Pembangunan karakter anak bangsa melalui

SEMIN A R IN TERN A SION A L

Bimbingan dan Konseling

"The- Aduoi:zotiO'l of Counseling SelVice in 8uildit19 In feilipenzyxwvutsrqponmlkj
t
ono Chotcctetizeci Ind()n(~sio-/v1Cllcrysia Youi'h"

PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK BANGSA
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOKzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
Oleh:
Herman Nirwana *)

ABSTRACT
Ufe with character is a life following rules and norms to the prosperity and happiness
of the world and life after death. Actually, that kind of life is still a dream. The
indicators are anarchism behavior, such as fighting among students, groups, and
societies, Based on the reality, in 2011 character education is declared in
educational setting in Indonesia. One of the counseling services for improving
students' character is group counseling. In this article, the implementation of
character improvement through group counseling is discussed.


Key word: Character building, group counselingzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFE
*) Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar siswa secara aktif
menqernbanqkan potensi dirinya untuk
memilikl kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan,

akhlak
mulia,
dan
keterarnpllan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara (UU
No. 20 tahun 2003: Pasal 1 Butir 1).
Berdasarkan undang-undang tersebut.
karakter siswa yang akan dibangun,
terutama oleh sekolah, adalah siswa
yang
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, bisa mengendalikan diri,
berkepribadian
baik, dan berakhklak
mulia.
Kehidupan
yang
berkarakter

merupakan kehidupan yang mengikuti
kaidah-kaidah nilai dan norma menuju
kondisi kesejahteraan dan kebahagiaan
dunia
dan
akhirat
(Prayitno
dan
Manullang,
2010).
Tahun
2011
merupakan
tahun
peluncuran
dan
pencanangan
pendidikan karakter di
Indonesia.
Pencanangan

tersebut

dilakukan pada hari Pendidikan Nasional
tanggal 2 Mel 2011.
Semenjak
dieanangkannya
pendidikan karakter tersebut, berbagai
kajian telah dilakukan oleh berbagai
pihak untuk meneari dan merumuskan
formula bagaimana cara pengembangan
karakter siswa. Tiga lembaga pendidikan
bertanggung
jawab
dalam
mengembangkan
karakter
individu,
ketiga lembaga itu adalah rumah tangga
(keluarga), sekolah, dan masyarakat.
iru

Pendidikan
karakterzyxwvutsrqponmlkjihgfedcb
dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
praktik
pendidikan/pembelajaran
di
Indonesia dipadati oleh materi kognitif
dan langkanya materi afektif. Hasilnya,
perilaku anarkis sering muneul, seperti
perkelahian
antar
warga,
antar
kelompok, dan antar pelajar. Di samping
itu, kerusakan Iingkungan yang terjadi
dimana-mana,
ketidakadilan
hukum,
pergaulan
bebas dan pornografi di

kalangan
remaja,
kekerasan
dan
kerusuhan serta tindakan anarkis di
mana-mana, konflik sosial, serta korupsi
yang semakin merambah ke berbagai
sektor
kehidupan.
Semua
ini

SEMIN A R IN TERN A SION A L

.,

'"

!


I

Bimbingan dan Konseling

'1

"The Ac":-volil.O tion of Covnseiing Service if) Building Intelligent
(1 )(1

Cho(oderized !ndonesi:)·Mc:loysio Youth"

Podang, 11" April 2012 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

mengindikasikan adanya pergeseran ke
arah ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa.
Kondisi perllaku masyarakat yang
mengkhawatirkan
tersebut
telah

mengusik
perhatian
pemerintah
sehingga pada tahun 2011 dikeluarkan
suatu
kebijakan
yang
sangat
memprioritaskan pembangunan karakter
bangsa. Namun, tldaklah mungkin
permasalahan tersebut hanya ditangani
oleh pemerintah. Semua kita, apalagi
pendidik, perlu turut berperan serta
dalam
memberikan
sumbangan
pemikiran dan upaya maksimal dalam
mengatasi persoalan bangsa seperti itu.
Sebagai akadernisi pendidikan, melalui
makalah ini penulis bermaksud untuk

berurung
rembuk
merumuskan
pemikiran-pemikiran yang diharapkan
bermanfaat dalam memformulasikan
kebijakan
dan
program-program
pendidikan karakter.
Secara lebih
operasional, makalah ini dimaksudkan
untuk
melakukan
kajian
tentang
pengembangan karakter anak bangsa
melalui bimbingan kelompok.
PEM BANG UNAN KARAKTER
The best school is the best
process not best input. The best process

is the best teacher. Artinya, guru
merupakan komponen kunci dalam
keseluruhan proses pendidikan atau
pembelajaran di sekolah (Chatib, 2010),
Begitu juga
dalam pengembangan
karakter siswa, peran guru sangat
menentukan. Tidak mungkin siswa akan
berkarakter
selama
guru
tidak
berkarakter.
Kehidupan
yang
berkarakler
adalah kehidupan yang menempun jalan
lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan
norma sesuai fitrah manusia yang
berorientasi kebenaran dan keluhuran

(Prayitno dan Manullang, 2010). Lebih
lanjut Prayitno dan Manullang (2010)
menjelaskan
perilaku
berkarakter
hendaknya diisi dengan upaya yang
cerdas, dan perilaku yang cerdas
hendaknya disertai
tindakan yang

berkarakter. Dengan kala lain, manusia
Indonesia yang perlu dikembangkan
adaJah manusia yang cerdas dan
berkarakter. Kehidupan yang cerdas
tanpa disertai dengan kehidupan yang
berkarakter
akan
menimbulkan
persoalan sebagaimana dikemukakan
terdahulu.
Karakter adalah "sifat pribadi
yang relatif stabil pada diri individu yang
menjadi landasan bagi penampilan
prilaku dalam standar nilai dan norma
yang tinggi" (Prayitno dan Manullang,
2010: 38). Pengembangan karakter bisa
berarti penanaman nilai-nilai dasar atau
pembentukan perilaku moral
yang
diharapkan. Karakter, yang dalam wujud
konkritnya berupa perilaku yang terkait
dengan moral (moralitas), memiliki
komponen afektif, kognitif, dan perilaku.
Dengan demikian, meskipun wujud
konkrit dar! karakter itu akan berupa
perilaku (perilaku moral), perkembangan
karakter melibatkan tiga komponen dari
karakter tersebut, yaitu kognitif, afektif,
dan perilaku.
Karakter dikembangkan melalui
tahap pengetahuan zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYX
(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).
Karakter
tidak
terbatas
pada
pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum
tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya, jika
tidak
dilatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan
kebaikan
tersebut.
Pengembangan
karakter dimulai dengan pengetahaun.
Dengan pengetahuan peserta didik bisa
mengetahui mana yang baik dan mana
yang buruk. Namun untuk berwujud
menjadi karakter diperlukan keteladanan
(model) dari pendidik (Lefrancois, 1994)
dan pembiasaan dalam kehidupan.
Misalnya, dalam membentuk karakter
peserta didik "membuang sampah pada
tempatnya"
lidak
cukup
dengan
menyuruh
peserta
didik·
untuk
membuang sampah pada tempatnya,
menulis kala-kata "buanglah sampah
pada ternpatnya", "kebersihan sebagian
dart iman", dan kata-kata lainnya. Untuk zyxwvutsrq

2 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB

SEMIN A R

IN TERN A SION A L

Bimbingan dan Konseling
"The ;\ct-uolizoficr;

ct CounseHng Service in Buiiding Intelligent
!ndonesio·Mcfoysio Youth"

ono Ctvxocsenzecl

Podong. IPh April 2012zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

membentuk karakter tersebut tidak
cukup dengan hanya menyuruh peserta
didik, tetapi
guru atau pendidik di
sekolah harus memberikan keteladan
kepada peserta didik, dan membiasakan
peserta didik untuk membuang sampah
pada tempatnya.
Pengembangan
atau
pembentukan karakter perlu dan penting
dilakukan
oleh
sekolah
dan
stakeholders-nya untuk menjadi pijakan
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
karakter di sekolah. Tujuan pendidikan
karakter
pada
dasarnya
adafah
mendorong lahirnya anak-anak yang
baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan
mendorong peserta didik tumbuh dengan
kapasilas
dan
komitmennya
untuk
melakukan berbagai hal yang terbaik dan
melakukan segalanya secara benar dan
memiliki tujuan hidup.
Pengembangan karakter siswa di
sekolah dilakukan dengan pengintegrasian karakter yang dikembangkan ke
dalam matapelajaran. Di samping itu,
pengembangan
karakter
bisa
dikembangkan
dengan
format
(1)
pembangunan komitmen semua warga
sekolah,
khususnya
pendidik,
(2)
pembefajaran melalui diskusi (bimbingan
kelompok)
dengan
siswa,
(3)
pembiasaan perilaku yang berkarakter
oleh warga sekolah, dan (4) pemberian
contoh (modeling) ofeh guru. Uraian
berikut berisikan penjefasan tentang
pelaksanaan bimbingan kefompok untuk
pengembangan karakter siswa.
BIMBINGAN
KELOMPOK
DAN
PENGEMBANGAN KARAKTER
Dafam
spektrurn
layanan
konseling di sekolah, guru pembimbing
(guru BK, atau konselor sekofah)
memifiki fahan/peluang yang luas untuk
pengembangan
karakter
siswa,
khususnya pada angka 2 (dua) di atas.
yaitu melafui bimbingan kelompok.
Dengan demikian, guru pembimbing
mempunyai peran dan tugas yang
sangat strategis dafam pengembangan

karakter siswa. Safah satu layanan
konseling yang menjadi primadona
dalam pengembangan karakter siswa
adalah layanan bimbingan kelompok,
baik kelompok tugas maupun kelompok
bebas.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
Group

The Association for Speciallist in
W ork (dalam Gladding, 1995)

mendefinisikan
bimbingan
kelompok
(kerja
keompok)
sebagai
proses
pemberian
bantuan
dalam
setting
kelompok. Di samping itu, Trotzer (2006)
mendefinisikan
bimbingan
kelompok
sebagai proses pemberian layanan
kepada siswa melalui interaksi dinamika
sesama anggota kelompok (Trotzer,
2006).
Bimbingan
kelompok
. mendasarkan
pada
komunikasi
interpersonal tentang pikiran, perasaan,
perilaku, dan pengalaman yang terjadi
pada anggota kefompok (Corey, 2012).
Melafui kegiatan ini para siswa bisa
dibantu untuk mengatasi masalah dan
mengembangkan
kepribadiannya
(Trotzer, 2006).
Dalam bimbingan kelompok guru
pembimbing (pemimpimpin kelompok)
dan
siswa
aktif
berdiskusi untuk
membahas karakter atau perilaku positif
yang akan dikembangkan serta perilaku
negatif yang tidak diinginkan beserta
akibat dari perilaku itu. Dengan kata
lain, dalam bimbingan kelompok para
siswa bebas mengemukakan pendapat,
ide, gagasan, dan perasaannya dalam
membahas suatu topik. Di samping itu,
melalui bimbingan kelompok para siswa
dilatih untuk berani mengemukakan
pendapat di hadapan orang banyak.
Keuntungan
fain
dari
pelaksanaan
bimbingan
kelompok
dikemukakan oleh Baker dan Gerfer Jr.
(dalam Locke, Myers, dan Herr, 2001).
Menurut mereka, dengan bimbingan
kelompok para siswa bisa belajar
tentang dirinya dan orang lain, serta bisa
mencoba atau mengemukakan ide-ide
dan perilaku baru. Di samping itu,
bimbingan kelompok sangat ekonomis
karena bisa melayani banyak orang;
anggota kelompok bisa saling membantu

3 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF

SEMINAR

INTERNASIONAL

Bimbingan dan Konseling
"The »ctocszatto» of C ovfi:>eiingS ervice in B uilding hte!!igeni
and

ChorQcferized indonesia-fv1aloysia Yovf'hJ~

Podong. 11'"April 2012zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

untuk membuat perubahan yang positif
dalam
kehidupan
mereka;
serta
kelompok memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling memberi dan
menerima.
Para
siswa
belajar
bagaimana memberikan bantuan kepada
teman-teman
sesama
anggota
kelompok. Dari perspektif perkembangan
dan pedagogis, melalui bimbingan
kelompok siswa bisa belajar dari orang
lain (Whiston dan Sexton, dalam Erford,
2004).
Jumlah
anggota
bimbingan
kelompok sekitar 5 sampai 8 orang
(Jacobs, Masson, Harvill, dan Schimmel:
2012). Secara tegas Corey (2012),
Sonstegard
dan
Bitter
(2004)
mengemukakan
jumlah
anggota
kelompok yang efektif sebanyak 8 orang.
Khusus untuk siswa, Trotzer (2006)
mengemukakan jumlah angota yang
bervariasi, sesuai dengan tingkat satuan
pendidikan. Untuk siswa SLTP jumlah
anggota kelompok 4 sampai 6 orang,
dan untuk siswa SLTA 6 sampai 8 orang.
Jika anggotanya kurang dari itu,
dinamika kelompok cenderung kurang
bagus, sementara kalau jumlah anggota
lebih dari sepuluh, para anggota akan
semakin sedikit kesempatannya untuk
mengemukakan ide, pendapat, dan
perasaannya.
Anggota
kelompok
sebaiknya juga heterogen, baik dari segi
kemampuan, kelas sosial dan ekonomi,
maupun
jenis
kelamin.
Adanya
heterogenitas dalam kelompok membuat
dinamika kelompok cenderung semakin
bagus.
Pelaksanaan
bimbingan
kelompok dipimpin oleh seorang guru
pembimbing (guru BK), dan rentangan
waktunya sekitar 90 sampai 120 menit.
Mengingat waktu pelaksanaannya yang
cukup lama, seharusnya kepala sekolah
menyediakan waktu khusus untuk
kegiatan mr. Waktu tersebut bisa
dimasukkan
dalam
kegiatan
pengembangandiri.
Pengembangan karakter siswa
dilakukan dengan membahas topik-topik
tertentu. Sangat banyak topik yang bisa

dibahas dalam bimbingan kelompok, di
antaranya: tertib lalu lintas, menyontek
waktu ujian, menghormati orang tua,
disiplin,
menjaga
kebersihan,
perkelahian antar pelajar/warga, dan lain
sebagainya. Topik yang dibahas bisa
disiapkan/ditentukan oleh guru BK
sebagai pemimpin kelompok (untuk
kelompok tugas), atau
ditentukan
bersama oleh anggota kelompok (untuk
kelompok bebas). Topik yang dipilih
tentunya peristiwa yang aktual yang ada
di dalam kehidupan masyarakat.
Dalam bimbingan atau diskusi
kekompok, para siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan
pemimpin
kelompok, tetapi dalam kegiatan tersebut
semua ang.9ota kelompok (siswa)
dilibatkan untuk
berpikir, merasa,
bersikap, bertindak, dan bertanggung
jawab terhadap topik yang dibahas.
Siswa tidak hanya sekedar tahu tentang
suatu topik, tetapi mereka juga dituntut
untuk bisa bertindak atau melakukan
sesuatu dalam mengembangkan perilaku
positif. Dengan demikian, pelaksanaan
bimbingan kelompok yang optimal di
sekolah
oleh
guru
BK
bisa
mengembangkankarakter siswa.
8eberapa
penelitian
memperlihatkan hasil bahwa bimbingan
kelompok
cukup
efektif
untuk
mengembangkan perilaku positif siswa.
Misalnya,
untuk
meningkatkan
pemahaman dan sikap siswa terhadap
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
(Elfia Zuriati, 2007), meningkatkan mutu
kegiatan
belajar
siswa
(Akhyar
Hasibuan, 2008), dan meningkatkanzyxwvutsrqponmlkjih
self
esteem dan motivasi berprestasi siswa
dalam belajar (Suhartiwi, 2009). Oi
samping itu, Prawitasari (2011) juga
mengemukakan
bahwa
kegiatan
bimbingan kelompok cukup efektif untuk
mencegah
penggunaan
NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)
di antara remaja yang berisiko tinggi,
yaitu remaja yang mempunyai ternan
atau anggota keluarga pengguna
NAPZA. Secara psikologis, kegiatan
kelompok bisa meningkakan harga diri

4 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFE

SEMINAR INTERNASIONAL
Bimbingan dan Konseling
HThe:..~ .chJGjjzofion of Cou!1sefing Service in Building inteJJfgen!
ono Ctvrocieazed ifio'onesio-f.);aioysia YCtJf'f?H
Podang, 11'"April 2012zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

primadona
dalam
pengembangan
karakter
siswa
adalah
layanan
bimbingan kelompok. Untuk itu kepada
guru pembimbing (guru BK) disarankan
untuk melaksanakan layanan tersebut
secara terjadwal setiap minggu untuk
setiap kelas. Kepada kepala sekolah
disarankan
untuk
mengalokasikan/
menyediakan jam khusus (sekurangkurangnya 2 jam pelajaran) untuk
pelaksanaan bimbingan kelompok setiap
rninggu setiap kelasnya di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertarna (SLTP) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

dan asertif individu. Penelitian lain juga
dikemukakan oleh Prawitasari (2011)
bahwa kegiatan bimbingan kelompok
terlihat efektif untuk penderita kanker, di
mana penderita kanker lebih mampu
menjaga kesehatannya seperti orang
sehat lainnya dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Pelaksanaan
bimbingan
kelompok, khusus bagi sekolah yang
menggunakan sistem Full Day School
atau
Boarding
School
(sekolah
berasrama), bisa dilaksanakan oleh guru
pembimbing pukul 15.00 sampai 16.30
dalam bentuk kegiatan pengembangan
diri. Dengan kata lain, masalah waktu
atau
jadual
pelaksanaan
bisa
dibicarakan oleh guru pembimbing
bersama kepala sekolah.
Apakah bimbingan kelompok bisa
dilaksanakan atau tidak, lebih banyak
ditentukan oleh komitmen dan kemauan
guru pembimbing yang ada di sekolah.
Saya
memiliki
asumsi
bahwa
pengetahuan dan keterampilan ya~g.
dimiliki oleh guru pembimbing yang ada
di sekolah sudah cukup memadai (dan
sangat memadai bagi yang sudah
konselor) untuk melaksanakan kegiatan
bimbingan kelompok. Asumsi ini didasari
karena sebagian besar guru pembimbing
yang ada di sekolah SLTP dan SLTA
saat ini sudah memiliki latar belakang
pendidikan Sarjana (S 1) bimbingan
konseling.
Dari segi ketersediaan waktu,
juga tidak menjadi kendala utama,
apalagi bagi sekolah yang menggunakan
sistem full day school dan boarding
school. Masalah waktu bisa dibicarakan
dengan kepala sekolah. Singkatnya,
masalah komitmen dan kemauan guru
pembimbing (guru BK) menjadi variabel
kunci untuk bisa terlaksanya bimbingan
kelompok di sekolah. Di mana ada
kemauan di situ ada jalan.

KEPUSTAKAAN

Chatib, M. (2010).zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYX
Seko/ahnya Manusia.
Bandung: Penerbit Kkaifa.
Corey, G.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
(2012). Theory & Practice of
Group Counseling. Belmont, CA,
USA: Brooks/Cole.
Erford, B.T. (Ed.). (2004). Professional
School Counseling: A handbook
of theories, programs & practices.
Austin, Texas: CAPS Press.
Gladding, S.T. (1995). Group Work: A
counseling speciality. Englewood
Cliffs, New Jersey: A Simon &
Schuster Company.
Hasibuan, A. (2008). "Efektifitas Layanan
Bimbingan
Kelompok
dalam
Meningkatkan Mutu Keterampilan
Belajar (Studi Eksperimen di
SMPN 2 Padang)". Tesis tidak
diterbitkan.
Padang:
Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Padang.
Jacobs, E.E; Masson, RL.; Harvill, RL.;
dan Schimmel, C.J.
(2012).
Group Counseling: Strategies and
skills. Belmont, California, USA:
Brooks/Cole.
Lefrancois, G.R (1994). Psychology for
Teaching. Belmont, California:
Wadsworth Publishing Company.
Locke, D.C.; Myers, J.E.; dan Herr, E.L.
(2001).
The
Handbook
of
Counseling.
Thousand
Oaks,
California: Sage Publications.zyxwvutsrqp

PENUTUP
Berdasarkan uraian terdahulu
bisa disimpulkan bahwa salah satu
layanan
konseling
yang
menjadi
5

·A\
I

!

U~~~_.

:

.

SEMIN A R IN TERN A SION A L

Bimbingan dan Konseling
"The Actualization of Counseling Service in Buiiding Intelligent
and Cbatcciemec! Indonesio-t..A.(]/oysia Yc.nr:"

Padong. II'" Apnl 2012 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Prayitno dan Manullang, B. (Eds.).zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
Motivasi
Berprestasi
dalam
(2010).
Pendidikan
Karakler
Belajar (Studi Eksperimen di
dalam Pembangunan Bangsa.
SMAN 13 Padang. Tesis tidak
Medan: Penerbit Pascasarjana
diterbitkan.
Padang:
Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Universitas Negeri Medan.
Padang.
Prayitno; Mudjiran; dan Syahniar (Eds.)
Trotzer. J.P. (2006). The Counselor and
(2012).
Prosiding
Seminar
Internasional
Bimbingan
The Group. New York: Taylor &
Konseling:
Pengembangan
Francis Group.
karakter
cerdas,
pencegahan
Undang-undang
Rupubfik
Indonesia
agresivitas dan penyalahgunaan
NomorzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
20 tahun 2003 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
narkoba
melalui
apfikasi
konseling.
Padang:
Sukabina
(2010). Bandung: Oiperbanyak
Press.
oleh Citra Umbara.
Prawitasari, J.E. (2011). Psikologi Klinis:
Zuriati.
E.
(2007).
"Perbandingan
Pengantar
terapan
mikro
&
Pemahaman
dan
Perubahan
makro.
Jakarta:
Penerbit
Sikap Siswa Terhadap Kesehatan
Erlangga.
Reproduksi
Remaia
(KRR)
Sonstegard, MA dan Bitter. J.R. (2004).
Melalui
Layanan
Bimbingan
Adlerian Group Counseling and
Kelompok dan Metode Ceramah
Therapy. New York: Brunner(Studi Eksperimen di SMAN 1
Routledge.
Matur Kebupaten Agam). Tesis
Suhartiwi. (2009). "Efektifitas Layanan
tidak
diterbitkan.
Padang:
Bimbingan
Kelompok
untuk
Program
Pascasarjana
Meningkatkan Self Esteem dan
Universitas Negeri Padang.

6 zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF