LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI HESTI NILA PUSPITA S. 2411101045

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI HESTI NILA PUSPITA SUKARNA 2411101045

Disetujui oleh :

Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembimbing Kerja Praktek Universitas Jenderal Achmad Yani

DR. ARIANI BUDI SAFARINA, IR., MT. DR. ARIANI BUDI SAFARINA, IR., MT. 0430076202

ii

KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI HESTI NILA PUSPITA SUKARNA 2411101045

Disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan

PANJI DWI JAYAGUNA SITE ENGINEER

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-Nya, sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan.Laporan

Kerja Praktek dengan judul “METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK

RESIDENCE DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT ” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu di Universitas Jenderal Achmad Yani.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak, Laporan Kerja Praktek ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Laporan Kerja Praktek ini, yaitu kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Ariani Budi Safarina, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.

2. Ibu Dr. Ir. Ariani Budi Safarina, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan bimbingan dan banyak memberikan masukan kepada penulis.

3. Bapak Ronni I. S. R. Hadinagoro, Ir., MT. selaku Dosen Wali Angkatan 2010

4. Bapak Panji Dwi Jayaguna selaku site engineer PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG yang berkenan memberi izin penulis untuk melaksanakan kerja praktek di proyek yang sedang berjalan.

5. Ayah, Ibu, kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan dukungan moril, do ’a, dan kasih sayang.

6. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhir kata, penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak

kekurangan dalam Laporan Kerja Praktek ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Cimahi, Oktober 2013 Penulis

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib khususnya di Jurusan Teknik Sipil Universitas Jendral Achmad Yani. Selain untuk memenuhi kegiatan akademik, KP ini diharapkan dapat bersinergi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Sehingga mahasiswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan dapat mengatasi persaingan di dunia kerja. KP juga dapat dijadikan jembatan untuk menambah wawasan dari orang-orang yang telah berpengalaman di bidangnya dan mampu berkomunikasi dengan sesama masyarakat konstruksi.

Sesuai kurikulum, Kerja Praktek diwajibkan diikuti oleh mahasiswa semester VI untuk jenjang program Strata 1 di Jurusan Teknik Sipil Universitas Jendral Achmad Yani. Bidang ilmu yang diambil sesuai dengan ruang lingkup Program Studi masing-masing. Pada pelaksanaannya,Kerja Praktek dilaksanakan selama 1 bulan. Pada waktu tersebut mahasiswa diharapkan dapat mengamati, mempelajari, mendokumentasikan dan ikut terlibat pada seluruh kegiatan di proyek baik secara administratif, manajemen dan pelaksanaan konstruksi, sehingga mahasiswa mendapat pengalaman dan mampu menyimpulkan keterkaitan antara teori dan praktikum yang didapatkan di kampus dengan keadaan langsung dilapangan. Dari seluruh hasil kegiatan dan pengalaman yang didapat selama KP, mahasiswa dapat menulisnya dalam bentuk sebuah laporan.

Proyek yang kami jadikan tempat untuk KP adalah proyek pembangunan Easton Park Apartement yang berlokasi di Jalan Jatinangor Raya no.78 Kab.Sumedang Jawa Barat dan topik yang kami ambil pada KP ini yaitu Metode Pelaksanaan Pekerjaan Shear Wall dan Corewall . Adapun pekerjaan tersebut kami tinjau tersebut berdasarkan metoda pelaksanaannya dan quality control sehingga sesuai dengan kompetensi lulusan Strata 1.

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari kerja praktek ini adalah agar mahasiswa teknik pada umumnya serta mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani pada khususnya dapat belajar mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya di bangku kuliah. Serta untuk menyiapkan mahasiswa – mahasiswa yang berkualitas serta profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang didapat dengan adanya kerja praktek ini diharapkan terciptanya mahasiswa yang dapat dan mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang efektif & efisien guna memperoleh hasil yang maksimal. Dari kerja praktek ini mahasiswa Teknik Sipil diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan teori serta praktek yang sebenarnya di lapangan.

Tujuan kerja praktek ini adalah :

1. Memberikan peluang kepada mahasiswa untuk terlibat secara langsung kegiatan proyek (Kontraktor, Konsultan atau Lembaga Penelitian) yang berhubungan dengan bidang ilmu Rekayasa Sipil yang telah dipelajari sebelumnya di kegiatan perkuliahan.

2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk membuat sebuah perbandingan dan menganalisis mengenai pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan perkuliahan dengan kegiatan sebenarnya di lapangan.

3. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan secara visual dan dengan melakukan aktifitas kegiatan pembangunan fisik dalam bidang kerekayasaan, kontraktual dan administratif, serta pelaksanaannya di lapangan sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan dan pemahaman atas masalah tersebut.

4. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam menyampaikan dan membahas kegiatan selama Kerja Praktek dalambentuk tulisan berupa laporan.

Salah satu bentuk usaha untuk mendapatkan pengalaman kerja di lapangan yang tidak didapatkan secara langsung di bangku kuliah.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Proyek pembangunan Easton Park Apartement terdiri dari macam-macam pekerjaan, seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, Proyek pembangunan Easton Park Apartement terdiri dari macam-macam pekerjaan, seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur,

Masalah yang akan dibahas pada laporan Kerja Praktek ini meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan metoda pelaksanaan pekerjaan Shearwall dan Corewall dari mulai pekerjaan persiapan, pekerjaan pembesian, pekerjaan pemasangan acuan dan perancah (bekisting), pekerjaan pengecoran beton, pekerjaan pembongkaran acuan dan perancah (bekisting), dan pekerjaan perawatan beton. Dari seluruh pekerjaan tersebut lebih ditekankan kepada metoda pelaksanaan, pengendalian mutu pembetonan sebelum pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan pekerjaan beton dan pengendalian mutu setelah pelaksanaan pekerjaan beton. Adapun lingkup pengamatan tersebut terdiri dari pekerjaan lantai Basement dari tanggal 10 Juni2013 sampai dengan 28Juli2013.

1.4. Metodologi

Dalam menyajikan gambaran yang jelas, dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini penulis mengumpulkan data sebanyak – banyaknya sesuai yang dibutuhkan. Laporan Kerja Praktek ini pada hakekatnya melaporkan hasil pengamatan atau peninjauan selama pelaksanaan proyek. Adapun metode-metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Mengacu pada pedoman Kerja Praktek yang diberikan oleh coordinator Kerja Praktek.

2. Mengikuti arahan yang diberikan oleh pembimbing baik pembimbing lapangan maupun pembimbing dari jurusan teknik sipil.

3. Mempelajari gambar rencana pekerjaan, rencana kerja dan syarat-syarat, RAB, kurva S, serta data pendukung proyek lainnya yang relevan.

4. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pembimbing lapangan seperti menghitung volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan.

5. Mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan proyek berupa foto-foto, video dan berbagai lampiran yang disajikan untuk menunjang kelengkapan dari laporan

6. Mengadakan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait (Site Manager, para pelaksana, para pekerja) secara langsung dalam prosedur pelaksanaan proyek.

7. Mencari data dan informasi yang dibutuhkan dengan cara studi pustaka, wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat, keterlibatan langsung di lapangan, maupun memanfaatkan literature bahan kuliah yang telah didapatkan.

1.5. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan laporan Kerja Praktek disajikan dalam 5 Bab. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

membahas tentang latar belakang Kerja Praktek, tujuan Kerja Praktek, ruang lingkup pembahasan Kerja Praktek, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

membahas tentang Latar Belakang Proyek, Data Proyek, Struktur Organisasi Proyek (meliputi prosedur & hubungan kerja) dan Tinjauan Perencanaan Proyek.

BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Membahas mengenai perencanaan pekerjaan beton, rencana kerja, pengadaan bahan dan peralatan yang digunakan, pengadaan tenaga kerja, pengendalian mutu, konsep perencanaan, perencanaan sistem konstruksi, dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

BAB IV METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN COREWALL

Membahas mengenai latar belakang perencanaan pemasangan Shearwall, konsep perancangan, perancangan sistem konstruksi, perancangan konstruksi, dan perancangan waktu pelaksanaan pekerjaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

sebagai akhir dari laporan Kerja Praktek penulis membahas tentang kesimpulan secara menyeluruh dari hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek dan saran kepada mahasiswa Teknik Sipil yang akan melakukan kerja praktek setelah ini.

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1. Latar Belakang Proyek

Proyek dapat di definisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas pekerjaan yang terdiri dari rangkaian bagian pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan melibatkan banyak orang serta sumber daya manusia untuk mengerjakan segala sesuatu didalamnya, dengan biaya serta waktu tertentu, menyangkut persiapan, survey, penyusunan konsep, hingga pada tahap implementasi konsep tersebut, yang pada akhirnya secara bersama-sama mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Pada decade terakhir ini perkembangan kawasan Jatinangor dari tahun ke tahun semakin pesat, hal tersebut dikarenakan wilayah ini merupakan kawasan pendidikan dari beberapa universitas ternama diantaranya IPDN, UNPAD, ITB, dan IKOPIN. Dengan menjadi kawasan pusat pendidikan, Jatinangor menjadi tempat yang sangat menarik untuk orang-orang berinvestasi di bidang property dengan membuka tempat kost atau kontrakan.

Easton Park Residence berada di lokasi strategis, jalur utama Provinsi Jawa Barat, dilalui kendaraan 24 Jam, akses dekat gerbang tol Cileunyi (1Km), berada di kawasan pendidikan dan industry serta berdekatan dengan berbagai fasilitas umum seperti mall, supermarket, bank, pasartradisional, terminal, dll.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek

Easton Park Residence bukan apartement pertama di Jatinangor, namun konsep hunian vertikal yang benar-benar memanjakan penghuni apartement Easton Park Residence. Easton Park Residence menghadirkan sebuah konsep hunian modern yang aman dan nyaman serta didukung berbagai fasilitas lengkap yang akan membuat hidup penghuninya semakin menyenangkan. Keamanan 24 jam dengan CCTV, jaringan cable TV, internet, Wi-fi, swimming pool, fitness centre, resto dan cafe, dll. Hunian modern ini cocok untuk keluarga maupun mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal selama kuliah di Jatinangor.

2.2. Proses Pengadaan Proyek

2.2.1. Jenis Lelang Proyek

Proyek pembangunan Apartement EASTON PARK Residence, owner melakukan system lelang yaitu Sistem Penunjukan Langsung. System penunjukan langsung ini adalah penunjukan kontraktor sebagai pelaksana terbatas penawar/rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan memiliki daftar rekanan yang masih berlaku, serta memenuhi persyaratan, diantaranya sebagai berikut :

1. Mempunyai klasifikasi sesuai dengan besar nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu klasifikasi dengan nilai minimal A 1-6 untuk kontraktor bidang perumahan dan pemukiman, serta memiliki Tanda Daftar Rekanan (TDR) untuk bidang Cipta Karya Sub. Bidang Bangunan Gedung.

2. Telah mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi persyaratan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia lelang.

3. Mengambil dokumen pelaksanaan.

4. Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) lelang.

5. Memasukan berkas penawaran sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. System penunjukan langsung proyek ini, termasuk juga pada penunjukan penuh dimana apabila pemilik proyek menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan pekerjaan, baik dalam hal penyediaan material yang akan digunakan maupun tenaga kerja yang dibutuhkan pada kontraktor telah ditunjuk sebelumnya.

2.2.2. Jenis Tender Proyek

Dalam proyek ini tidak diadakan proses tender. Dan untuk bidang MEP ( Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing ) itu diadakan dengan system lelang terbuka.

2.3. Nilai Kontrak dan Sumber Dana

Dalam pengadaan Proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini memiliki nilai kontrak atau memakan dana sebesar Rp 106.480.000.000,-.Dana pembangunan berasal dari PT. KALMAR LAND yang dibantu oleh Bank.

2.4. Data Proyek

2.4.1. Data TeknisProyek

Nama Proyek

: Easton Park Residence

Lokasi Proyek : Jl. Jatinangor Raya No. 78 Kab. Sumedang

Jenis Pekerjaan : Struktur,Arsitektur, Mekanikal dan Elektrikal Luas Bangunan

: 49087,84 m 2

Jumlah Lantai : 24 lantai + semi basement + atap Tinggi Bangunan

: - Lantai Semi Basement : 4,5 m

- LantaiDasar

: 4,16 m

- LantaiMezanine

: 4,16 m

- Lantai 1

:3m

- Lantai 2

:3m

- Lantai 3

:3m

- Lantai 5

:3m

- Lantai 6

:3m

- Lantai 7

:3m

- Lantai 8

:3m

- Lantai 9

:3m

- Lantai 10

:3m

- Lantai 11

:3m

- Lantai Atap

:3m

: 78,82 m Jangka Waktu

Total Tinggi

: ±1,3 tahun atau 16 bulan

Beton Struktur

: Ready Mix Nilai Slump :12±2 beton ready mix untuk balok, kolom dan pelat

Struktur Bangunan : Beton bertulang Struktur Atap

: Dak beton

Struktur Tangga

: Tangga Beton Bertulang.

Tipe Pondasi

: Bore pile

Subkontraktor Pondasi: PT. Berdikari Produsen Beton

: PT. Adhimix Precast Indonesia Produsen Besi

:PT. Delco Prima Mutu Beton : K300, K400

Mutu Besi

: BJ-40  D = 10

D = 13

D = 19

D = 22

D = 25

2.4.2. Data Administrasi dan Pendanaan Proyek

Pendanaan proyek “Easton Park Residence” Jatinangor berasal dari PT. Kalmar Land. Berikut adalah data administrasi proyek tersebut :

Nama Proyek

: Easton Park Residence

Lokasi proyek : Jl. Jatinangor Raya No. 78 Kab.Sumedang Owner / PemilikProyek

: PT. Kalmar land

Management Konstruksi : PT. Kalmar Jaya Konsultan Struktur

: Gunadi Ligawan Engineering Consultant Konsultan Arsitektur

: Pensil Desain Konsultan

Pelaksana Konstruksi : PT. Wijaya Karya BangunanG edung Sistem Pelelangan

: Penunjukan Langsung

Sumber Dana

: Swasta

Dari sumber dana yang berasal dari swasta yaitu PT. KALMAR JAYA, telah dikalkulasi biaya proyek dalam bentuk Bill of Quantity (BoQ). (dapat dilihat dalam Lampiran A-1)

2.4.3. Gambar – Gambar Kondisi Lapangan

Proyek pembangunan Easton Park Apartement Jatinangor terletak di Bandung Selatan dekat perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Proyek ini memiliki batas-batas bangunan sebagai berikut :

1. Sebelah Barat

: Rumah warga

2. Sebelah Selatan : Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)

3. Sebelah Utara

: Pesawahan

4. Sebelah Timur

: Rumah warga

Gambar 2.2 Site Proyek

(sumber :PT Wijaya Karya Bangunan Gedung)

Gambar 2.3 Gambar Kondisi Proyek

Gambar 2.4 Site Plan Proyek

Gambar 2.5 Easton Park Residence

2.5. Jenis Kontrak Lumpsum / Fix Price

Proyek ini juga memiliki jenis kontrak Lumpsum / Fix Price karena dalam pengadaan dananya berasal dari owner dan pekerjaan pembangunannya dilakukan oleh instansi berbeda yaitu PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG. Adapun peraturan-peraturan ini tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Perpres 70 pasal 51 ayat (1).yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;

2. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa

3. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;

4. Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based);

5. Total harga penawaran bersifat mengikat;

6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2.5.1. Definisi dan Kondisi Kontrak Lump Sum

System kontrak Lump Sum merupakan suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.

1. Kontrak Lump Sum merupakan jenis kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya yang merupakan bagian dari jenis kontrak fixed priced contract dimana terdiri atas dua yaitu fixed price lump sum contract dan fixed priced unit rate contract.

2. Lump sum adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan persyaratan yang disepakati (gambar konstruksi, spesifikasi,schedule, dan semua persyaratan dalam dokumen lainnya) dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti, tertentu dan tetap yang disetujui secara tertulis sebelum pekerjaan 2. Lump sum adalah kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan persyaratan yang disepakati (gambar konstruksi, spesifikasi,schedule, dan semua persyaratan dalam dokumen lainnya) dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti, tertentu dan tetap yang disetujui secara tertulis sebelum pekerjaan

3. Semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa (risiko yang cukup besar) sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Kontrak ini memberikan perlindungan maksimum kepada owner pada biaya total proyek. Risiko biaya bagi pengguna jasa minimal (kecil) memberi cukup pengawasan atas pelaksanaan dan pengikatan. Resiko keuangan yang rendah di Pemberi Tugas dan tingkat investasi yang dibutuhkan dapat ditentukan sejak awal.

Secara umum digunakan pada metode pengadaan proyek design and build dan sering digunakan pada kontrak engineering.

2.5.2. Pelaksanaan Kontrak Lump Sum

1. Volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.

2. Harga ini tetap tidak berubah selama berlakunya kontrak dan tidak dapat diubah kecuali karena perubahan lingkup pekerjaan atau kondisi pelaksanaan dan perintah tambahan dari pengguna jasa. Permintaan perubahan oleh owner atau wakilnya atau atas kebutuhan kontrak setelah penentuan pemenang berakibat kesulitan dan tambahan biaya. Perubahan hanya jika ada instruksi variasi atau terjadi kejadian yang menyebabkan munculnya hak untuk tambahan pembayaran.

3. Penyedia jasa biasanya tidak akan membayar kenaikan biaya untuk harga-harga yang meningkat jika tidak ada pasal yang mengatur mengenai kenaikan harga dalam kontrak.

4. Kontrak ini memungkinkan diberikan insentif apabila kontraktor dapat memenuhi target obyektif proyek seperti target proyek.

5. Kontraktor bebas menggunakan metode dan sumber daya apapun dalam menyelesaikan pekerjaan.

6. Kontrak ini memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada kontraktor atas performa yang tinggi.

7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan system kontrak Lumpsum adalah :

a. Batasan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan harus jelas dinyatakan dalam Spesifikasi Teknis / Gambar Lelang.

b. Apabila ada perbedaan lingkup pekerjaan antara yg tercantum dalam Spesifikasi Teknis / Gambar dengan Pekerjaan yang akan dilelangkan, harus dijelaskan dalam Rapat Penjelasan Lelang (Aanwijzing) dan dibuat Addendum Dokumen Lelang yang menjelaskan perubahan lingkup pekerjaan tersebut.

c. Penggunaan Daftar Kuantitas / Bill of Quantity dalam pelelangan hanya digunakan sebagai acuan bagi kontraktor dalam mengajukan penawaran harga yang bersifat tidak mengikat & Peserta Lelang harus melakukan perhitungan sendiri sebelum mengajukan penawaran.

d. Untuk mempermudah dalam hal evaluasi penawaran harga, saat rapat penjelasan lelang (Aanwijzing) harus ditegaskan bahwa apabila terdapat perbedaan antara volume pada Bill of Quantity (BQ) dengan hasil perhitungan peserta lelang maka peserta lelang tidak boleh merubah volume Bill of Quantity yg diberikan dan agar menyesuaikannya dalam harga satuan yg diajukan

e. Dalam perhitungan volume pekerjaan yg akan dicantumkan & Bill of Quantity harus dihindari sampai sekecil mungkin kesalahan yang mungkin terjadi, karena setelah terjadi kontrak nantinya volume lebih/kurang tidak dapat dikurangkan/ditambahkan.

f. Pekerjaan tambah/kurang terhadap nilai kontrak yg ada hanya boleh dilakukan apabila :

1) Permintaan dari Pemberi Tugas untuk menambah / mengurangi pekerjaan yang instruksinya dilakukan secara tertulis.

2) Adanya perubahan gambar / spesifikasi teknis dari Perencana yang sudah disetujui oleh Pemberi Tugas

3) Adanya instruksi tertulis dari pengawas lapangan untuk menyempurnakan suatu jenis pekerjaan tertentu yg dipastikan bahwa sangat beresiko secara struktural atau system tidak 3) Adanya instruksi tertulis dari pengawas lapangan untuk menyempurnakan suatu jenis pekerjaan tertentu yg dipastikan bahwa sangat beresiko secara struktural atau system tidak

4) Dalam perhitungan biaya tambah/kurang harga satuan yang digunakan harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam Bill of Quantity kontrak yang bersifat mengikat.

8. Implikasi/penyimpangan yang sering dilakukan oleh Kontraktor di lapangan :

a. Kontraktor tidak mau melaksanakan pekerjaan tertentu karena item pekerjaan tidak tercantum dalam Bill of Quantity

b. Kontraktor mengajukan perhitungan perubahan pekerjaan mengacu kepada volume Bill of Quantity yang ada.

c. Kontraktor melaksanakan pekerjaan dilapangan sesuai volume yang tercantum dalam BQ.

2.5.3. Uang Muka dan Pembayaran Prestasi Kerja

1. Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk:

a. mobilisasi alat dan tenaga kerja;

b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau

c. persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

2. Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PPK menyetujui Rencana Penggunaan Uang Muka yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa;

b. untuk Usaha Kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa;

c. untuk usaha non kecil dan Penyedia Jasa Konsultansi, uang muka dapat diberikan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.

d. untuk Kontrak Tahun Jamak, uang muka dapat diberikan:

1) 20% (dua puluh perseratus) dari Kontrak tahun pertama; atau

2) 15% (lima belas perseratus) dari nilai Kontrak.

e. Uang Muka yang telah diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa, harus segera dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Rencana Penggunaan Uang Muka yang telah mendapat persetujuan PPK.

f. Nilai Jaminan Uang Muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.

2.6. Struktur Organisasi Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumberdaya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bias tercapai.Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuaidengan kualitas yang diharapkan.

Oleh karena itu pengorganisasian sangat penting sekali pada suatu proyek konstruksi. Dengan adanya struktur organisasi dapat memperoleh keuntungan pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang, Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya pembagian tugas serta tanggungjawab sesuai keahlian, meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, serta kemampuan yang tersedia secara maksimal sehingga akan didapat pekerjaan yang sesuai dengan sasaran.

Secara umum pembangunan Easton Park Apartement Jatinangor, PT Kalmar Jaya merupakan owner/developer. Dalam hal ini proyek tersebut termasuk proyek swasta yang mempunyai beberapa konsultan yaitu Pensil Desain Konsultan sebagai konsultan arsitektur, Gunadi Ligawan Engineering Consultant sebagai konsultan struktur, Rickyanto Japar sebagai owner/developer dan PT Wijaya Karya

Bangunan Gedung sebagai kontraktor dari proyek Easton Park Apartement Jatinangor.

Struktur Organisasi yang terdiri dari owner, konsultan dan kontraktor sebagai berikut :

2.6.1. Struktur Organisasi Management Proyek

Direksi PT. Kalmar Jaya

Konsultan Project Management Perencana

Kontraktor Struktur &

Swakelola

arsitektur Kontraktor Mekanikal

Elektrikal

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Management Proyek

2.6.2. Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK)

Pemimpin

Proyek Ir. H. Djoeffan

Nawawi

Adm. Teknik

Ass : Siti

Mekanikal

Aisyah, S. Kop Keu :

Elektrikal

……………… Humas :

Wiwaha Insan Security : 7

Orang

Sr. Quantity Supervisor Supervisor Supervisor Eng.

Struktur Mech/Elec

Arsitektur

Ir. Juwono S.

Deni Anwar Wahyu Sigit

Ari Budiman,

ST., MT. Romdhoni, ST. Kadaryun, S.

Drafter :

Inspector Asep D.

Inspector :

Inspector

Angga A.A.ST :Imam Aspari

Ujang Eman S Dede A. S.

Gambar 2.7 Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK)

2.6.3. Struktur Organisasi Kontraktor

= Garis Koordinasi = Garis Komando atau Perintah

Gambar 2.8 Struktur Organisasi Kontraktor

2.6.4. Tugas dan Kewajiban Unsur-unsur Pelaksana Proyek

Setiap pihak yang terlibat di Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor memiliki tugas dan wewenang masing-masing, yaitu sebagai berikut :

1. Owner/developer atau Pemilik Owner/developer (pemilik proyek) merupakan badan atau perseorangan baik itu pemerintah maupun swasta yang memberikan pekerjaan dan membayar biaya pekerjaan tersebut. Pada proyek ini PT. KALMAR JAYA selaku owner/developer memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Memilih Konsultan Perencana baik Struktur, Arsitektur, Mekanikal & ElektrikaldanKontraktor.

b. Membiayai semua pengeluaran untuk keperluan pembangunan proyek.

c. Menyetujui atau menolak mengenai perubahan pekerjaan.

d. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.

2. Project Manager Tugas dan wewenang Project Manager di lokasi Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor :

a. Bertanggung jawab terhadap proyek yang dipimpinnya.

b. Mengontrol proyek yang ditanganinya.

c. Memimpin tim dalam proyek.

d. Membuat rencana pelaksanaan proyek

e. Mengatur dan mengontrol rencana Anggaran Biaya.

f. Memprakarsai, mengawasi, dan memeriksa efektifitas pelaksanaan, perbaikan dan pencegahan.

3. Administrasi Proyek Tugas Administrasi Proyek yaitu :

a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi di lapangan.

b. Membuat laporan keuangan mengenai seluruh pengeluaran proyek.

c. Membuat secara rinci pembukuan keuangan proyek.

d. Memeriksa pembukuan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek.

4. Administrasi dan Sekretaris Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang administrasi dan sekretaris. Tugas administrasi proyek ini dimulai sejak persiapan pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan pembangunan secara umum. Berikut merupakan tugas – tugas dari administrasi dan sekretaris proyek.

a. Melaksanakan administrasi proyek dari awal hingga akhir.

b. Membantu manajer proyek dalam membuat dokumen manajemen proyek.

c. Mendokumentasikan arsip-arsip yang berkaitan dengan administrasi proyek.

5. Site Manager

a. Mewakili perusahaan mengenai semua hal yang berhubungan dengan proyek dan berada di proyek.

b. Memimpin dan mengendalikan proyek sesuai kebijakan yang ditetapkan Project Manager.

c. Membuat detail schedule pelaksanaan.

d. Melaksanakan proyek sesuai rencana kerja dan prosedur yang sudah ditetapkan.

e. Menyeleksi, merekrut mandor.

f. Mengkoordinir pelaksanaan engineering proyek.

g. Melaksanakan approval material dan contoh hasil pekerjaan.

h. Memeriksa dan menyetujui progres mingguan dan bulanan.

6. Desain/drafter

a. Membuat gambar struktur, arsitektur dan mekanikal elektrikal.

b. Merevisi gambar apabila terdapat perubahan desain.

2.6.5. Hubungan Kerja Pada Proyek

Konsultan struktur, konsultan arsitektur, dan kontraktor bertanggung jawab langsung kepada owner/developer sebagai pemberi tugas. Seluruh konsultan berperan sebagai perencana baik itu struktur, arsitektur dan Kontraktor adalah pihak yang diserahi tugas untuk Konsultan struktur, konsultan arsitektur, dan kontraktor bertanggung jawab langsung kepada owner/developer sebagai pemberi tugas. Seluruh konsultan berperan sebagai perencana baik itu struktur, arsitektur dan Kontraktor adalah pihak yang diserahi tugas untuk

Project Manager bertanggung jawab dalam selama pelaksanaan konstruksi berlangsung, Manajer proyek berperan sangat penting yaitu untuk mengintergrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu, sebagai seorang komunikator, dan sebagai seoaran enterpreuneur yang harus berusaha untuk melakukan pengadaan dana, fasilitas dan orang agar proyek berjalan.Hubungan kerja dari struktur organisasi pada Gambar menunjukan garis koordinasi dan komando, selain itu tidak ada hubungan kerja secara kontraktual. Dari hasil pengamatan dilapangan, prosedur hubungan kerja antara pihak-pihak yang terlibat dijelaskan seperti dibawah ini :

1. Hubungan Owner/developer dengan Project Manager

Hubungan antara Owner/developer dan Project Manageradalah hubungan koordinasi berikut pemberi tugas. Dalam hal ini owner/developer sebagai pemberi tugas melaporkan keinginan dan konsep untuk pembangunan Easton Park Apartement Jatinangor terlebih dahulu kepada Project Manager . Oleh karena itu Project Manager bertanggung jawab langsung kepada owner/developer. Setelah konsep telah didapat maka Project Manager akan berkoordinasi dengan semua Konsultan baik Konsultan Struktur, Konsultan Arsitektur, dan Konsultan Mekanikal & Elektrikal.

2. Hubungan Owner/developer dengan Konsultan Struktur, Arsitektur, dan Mekanikal & Elektrikal

Hubungan kerja antara owner/developer dan seluruh konsultan adalah hubungan koordinasi dan hubungan kontrak. Setelah Project Manager memanggil seluruh Konsultan, Owner/developer akan melaporkan kembali konsep keinginan membangun tersebut kepada seluruh konsultan. Dalam hal ini owner/developer selaku pemberi tugas, sehingga para konsultan bertanggung jawab langsung kepada owner/developer. Seluruh

Konsultan menjalankan tugasnya sesuai dengan konsep dan spesifikasi yang diinginkan owner/developer.

3. Hubungan Konsultan dengan Project Manager

Hubungan kerja antara Konsultan dan Project Manager adalah hubungan koordinasi, dimana perencanaan bangunan yang dirancang oleh konsultan akan direalisasikan oleh pelaksana proyek yang dipimpin Project Manager . Jika terdapat perubahan struktur, ataupun hambatan-hambatan lain dalam proses konstruksi, Project Manager akan selalu berkoordinasi dengan konsultan untuk mencari solusi yang terbaik.

2.7. Gambar Kerja / Shop drawing

Gambar Kerja atau Shop Drawing adalah gambar kerja teknis lapangan yang dijadikan sebagai pedoman pembangunan dan pelaksanaan di lapangan pada sebuah proyek tertentu. Gambar kerja ini adalah sebuah media komunikasi yang digunakan oleh pihak yang melaksanakan pembangunan. Yang membuat Gambar Kerja ini adalah Drafter yang mengacu dari kesepakatan Project Manager dan mendapat persetujuan dari Konsultan. Gambar Bestek dari konsultan diterjemahkan oleh drafter kontraktor sebagai cara mudah pelaksanaan di lapangan.

Kejelasan dalam Gambar Kerja akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan pekerjaan. Karena semakin jelas dan lengkap sebuah informasi yang tertuang dalam Gambar Kerja maka akan dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek pembangunan. Adapun isi dari Gambar kerja tersebut adalah :

1. Tampak Samping Kiri Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-2);

2. Tampak Samping Kanan Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-3);

3. Tampak Belakang Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-4);

4. Tampak Depan Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A- 5);

5. Detail Shearwall (dapat dilihat pada Lampiran A-6);

6. Denah Pondasi (dapat dilihat pada Lampiran A-7).

7. Potongan Lift (dapat dilihat pada Lampiran A-8).

8. Denah Mezanine, Denah Lt 1, Denah Lt 2, Denah Lt 3, Denah Lt 4-10 (dapat dilihat pada Lampiran A-9). Jika dalam pelaksanaan terjadi perubahan pekerjaan yang mengharuskan adanya perubahan gambar, maka akan ada pertambahan/pengurangan pekerjaan. Dalam hal ini hubungan birokrasi untuk perubahan gambar yaitu gambar yang akan diubah itu diberitahukan terhadap konsultan, dari konsultan adanya pemahaman dan pengamatan terhadap alasan perubahan gambar, keputusan perubahan gambar tetap berada di tangan owner kemudian diserahkan ke konsultan dan kemudian ke kontraktor untuk diterjemahkan/di spesifikan kembali untuk pelaksanaan di lapangan. (dapat dilihat format proses persetujuan Shop Drawing dalam Lampiran A-10)

2.8. Perancangan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu pelaksanaan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu proyek, oleh karena itu perlu adanya perencanaan waktu yang matang agar proyek dapat berjalan efektif dan ekonomis. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka diperlukan suatu penjadwalan atau time schedule.

Pada Proyek Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor penjadwalan dirumuskan menggunakan Time Schedule dan Kurva S yaitu dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan September 2014 selama 490hari.penjadwalan tersebut bisa dibuat berdasarkan volume pekerjaan dan harga tiap item pekerjaan. Dari hasil kurva s nantinya akan digunakan sebagai panduan untuk mengendalikan pelaksanaan proyek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan time schedule adalah :

1. Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan.

2. Jenis-jenis pekerjaan/spesifikasi teknis yang akan dilaksanakan.

3. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

4. Spesifikasi pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu pekerjaan yang diperlukan.

5. Batasan - batasan yang ditentukan.

6. Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang baik karena adanya hujan.

7. Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan proyek.

8. Peraturan daerah/wilayah yang berlaku disekitar proyek. Tujuan pembuatan time schedule adalah :

1. Menentukan urutan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada, agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan efisien serta mencapai efektifitas sumber daya yang optimum.

2. Mendeteksi gejala keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diadakan pencegahan sedini mungkin atau dapat diambil kebijakan lain yang sesuai.

3. Memperkecil sumber daya yang harus disediakan untuk kelancaran pekerjaan.

Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva “S” rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan.

Ada dua macam cara yang dapat digunakan :

1. Sebagian besar perhitungan adalah item pekerjaan. Pada cara ini dibuat perbandingan antara item pekerjaan dengan jumlah pekerjaan seluruhnya dikalikan 100 % sehingga didapat bobot persen setiap item pekerjaan, kemudian dihitung bobot persen komulatif dari semua pekerjaan.

2. Sebagai dasar perhitungan adalah biaya pekerjaan. Pada cara ini dibuat perbandingan antara biaya seluruh pekerjaan, kemudian dihitung bobot persen komulatif dari semua pekerjaan.

Kurva S ini mempunyai beberapa kegunaan antara lain :

1. Sebagai kontrol aktivitas yang dicapai dilapangan, apakah terjadi keterlambatan atau tidak. Jika ada, maka harus diatasi dengan cepat dan dilakukan tindakan 1. Sebagai kontrol aktivitas yang dicapai dilapangan, apakah terjadi keterlambatan atau tidak. Jika ada, maka harus diatasi dengan cepat dan dilakukan tindakan

2. Sebagai alat untuk menjelaskan posisi prestasi yang telah dicapai kontraktor sehubungan pembayaran per-item.

3. Untuk mengarahkan pada distribusi pekerjaan yang baik. Untuk mengendalikan jalannya pelaksanaan proyek, diperlukan kurva S aktual. Kurva S yang dapat diusahakan merupakan kurva S yang ideal. Kurva S yang ideal mempunyai kemiringan awal dengan kemiringan akhir yang relatif kecil, sedangkan kemiringan ditengah kurva cukup besar. Secara logis hal ini menyatakan bahwa awal pekerjaan perlu dipersiapkan segala sesuatunya dengan seksama sehingga selanjutnya pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Begitu juga pada keadaan akhir secara perlahan-lahan volume pekerjaan dan kesibukan pekerjaan berkurang.Adapun Kurva S yang digunakan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran A-12.

2.9. Laporan Harian dan Bulanan

Dalam Proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini tentu saja harus ada pertanggungjawabanan dari para Pelaksana di lapangan tentang apa saja yang telah dikerjakan sehingga Owner dapat mengetahui progres yang telah berjalan dilapangan sudah sampai mana. Pertanggungjawaban ini disusun berdasarkan Laporan-laporan pekerjaan apa saja yang dilakukan setiap hari dan setiap minggu oleh para Mandor.

Pelaksana Proyek (QA) setiap harinya membuat Laporan Harian tentang pekerjaan apa saja yang telah dilakukan dalam satu hari tersebut. Setelah membuat laporan harian setiap harinya, laporan tersebut disusun dan direkap sehingga terbentuklah Laporan Mingguan yang mana Laporan Mingguan itu adalah progres pekerjaan selama satu minggu atau tujuh hari jam kerja (Senin-Minggu).

Pembuatan Laporan Harian dan Mingguan selain untuk laporan ke pihak Owner , laporan ini juga dibuat untuk penyusunan Prestasi Kerja. Prestasi Kerja adalah Persentaseprogres Keseluruhan yang telah tercapai/ terselesaikan dari awal pembangunan proyek sampai saat ini. Prestasi Kerja dibuat untuk membandingkan Kurva S yang telah direncanakan dengan Realisasi di lapangan. Apabila Prestasi

Kerja saat ini masih berada pada jadwal yang sesuai dengan Kurva S, maka Kurva S tersebut masih relevan untuk digunakan kedepannya dan pembangunan Proyek masih cukup lancar. Namun apabila Prestasi Kerja saat ini tertinggal jauh dari jadwal Kurva S yang telah direncanakan, maka harus ada evaluasi terhadap pembangunan tersebut apa yang menjadi kendala sehingga bisa mengalami kemunduran dan bagaimana solusi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Adapun Laporan Harian yang digunakan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran A-11.

BAB III TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK

3.1. Konsep Perencanaan

Rencana pembangunan proyek ini berdasarkan dari pertimbangan beberapa aspek, salah satunya pertimbangan karena meningkatnya kebutuhan sarana hunian di kawasanpendidikan khususnya di daerah Jatinangor, Sumedang. maka untuk itu dibangunnya sebuah Apartement di daerah Jatinangor, khususnya di kawasan depan IPDN.

Bangunan ini didesain untuk memenuhi standar keamanan, kekuatan, dan kemampuan layan karena pembangunan gedung ini menggunakan metode bangunan tahan gempa sehingga bangunan ini layak untuk dibangun sebuah Apartement.

Sebagaimana telah ditetapkan terlebih dahulu bahwa konstruksi ini dirancang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan sesuai dengan persyaratan konstruksi. Perancangan dasar struktur ini dibuat agar konstruksi kuat, tahan lama, dan ekonomis. Oleh karena itu dibangun dengan menggunakan material pilihan.

3.2. Perencanaan Pekerjaan Beton

Dalam suatu perencanaan gedung dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi, secara umum perencanaan suatu struktur dipertimbangkan sesuai fungsi bangunan, mutu bahan yang akan di gunakan dan dekatnya dengan sumber bahan, memperhitungkan kekuatan bangunan apabila terjadinya gempa, kondisi lapangan di sekitar proyek, dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

1. Kemampuan layan ( serviceability ) Setiap komponen struktur direncanakan dengan penampang yang mampu menahan beban dan gaya-gaya terfaktor yang bekerja pada struktur tersebut. Selain itu, komponen struktur harus memenuhi kemampuan layan terbatas hanya 1. Kemampuan layan ( serviceability ) Setiap komponen struktur direncanakan dengan penampang yang mampu menahan beban dan gaya-gaya terfaktor yang bekerja pada struktur tersebut. Selain itu, komponen struktur harus memenuhi kemampuan layan terbatas hanya

2. Keamanan Struktur direncanakan dengan memperhitungkan semua kemungkinan pembebanan yang bekerja dan tidak terjadi tegangan tambahan pada struktur, juga memiliki jangkauan deformasi yang diijinkan. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan adanya nilai faktor keamanan yang direduksi dalam perhitungan struktur.

Kemampuan struktur juga dapat ditentukan dengan pembatasan deformasi yang boleh terjadi pada struktur. Jika terjadi retak pada struktur hanya boleh retak rambut. Pada komponen struktur tertentu atau pada bangunan dengan fungsi khusus direncanakan untuk dapat menahan beban tambahan yang terjadi tiba-tiba dan besar, misalnya gempa.

Untuk keamanan pada bangunan gedung, selain memperhatikan kondisi beton, kita juga harus memperhatikan tulangan agar tidak terjadi korosi.

3. Ekonomis Perencanaan struktur harus dilakukan dengan memperhitungkan nilai mata uang yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaanya. Nilai ekonomis suatu struktur dapat dicapai dengan menentukan penggunaan bahan dan besar penampang struktur yang memberikan nilai mata uang lebih kecil tetapi masih dalam ruang lingkup kemampuan layan baik dan keamanan yang cukup. Faktor lain yang menentukan keekonomisan suatu struktur diantaranya penggunaan alat-alat bantu dalam pelaksanaan, pemasokan bahan, jumlah tenaga kerja yang efektif, dan lain sebagainya.

Rencana dari proyek Apartement EASTON PARK Residenceini sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi bangunan tersebut sebagai hunian vertikal yang memiliki keamanan, kekuatan yang terjamin dan sesuai dengan spesifikasi teknis proyek, khususnya pada elemen struktur yaitu Shearwall dan Corewall. Menurut spesifikasi teknis, untuk bagian Shearwall dan Corewall direncanakan menggunakan beton fc’= 24,9 penulangannya menggunakan tulangan deform/ulir untuk tulangan sengkang dan tulangan Rencana dari proyek Apartement EASTON PARK Residenceini sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi bangunan tersebut sebagai hunian vertikal yang memiliki keamanan, kekuatan yang terjamin dan sesuai dengan spesifikasi teknis proyek, khususnya pada elemen struktur yaitu Shearwall dan Corewall. Menurut spesifikasi teknis, untuk bagian Shearwall dan Corewall direncanakan menggunakan beton fc’= 24,9 penulangannya menggunakan tulangan deform/ulir untuk tulangan sengkang dan tulangan

3.2.1. Rencana Kerja

Sebelum proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini dilaksanakan makaPT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG terlebih dahulu melakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Kondisi lokasi proyek yaitu untuk penempatan ruang pekerja, tempat penyimpanan barang dan bahan, dan penempatan air proyek.

2. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai dengan kondisi proyek.

3. Tersedianya bahan-bahan atau material yang memadai menurut jenis dan volumenya.

4. Tersedianya peralatan yang cukup, guna memudahkan jalannya pekerjaan. Setiap pekerjaan terutama pekerjaan struktur mempunyai tahapan

pekerjaan, tahapan-tahapan pekerjaannya antara lain:

1. Pekerjaan persiapan (pembersihan lokasi).

2. Penyediaan bahan.

3. Pekerjaan penulangan (perakitan dan pemasangan tulangan).

4. Pekerjaan bekisting (pembuatan dan pemasangan bekisting).

5. Pekerjaan beton (pengecoran, pemadatan).

6. Perawatan beton.

7. Pembongkaran bekisting.

3.2.2. Pengadaan Bahan yang Digunakan

Dalam proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence, pihak pelaksana yaitu PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG memiliki alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Selain itu ditunjang juga oleh alat pertukangan yang dibawa oleh pekerja, Dalam proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence, pihak pelaksana yaitu PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG memiliki alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Selain itu ditunjang juga oleh alat pertukangan yang dibawa oleh pekerja,

Dalam Pekerjaan struktur beton, sebagian besar bahan telah disediakan oleh Produsen Beton yaitu PT. Adhimix Precast Indonesia seperti Semen, Agregat karena dalam pengadaannya, beton ini menggunakan Ready mix dimana Semen dan Agregat telah satu paket tersedia dan dari pihak pelaksana adonan coran tersebut sudah bisa langsung digunakan ke lapangan.

Untuk pengadaan bahan atau material yang lain dilakukan pemesanan secara bertahap sesuai kebutuhan kepada pihak supplier/ subkontraktor dengan cara dari bagian pengadaan barang melakukan tender dari beberapa PT .Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan, baik yang menyangkut pengecoran, perancah, dan sebagainya antara lain :

1. Semen Semen yang dipakai dalam pelaksanaan proyek ini adalah tipe semen yang

disesuaikan dengan kebutuhan beton bertulang yaitu semen tipe I.Pengadaan semen dalam proyek ini tidak begitu banyak digunakan karena seluruh struktur dan pondasi menggunakan Beton Ready Mix sehingga penggunaan semen hanya untuk pembuatan beton skala kecil saja seperti membuat tembok sisi saluran drainase atau menghaluskan permukaan beton yang masih kasar setelah pengecoran.

2. Agregat Agregat terdiri dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar.Pihak

pelaksana mendatangkan / memesan pasir sebagai agregat halus dari supplie r.Selain agregat dalam Ready mix, penggunaan agregat tidak begitu banyak digunakan dalam proyek karena hanya digunakan untuk membuat tembok sisi saluran drainase.

3. Air Air yang dipergunakan dalam pembuatan dan perawatan beton pada suatu

proyek tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan/atau baja tulangan.Air yang digunakan dalam proyek ini adalah air proyek tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan/atau baja tulangan.Air yang digunakan dalam proyek ini adalah air