Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

  

Pengetahuan BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Teori yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah menegenai model pembelajaran Make a Match , hasil belajar, mtapelajaran IPA, dan media

  

Power Point dan dimana setiap poin-poin akan dikaji secara terperici dalam

pembahasan sebagai berikut.

2.1.1 Hasil Belajar

  2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar merupakan suatu hasil yang di capai siswa dalam sebuah pembelajaran untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. maka dari itu hasil belajar belajar dapat dikatakan berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari hasil belajar yang di peroleh siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar menurut Sudjana dalam Kunandar (2014:62) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

  Sedangkan Ahmad Susanto (2013:5) menyebutkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

  Dari beberapa pendapat yang sudah terrtulis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada siswa baik itu afektif, kognitif, dan psikomotor setelah melalui pengalaman belajar.

  2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Wasliman dalam Susanto, Ahmad (2013:12) terdapat dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Secara rinci uraian mengenai faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut:

  

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,

yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Fakor internal meliputi: kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,n kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal

dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu keluarga, sekolah,

dan masyarakat. masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi hasil

belajar adalah faktor lingkungan sekolah yang mencakup kurikulum, sumber

belajar, media, materi pelajaran, dan metode mengajar yang diterapkan oleh guru.

2.1.1.3 Manfaat Penilaian Hasil Belajar

  Sedangkan manfaat penilaian hasil belajar peserta didik yang diungkapkan oleh Kunandar (2014:70) adalah sebagai berikut: 1)

  Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. 2)

  Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. 3)

  Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik. 4)

  Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.

  6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan disekolah.

2.1.2 Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.2.1 Pengertian IPA

  Menurut Ahmad Susanto (2013:165) menyebutkan bahwa IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di indonesia, termasuk dalam jenjang sekolah dasar. Selanjutnya Ahmad Susanto juga mengatakan bahwa SAINS atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui penggamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

  Menurut H.W.Fowler dalam Trianto (2009:136) IPA adalah pengtahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan Wahyana dalam Trianto (2009:136) berpendapat bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

  Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala alam melalui pengamatan yang tepat pada sasaran.

2.1.2.2 Karakteristik Pembelajaran IPA SD IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.

  Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman dalam Ahmad Susanto (2013:170), meliputi: 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2)

  Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3)

  Sikap keteguhan hati, keingin tahuan,dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. 4)

  IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. 5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

  Selanjutnya Ahmad Susanto (2013:170) melanjutkan bahwa karakteristik

  IPA SD merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan- kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

2.1.2.3 Tujuan pembelajaran IPA SD

  Adapun tujuan pembelajaran IPA/Sains di Sekolah Dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk: 1)

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.

  2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengarui antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

  6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7) Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjudkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran- lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan untuk penelitian siswa kelas 5 SD disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5 sekolah dasar Semester 2

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7. Memahami perubahan yang terjadi di

  7.1 Mendeskripsikan proses alam dan hubungannya dengan pembentukan tanah karena penggunaan sumber daya alam pelapukan

  (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.3 Model Pembelajaran Make a Match

2.1.3.1 Pengertian Make a Match

  Menurut Rusman (2010:223) model Make a Match merupakan salah satu jenis model dalam pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Selanjutnya Rusman menjelaskan keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2007:77) yang menyatakan bahwa Make a Match merupakan model pembelajaran mencari pasangan sambil belajar konsep dalam suasana yang menyenangkan.

  Suprijono (2009:94) mengemukakan hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Katru tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

  Miftahul Huda (2014:251) menjelaskan model Make a Match saat ini menjadi salah satu model penting dalam ruang kelas. Tujuan dari model ini antara lain: 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3) edutainment. Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan model ini. Beberapa persiapannya antara lain:

  a) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari

  (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menuliskannya dalam kartu-kartu pertanyaan.

  b) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menuliskannya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.

  c) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (disini guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).

  d) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.

  Dari beberapa pengertian tentang model pembelajara Make a Match , dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Make a Match adalah pembelajaran menggunakan kartu soal dan jawban dimana siswa akan dibagi dalam dua kelompok. Kemudian tiap kelompok diberi kartu yang berisi soal dan jawaban yang nantinya akan dicocokan oleh siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari model pembelajaran ini siswa dapat belajar mengenai konsep atau topik melalui pembelajaran yang menyenangkan

2.1.3.2 Langkah-langkah dalam Model Make a Match

  Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Make a Match menurut Miftahul Huda (2014: 251-253) adalah sebagai berikut: a)

  Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi dirumah.

  b) Siswa dibagi dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B.

  Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.

  c) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban untuk kelompok B.

  d) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari atau mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batas maksimum waktu yang diberikan kepada mereka.

  e) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah Menemukan pasanganya masing-masing, gurur meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersipkan.

  f) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis.

  Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri.

  g) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

  h) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. i) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya, sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.

  Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran Make a Match menurut Rusman(2013:223) adalah sebagai berikut:

  a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sis sebaliknya berisi kartu jawaban)

  b) Setiap siswa mendapt satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

  c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya

  ( kartu soal atau kartu jawaban)

  d) Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

  e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi aga tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikina seterusnya.

  f) Kesimpulan

  Berdasarkan langkah-langkah model Make a Match menurut para ahli, maka dapat disimpulkan langkah model pembelajaran Make a Match sebagai berikut:

  a) Guru menjelaskan tentang materi pemebelajaran kepada siswa.

  b) Siswa dibagi dalam 2 kelompok menjadi kelompok A dan kelompok B yang jumlhnya sama banyak.

  c) Guru membagikan kartu soal kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

  d) Guru meminta kedua kelompok untuk saling mencari jawaban atau soal sesuai dengan topik yang mereka dapat.

  e) Guru memberikan batas waktu kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka masin-masing. Apabila ada yang belum menemukan pasangan sampai batas waktu yang ditentukan, akan mendapatkan hukuman sesuai yang telah disepakati. f) Guru meminta satu per satu pasangan untuk mempresentasikan soal dan jawaban yang mereka cocokan. Pasangan lain dan yang tidak mendapatkan pasangan mendengarkan presentasi dan memberikan tanggapan terhadap pasangan yang maju apakah cocok atau tidak.

  g) Langkah itu dilakukan beberapa kali sampai semua topik atau konsep tersampaikan.

h) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah berlangsung.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Make a Match

  Kelebihan model pembelajaran Make a Match menurut Miftahul Huda (2014:253) adalah sebagai berikut:

  a) dapat meningkatkan aktvitas belajar siswa, baik secara konitif maupun fisik; b) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

  d) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa tampil presentasi dan e) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar

  Kekurangan model pembelajaran Make a Match menurut Miftahul Huda (2014:253) adalah sebagai berikut:

  a) jika strategi ini tidak dpersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;

  b) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;

  c) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;

  d) guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;

  e) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

2.1.4 Media Pembelajaran Berbasis Power Point

  2.1.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

  Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2008:204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.

  Selain pengertian diatas, Wina Sanjaya (2008:205) juga menyebutkan bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti

  

Over Head, projektor , radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah

  isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya.

  Dari pendapat para ahli yang tertulis dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah alat atau bahan yang dapat digunakan oleh pendidik yang bertujuan pendidikan yang berupa perangkat keras dan perangkat lunak.

  2.1.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

  Menurut Kemp and Dayton dalam Wina Sanjaya (2008:210) mengemukakan bahwa media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses pembelajaran. Diantara kontribusi tersebut menurut kedua ahli adalah sebagai berikut: 1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 2) Pembelajaran dapat lebih menarik. 3) Pembelajaran lebih interaktif. 4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek. 5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan. 7)

  Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran

  8) Peran guru berubah kearah yang positif, artinya guru tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.

2.1.4.3 Klasifikasi Media Pembelajaran

  Menurut Rudy Brets dalam Wina Sanjaya (2008:212) ada tujuh klasifikasi media pembelajaran yaitu: 1) Media audiovisual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv. 2) Media audiovisual diam, seperti: film rangkai suara. 3) Audio semigerak, seperti: tulisan jauh bersuara. 4)

  Media visual bergerak, seperti: film bisu 5) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. 6) Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. 7) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

2.1.4.4 Media Power Point

  Microsoft Power Point adalah salah satu bagian dari aplikasi MS Office

  yang dapat digunakan untuk membantu menyajikan presentasi. Presentasi yang disajikan dalam Power Point dapat ditampilkan dalam bentuk gambar dan tulisan yang terdapat dalam bagian-bagian slide.

  Menurut Daryanto (2011:157) Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft dan merupakan salahsatu program berbasis multimedia. Didalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokan dalam program microsoft office. Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan perusahaan, pendidikan, maupun perorangan dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikanya sebagai media komunikasi yang menarik.

  Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang dapat diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Seluruh tampilan dari program ini dapat diatur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang diinginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan tenaga pendidik maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.

  Selanjutnya Daryanto (2011:158) kelebihan dari Power Point adalah sebagai berikut: a) penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf, dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto; b) lebih merangsang anak untuk lebih mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; c) pesan informasi secara visual mudah diphami peserta didik; d) tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sdang disajikan; e) dapat memperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang- ulang.

  Dari kelebihan yang sudah dijelaskan, media Power Point berguna untuk menyajikan gambar yang lebih menarik dibandingkan dengan menggunakan media kertas gambar. Dalam penelitian ini media Power Point digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pembelajaran IPA mengenai proses terbentuknya tanah dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match . Penjelasan materi yang dimaksud meliputi peta konsep proses terbentuknya tanah, menampilkan gambar-gamabar batuan, ciri-ciri batuan, contoh gambar pelapukan biologi dan fisika, dan yang terakhir mengenai susunan tanah. Selain untuk menjelaskan materi pembelajaran, Power Point digunakan untuk membagi siswa dalam kelompok serta menjelaskan langkah-langkah permainan Make a Match kepada siswa. Dengan menggunakan media Power Point siswa akan lebih tertarik mendengarkan penjelasan dari guru karena proses terbentuknya tanah jarang diketemui dalam kehidupan nyata, dan itu merupakan hal baru bagi siswa.

2.1.4.5 Langkah-langkah Make a Match Berbantuan Power Point

  Langkah-langkah Dalam kegiatan pembelajaran model Make a Match menurut Miftahul Huda (2014:251) dan menurut Rusman (2013:223) sebagai berkut: a) menjelaskan tentang materi pembelajaran kepada siswa (menggunakan

  

Power Point ). b) Membagi siswa dalam 2 kelompok. c) Membagikan kartu soal

  dan kartu jawaban d) Meminta kedua kelompok untuk saling mencari jawaban atau soal sesuai dengan topik yang mereka dapat. e) Guru memberikan batas satu pasangan untuk mempresentasikan soal dan jawaban yang mereka cocokan.

  g) Langkah itu dilakukan beberapa kali sampai semua topik atau konsep tersampaikan. h) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah berlangsung.

  Dari penjabaran langkah model pembelajaran Make a Match berbantuan

  

Power Point yang telah dijelaskan oleh Miftahul Huda dan Rusman, selanjutnya

  akan disusun sintak model pembelajaran Make a Match berbantuan media Power

  Point dalam tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Sintak Pembelajaran Make A Match Berbantuan Power Point.

  Langkah No Fase Perilaku guru pembelajaran

  1. Guru memberikan apresepsi Kegiatan awal dengan menunjukan gambar batu yang berukuran besar dalam slide

  Power Point, kemudian guru

  bertanya “apakah kalian tahu bahwa batu itu lama kelamaan akan mengalami pelapukan? ”.

  2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran kali ini.

  3. Kegiatan inti Menjelaskan materi Guru menjelaskan materi tentang proses terbentuknya tanah berbantuan dengan Power Point.

  4. Guru memperlihatkan contoh jenis-jenis batuan dengan bantuan

  Power Point .

  5. kartu Guru membagi siswa dalam dua Menyajikan berisi topik dan kelompok yaitu kelompok A dan konsep yang cocok kelompok B.

  6. Guru menjelaskan aturan permainan kepada kedua kelompok.

  7. Guru membagikan kartu soal kepada kelompok A dan membagikan kartu jawaban kepada kelompok B.

  8. Mencocokan topik dan konsep Setiap kelompok mencocokan soal atau jawaban mereka sesuai dengan topik yang mereka dapat.

  9. Mempresentasikan hasil mencocokan Siswa mempresentasikan hasil soal dan jawaban yang sudah mereka cocokan.

  Guru memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah diajarkan.

10. Kesimpulan

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Make a Match oleh peneliti lain dan telah terbukti bahwa model Make a Match mempengaruhi hasil belajar siswa. Berikut adalah beberapa penelitian dengan menggunakan model Make a Match .

  Ria Yuni Astuti (2012) dalam penelitianya berjudul “Upaya

  Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperative Make

  

a Match siswa Kelas V SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

  Tahun 201 1/2012” penelitian oleh Ria Yuni Astuti terhadap kelas V SD Negeri 1

  Colo ini menunjukan peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Hal ini di lihat pada rata-rata prasiklus I sebesar 41,7% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 75%. Presentase ketuntasan pada pra siklus 58,3% dan meningkat pada siklus I menjadi 75%. Berdasarlkn hasil penelitian tersebut maka penerapan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Colo.

  Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suratman (2012) dalam penelitianya berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Make a

  

Match pada siswa kelas V SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran

  2011/2012”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suratman menunjukan peningkatan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada pra siklus ketuntasan sebesar 44,02% kemudian meningkat pada siklus 1 sebesar 76,64%. Pada siklus 2 ketuntasan siswa meninhkat menjadi 100%. Selain itu dapat dilihat dari kenaikan nilai rata dari kondisi pra siklus yakni 61,17 dan pada siklus 1 menjadi 71,76 dan pada siklus 2 menjadi 80,59. Berdasakan hasil penelitian tersebut maka penerapan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Timbang 1.

2.3 Kerangka Berpikir

  Setiap guru mempunyai cara masing-masing dalam menyampaikan metri pembelajaran kepada siswa. Jika dalam penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih menggunakan dengan ceramah tanpa mengajak siswa aktif dalam pembelajaran maka siswa akan menjadi bosan dan lama kelamaan akan mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah.

  Salah satu yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media visual menggunakan model pembelajaran Make a Match . Dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match memungkinkan siswa lebih aktif dalam meningkatkan hasil belajar.

  Adapun alur kerangka pemikiran yang ditunjukan untuk mengarahkan jalanya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok yang dijadikan sebagai permasalahan, maka kerangka pemikiran sebaiknya digambarkan dalam sebuah skema penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan

  :

  penelitian. Gambar skema adalah sebagai berikut

  Pembelajaran menggunakan metode konvensional a.

  a. Hasil belajar siswa Siswa jenuh

  Guru belum dalam mengikuti memanfaatkan media. rendah. pembelajaran.

  b. Siswa yang Guru kurang b. mengaktifkan siswa. mendapatkan nilai

  Siswa bermain sendiri saat guru dibawah KKM menjelaskan. masih diatas 50%

  Pembelajaran diterapkan menggunakan model pembelajaran

  Make a Match

  Pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kondisi awal hingga mencapai kondisi akhir yang di inginkan, maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang direncaakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match berbantuan Power Point a.

  Penejelasan materi menggunakan Power Point b.

  Pembagian kelompok A dan B c. Pembagian kartu soal dan jawaban untuk tiap kelompok d.

  Menjelaskan aturan permainan.

  e.

  Mencocokan kartu soal da jawaban oleh tiap kelompok f. Mempresentasikan hasil dari mencocokan soal dan jawaban g.

  Evaluasi.

  h.

  Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi a.

  Guru sudah memanfaatkan media pembelajaran.

  b.

  Siswa aktif dalam pembelajaran IPA c. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran IPA, sehingga siswa tidak jenuh d.

  Hasil belajar IPA siswa meningkat.

  e.

  Siswa dapat berkonsentrsai saat guru menjelaskan materi pembelajaran IPA menggunakan media Power Point.

Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir Model pembelajaran Make a Match pada pembelajaran IPA

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media Power Point dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Butuh 01 kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semeter II Tahun ajaran 2014 / 2015.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Audio-Visual dengan Pendekatan Saintifik Subtema Komponen Ekosistem Kelas 5 SD

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Audio-Visual dengan Pendekatan Saintifik Subtema Komponen Ekosistem Kelas 5 SD

0 0 15

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Audio-Visual dengan Pendekatan Saintifik Subtema Komponen Ekosistem Kelas 5 SD

0 0 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Audio-Visual dengan Pendekatan Saintifik Subtema Komponen Ekosistem Kelas 5 SD

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Audio-Visual dengan Pendekatan Saintifik Subtema Komponen Ekosistem Kelas 5 SD

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecama

0 0 17

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Ke

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lem

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Sema

1 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Sema

0 13 130