, mengemukakan bahwa ada 4 (empat) pola komunikasi yakni :

1) Pola Roda E D C

B A

A B

E C


(28)

Di mana seorang A berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik. Pola roda adalah bentuk pertukaran informasi yang terpusat pada seseorang atau sentralistik.

2) Pola Rantai

Di mana seseorang A berkomunikasi kepada seseorang yang lain B, dan

seterusnya. Jalur komunikasi ini hampir sama dengan pola roda, hanya bersifat 1 arah.

3) Pola Bintang

Semua anggota berkomunikasi dengan anggota. Komunikasi ini memiliki reaksi timbal balik dari semua lawan bicara.

4) Pola Lingkaran

A B C D E

A

E

D C

B

A

B E


(29)

Pola ini hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir E berkomunikasi dengan orang pertama. Pola ini bersifat satu arah23.

3. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat ditransformasikan secara efektif, maka komunikasi mempunyai lima unsur: sumber atau komunikator (source), pesan (massage), saluran atau media (chanel), penerima atau komunikan (receiver), serta efek (effect). Menurut Harold D. Lasswell guna memahami kita harus mengerti unsur-unsur itu yang diformulasikan olehnya dalam bentuk pertanyaan, who say what in which channel to whom and with what effect (siapa, mengatakan apa, medianya apa, kepada siapa, dan apa efeknya)

1) Komunikator (Source)

23

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h.102-103


(30)

Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan. Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap komunikator.

Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk, model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian sediri24.

Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya : a) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya

24

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h.59


(31)

b) Kemampuan berkomunikasi c) Mempuyai pengetahuan yang luas d) Sikap

e) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan25.

Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator diatas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap empatiknya tersebut.

2) Pesan (Massage)

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau

25

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h.59


(32)

mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.

3) Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)

Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasi-kan isi pesan yang diterimanya26. Dalam hal ii perlu diperhatikan karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya, pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dam usianya. Akan hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.

4) Saluran Komunikasi (Media Komunikasi)

Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback

dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur.

26


(33)

Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi.

5) Efek Komunikasi

Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkahlaku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak


(34)

hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain.

Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

a) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya b) Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif.

Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya

c) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan27.

B. Program Ekstrakulikuler

a. Pengertian Program Ekstrakulikuler

Yang dimaksud dengan program ialah sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu28. Farida Yusuf

27

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000), cet. ke-4, h.7


(35)

mendeskripsikan program sebagai kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan29.

Pengertian ekstrakulikuler menurut Hadori Nawawi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan diluar pelajaran (kegiatan kurikulum) sifat kegiatannya pendidikan non formal digunakan untuk membantu siswa mengisi waktu senggang secara terarah disamping memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung yang bersifat praktis30.

Menurut B. Suryo Subroto, kegiatan ektrakulikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa misalnya, olahraga, kesenian, keterampilan, dan lain-lain yang diselenggarakan diluar jam pelajaran biasa31.

Sedangkan pengertian ekstrakulikuler menurut kurikulum sekolah adalah ; kegiatan diluar jam pelajaran biasanya (termasuk pada waktu libur), yang dilakukan disekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya32.

28

Suharsini Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa (Jakarta : CV. Rajawali, 1998)

29

Farida Yusuf, Penelitian Program Pendidikan, (Jakarta : Depdikbud, 1980), h. 123

30

H. Hadori Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT. Gunung Agung, 1982), h. 150

31

B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengejar disekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 270

32

Kurikulum 1984, Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984), h.11


(36)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran dengan maksud mengisi waktu senggang yang bertujuan untuk memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan siswa serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang ada pada diri melalui jenis-jenis kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

b. Tujuan Ekstrakulikuler

Seperti yang telah disebutkan dalam pengertian ekstrakulikuler diatas bahwa dilaksanakannya kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah pembinaan dan pelatihan bagi siswa untuk dapat mengembangkan bakat dan minat yang terdapat dalam diri siswa sebagai penambahan pengetahuan dan pengalaman mereka

Atas hal tersebut secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan ekstrakulikuler adalah untuk membina dan melatih siswa dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana mengisi waktu senggang sehingga mereka dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka sendiri33.

Sementara itu Muhammad Uzer Usman mengatakan bahwa tujuan kegiatan ekstrakulikuler adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam aspek kognitif maupun efektif

33


(37)

2. Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya

3. Mengetahui, mengenal, serta membedakan hubungan antara satu mata pelajaran dengan lainnya34.

Lebih rinci disebutkan dalam buku informasi tentang kegiatan ekstrakulikuler bahwa tujuan dari ekstrakulikuler adalah :

1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti :

a) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b) Berbudi pekerti luhur;

c) Memiliki pengetahuan dan keterampilan; d) Sehat jasmani dan rohani;

e) Berkepribadian yang mantap dan mandiri;

f) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; 2. Untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih

mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan35.

34

M. Uzer Usman & Lilis Setyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Rosdakarya, 1993), cet. ke-1, h.22

35

Depdikbud, Informasi Tentang Kegiatan Ekstrakulikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Siswa, (Jakarta : Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1994), h.2


(38)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ekstrakulikuler adalah : meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa, mengembangkan bakat, minat kemampuan dan keterampilan dalam rangka mengisi waktu senggang mereka serta dalam upaya pembentukan pribadi dalam mengenal hubungan antara berbagai pengembang / pencapaian.

Lebih lengkapnya Oteng Sutisna menerangkan bahwa prinsip yang harus diperhatikan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah adalah :

1. Siswa, murid, guru dan personil administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program yang akan dilaksanakan

2. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan sejauh mungkin

3. Kegiatan murid hendaknya menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi pengajar kelas, dan sebaliknya pengajar kelas hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi murid

4. Kegiatan murid hendaknya dipandang sebagai bagian internal dari keseluruhan program pendidikan di sekolah tidak sebagai tambahan atau kegiatan yang berdiri sendiri

5. Pimpinan sekolah harus memperhatikan dukungan terhadap program kegiatan murid


(39)

7. Supervisi kegiatan murid harus termasuk dalam tanggung jawab pengajuan para guru dan guru juga harus paham bahwa ia adalah seorang penasehat dan penyuluh

8. Dukungan finansial yang mencakupi harus diusahakan dan dukungan dari masyarakat hendaknya di galakkan

9. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh tentang program kegiatan murid36.

36

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek, (Bandung : Angkasa, 1983), cet. ke-3, h.58-59


(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL- ANDALUSIA

G. Sejarah Berdirinya

Yayasan Islam Al Andalusia didirikan pada tahun 1985 dengan Akte Notaris Sri Rahayu Jakarta No. 8 Tahun 1985. Sebelum Yayasan ini didirikan, H. Shodruddin Hidayatullah (Ketua Yayasan sekarang) telah menerima amanah dari Yayasan Nurul Huda untuk mengelola penyelenggaraan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda. Waktu itu masih berada dalam satu payung dengan Yayasan Nurul Huda. Madrasah Ibtidaiyah itu sendiri telah berdiri sejak tahun 1962. Sedangkan Yayasan Nurul Huda sendiri melanjutkan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tingkat menengah, yaitu SMP “Palapa” yang didirikan pada tahun 198237.

Melihat perkembangan siswa Mardrasah pada tahun-tahun berikutnya, muncul ide dari H. Shodruddin Hidayatullah untuk mendirikan jenjang pendidikan tingkat menengah (SMP). Atas izin dan restu Pimpinan Yayasan Nurul Huda dan para sesepuh lainnya, maka didirikanlah Yayasan Islam Al Andalusia pada tahun 1985, dan bersamaan dengan itu juga didirikan SMP Islam Andalus. Dengan demikian, maka terjadi pemisahan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan :

1. Yayasan Nurul Huda mengelola SMP “Palapa”.

37

Shodruddin Hidayatullah, Ketua Yayasan Al-Andalusia, Wawancara Langsung, 28 Maret 2008


(41)

2. Yayasan Islam Al Andalusia mengelola Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda dan SMP Islam Andalus.

Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, khususnya dunia pendidikan kejuruan, maka muncul gagasan ingin mendirikan sekolah menengah kejuruan. Maka didirikanlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Andalus pada tahun 1988. Sekolah-sekolah yang baru didirikan ini masih menempati gedung Madrasah dengan jam belajar siang-sore hari.

Pada tahun 1999, Madrasah Ibtidaiyah yang berada di bawah naungan Yayasan Islam Al Andalusia dikembalikan lagi pengelolaannya kepada Yayasan Nurul Huda untuk dijadikan feeder bagi SMP Palapa yang dari tahun ke tahun perkembangan siswanya makin berkurang. Sehingga Yayasan Islam Al Andalusia sampai tahun tersebut hanya mengelola pendidikan : SMP Islam dan SMK Islam Andalus. Pada tahun 2000 dan seterusnya Yayasan terus menambah penyelenggaraan unit-unit pendidikan.


(42)

Visi dan Misi

Visi

“Menciptakan kader lokomotif pembangunan bangsa dan negara”38 Misi

Menggali potensi anak-anak yatim secara maksimal

Menggerakan dan mengembangkan potensi mereka melalui bakat dan keterampilan masing-masing

Mengarahkan cita-cita mereka melalui bimbingan karir Membekali mereka dengan iman dan taqwa

Membentuk mereka menjadi pribadi yang berakhlak dan memiliki kecerdasan sosial yang tinggi

Tujuan Didirikannya Yayasan Al-Andalusia

Tujuan didirikan Yayasan Al-Andalusia melainkan dapat mengangkat harkat dan martabat anak-anak yatim, agar mereka tidak terkucilkan di tengah-tengah pergaulan dengan masyarakat39.

Di dalam pesantren ini anak-anak yatim memperdalam ilmu-ilmu keagamaan di samping dilatih tentang kehidupan dalam bermasyarakat. Di samping itu, berbagai keterampilan seni, budaya dan olah raga juga diselenggarakan secara terprogram, terstruktur dan terjadwal di panti ini. Sedangkan ilmu-ilmu umum mereka dapatkan dari belajar formal di sekolah

38

Shodruddin Hidayatullah, Ketua Yayasan Al-Andalusia, Wawancara Langsung, Op. Cit

39


(43)

mereka masing-masing, SD, SMP, dan SMK/SMA. Dengan demikian dasar-dasar kehidupan baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi mereka dapatkan semuanya. Dengan cara ini diharapkan kelak mereka dapat hidup mandiri, terampil, dan berkemampuan untuk mengeksplorasi potensi dirinya sehingga berguna bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama, yang dilandasi dengan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Adapun kurikulum yang diberlakukan dan dikembangkan dalam pendidikan pesantren ini adalah mengcu pada pola pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan, di bawah pembinaan Departemen Agama RI.

Program Kegiatan dan Sarana Prasarana Panti Asuhan Al-Andalus

Program Kegiatan Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan Yayasan Al-Andalusia memberi materi pelajaran mulai dari materi pelajaran-pelajaran umum, Al-Qur’an, kitab kuning, latihan pidato bahasa arab bahasa inggris, dan aplikasi komputer

Bidang Budaya

Dalam bidang budaya yayasan Al-Andalusia melaksanakan kegiatan marawis, rebana, shalawat, qasidah40.

40


(44)

Sarana Prasarana

1 unit gedung berlantai 2

Asrama yatim piatu putra dan putri Sarana ibadah (mushallah)

Laboratorium komputer

Halaman parkir dan tempat bermain

Sarana olahraga serta alat-alat praktek, seperti marawis, rebana pidato dan lain-lain

Koperasi, kantin, dan wartel

3. Program Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer a. Bentuk Program

1) Pengenalan Komputer

Pada tahap ini meliputi, pengenalan hardware (alat pemroses, alat keluaran atau alat output, alat penyimpan data)

2) Pengenalan Microsoft Word, Excel, PowerPoint Profesional Release Tahap ini meliputi, memulai wordstar, membuka sebuah file baru, mengetik teks, menyimpan file, pengoprasian file.

3) Membuat Email dan mengakses data dengan Internet

Tahap ini meliputi, langkah-langkah pembuatan email, membuka data dan mendownloud data melalui internet


(45)

4) Pengoprasian Windows

Tahap ini meliputi, cara menginstal windows (Windows 98 dan Xp Profesional), menginstal aplikasi komputer dll.

b. Pelaksanaan Program

Dalam pelaksanaan program kegiatan ekstrakulikuler aplikasi komputer dengan jumlah murid sebanyak 58 orang maka pelaksanaannya dibagi menjadi 3 kelas. Pada kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu, pukul 13.00 s/d 14.30 (Sabtu) dan pukul 10.00 s/d 11.30, 13.00 s/d 14.30 (Minggu)

c. Sarana Prasana

Luas bangunan yang dipakai untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler aplikasi komputer seluas 5 x 8 meter. Sarana yang di ada meliputi Ac 1 buah, unit komputer meliputi internet sebanyak 15 buah, meja komputer sebanyak 15 buah, bangku sebanyak 30 buah, white board sebanyak 1 buah dan spidol dan penghapus sebanyak 1buah.

d. Sumber Daya Manusia (SDM)

Tenaga pengajar dalam kegiatan ekstrakukuler Aplikasi Komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia sebanyak 2 orang, masing-masing dari guru tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu lulusan dari Universitas Teknik Azahra dan Universitas Komunikasi Padjajaran.


(46)

1. Struktur Organisasi

Penasehat : H. Shodruddin Hidayatullah

H. Murshahid M. Nuh

Ketua : H. Shodruddin Hidayatullah

Sekretaris : Drs. H. Isa Anshori. MA

Bendahara : Hj. Rohaniah

Humas Dalam Negeri : Syaifurrahman

Humas Luar Negeri : H. Abdul Rauf Syafi’i Tenaga Pengajar : Ust. Zaenal Abidin

Ust. Abdul Basith Ust. Muhsin Alatas

Ust. Suyatma

Ust. Mulyadi

Ust. Rosyidin

Ust. Basyir

Ust. Agus

Ust. Zarkasih

Anggota : Zainal Muttaqien

Latifah

Nur Iqiyah

Zarkasih


(47)

BAB IV

H. POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA KEGIATAN

EKSTRAKULIKULER APLIKASI KOMPUTER

A. Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam Pelaksanaan

Kegiatan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer

Kegiatan ektrakulikuler Aplikasi Komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia merupakan suatu kegiatan untuk mendorong dan mengembangkan minat dan bakat seorang siswa dalam bidang teknologi. Kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer yang berlangsung di Panti Asuhan Al-Andalusia ini dijalankan

menurut kurikulum yang berlaku yang ada pada disekolah umumnya. Bila dilihat dari tempat dan sarana yang ada untuk proses belajar-mengajar yang dilakukan di Panti Asuhan Al-Andalusia, kegiatan tersebut sudah mencukupi standar kualitas dalam proses belajar mengajar, dengan demikian pada kegiatan tersebut bisa berjalan dengan efektif.

Informasi dalam bentuk pesan dan simbol yang diberikan dalam kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer disusun dalam bentuk materi mulai dasar-dasar pengenalan hardware dan software sampai pengoperasian windows dalam hal menginstalasi komputer. Dari pemberian materi tersebut diharapkan akan muncul respon atau tanggapan dari peserta dalam bentuk pengertian dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.


(48)

Adapun proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh masing-masing guru dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana (dirancang sedemikian rupa) dan bukan spontanitas sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan ekstrakulikuler tersebut, antara guru dan murid sudah melakukan pola komunikasi yang efektif dan efesien untuk melangsungkan kegiatan tersebut, walaupun terdapat beberapa hambatan-hambatan yang sering terjadi pada diri murid, seperti hambatan non tekis (gangguan lingkungan, psikologi dan status dan faktor kemampuan dasar) dan hambatan semantis (hambatan bahasa).

Di katakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampaian (teori) hal tersebut terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Sebelum menyampaikan materi, guru terlebih dahulu merencanakan pesan yang akan disampaikan kepada siswa, dengan pesan-pesan yang terancana maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang siswa. Pada hal lain, dikatakan komunikasi yang baik jika seorang guru dan murid mengadakan kesamaan makna atau arti.

Di katakan efesien indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran/praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti, disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar atau besic pada suatu materi yang berlangsung.


(49)

Oleh sebab itu, seorang guru memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi efesien.

Suatu proses komunikasi akan berhasil jika terjadi perubahan pada diri komunikan. Dalam hal ini peneliti menemukan suatu perubahan pada diri komunikan, baik dari dampak kognitif, afektif dan behavioral.

Dampak kognitif yang timbul pada diri komunikan, menyebabkan komunikan menjadi tahu kegunaan dan fungsi komputer. Dampak afektif yang timbul pada diri komunikan menjadikan komunikan menjadi ingin lebih tahu dan menimbulkan rasa penasaran yang tinggi dalam mempelajari komputer. Dan dampak behafioral yang timbul pada diri komunikan membuat komunikan memanfaatkan ilmu baik untuk kepentingan diri mereka, ataupun kepada teman-temannya ketika dalam pada proses belajar-mengajar contoh, murid yang mengerti dan menguasai materi Aplikasi Komputer memberikan arahan kepada teman-temannya yang tidak mengerti akan materi tersebut.

Pada penelitian ini, penulis menemukan suatu pola yang terjadi di Panti Asuhan Al-Andalusia adalah pola bintang (Teori T. Hani Handoko).

Pola Bintang

A

C

B


(50)

Pada pola ini C (komunikator) dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. (komunikan) Garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Maka pada pola tersebu menimbulkan komunikasi dua arah.

Indikasi ini terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi kepada murid dan murid mendengarkan dengan seksama pesan yang disampaikan guru. Dan dalam hal tersebut timbulah feed back atau umpan balik dari murid, apakah dia mengerti atau tidak. Ketika murid tidak mengerti pesan yang disampaikan guru maka si murid bertanya langsung kepada guru.

Jika melihat teori pola komunikasi yang penulis paparkan pada bab sebelumnya, penulis melihat satu kesamaan antara pendapat T. Hani Handoko (pola bintang) dan H.A.W. Widjaja (pola roda), karena pada pola tersebut memiliki pengertian yang sama, yaitu adanya interaksi langsung antara guru dan murid dalam proses belajar-mengajar, walaupun secaragaris besar mempunyai pengertian yang sama tetapi terdapat perbedaan yang signifikan yaitu pada pola bintang mempunyai arus timbal balik antara komunikator dan komunikan

sedangkan pada pola roda tidak terjadi arus timbal balik dan cenderung satu arah. Menurut hemat penulis komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer adalah memakai pola bintang karena pada pola tersebut komunikator dan komunikan dapat berkomunikasi secara langsung dan melakukan suatu proses timbal balik antara komunikator dan komunikan. Dengan adanya proses timbal balik tersebut maka komunikator dapat


(51)

mengetahui seberapa jauh komunikan mampu memahami pesan yang

disampaikan oleh komunikator, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan efektif.

Pada pola roda yang lebih cenderung bersifat satu arah menyebabkan komunikasi antara komunikator dan komunikan lebih di dominasi oleh komunikator sehingga komunikan hanya berfungsi sebagai pendengar tanpa adanya proses timbal balik, hal ini menyebabkan komunikator tidak dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikannya itu sudah diterima dengan baik atau tidak oleh komunikan.

Proses belajar-mengajar yang terjadi di Panti Asuhan Al-Andalusia merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face), komunikasi di Panti Asuhan Al-Andalusia mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok, jika dilihat dari segi sasaran dan situasi. Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara pada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Hal tersebut menunjukkan adanya seorang pembicara, dalam hal ini adalah seorang guru yang menjelaskan pada khalayak atau murid-murid dengan jumlah yang besar.


(52)

2. Komunikasi berlangsung secara continue. Hal ini sesuai dengan program suatu kurikulum dalam sekolah yang mempunyai jadwal yang pasti dan berlangsung secara terus-menerus.

3. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Maksud dari ciri ini adalah seorang komunikator atau pembicara (dalam hal ini seorang guru) harus mempunyai program yang terencana atau sudah disiapkan sebelumnya. Bukan suatu spontanitas, karena hal tersebut harus dipertanggung jawabkan oleh komunikator terhadap kurikulum yang dibebankan.

Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator dan ketika itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.

Meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok kecil, sang guru bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal (antarpribadi) dengan menggunakan metode komunikasi dua arah


(53)

atau dialog, yakni guru menjadi komunikator dan murid menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si murid pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer di Al-Andalusia sudah memenuhi unsur komunikasi, yakni unsur-unsur tersebut adalah :

1. Komunikator (guru) sebagai pengirim pesan atau sumber informasi;

2. Pesan (massage) merupakan alat komunikasi dalam bentuk verbal berupa suara, lambang, bahasa tulisan dan bahasa lisan;

3. Penerima pesan (komunikan) merupakan orang yang dituju oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya agar orang yang dituju tersebut mengerti atau paham maksud dari isi pesan yang disampaikan oleh komunikator;

4. Saluran komunikasi (media) merupakan saluran penyampai pesan kepada komunikan. Komunikator menyampaikan pesannya melalui sebuah alat atau media berupa komputer, papan tulis, spidol, penghapus dan lain sebagainya; 5. Efek komunikasi, merupakan pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator

kepada komunikan. Efek yang diharapkan komunikator kepada komunikan yaitu efek konatif, dimana komunikator harus mampu merubah komunikan


(54)

untuk sebuah tingkah laku yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu.

B. Faktor-faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi

Komputer

1. Sarana

Sarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler komputer, karena sarana merupakan alat atau media dalam melakukan komunikasi, sarana-sarana yang terdapat di Panti Asuhan Al-Andalusia cukup memadai dan telah memenuhi standar sebagai salah satu alat pendukung dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel. 1

Sarana Pembelajaran Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer

No Sarana Jumlah

Dibutuhkan

Jumlah Tersedia

Keterangan

1 Komputer 20 23 Mendukung

2 Fasilitas Internet 23 23 Mendukung

3 Meja 23 23 Mendukung

4 Kursi 23 23 Mendukung

5 White Board 1 1 Mendukung


(55)

7 Spidol 1 1 Mendukung

Tabel di atas menjelaskan bahwa sarana yang tersedia dapat mendukung jalannya proses belajar-mengajar dalam program kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan Al-Andalusia

2. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud dengan faktor lingkungan disini adalah faktor situasi yang tidak bising dari suara-suara yang dapat menganggu ketenangan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif, maka hal itu dapat mendukung terjadinya kegiatan proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu faktor teman dan kemauan belajar pada diri sendiri dapat mempengaruhi jalannya proses penyampaian materi karena situasi yang kondusif dapat terbentuk dari faktor tersebut, jika situasi kondusif sudah terbentuk maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan efektif.41

3. Faktor Kemampuan Dasar

Faktor ini dapat menjadi pendukung terlaksananya komunikasi yang baik, faktor ini terdapat pada murid yang mempunyai basic/skills mengenai

41


(56)

komputer, sehingga komunikator (guru) lebih mudah dalam menyampaikan pesan atau materi yang akan di sampaikan kepada komunikan (murid)42.

Selanjutnya, jika melihat dari teori yang diungkapkan oleh Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass mengenai ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif terdapat kesesuaian antara komunikator dan teori tersebut. langkah-langkah yang diambil oleh komunikator agar terciptanya keefektifan komunikasi dalam proses belajar-mengajar pada bidang ekstrakulikuler Aplikasi Komputer adalah sebagai berikut :

1. Pengertian : Komunikator mengerti akan pesan-pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Akan hal ini pada proses belajar-mengajar kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer, komunikator sudah menguasai dan mengerti terhadap materi yang akan disampaiakan sehingga komunikator tidak canggung dalam menjelaskan atau menyampaikan materi yang akan diberi kepada komunikan.

2. Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan, dalam hal ini komunikator cukup mampu bisa memberikan suatu hubungan yang harmonis terhadap komunikan sehingga komunikan tidak takut untuk bertanya kepada komunikator.

3. Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa, dalam hal ini komunikator mampu mengetahui latar belakang komunikan tersebut dengan demikian komunikator tahu bagaimana cara untuk mempengaruhi komunikan agar komunikan mau mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh komunikator tanpa adanya paksaan.

42


(57)

4. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahanan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam berinteraksi, dalam hal ini komunikator mampu dan aktif dalam berinteraksi, karena dengan interaksi yang harmonis bagi komunikator dan komunikan akan menimbulkan hubungan sosial yang baik dan lebih mudah akrab.

5. Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan isi pesan yang akan disampaikan.

C. Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi

Komputer

Hambatan bisa juga dikatakan gangguan yang terjadi pada komunikasi tetapi tidak menyebabkan komunikasi berhenti, begitupun dalam proses pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler komputer, untuk mencapai suatu keberhasilan pasti akan mengalami suatu hambatan yang harus di atasi, agar proses tersebut berjalan sesuai dengan harapan. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia adalah sebagai berikut :

1. Hambatan Non Teknis

Yang dimaksud dengan hambatan-hambatan non teknis disini adalah faktor penghambat eksternal dan internal. Faktor eksternal ketika terjadinya bunyi suara yang ribut atau kebising dari lingkungan sekitar sekolah. Ketika kebisingan datang hal itu dapat mengganggu terjadinya kegiatan proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler. jika situasi kondusif sudah terbentuk maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan efektif.43 Sedangkan faktor penghambat non teknis secara internal seperti gangguan psikologis, gangguan status dan murid yang tidak mempunyai kemampuan dasar mengenai komputer. Yang dimaksud dengan gagguan psikologis ini adalah ketidak mampuan konsentrasi komunikan ketika komunikator sedang menyampaikan pesan seperti komunikan atau pendengar memikirkan sesuatu yang lain seperti halnya komunikan sedang sedih, bingung, kecewa dan lain

43


(58)

sebagainya sehingga membuatnya sangat sukar memusatkan perhatian dan pikiran terhadap apa yang sedang dikatakan pembicara.

Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan status disini adalah gangguan yang disebabkan karena jarak sosial di antara komunikator dan komunikan dalam hal ini status antara guru dan murid. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku dalam proses berkomunikasi, karena pendengar mungkin merasa takut terhadap si pembicara untuk melakukan suatupertanyaan atau pernyataan. dan banyak lagi faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat menjadi hambatan bagi suatu pesan.44

Sedangkan faktor kemampuan dasar bisa dapat menjadi penghambat terlaksananya komunikasi yang baik, faktor ini terdapat pada murid yang tidak mempunyai basic/skills mengenai komputer, sehingga murid sering salah mentafsirkan / menyalah artikan penyampaian guru.

2. Hambatan Semantik (Bahasa)

Hambatan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Bahasa merupakan faktor yang terpenting dalam menjalankan komunikasi, karena dengan bahasa yang mudah dan efektif maka komunikasi akan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan harapan.

Dalam hal ini komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar sangat penting karena komunikasi dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang yang dituju. Hambatan ini sering terjadi karena pesan yang disampaikan oleh komunikator (guru) secara verbal tidak dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh komunikan (murid), baik disebabkan oleh ketidakmampuan komunikator dalam menyampaikan pesan atau materi dengan baik atau ketidakmampuan komunikan menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Sering kali salah tanggap disebabkan si komunikator berbicara terlalu cepat sehingga menimbulkan salah pengertian bagi komunikan, misalnya seorang guru menyuruh muridnya untuk men-save as namun tanggapan murid men-save. Pada hal tersebut dapat menjadikan kesalahan dalam pembelajaran.

Dalam hal lain sering terjadi dalam proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler disebabkan karena komunikator sering sekali menggunakan bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.

44


(59)

Berkenaan dengan faktor-faktor penghambat pola komunikasi yang bersifat non teknis dan semantik, yang menjadi permasalahan ialah bagaimana cara upaya untuk mengatasinya.

Dalam hal ini, menurut hemat penulis cara mengatasinya ialah untuk segi non teknis seperti gangguan psikologis dan gangguan status, baiknya bagi seorang komunikator mempunyai kemampuan untuk ber-empaty kepada komunikan dengan kata lain ialah kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Adapun menurut hemat penulis dalam mengatasi hambatan semantik (hambatan bahasa) ialah sebaiknya komunikator dalam segi bahasa menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti dan dapat diterima secara umum oleh komunikan. Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam berkomunikasi, seorang komunikator harus mengucapkan pernyataan dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler Apalikasi Komputer di yayasan Al-Andalusia, dapat diambil kesimpulan.

1. Pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan Al-Andalusia, telah terjadi berbagai macam bentuk komunikasi

Pola Bintang

Pada pola ini menurut teori T. Hani Handoko dikatakan C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya dapat berkomunikasidengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya.

Komunikasi Kelompok, komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. Komunikasi kelompok mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar

A

C

B

D E


(61)

dan tatap mukan. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Indikasinya ketika komunikator (guru) akan menyampaikan materi kepada murid (komunikan) ketika awal pelajaran.

Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan maka menimbulkan komunikasi dua arah. Inidikasinya ketika seorang komunikan (murid) bertanya kepada komunikator (guru) tentang materi yang telah disampaikan oleh komunikator.

Faktor Penghambat Hambatan Non Teknis

Faktor penghambat eksternal dan internal.

Eksternal seperti bunyi atau suara yang ribut atau bising yang dapat mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan.

Internal seperti gangguan psikologis dan gangguan status. Hambatan Semantik

Hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Komunikan sering kali salah tanggap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga menimbulkan salah pengertian


(62)

bagi komunikan. Dalam hal lain komunikator sering sekali menggunakan bahasa-bahasa asing yang jarang di dengar sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.

Faktor Pendukung

Sarana yang Mencukupi

Mulai dari komputer, internet, white board, penghapus papan tulis, bangku dan meja yang mencukupi sehingga menimbulkan keefektifan dalam proses belajar mengajar.

Faktor Lingkungan

faktor situasi yang tidak bising dari suara-suara yang dapat menganggu ketenangan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif

Faktor Kemampuan Dasar

Faktor ini dapat menjadi pendukung terlaksananya komunikasi yang baik dalam proses belajar mengajar, disebabkan komunikan sudah mempunyai kemampuan dasar (basic skills) sebelumnya, sehingga komunikator (guru) lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada komunikan (murid).

B. SARAN

1. Hendaklah para guru lebih memperhatikan lagi dalam menyampaikan materi, terutama dalam bahasa penyampaian

agar murid mudah memahami materi yang disampaikan.

2. Hendaknya para guru untuk meningkatkan rasa empaty kepada murid dengan kata lain ialah kemampuan

menghayati perasaan murid atau merasakan apa yang dirasakan murid dan bisa memberikan suasana yang akrab

kepada murid sehingga murid merasa nyaman dalam mendengarkan penyampaian dan bertanya kepada guru.

3. Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia bisa menambahkan beberapa unit komputer, dikarenakan ada beberapa

komputer yang sudah tidak layak pakai dalam proses belajar mengajar.

4. Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia dapat meningkatkan lagi kualitas guru dalam merawat unit-unit komputer,

sehingga pada proses belajar-mengajar tidak terjadi kerusakan (hank)

5. Demi terciptanya suasana yang kondusif hendaknya bagi murid-murid untuk meningkatkan daya konsentrasi pada


(63)

(1)

sebagainya sehingga membuatnya sangat sukar memusatkan perhatian dan pikiran terhadap apa yang sedang dikatakan pembicara.

Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan status disini adalah gangguan yang disebabkan karena jarak sosial di antara komunikator dan komunikan dalam hal ini status antara guru dan murid. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku dalam proses berkomunikasi, karena pendengar mungkin merasa takut terhadap si pembicara untuk melakukan suatupertanyaan atau pernyataan. dan banyak lagi faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat menjadi hambatan bagi suatu pesan.44

Sedangkan faktor kemampuan dasar bisa dapat menjadi penghambat terlaksananya komunikasi yang baik, faktor ini terdapat pada murid yang tidak mempunyai basic/skills mengenai komputer, sehingga murid sering salah mentafsirkan / menyalah artikan penyampaian guru.

2. Hambatan Semantik (Bahasa)

Hambatan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Bahasa merupakan faktor yang terpenting dalam menjalankan komunikasi, karena dengan bahasa yang mudah dan efektif maka komunikasi akan berjalan dengan efektif dan sesuai dengan harapan.

Dalam hal ini komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar sangat penting karena komunikasi dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang yang dituju. Hambatan ini sering terjadi karena pesan yang disampaikan oleh komunikator (guru) secara verbal tidak dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh komunikan (murid), baik disebabkan oleh ketidakmampuan komunikator dalam menyampaikan pesan atau materi dengan baik atau ketidakmampuan komunikan menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Sering kali salah tanggap disebabkan si komunikator berbicara terlalu cepat sehingga menimbulkan salah pengertian bagi komunikan, misalnya seorang guru menyuruh muridnya untuk men-save as namun tanggapan murid men-save. Pada hal tersebut dapat menjadikan kesalahan dalam pembelajaran.

Dalam hal lain sering terjadi dalam proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler disebabkan karena komunikator sering sekali menggunakan bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.

44


(2)

Berkenaan dengan faktor-faktor penghambat pola komunikasi yang bersifat non teknis dan semantik, yang menjadi permasalahan ialah bagaimana cara upaya untuk mengatasinya.

Dalam hal ini, menurut hemat penulis cara mengatasinya ialah untuk segi non teknis seperti gangguan psikologis dan gangguan status, baiknya bagi seorang komunikator mempunyai kemampuan untuk ber-empaty kepada komunikan dengan kata lain ialah kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Adapun menurut hemat penulis dalam mengatasi hambatan semantik (hambatan bahasa) ialah sebaiknya komunikator dalam segi bahasa menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti dan dapat diterima secara umum oleh komunikan. Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam berkomunikasi, seorang komunikator harus mengucapkan pernyataan dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler Apalikasi Komputer di yayasan Al-Andalusia, dapat diambil kesimpulan.

1. Pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan Al-Andalusia, telah terjadi berbagai macam bentuk komunikasi

Pola Bintang

Pada pola ini menurut teori T. Hani Handoko dikatakan C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya dapat berkomunikasidengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya.

Komunikasi Kelompok, komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. Komunikasi kelompok mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar

A

C

B

D E


(4)

dan tatap mukan. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Indikasinya ketika komunikator (guru) akan menyampaikan materi kepada murid (komunikan) ketika awal pelajaran.

Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan maka menimbulkan komunikasi dua arah. Inidikasinya ketika seorang komunikan (murid) bertanya kepada komunikator (guru) tentang materi yang telah disampaikan oleh komunikator.

Faktor Penghambat Hambatan Non Teknis

Faktor penghambat eksternal dan internal.

Eksternal seperti bunyi atau suara yang ribut atau bising yang dapat mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan.

Internal seperti gangguan psikologis dan gangguan status. Hambatan Semantik

Hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Komunikan sering kali salah tanggap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga menimbulkan salah pengertian


(5)

bagi komunikan. Dalam hal lain komunikator sering sekali menggunakan bahasa-bahasa asing yang jarang di dengar sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.

Faktor Pendukung

Sarana yang Mencukupi

Mulai dari komputer, internet, white board, penghapus papan tulis, bangku dan meja yang mencukupi sehingga menimbulkan keefektifan dalam proses belajar mengajar.

Faktor Lingkungan

faktor situasi yang tidak bising dari suara-suara yang dapat menganggu ketenangan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif

Faktor Kemampuan Dasar

Faktor ini dapat menjadi pendukung terlaksananya komunikasi yang baik dalam proses belajar mengajar, disebabkan komunikan sudah mempunyai kemampuan dasar (basic skills) sebelumnya, sehingga komunikator (guru) lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada komunikan (murid).

B. SARAN

1. Hendaklah para guru lebih memperhatikan lagi dalam menyampaikan materi, terutama dalam bahasa penyampaian agar murid mudah memahami materi yang disampaikan.

2. Hendaknya para guru untuk meningkatkan rasa empaty kepada murid dengan kata lain ialah kemampuan menghayati perasaan murid atau merasakan apa yang dirasakan murid dan bisa memberikan suasana yang akrab kepada murid sehingga murid merasa nyaman dalam mendengarkan penyampaian dan bertanya kepada guru. 3. Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia bisa menambahkan beberapa unit komputer, dikarenakan ada beberapa

komputer yang sudah tidak layak pakai dalam proses belajar mengajar.

4. Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia dapat meningkatkan lagi kualitas guru dalam merawat unit-unit komputer, sehingga pada proses belajar-mengajar tidak terjadi kerusakan (hank)

5. Demi terciptanya suasana yang kondusif hendaknya bagi murid-murid untuk meningkatkan daya konsentrasi pada penyampaian materi dan tidak bersendagurau ketika guru menyampaikan pesannya


(6)