Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

  PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR DAN OBSERVASI ANALISIS

  IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 DI KLINIK/BIDAN BERSALIN KOTA MEDAN TAHUN 2015

I. Identitas Informan

  Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

A. Pertanyaan untuk Bidan Koordinator di Klinik Bersalin

  1. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, apa saja yang Ibu ketahui mengenai peraturan pemerintah no 33 tahun 2012 tentang pemberian asi eksklusif ? a. Apakah pemberian asi ekslusif telah diterapkan di klinik ini?

  b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap peraturan pemerintah tersebut ? c. Bagaimana petunjuk pelaksanaan dalam program pemberian asi eksklusif di klinik ini ?

  2. Sepengetahuan Ibu bagaimana proses pemberian ASI pasca ibu melahirkan ?

  a. Adakah pelatihan untuk tidak memberikan susu formula pada tenaga kesehatan?

  b. Bagaiman cara ibu menangani ibu jika ASI tidak keluar ?

  c. Berapa lama waktu yang diberikan pasca bayi lahir sampai ASI keluar ?

  3. Bagaimana dengan tawaran kerjasama provider susu formula ?

  4. Bagaimana dengan sarana, prasarana dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan program ASI eksklusif ? a. Promsosi apa yang dilakukan provider susu formula?

  b. Apakah sebelum melahirkan sudah ditawarkan pemberian ASI ?

  5. Sepengetahuan Ibu bagaimana cakupan ASI Eksluisf pada tahun ini ?

  6. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk berjalannya peraturan pemerintah ini ?

  7. Bagaimana dengan pemberian susu formula langsung pasca bayi lahir ? a. Siapa yang berwenang dalam pengawas pemberian ASI ?

  b. Bagaimana sistem pengawasannya?

  8. Apakah ibu setuju dengan peraturan tersebut ?

  9. Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi yang Ibu lakukan di klinik ini ?

  a. Ketepatan waktu pelaporan?

  b. Kelengkapan data?

  c. Akurasi data?

  10. Terkait dengan adanya peraturan pemerintah ini, apa saja tantangan internal maupun eksternal yang ditemui di lapangan?

I. Identitas Informan

  Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

B. Pertanyaan untuk pegawai Dinas Kesehatan

  1. Sesuai dengan jabatan yang Bapak/Ibu emban, apa saja yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program ASI Eksklusif ? a. Apakah upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan PP No 33 Tahun 2012 tersebut ?

  b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap pengawasan target cakupan ASI Eksklusif ?

  c. Bagaimana untuk mengetahui apakah benar bayi- bayi tersebut mendapatkan ASI Eksklusif dari ibunya ?

  2. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses persiapan pelaksanaan menyusui yang baik bagi Ibu bersalin ? a. Adakah pelatihan kepada Ibu menyusui cara menyusui yang benar ?

  b. Apakah jumlah tenaga kesehatan yang dilatih telah mencukupi?

  c. Frekuensi pelatihan atau kampanye tentang pentingnya ASI Eksklusif ?

  3. Bagaimana dengan sumber pendanaan dalam pelaksanaan upaya promosi ASI Eksklusif ?

  4. Bagaimana tantangan menghadapi banyaknya produk susu formula dengan tawaran yang menarik perhatian di klinik bersalin ?

  5. Bagaimana dengan pelaporan dari klinik bersalin ?

  6. Upaya apa yang dapat dilakukan demi memperoleh keakuratan data di lapangan ?

  a. Apakah peran bidan sudah maksimal ?

  b. Jika ada, bagaimana upaya yang mereka lakukan ?

  7. Bagaimana dengan pemberian susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar ?

  a. Bagimana solusi atas permasalahan tersebut setujukah dengan penggantian dengan susu formula ? b. Bagaimana sistem pengawasan ?

  8. Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi yang Bapak/Ibu lakukan dalam penatalaksanaan PP No 333 Tahun 2012 tersebut ? a. Ketepatan waktu pelaporan?

  b. Kelengkapan data?

  c. Akurasi data?

  9. Terkait pelaksanaan IMD, apa saja tantangan internal maupun eksternal yang ditemui di lapangan ?

  10. Strategi apa yang dilakukan dalam menangani kendala tersebut (internal dan eksternal)?

  11. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif ?

I. Identitas Informan

  Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

C. Pertanyaan untuk Penanggungjawab Klinik Bersalin ?

  1. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses persiapan pelaksanaan program ASI eksklusif dan IMD berdarkan tingkat angka kesakitan bayi? a. Adakah peraturan tersebut dijelaskan pada tenaga kesehatan yang terlibat dalam pemberian susu ? b. Apakah jumlah tenaga kesehatan yang dilatih telah mencukupi ? c. Frekuensi pelatihan ?

  2. Bagaimana dengan kerjasama yang ditawarkan oleh provider susu formula ?

  3. Bagaimana dengan pengawasan dari Dinas Kesehatan terhadap PP No 33 tersebut ?

  a. Frekuensi kunjungan ?

  b. Apakah ada teguran atau sanksi yang diberikan ?

  4. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses pemberian ASI pasca melahirkan ?

  5. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana menghadapi tantangan promosi dan keuntungan dari susu formula ? a. Apakah terdapat provider yang menawarkan keuntungan ?

  b. Jika ada, bagaimana penanggulangannya?

  6. Bagaimana dengan Ibu bersalin yang tidak mau meberikan ASI ?

  a. Siapa yang memberikan penjelasan tentang pentinngnya pearturan tersebut ?

  b. Bagaimana sistem pengawasan?

  7. Bagaimana kesiapan Ibu dalam pemberian ASI eksklusif ?

  8. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peraturan ini agar ebrjalan di seluruh klinik bersalin swasta di Kota Medan ?

I. Identitas Informan

  Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

D. Pertanyaan untuk bidan di klinik ?

  1. Sebagai bidan di klinik ?

  a. Apakah ibu tau tentang PP No 33 Tahun 2012 ?

  b. Apakah ada petugas menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif?

  c. Apakah petugas menjelaskan tentang program ASI eksklusif ?

  2. Apakah ibu menwarkan susu formula apa yang diberikan kepada bayi ?

  3. Menurut pendapat ibu bagaimana dengan tindakan pemberian susu formula secara langsung pasca melahirkan?

  4. Apakah ibu langsung memberikan bayi susu formula setelah lahir ?

  5. Sepengetahuan Ibu apa beda kandungan susu formula dengan ASI Eksklusif ?

I. Identitas Informan

  Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan

E. Pertanyaan untuk Ibu yang bersalin 1. Ketika saudara pergi untuk pemeriksaan kehamilan .

  a. Apakah ada petugas menjelaskan tentang pentingnya menjaga pola makan agar ASI lancer dan kenapa inu memilih klinik ini ? b. Apakah Ibu setuju dengan PP No 33 tahun 2012 ?

  c. Apakah petugas menjelaskan tentang program asi eksklusif ?

  2. Apakah Ibu memiliki buku panduan kesehatan ibu dan anak ?

  3. Menurut pendapat Ibu bagaimana dengan kelengkapan sarana, prasarana dan peralatan yang diberikan selama Ibu memeriksakan kehamilan di klinik ini ?

  4. Setelah Ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan, bagaimana pendapat Ibu tentang penawaran pemberian susu formula yang dilakukan oleh petugas kesehatan?

  5. Sepengetahuan Ibu apakah kandungan yang ada di ASI sama dengan di susu formula ?

  6. Menurut pendapat saudara bagaimana sistem pemberian ASI dengan pengawasan secara langsung oleh bidan ?

  7. Apakah kendala dalam pemberian ASI menurut Ibu bagi Ibu bersalin lainnya ?

  8. Bagaimana pendapat Ibu tentang dibuatnya PP N0 33 Tahun 2012 ini?

  9. Bagaimana pendapat Ibu dengan bidan atau perawat yang langsung menawarkan susu formula apa yang diberikan ?

  10. Apakah Ibu setuju dengan PP tersebut dan akan memberikan ASI ? 12.

  11.

  13.

  14.

  15.

  16. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

  17. TENTANG

  18.

  19. PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

  20. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 21.

  22.

  23.

  24. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 129 ayat (2)

  Undang-Undang Nomor

  36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;

  Mengingat : 1.

  Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

  2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

  MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN AIR 25. SUSU IBU EKSKLUSIF.

  26.

  27.

  28.

  29.

  30.

  31.

  32.

  33.

  34. BAB I . . .

  35.

  49.

  56.

  55.

  54.

  53.

  7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

  52.

  6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

  51.

  5. Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.

  50.

  4. Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

  3. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.

  36.

  48.

  2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

  47.

  1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

  46.

  44. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 45.

  43.

  42.

  40. Pasal 1 41.

  39.

  37. BAB I KETENTUAN UMUM 38.

  8. Tempat . . .

  57.

  58.

  59.

  8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha 60. dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

  61.

  9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar 62. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  63.

  10. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara 64. pemerintahan daerah.

  65.

  11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

  66.

  67. 69.

  68. Pasal 2 70.

  71.

  72. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk: 73.

  74.

  a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan

  75. ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 76. 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan 77. perkembangannya; 78.

  b. memberikan perlindungan kepada ibu 79. dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan 80.

  c. meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

  81.

  82.

  83.

  84.

  85.

  86.

  87.

  88. BAB II . . .

  89.

  90.

  91. BAB II TANGGUNG JAWAB 92.

  93. 95.

  94. Bagian Kesatu

  96. Tanggung Jawab Pemerintah 97.

  98. 100.

  99. Pasal 3 101.

  102.

  103. Tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian 104. ASI Eksklusif meliputi: 105.

  106.

  a. menetapkan kebijakan nasional terkait 107. program pemberian ASI Eksklusif; 108.

  b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program 109. pemberian ASI Eksklusif; 110.

  c. memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat 111. sarana umum lainnya; 112.

  d. mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi Tenaga 113. Kesehatan; 114.

  e. membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di 115. masyarakat; 116.

  f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan 117. teknologi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif; 118.

  g. mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar negeri; 119. dan 120.

  h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

  Bagian Kedua . . .

  Bagian Ketiga . . . 121.

  b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi; 137.

  g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 142. dan 143.

  141.

  f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau penelitian dan pengembangan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan provinsi;

  e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala provinsi; 140.

  d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala provinsi; 139.

  c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala provinsi; 138.

  a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI Eksklusif; 136.

  122.

  133. Tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dalam program 134. pemberian ASI Eksklusif meliputi: 135.

  131. 132.

  Pasal 4 130.

  129.

  127. 128.

  123. Bagian Kedua 124. 125. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Provinsi 126.

  h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.

  144.

  145. 147. 146. Bagian Ketiga

  148. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 149.

  150.

  151.

  Pasal 5 152. 153. 154. Tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota dalam program 155. pemberian ASI Eksklusif meliputi: 156.

  a. melaksanakan kebijakan nasional dalam 157. rangka program pemberian ASI Eksklusif; 158.

  b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif dalam 159. skala kabupaten/kota; 160.

  c. memberikan pelatihan teknis konseling 161. menyusui dalam skala kabupaten/kota; 162.

  d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat 163. sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota; 164.

  e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di 165. masyarakat dalam skala kabupaten/kota; 166.

  f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung 167. perumusan kebijakan kabupaten/kota; 168.

  g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain 169. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 170.

  h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

  BAB III . . .

  171.

  172.

  173.

  BAB III 174. 175. AIR SUSU IBU EKSKLUSIF 176.

  177. 178.

  179. Bagian Kesatu 180. 182. 181. Umum 183.

  184. 186. 185.

  Pasal 6 187.

  188.

  189. Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya.

  190.

  191.

  192.

  Pasal 7 193.

  194. 195.

  196. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak 197. berlaku dalam hal terdapat: 198.

  a. indikasi medis: 199. 200.

  b. ibu tidak ada; atau 201. 202.

  c. ibu terpisah dari Bayi.

  203.

  204. 205. 207. 206.

  Pasal 8 208.

  209.

  210. (1) Penentuan indikasi medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dilakukan oleh dokter. 211. (2) Dokter dalam menentukan indikasi medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. 212. (3) Dalam hal di daerah tertentu tidak terdapat dokter, penentuan ada atau tidaknya indikasi medis dapat dilakukan oleh bidan atau perawat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Bagian Kedua . . .

  213.

  214. 216. 215. Bagian Kedua

  217. Inisiasi Menyusu Dini 218.

  219. 221. 220.

  Pasal 9 222.

  223.

  224. (1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.

  225. (2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada kulit ibu.

  226.

  227. 229. 228.

  Pasal 10 230.

  231.

  232. (1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi 233. medis yang ditetapkan oleh dokter.

  234. (2) Penempatan dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memudahkan ibu setiap saat memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi.

  235.

  236. 237. 239. 238. Bagian Ketiga

  240. Pendonor Air Susu Ibu 241.

  242.

  243.

  Pasal 11 244.

  245. 246.

  247. (1) Dalam hal ibu kandung tidak dapat memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 6, pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan oleh pendonor ASI.

  (2) Pemberian . . . Bagian Keempat . . . 248.

  249.

  250. (2) Pemberian ASI Eksklusif oleh pendonor ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 251. dilakukan dengan persyaratan: 252.

  a. permintaan ibu kandung atau Keluarga Bayi yang bersangkutan; 253.

  b. identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau Keluarga dari Bayi penerima ASI; 254.

  c. persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas Bayi yang diberi ASI; 255.

  d. pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan 256.

  e. ASI tidak diperjualbelikan.

  257.

  258. (3) Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dilaksanakan berdasarkan norma agama dan mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu, dan keamanan ASI. 259.

  260. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ASI Eksklusif dari pendonor ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

  261.

  262. 263.

  264.

  Pasal 12 265.

  266. 267.

  268. (1) Setiap ibu yang melahirkan Bayi harus menolak pemberian Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya. 269. (2) Dalam hal ibu yang melahirkan Bayi meninggal dunia atau oleh sebab lain sehingga tidak dapat melakukan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penolakan dapat dilakukan oleh Keluarga.

  270.

  271.

  272. Bagian Keempat 273. 275. 274. Informasi dan Edukasi 276.

  277. 279. 278.

  Pasal 13 280.

  281.

  282. (1) Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota Keluarga dari Bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI 283. Eksklusif selesai.

  284. (2) Informasi dan edukasi ASI Eksklusif 285. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mengenai: 286.

  a. keuntungan dan keunggulan pemberian ASI;

  287.

  288.

  b. gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui; 289.

  c. akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan 290.

  d. kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI. 291. (3) Pemberian informasi dan edukasi ASI

  Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan. 292. (4) Pemberian informasi dan edukasi

  ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

  Bagian Kelima . . .

  293.

  294. 296. 295. Bagian Kelima

  297. Sanksi Administratif 298. 299.

  300.

  Pasal 14 301. 302. 303. (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa: 305. 304.

  a. teguran lisan; 306.

  b. teguran tertulis; dan/atau c. pencabutan izin. 307. (2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan

  Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat 308. yang berwenang berupa: 309.

  a. teguran lisan; dan/atau b. teguran tertulis. 310. (3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

  311. 312. 313.

  314.

  BAB IV 315. 316. PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN

  PRODUK BAYI LAINNYA 317.

  318. 320. 319.

  Pasal 15 321.

  322.

  323. Dalam hal pemberian ASI Eksklusif tidak dimungkinkan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bayi dapat diberikan Susu Formula Bayi.

  Pasal 16 . . .

  (3) Dalam . . . 324.

  325.

  326.

  Pasal 16 327. 328. 329. Dalam memberikan Susu Formula Bayi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Tenaga Kesehatan harus memberikan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian Susu Formula Bayi kepada ibu dan/atau Keluarga yang memerlukan Susu Formula Bayi.

  330.

  331.

  332.

  Pasal 17 333. 334. 335. (1) Setiap Tenaga Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. 336.

  337. (2) Setiap Tenaga Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

  338.

  339.

  340.

  Pasal 18 341. 342. 343. (1) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan

  Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif kepada ibu Bayi dan/atau keluarganya, kecuali dalam hal diperuntukkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. 344. 345. (2) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan

  Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

  346.

  347.

  348. (3) Dalam hal terjadi bencana atau darurat, penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat menerima bantuan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya untuk tujuan kemanusiaan setelah mendapat persetujuan 349. dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. 350. (4) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan

  Kesehatan dilarang menyediakan pelayanan di bidang kesehatan atas biaya yang disediakan oleh produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya.

  351.

  352. 354. 353.

  Pasal 19 355.

  356.

  357. Produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang melakukan kegiatan yang dapat 358. menghambat program pemberian ASI Eksklusif berupa: 359.

  a. pemberian contoh produk Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya secara cuma-cuma atau bentuk apapun kepada penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan, ibu hamil, atau ibu yang baru melahirkan;

  360.

  b. penawaran atau penjualan langsung Susu Formula 361. Bayi ke rumah-rumah; 362.

  363.

  c. pemberian potongan harga atau tambahan atau sesuatu dalam bentuk apapun atas pembelian Susu Formula Bayi sebagai daya tarik dari penjual; 364.

  d. penggunaan Tenaga Kesehatan untuk memberikan informasi tentang Susu Formula Bayi kepada masyarakat; dan/atau 365.

  366. 367.

  368.

  369.

  e. pengiklanan . . .

  370.

  371.

  372.

  e. pengiklanan Susu Formula Bayi yang dimuat dalam media massa, baik cetak maupun elektronik, dan media 373. luar ruang.

  374. 375.

  376.

  Pasal 20 377. 378. 379. (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e dikecualikan jika dilakukan pada media cetak 380. khusus tentang kesehatan. 381. (2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat

  (1) 382. dilakukan setelah memenuhi persyaratan: 383. 384.

  a. mendapat persetujuan Menteri; dan 385. 386.

  b. memuat keterangan bahwa Susu Formula Bayi bukan 387. sebagai pengganti ASI.

  388. 389.

  390.

  Pasal 21 391. 392. 393. (1) Setiap Tenaga Kesehatan, penyelenggara

  Fasilitas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, organisasi profesi di bidang kesehatan dan termasuk keluarganya dilarang menerima hadiah dan/atau bantuan dari produsen atau distributor

  Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI 394. Eksklusif. 395. (2) Bantuan dari produsen atau distributor

  Susu Formula Bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterima hanya untuk tujuan membiayai kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis. 396.

  Pasal 22 . . .

  397.

  398.

  399.

  Pasal 22 400.

  401.

  402. Pemberian bantuan untuk biaya pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) 403. dapat dilakukan dengan ketentuan: 404.

  a. secara terbuka; 405. 406.

  b. tidak bersifat mengikat; 407. 408.

  c. hanya melalui Fasilitas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan/atau organisasi profesi di bidang kesehatan; dan

  409.

  d. tidak menampilkan logo dan nama produk Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya pada saat dan selama kegiatan berlangsung yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

  410.

  411. 413. 412.

  Pasal 23 414.

  415.

  416. (1) Tenaga Kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis kepada atasannya bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak 417. menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif. 418. (2) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis kepada Menteri bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

  (3) Penyelenggara . . .

  419.

  420.

  421. (3) Penyelenggara satuan pendidikan kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak menghambat keberhasilan program pemberian ASI 422. Eksklusif. 423. (4) Pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis kepada Menteri bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak menghambat 424. keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

  425. 426.

  427.

  Pasal 24 428.

  429.

  430. Dalam hal Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menerima bantuan biaya pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis maka penggunaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  431.

  432.

  433.

  Pasal 25 434.

  435.

  436. (1) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan/atau bantuan kepada Tenaga Kesehatan, penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan organisasi profesi di bidang kesehatan termasuk keluarganya yang dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif, kecuali diberikan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2).

  (2) Setiap . . .

  437.

  438.

  439. (2) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang melakukan pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib 440. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

  441. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 442. paling sedikit memuat: 443.

  a. nama penerima dan pemberi bantuan; 444. 445.

  b. tujuan diberikan bantuan; 446. 447.

  c. jumlah dan jenis bantuan; dan 448. 449.

  d. jangka waktu pemberian bantuan.

  450.

  451. 452.

  453.

  Pasal 26 454. 455.

  (1) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, 456. dan/atau organisasi profesi di bidang kesehatan 457. yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c wajib memberikan laporan kepada Menteri, menteri 458. terkait, atau pejabat yang ditunjuk. 459. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 460. paling sedikit memuat: 461.

  a. nama pemberi dan penerima bantuan; 462. 463.

  b. tujuan diberikan bantuan; 464. 465.

  c. jumlah dan jenis bantuan; dan 466. 467.

  d. jangka waktu pemberian bantuan.

  Pasal 27 . . . a. teguran . . . 468.

  469.

  481.

  Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan, pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan serta produsen dan distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

  b. teguran tertulis; dan/atau c. pencabutan izin. 491. (2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan

  a. teguran lisan; 489. 490.

  486. (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (1), dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa: 487. 488.

  485.

  Pasal 29 484.

  483.

  482.

  480. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Susu Formula Bayi dan produk bayi lainnya diatur dengan Peraturan Menteri.

  470.

  479.

  Pasal 28 478.

  477.

  476.

  475.

  474. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 disampaikan kepada Menteri, menteri terkait, atau pejabat yang ditunjuk paling singkat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan bantuan.

  472. 473.

  Pasal 27 471.

  Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 19, Pasal 21 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 26 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa:

  492.

  493.

  494.

  a. teguran lisan; dan/atau b. teguran tertulis. 495. (3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

  496.

  497.

  498.

  BAB V 499. 500. TEMPAT KERJA DAN TEMPAT SARANA UMUM

  Pasal 30 501. (1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI

  Eksklusif. 502. (2) Ketentuan mengenai dukungan program

  ASI Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja 503. bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.

  504. (3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan 505. kondisi kemampuan perusahaan.

  506. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan 507. Peraturan Menteri.

  508. 509. 510. 511. 512. 513.

  514.

  Pasal 31 . . .

  515.

  516. 518. 517.

  Pasal 31 519.

  520.

  521. Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 522. terdiri atas: 523.

  a. perusahaan; dan 524. 525.

  b. perkantoran milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta.

  526.

  527. 529. 528.

  Pasal 32 530.

  531.

  532. Tempat sarana umum sebagaimana dimaksud dalam 533.

  Pasal 30 terdiri atas: 534. 535.

  a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 536. 537.

  b. hotel dan penginapan; 538. 539.

  c. tempat rekreasi; 540. 541.

  d. terminal angkutan darat; 542. 543.

  e. stasiun kereta api; 544. 545. 546.

  f. bandar udara; 548. 547.

  g. pelabuhan laut; 550. 549.

  h. pusat-pusat perbelanjaan; 552. 551. i. gedung olahraga; 553. j. lokasi penampungan pengungsi; dan k. tempat sarana umum lainnya.

  554. 555.

  556.

  Pasal 33 557.

  558.

  559. Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) 560. langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut: 561.

  562.

  563.

  a. membuat . . .

  564.

  565.

  566.

  a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan; 567.

  b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut; 568.

  c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; 569.

  d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama persalinan; 570.

  e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; 571.

  f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; 572.

  g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam; 573.

  h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi; 574. 575. i. tidak memberi dot kepada Bayi; dan 576. 577. j. mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

  578.

  579. 581. 580.

  Pasal 34 582.

  583.

  584. Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja.

  585.

  586. 587. 588. 589. 590.

  591.

  Pasal 35 . . .

  592.

  593. 595. 594.

  Pasal 35 596.

  597.

  598. Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum wajib membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

  599.

  600. 602. 601.

  Pasal 36 603.

  604.

  605. Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (3), atau Pasal 34, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan .

  606.

  607.

  608.

  BAB VI DUKUNGAN MASYARAKAT 609.

  610. 612. 611.

  Pasal 37 613.

  614.

  615. (1) Masyarakat harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif baik secara 616. perorangan, kelompok, maupun organisasi. 617. (2) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud 618. pada ayat (1) dilaksanakan melalui : 619.

  a. pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan kebijakan dan/atau pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif; 620.

  b. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan pemberian ASI Eksklusif; 621.

  c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan 622. program pemberian ASI Eksklusif; dan/atau 623.

  624.

  d. penyediaan . . .

  625.

  626.

  627.

  d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. 628. (3) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  629.

  630.

  631.

  BAB VII PENDANAAN 632.

  633.

  634.

  Pasal 38 635.

  636. 637.

  638. Pendanaan program pemberian ASI Eksklusif dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  639.

  640.

  641.

  BAB VIII 642. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 39 643. (1) Menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan 644. tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

  645. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana 646. dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: 647.

  648. 649.

  650.

  a. meningkatkan . . .

  (2) Ketentuan . . . 651.

  660.

  Pasal 40 666. 667. 668. (1) Pengawasan terhadap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang melakukan kegiatan pengiklanan Susu

  665.

  664.

  663.

  662. (4) Menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengikutsertakan masyarakat.

  b. pelatihan dan peningkatan kualitas Tenaga 661. Kesehatan dan tenaga terlatih; dan/atau c. monitoring dan evaluasi.

  a. advokasi dan sosialisasi peningkatan pemberian 658. ASI Eksklusif; 659.

  652.

  656. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: 657.

  c. meningkatkan peran dan dukungan pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara sarana umum untuk keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

  655.