Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas Laba

  

Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate Governance

dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas Laba

a* b

  

Ghea Marisya Putri , Pipin Fitriasari

* a,b

  STIE Madani Balikpapan, Balikpapan, Indonesia

( gmarisyaputeri@gmail.com)

  

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh persistensi laba, komisaris

independen, ukuran komite audit dan kualitas audit terhadap kualitas laba yang

diproksikan dengan koefisien respon laba. Penelitian ini menggunakan perusahaan

manufaktur yang berjumlah 44 sebagai sampel penelitian dengan teknik purposive

sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda dengan Statistical Package for Social Sciences. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa persistensi laba berpengaruh negative terhadap kualiatas laba dan komisaris

independen memiliki pengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap kualitas laba.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran komite audit dan kualitas

audit berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba. Penelitian ini

belum dapat memberikan gambaran variasi nilai dari kualitas laba. Penelitian yang akan

datang sebaiknya menggunakan pengukuran persistensi laba yang dapat mencerminkan

nilai laba sesungguhnya.

  

Kata kunci: Persistensi laba, komisaris independen, ukuran komite audit, kualitas audit,

kualitas laba

  

PENDAHULUAN menjadi diragukan keandalannya. Hal

  Diterbitkannya laporan ini, menyebabkan publik kehilangan keuangan berupa informasi laba yang kepercayaan yang mengakibatkan diperoleh dalam suatu periode, akan reaksi pasar terhadap laba yang memengaruhi ekspektasi investor dipublikasikan menurun mengenai kemampuan perusahaan mencerminkan kualitas informasi atas menghasilkan laba di masa depan, laba yang dihasilkan. Fenomena ini dan akan tercermin dalam perubahan menunjukkan kegagalan laporan harga saham perusahaan yang keuangan untuk memenuhi bersangkutan di pasar modal (Riyatno, kebutuhan informasi pengguna 2007). Sehingga dapat disimpulkan laporan keuangan. Laba yang bahwa laba yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi salah satu perusahaan memengaruhi harga dasar pengambilan keputusan saham perusahaan di pasar modal. investasi menjadi diragukan

  Banyaknya kasus skandal kualitasnya (Boediono, 2005). manipulasi laporan keuangan Kasus-kasus manipulasi mengakibatkan laporan keuangan laporan keuangan tersebut,

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  disebabkan oleh penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Pengukuran dengan dasar akrual memberikan kesempatan kepada manajemen perusahaan untuk memodifikasi laporan keuangan agar menghasilkan nilai laba yang diinginkan dalam rangka menarik minat investor sehingga harga saham perusahaan meningkat.

  Teori keagenan yang menggambarkan tentang hubungan dan masalah antara principal (investor) dengan agent (manajemen), dimana

  agent diberi kontrak dan kekuasaan

  untuk mengelola sumber daya yang dimiliki principal. Terpisahnya fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan ini disebabkan karena principal memiliki keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya asimetri informasi, dimana agent lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan principal (Priantinah, 2008). Hal ini, mengakibatkan munculnya konflik kepentingan diantara keduanya. Hal ini memungkinkan manajemen untuk tidak bekerja mewakili kepentingan

  principal dan lebih mengutamakan

  kepentingan pribadinya (Rahmawati, 2012:153). Tindakan ini dapat menyebabkan laporan keuangan terutama laba yang dilaporkan oleh perusahaan tidak mampu memberikan informasi yang sesungguhnya mengenai kinerja perusahaan, sehingga informasi laba yang dijadikan salah satu tolok ukur dan dasar untuk pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Agar pemakai laporan keuangan khususnya investor tidak salah mengambil keputusan maka perlulah dilakukan pengukuran kualitas dari informasi laba.

  Laba yang dipublikasikan menghasilkan respon yang beragam, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba (Cho dan Jung, 1991 dalam Boediono, 2005). Reaksi pasar terhadap laba yang dipublikasikan akan bergantung pada penilaian (persepsi) investor terhadap kualitas angka laba yang dihasilkan dan dipublikasikan perusahaan. Untuk mengukur kualitas laba yang dipublikasikan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan Earnings Response

  Coefficients (ERC) (Collins et al.,1984 dan Collins dan Salatka, 1993). Earnings Response Coefficients (ERC)

  diyakini dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai kualitas laba dengan melihat reaksi pasar atas informasi laba yang dipublikasikan. Reaksi pasar mencerminkan kualitas dari laba yang dipublikasikan perusahaan dan tinggi rendahnya

  Earnings Response Coefficients (ERC)

  sangat ditentukan oleh kekuatan responsif yang tercermin dari informasi yang terkandung dalam laba (Suaryana, 2005). Artinya, semakin kuat respon pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya nilai Earnings Response Coefficients (ERC), menunjukkan laba yang dipublikasikan semakin berkualitas dan sebaliknya. Investor beranggapan jika perusahaan memiliki laba yang persisten dari waktu ke waktu maka semakin besar laba yang dapat diharapkan investor di masa mendatang. Hal ini akan direspon dengan baik oleh pasar yang tercermin dari tingginya nilai ERC yang menandakan bahwa laba berkualitas. Sehingga secara teoritis terdapat hubungan yang positif antara laba yang persisten dengan kualitas laba perusahaan (Kormendi dan Lipe, 1990).

  Mekanisme corporate

  governance seperti mekanisme

  internal, salah satunya struktur dewan komisaris dan mekanisme eksternal, salah satunya pelaksanaan audit oleh auditor eksternal diharapkan dapat mengatasi masalah keagenan sehingga kualitas laba perusahaan dapat terjamin (Bernhart dan Rosenstein, 1998).

  Mekanisme internal yakni peran dewan komisaris dalam menciptakan

  Good Corporate Governance (GCG) di

  dalam perusahaan dapat ditingkatkan dengan adanya komisaris independen (Febiani, 2012). Proporsi komisaris independen yang besar dalam struktur dewan komisaris akan memberikan pengawasan yang lebih baik dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak manajemen sehingga dapat diperoleh laba yang berkualitas (Raharjo dan Daljono, 2014).

  Komite audit juga mempunyai peran yang sangat penting dan strategis bersama dengan komisaris independen untuk menjaga kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan memonitor sistem pengendalian internal seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya Good

  Corporate Governance (GCG), sehingga

  diharapkan dapat mengurangi sifat oportunistik manajemen (Rahmawati, 2012:176). Teoh dan Wong (1993) menyatakan, peran komite audit sangat penting bagi investor untuk menilai perusahaan karena mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan perusahaan.

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  Efektivitas komite audit akan meningkat jika ukuran komite audit meningkat, karena komite audit yang lebih banyak memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah- masalah yang dihadapi oleh perusahaan sehingga kualitas pelaporan keuangan meningkat pula (Pierce dan Zahra,1992). Semakin besar ukuran komite audit dapat mengurangi tindakan manajemen laba sehingga kualitas laba dapat lebih terjamin (Aji, 2012).

  Sedangkan melalui mekanisme eksternal yakni berupa pelaksanaan audit oleh auditor independen. Kualitas audit dianggap sebagai kemampuan seorang auditor dalam mendeteksi serta menghilangkan salah saji material dan praktik manipulasi di laporan keuangan. Kualitas audit yang diberikan oleh auditor independen dapat dilihat dari reputasi KAP yang melakukan audit (DeAngelo, 1981).

  Auditor yang berkualitas tinggi yakni yang berasal dari KAP Big Four, dapat mendeteksi tindak manipulasi laba sebab mereka memiliki pengetahuan yang lebih mumpuni dan dapat mencegah tindakan manajemen yang oportunis (Becker et al.,1998; Reynolds dan Francis , 2001). Hal ini, menunjukkan bahwa auditor dari KAP Big Four memberikan jasa audit terhadap laporan keuangan khususnya informasi laba lebih baik daripada auditor dari KAP Non-Big Four sehingga hasil audit berupa penjaminan atas kredibilitas informasi laba tersebut lebih kredibel dan dapat dipercaya oleh pihak eksternal khususnya investor. Beberapa penelitian kualitas laba yang diukur dengan ERC, diantaranya Anderson et

  al. (2003) menemukan bahwa semakin

  kecil ukuran komite audit maka semakin tinggi kualitas laba yang diukur dari ERC. Mulyani dkk (2007) menemukan persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap ERC namun, kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Febiani (2012) menemukan bahwa kualitas audit dan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Marisatusholekha (2015) justru menemukan bahwa persistensi laba, komisaris independen, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian.

  Motivasi peneliti dalam penelitian ini ingin melihat apakah investor mempertimbangkan laba yang persisten dan mekanisme pengawasan dalam keputusan investasinya. Penelitian ini, mengukur komite audit berdasarkan ukuran atau jumlah dari komite audit. Hal ini, dikarenakan

  Earnings Response Coefficients

  dihitung dengan menggunakan waktu publikasi laporan keuangan.

  Penelitian ini menguji persistensi laba, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit dapat meningkatkan kualitas laba.

  Teori Pasar Efisien

  Teori pasar efisien menyatakan bahwa pasar akan bereaksi segera terhadap informasi baru. Berdasarkan hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat, harga suatu sekuritas saham mencerminkan semua informasi yang terkait mengenai perusahaan, termasuk kinerja keuangan masa sekarang dan prospeknya di masa depan. Diterbitkannya laporan keuangan berupa informasi laba yang diperoleh dalam suatu periode akan mengakibatkan reaksi pasar yakni mempengaruhi ekspektasi investor mengenai kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan, dan akan tercermin dalam perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal (Riyatno, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan mempengaruhi harga saham perusahaan di pasar modal.

  Sehingga dapat dikatakan bahwa investor menjadikan laba periode sebelumnya dan laba saat ini sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan, yang kemudian mempengaruhi keputusan investasi investor apakah akan membeli lagi, menahan, atau menjual sahamnya. Pilihan tersebut akan mencerminkan pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal yang tercermin dalam harga saham ekuilibrium yang baru.

TELAAH LITERATUR

  Hubungan Laba dan Return

  Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia secara publik (Suwardjono, 2014: 490). Apabila laba yang dipublikasikan mengalami lonjakan yang cukup besar dari laba sebelumnya dan hal ini merupakan kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya, maka timbul komponen yang disebut komponen yang tidak terduga atau laba kejutan (earnings shock) (Conrad et al,. 2002).

  Earnings shock ini akan memacu

  lonjakan pembelian atau penjualan saham sekitar waktu penerbitan laporan keuangan.

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan

  METODE

  (principal).

  kepentingan pribadinya dengan memaksimalkan utilitas subjektif mereka (Rahmawati, 2012:153). Masalah ini dapat mempengaruhi kualitas dari laba yang dilaporkan perusahaan karena, agent cenderung menyusun laporan keuangan berdasarkan kepentingannya dan mengabaikan kepentingan investor

  principal dan lebih mengutamakan

  lain (Priantinah, 2008). Hal ini dapat mengakibatkan munculnya konflik kepentingan diantara keduanya. Manajemen berkemungkinan untuk tidak bekerja mewakili kepentingan

  principal dan pihak berkepentingan

  agent lebih mengetahui informasi

  Pasar akan bereaksi atas laba publikasian dengan melakukan revisi keputusan investasi apakah akan membeli lagi, menahan, atau menjual saham. Reaksi ini akan tercermin melalui perubahan harga saham (return saham) yang mencolok pada saat pengumuman laba (Suwardjono, 2014:491). Yang dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar dari return yang terjadi

  Terpisahnya fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan ini disebabkan karena principal memiliki keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya asimetri informasi, dimana

  Teori Keagenan

  saham perusahaan (Ambarwati, 2008 dalam Subagyo dan Olivia, 2012). Hayn (1995) berhasil membuktikan bahwa bahwa terdapat hubungan yang kuat antara return dengan tingkat laba (net income), yakni naik turunnya laba akan berpengaruh terhadap naik turunnya return saham secara searah.

  Abnormal Return (CAR) masing-masing

  kejutan atau abnormal return saat pengumuman laba. Perubahan harga saham berupa kenaikan atau penurunan harga saham tersebut akan terakumulasi pada Cummulative

  (actual return) dan return harapan (expected return) yakni terjadi return

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dan kuantitatif, sebab penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan/pengaruh dari dua variabel atau lebih atau antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2001:7). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan manufaktur yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015, antara lain:

  1. Laporan keuangan tahunan

  3. Laporan keuangan memiliki perusahaan yang didapat data keuangan lengkap dan melalui BEI. informasi yang konsisten

  2. Harga penutupan saham (mencantumkan komposisi

  (closing price) masing-masing komisaris independen, jumlah

  sekuritas perusahaan dan anggota komite audit, laporan harga penutupan saham auditor independen) terutama gabungan pasar (IHSG). tentang variabel yang diteliti

  3. Data yang diperoleh serta menggunakan mata uang dari Indonesian Capital Market rupiah dalam laporan

  Electronic Library, berupa waktu keuangannya selama tahun 2012-2015.

  publikasi laporan keuangan. Teknik pengumpulan data yang

  4. Perusahaan manufaktur yang digunakan adalah teknik secara konsisten mendapatkan dokumentasi. Populasi penelitian laba dari tahun ke tahun adalah semua perusahaan selama tahun 2012-2015. manufaktur yang go public terdaftar di

  5. Perusahaan manufaktur yang BEI untuk periode 2013-2015 yakni memiliki harga penutupan berjumlah 143 perusahaan publik. saham (closing price) pada Pemilihan sampel pada penelitian ini periode jendela dan memiliki dilakukan dengan menggunakan tanggal publikasi laporan teknik purposive sampling. Adapun keuangan dari tahun 2013- kriteria yang digunakan dalam 2015. Berdasarkan kriteria memilih sampel antara lain: tersebut, sampel penelitian ini 1. Perusahaan manufaktur yang sebanyak 50 perusahaan. terdaftar di BEI yang tidak Variabel dependen penelitian ini mengalami delisting sejak adalah kualitas laba yang diukur Januari 2012 sampai Desember dari reaksi pasar. Kualitas laba 2015. dapat diindikasikan sebagai

  2. Menerbitkan laporan keuangan kemampuan informasi laba yang sudah diaudit oleh KAP memberikan respon kepada pasar per

  31 Desember setiap sehingga kualitas laba pada tahunnya selama tahun 2012- penelitian ini diproksi dengan 2015. Earnings Response Coefficients

  (ERC). Pengujian ERC dalam

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  penelitian ini dijadikan menjadi ARTN : ARTN yang

  i.t

  satu periode yaitu periode 2013- diakumulasi dari 2015. Hal ini disebabkan dalam hal return tidak normal menghitung koefisien regresi ERC (RTN) sekuritas ke-i tidak bisa memakai data satu tahun mulai hari awal penelitian saja, tetapi lebih dari periode peristiwa (t5) satu tahun (Delvira dan Nelvirita, sampai hari ke-t. 2013). ERC dihitung melalui 3 (tiga) RTN : Return tidak normal

  i.a

  tahap perhitungan: (abnormal return)

  1. Cummulative Abnormal untuk sekuritas ke-i

  Return (CAR)

  pada hari ke-a, Perhitungan Akumulasi yaitu mulai t5 (hari

  Return Tidak Normal (ARTN) awal periode

  untuk masing-masing jendela) sampai hari perusahaan merupakan ke-t. akumulasi dari abnormal return Untuk menentukan return selama periode jendela selama tidak normal, digunakan selisih 11 hari yakni 5 hari sebelum antara return sesungguhnya waktu publikasi laporan yang terjadi dengan return keuangan, 1 hari waktu pasar. Dalam penelitian ini publikasi laporan keuangan, 5 return tidak normal dihitung hari sesudah waktu publikasi menggunakan model sesuaian laporan keuangan. Data yang pasar (Sowardjono, 2014:492). digunakan dari variabel ini adalah closing price sekuritas

  Keterangan: dan IHSG. CAR atau ARTN ini RTN : Return tidak normal

  i.t

  dapat dihitung dengan sekuritas ke-I pada menggunakan rumus berikut periode peristiwa ke- ini (Jogiyanto, 2015:663): t.

  R : Return sesungguhnya

  i.t

  yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t. Keterangan: Persistensi laba diukur menggunakan koefisien (slope) regresi linier sederhana antara laba akuntansi periode berjalan (sekarang) dengan laba akuntansi periode sebelumnya. Dengan rumus:

  Laba (X 1).

  = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1.

  i.t

  = Unexpected

  earnings perusahaan i pada periode t.

  EPS

  t

  = Laba per saham perusahaan i pada periode t. EPS

  t-1

  3. Earnings Response Coefficient (ERC)

  menggunakan pengukuran laba per lembar saham (Moradi et al., 2010):

  ERC diestimasi dari slope β melalui regresi linier sederhana anatara CAR dan UE untuk tiap-tiap perusahaan (Teets dan Wesley, 1996):

  CAR

  i.t

  = a + βUE

  i.t

  i.t

  β = slope koefisien ERC Variabel independen dalam penelitian ini adalah Persistensi

  Keterangan: UE

  Unexpected earnings diukur

  R

  it-1

  m.t

  : Return pasar (market) pada periode peristiwa ke-t. Untuk memperoleh data return tidak normal, terlebih dahulu harus mencari return saham harian dan return pasar harian.

  1) Return saham harian dihitung dengan rumus: Keterangan : R

  i.t

  = Return saham perusahaan i pada hari t. P

  it

  = Harga penutupan saham i pada hari t . P

  = Harga penutupan saham i pada hari t-

  • ε

  2. Unexpected Earnings (UE)

  1. 2) Return pasar harian dihitung sebagai berikut:

  Keterangan: R

  m.t

  = Return pasar harian.

  IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t.

  IHSG

  t-1

  = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t-1.

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate… E i.t = β + β 1 E i.t-1 + ε i.t

  β

  1

  = slope koefisien Persistensi Laba

  Keterangan : E

  i.t

  = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i pada tahun t

  (Statistical Package for Social Sciences).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i sebelum tahun t

  Hasil Pengujian model regresi pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut: Tabel

  ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa

  A

  dan nilai signifikansi (p-value) > alpha (α) maka, H diterima dan H

  tabel

  sebesar -1,140 < t tabel . 2,023 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,253 > 0,05 dan nilai koefisien β sebesar -0,022 dengan arah negatif. Dengan demikian t hitung < t

  hitung

  ) memiliki t

  1

  ) menyatakan bahwa persistensi laba memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas laba. Berdasarkan hasil pengujian diketahui persistensi laba (X

  1

  Coeffisients Hipotesis 1 (H

  1. Hasil Uji Signifikansi Parameter Parsial (Uji Statistik t)

  E

  β

  Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda menggunakan program SPSS

  perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four atau terafiliasi dengan KAP Big Four diberi nilai 1, sedangkan KAP Non Big Four diberi nilai 0.

  dummy, auditor independen

  ), dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ukuran/reputasi kantor akuntan publik (KAP). Ukuran KAP menggunakan pengukuran variabel persistensi laba memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba. Sehingga dapat disimpulkan H

  i.t-1

  ) diukur dengan jumlah dari anggota komite audit perusahaan. Kualitas Audit (X

  3

  ), yang diukur dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan. Ukuran Komite Audit (X

  2

  Komisaris Independen (X

  (slope)

  = Persistensi laba akuntansi

  1

  4

  1 ditolak.

  Hasil penelitian ini menunjukkan persistensi laba berpengaruh negatif namun tidak signifikan atau tidak berpengaruh positif terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan Scott (2009:155) yang menyatakan bahwa persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan yang menunjukkan bahwa semakin persisten laba yang diperoleh perusahaan tersebut maka, semakin besar laba yang dapat diharapkan dimasa yang akan datang oleh investor. Karena, reaksi investor lebih tinggi terhadap informasi yang diharapkan konsisten dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Ali dan Zarowin (1992), Romasari (2013), Widayanti dkk (2014), dan Afni (2014) yang menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba (ERC).

  Tidak berpengaruhnya persistensi laba secara positif terhadap kualitas laba pada penelitian ini kemungkinan disebabkan; pertama, pengukuran persistensi laba milik

  Kormendi dan Lipe (1987) yang digunakan pada penelitian ini kurang dapat menggambarkan nilai persistensi laba yang sesungguhnya. Beberapa perusahaan dalam penelitian ini memperoleh penurunan laba dari tahun ke tahun secara signifikan selama periode penelitian namun, memperoleh nilai persistensi laba yang tinggi. Hal ini, dapat menyebabkan bias hasil penelitian sehingga nilai persistensi laba menjadi kurang akurat dalam menggambarkan nilai kualitas laba. Kedua, perusahaan dengan nilai persistensi laba yang tinggi cenderung memiliki kualitas laba (ERC) yang rendah. Ali dan Zarowin (1992) menyatakan bahwa tidak berpengaruhnya persistensi laba terhadap ERC, disebabkan oleh adanya komponen-komponen

  transitory. Banyaknya komponen transitory hanya akan berpengaruh

  terhadap laba saat ini yang menyebabkan laba menjadi meningkat secara signifikan akan tetapi tidak memengaruhi laba di masa datang. Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi peningkatan dan penurunan laba secara signifikan. Banyaknya komponen transitory dalam laba menyebabkan nilai ERC menjadi terlalu rendah. Karena, laba yang mengandung banyak komponen

  transitory kurang dapat dijadikan

  Hal ini, dapat diartikan bahwa besarnya proporsi komisaris independen berpengaruh negatif namun tidak signifikan atau tidak berpengaruh positif terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rosdini (2010) dan Susanti dkk (2010) yang menemukan bahwa proporsi komisaris independen memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh

  hitung

  2 ditolak.

  ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa komisaris independen memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Sehingga dapat disimpulkan H

  A

  dan nilai signifikansi (p-value) > alpha (α) maka, H diterima dan H

  tabel

  . 2,023 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,072 > 0,05 dan nilai koefisien β sebesar -0,626 dengan arah negatif. Dengan demikian t hitung < t

  tabel

  sebesar

  ) memiliki t

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  2

  ) menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas laba. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh komisaris independen (X

  2

  Hipotesis 2 (H

  (Rahmawati, 2005), namun juga mempertimbangkan aspek lain (Imroatussolihah, 2013). Oleh karena itu, persistensi laba yang tinggi belum tentu direspon positif oleh investor.

  Dari tahun ke tahun laba kehilangan relevansi nilainya sehingga investor tidak lagi menggunakan angka laba sebagai satu-satunya dasar keputusan investasi

  meningkatkan laba pada suatu periode saja namun tidak permanen sehingga persistensi laba rendah dan fluktuatif.

  transitory laba yang hanya akan

  pengukur ERC. Afni (2014) menyatakan bahwa adakalanya perusahaan memperoleh kenaikan laba dalam suatu periode namun pada periode berikutnya memperoleh penurunan laba yang signifikan. Hal ini, dapat menyebabkan laba perusahaan menjadi kurang persisten. Umumnya, laba seperti ini kurang direspon baik oleh investor yang menyebabkan rendahnya nilai kualitas laba perusahaan. Perusahaan dengan nilai persistensi laba yang tinggi cenderung memiliki kualitas laba (ERC) yang rendah (Romasari, 2013). Hal ini, menunjukkan bahwa selain investor tidak hanya menjadikan persistensi laba sebagai dasar keputusan investasinya juga laba kurang informatif bagi investor untuk pengambilan keputusan sehingga investor cenderung tidak reaktif atas pengumuman laba. Hal lain yang menyebabkan laba kurang informatif adalah banyaknya komponen

  • 1,749 < t
terhadap kualitas laba yang diukur dengan ERC.

  Tidak berpengaruhnya komisaris independen secara positif terhadap kualitas laba pada penelitian ini disebabkan, perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang tinggi memiliki nilai ERC yang rendah. Hal ini dibuktikan dari lemahnya respon pasar yang tercermin dari kecilnya nilai ERC perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang tinggi, yang berarti bahwa investor tidak mempertimbangkan besarnya proporsi komisaris independen sebagai dasar keputusan investasinya.

  tabel

  3 ditolak.

  Sehingga dapat disimpulkan H

  ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa ukuran komite audit tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas laba.

  A

  dan nilai signifikansi (p-value) > alpha (α) maka, H diterima dan H

  tabel

  < t

  hitung

  . 2,023 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,263 > 0,05 dan nilai koefisien β sebesar 0,165 dengan arah positif. Dengan demikian t

  sebesar 1,154 < t

  Banyak perusahaan menerapkan mekanisme corporate

  hitung

  ) memiliki t

  3

  ) menyatakan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Kualitas Laba. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran komite audit (X

  3

  Hipotesis 3 (H

  komisaris independen sebagai mekanisme pengawasan baik terhadap kualitas laporan keuangan terutama informasi laba serta pengawasan terhadap hak-hak investor selaku stakeholder (Susanti dkk, 2010). Investor dalam merespon laba suatu perusahaan tidak memperhatikan komposisi jumlah komisaris independen yang berada dalam struktur perusahaan (Rosdini, 2010). Sehingga respon pasar terhadap mekanisme ini cenderung lemah yang tercermin dari kecilnya nilai ERC.

  governance dalam hal ini proporsi

  dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip ini sebagai bagian dari budaya perusahaan. Dalam arti lain, investor beranggapan perusahaan hanya sekedar memenuhi regulasi dan tidak menjadikan prinsip corporate

  governance karena dorongan regulasi

  Tidak signifikannya pengaruh ukuran komite audit terhadap kualitas laba yang diproksi dengan reaksi pasar atas pengumuman laba (ERC) pada penelitian ini dikarenakan, pembentukan keanggotaan komite audit hanya sekedar memenuhi peraturan yang dipersyaratkan regulator saja. Hal ini terbukti dari

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  hitung

  Tidak signifikannya pengaruh kualitas audit terhadap kualitas laba yang diproksi dengan reaksi pasar atas pengumuman laba (ERC) pada penelitian ini, dikarenakan kecilnya jumlah sampel perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dibandingkan dengan jumlah sampel perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big Four. Ginting (2014) juga menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big Four dan menemukan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia lebih banyak diaudit oleh auditor non Big Four. Terlebih baru-baru ini ditetapkan regulasi pemerintah yang mewajibkan rotasi audit serta pembinaan dan pengawasan lainnya seperti kewajiban mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) dan pemeriksaan regular untuk ketaatan terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Adanya peningkatan regulasi ini dapat membangun kepercayaan yang lebih tinggi bagi investor terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga investor tidak merespon secara berbeda antara laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four atau KAP non Big Four.

  4 ditolak.

  Sehingga dapat disimpulkan H

  ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa kualitas audit tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas laba.

  A

  dan nilai signifikansi (p-value) > alpha (α) maka, H diterima dan H

  tabel

  < t

  . 2,023 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,910 > 0,05 dan nilai koefisien β sebesar 0,006 dengan arah positif. Dengan demikian t

  jumlah komite audit yang tidak variatif dari perusahaan sampel dan sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh OJK yakni minimal beranggotakan 3 (tiga) orang. Keberadaan komite audit pada perusahaan tidak berkontribusi dalam meningkatkan kualitas laba yang diukur dengan ERC (Rosdini, 2010). Sehingga disimpulkan ukuran komite audit belum dapat meningkatkan persepsi kualitas laba perusahaan dimata investor yang tercermin dari lemahnya reaksi pasar atas mekanisme ini.

  tabel

  sebesar 0,114 < t

  hitung

  ) memiliki t

  4

  bahwa kualitas audit memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukkan kualitas audit (X

  4 ) menyatakan

  Hipotesis 4 (H

  Mayangsari (2004) menyatakan tidak terdapat perbedaan respon pasar antara laporan keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis (Big Five) dengan yang diaudit oleh auditor nonspesialis. Hal ini disebabkan, investor hanya memperhatikan nilai laba (laba per- lembar saham) tanpa peduli ketepatan angka laba tersebut. Sehingga kualitas audit dalam hal ini reputasi KAP Big Four tidak mampu meningkatkan persepsi kualitas laba dimata investor yang mengakibatkan pasar tidak merespon mekanisme ini secara reaktif yang tercermin dari rendahnya nilai ERC.

DAFTAR PUSTAKA

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persisten laba berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba. Sedangkan komisaris independen berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba. Penelitian juga tidak berhasil membuktikan ukuran komite audit dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba. Hal ini kemungkinan dikarenakan, pembentukan keanggotaan komite audit hanya sekedar memenuhi peraturan yang dipersyaratkan OJK saja.

  Keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu mengukur persistensi laba menggunakan pengukuran Kormendi dan Lipe (1987) kurang dapat menggambarkan nilai persistensi laba yang sesungguhnya. Hal ini, kemungkinan dapat menyebabkan bias hasil penelitian sehingga nilai persistensi laba menjadi kurang akurat dalam menggambarkan variasi nilai kualitas laba. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan pengukuran (proksi) persistensi laba lain, yang lebih mampu mencerminkan nilai persistensi laba yang sesungguhnya.

  Afni, S. M. 2014. Pengaruh Persistensi Laba, Alokasi Pajak Antar Periode, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Laba Dan Profitabilitas Terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2010-2012). Jurnal Dipublikasikan. Universitas Riau.

  Pekanbaru. Aji, A. B. 2012. Analisis Pengaruh

  Karakteristik Komite Audit terhadap Kualitas Laba Dan Manajemen Laba di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

  Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

  Ali, A. dan P. Zarowin. 1992. The Role

  of Earning Level in Annual Earning- Return Studies. Journal of Accounting and Economics 30(2): 6- 10.

  Anderson, K. L., D. N. Deli, dan S. L.

  Gillan. 2003. Boards of Directors,

  Audit Committees, and The Information Content of Earnings. Working Paper Series. University of Delaware.

  Beasley, M. 1996. An Empirical

  Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate… Financial Statement Fraud. The Accounting Review 71(4): 443-465.

  Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei 2009-2012). Jurnal

  117-141. Febiani, Siska. 2012. Konservatisme

  Akuntansi, Corporate Governance, dan Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi 1(2): 85-91.

  Ginting, E. K. P. 2014. Pengaruh Kualitas Audit dan Prediktibilitas Laba Akuntansi terhadap Earnings

  Response Coefficient (Studi Empiris

  Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012).

  Artikel Dipublikasikan. Universitas Negeri Padang.

  Hapsari, D. 2014. Pengaruh Risiko Sistematik, Persistensi Laba, dan Alokasi Pajak Antar Periode terhadap Earnings Response

  Coefficient (ERC) (Studi Empiris

  Dipublikasikan. Universitas Negeri Padang. Padang.

  Easton, P. D. dan M. Zmijewski. 1989.

  Hartono. Jogiyanto. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.

  Edisi Kesepuluh. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta.

  Hayn,

  C. 1995. The Information

  Content Of Losses. Journal of Accounting and Economics 20: 125-

  153. Imroatussolihah, Ely. 2013. Pengaruh

  Risiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba dan Kualitas Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Earnings

  Response Coefficient pada

  Perusahaan High Profile. Jurnal Ilmiah Manajemen 1(1): 75-87. Kormendi, R., dan R. Lipe. 1987.

  Cross-sectional Variation in the Stock Market Response to Accounting Earnings Announcements. Journal of Accounting and Economics 11(2-3):

  Coefficient (ERC). Journal Warwick Research Archives 1(1): 129-153.

  Barnhart, W.S., dan S. Rosenstein.

  Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.

  1998. Board Composition,

  Managerial Ownership, And Firm Performance: An Empirical Analysis. The Financial Review 33(4): 1-16.

  Beaver, W.H., R. Clarke, dan W.F.

  Wright. 1979. The Association

  Between Unsytematic Security Return and The Magnitude of Earnings Forecast Error. Journal of Accounting Research 17(20):

  316.340. Boediono, S.B. Gideon. 2005. Kualitas

  Laba: Studi Pengaruh Mekanisme

  Corporate Governance dan Dampak

  Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

  Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba terhadap Earnings Response

  Collins, W.A., W.S. Hopwood, dan J.C.

  Mc.Keown. 1984. The Predictability

  of Interim Earnings over Alternative Quarters. Journal of Accounting Research 22(2): 467-479.

  Collins, D. W., dan W.K. Salatka.

  1993. Noisy Accounting Earnings

  Signals and Earnings Response Coefficients: The Case of Foreign Currency Accounting. Contemporary Accounting Research 10(1): 119-159.

  DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Size and

  Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3(3): 183-199.

  Delvira, M. dan Nelvirita. 2013.

  Earnings Innovations, Earnings

  A. 2013. Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk Management terhadap Kualitas Laba Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti dan Konstruksi Periode 2009-2011. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

  Intervening pada Perusahaan

  Influence of Large Clients on Office- level Auditor Reporting Decisions. Journal of Accounting and Economics 30(3): 375-400.

  Rosdini, D. 2010. The Influence of

  Investment Opportunity Set and Corporate Governance to Earnings Quality and Firm Value. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 5(2).

  Scott, W. R., 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition.

  Prentice Hall. Canada. Susanti, A. N., Rahmawati, dan A.

  Aryani. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel

  Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007.

  Reynolds, J. K. dan J. R. Francis.

  Simposium Nasional Keuangan 1.

  Universitas Sebelas Maret Surakarta. Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

  Edisi Ketiga. Cetakan Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.

  Subagyo dan C. N. Olivia. 2012.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi

  Earnings Response Coefficient (ERC). Jurnal Akuntansi 12(1).

  Saptiti,

  2001. Does Size Matter? The

  Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

  Persistence, and Stock Returns. Journal of Business 60(3): 323-345.

  Board Composition from a Staretgic Contigensy Perspective. Journal of Management Studies 29(4): 411-438.

  Kusumaningtyas, M. 2014. Pengaruh Ukuran Komite Audit dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Jurnal Prestasi 13(1): 82-96.

  Marisatusholekha. 2015. Pengaruh Komisaris Independen, Reputasi Kap, Persistensi Laba, Dan Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba.

  Jurnal Bina Ekonomi 19(1): 53-70.

  Mayangsari, S. 2004. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings

  Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7(2): 154-178.

  Pearce, J. dan S. A. Zahra. 1992.

  Romasari, Sonya. 2013. Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Alokasi Pajak Antar Periode terhadap Kualitas Laba. Jurnal Dipublikasikan. Universitas Negeri Padang. Padang.

  Independen, Struktur Kepemilikan, Dan Indeks Corporate Governance Terhadap Asimetri Informasi. Jurnal

  Rahmawati. 2005. Relevansi Nilai

  Earnings dengan Pendekatan Terintegrasi: Hubungan Nonlinier. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia 9(1): 45-49.

  • . 2012. Teori Akuntansi

  Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

  Riyatno. 2007. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Earnings Response Coefficients.

  Jurnal Keuangan dan Bisnis 5(2): 148-162.

  Raharjo, A. S. dan Daljono. 2014.

  Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Direksi, Komisaris

  Marisya, Fitriasari - Pengaruh Persistensi Laba, Good Corporate…

  Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta. Bandung. Teoh, S.H., dan T.J. Wong. 1993.

  Perceived Auditor Quality and the Earnings Response Coefficient. The Accounting Review 68(2): 346-366.