Manajemen Lingkungan Studi Kasus Identif

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBERDAYA ALAM
BERBASIS EKOREGION
Studi Kasus: Potensi Sumberdaya Air
Final Assignment of Environmental Management
Graduate School of Environment Science
Magister Program of Environmental Management

Oleh:
SYAMPADZI NURROH
NIM: 13/354980/PMU/7908
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Langgeng Wahyu Santosa, M.Si

GRADUATE OF SCHOOL
GADJAH MADA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2. Tujuan ............................................................................................................... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengelolaan Lingkungan hidup ............................................................ 6
2.2. Konsep Ekoregion ............................................................................................. 7
2.3. Potensi Sumberdaya air .................................................................................... 8
2.3.1. Daya hantar ............................................................................................. 8
2.3.2. Total Dissolved Solids ............................................................................. 9
2.4. Kajian lingkungan Hidup Strategis................................................................... 10

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Dataran Fluvial ................................................................................................
3.1.1. Profil Ekoregion Dataran Fluvial ............................................................
3.1.2. Potensi dan permasalahannya ..............................................................
3.2. Dataran Aluvial Rawa ......................................................................................
3.1.1. Profil Ekoregion Dataran Aluvial Rawa ..................................................
3.1.2. Potensi dan permasalahannya ..............................................................
3.2. Vulkanik – Tekuk Lereng Gunung Merapi .......................................................
3.1.1. Profil Ekoregion Vulkanik – Tekuk Lereng .............................................
3.1.2. Potensi dan permasalahannya ..............................................................

BAB IV

13
13
14
18
18
19
23
23

24

KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 28
4.2. Saran............................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 29

P a g e 2 | 29

DAFTAR TABEL
Tabel

2.1.

Bentuk Bentanglahan dalam konsep Ekoregion ................................................. 7

Tabel

2.2.


Kategori sebaran nilai DHL ................................................................................. 9

Tabel

3.1.

Titik koordinat lokasi survei di daerah kajian ..................................................... 12

Tabel

3.2.

Data pengukuran kualitas air di lokasi survei .................................................... 13

Tabel

3.3.

Bentuk Bentanglahan fluvial dalam konsep Ekoregion ..................................... 18


Tabel

3.4.

Data pengukuran kualitas air di dataran aluvial rawa........................................ 20

Tabel

3.5.

Data hasil penelitian airtanah payau ................................................................. 21

Tabel

3.6.

Bentuk Bentanglahan volkanik dalam konsep Ekoregion ................................. 24

Tabel


3.7.

Rekapitulasi distribusi debit mataair Umbul Ingas............................................. 26

Tabel

3.8.

Data pengukuran kualitas air di ekoregion Vulkanik-tekuk lereng..................... 26

DAFTAR GAMBAR
Gambar

3.1.

Lokasi Survei sumberdaya alam berbasis Ekoregion .................................... 11

Gambar


3.2.

Peta lokasi survei sumberdaya alam berbasis Ekoregion ............................. 12

Gambar

3.3.

Peta lokasi survei dataran fluvial ................................................................... 13

Gambar

3.4.

Potensi sumberdaya alam ekoregion dataran fluvial ..................................... 14

Gambar

3.5.


Mata pencaharian utama bercocok tanam. ................................................... 15

Gambar

3.6.

Budidaya tembakau sebagai alternatif pada musim kering ........................... 15

Gambar

3.7.

Pengukuran kualitas airtanah di lokasi survei................................................ 15

Gambar

3.8.

Kondisi eksisting di lokasi survei dan observasi ekoregion dataran fluvial .... 18


Gambar

3.9.

Peta lokasi Survei dataran aluvial rawa ......................................................... 19

Gambar

3.10.

Warung terapung sebagai wisata kuliner ...................................................... 20

Gambar

3.11.

Budidaya perikanan air tawar (keramba) di Rowo Jombor ............................ 20

Gambar


3.12.

Pengukuran kualitas airtanah di lokasi survei................................................ 21

Gambar

3.13.

Kondisi eksisting di ekoregion dataran aluvial rawa ...................................... 22

Gambar

3.14.

Lokasi Mataair (tekuk lereng) ........................................................................ 23

Gambar

3.15.


Peta Lokasi Survei Ekoregion Vulkanik-tekuk lereng .................................... 23

Gambar

3.16.

PDAM Solo sebagai pengelola mataair Umbul Ingas .................................... 24

Gambar

3.17.

Pipa air untuk mendistribusikan air ke Solo ................................................... 25

Gambar

3.18.

Mataair Umbul Ingas di tekuk lereng Gunung Merapi ................................... 25

Gambar

3.19.

Pengukuran kualitas air di mataair Umbul Ingas ........................................... 25

Gambar

3.20.

Kondisi eksisting ekoregion vulkanik-tekuk lereng ........................................ 27

P a g e 3 | 29

BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Program Magister Pengelolaan Lingkungan sebagai minat dalam sekolah

pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu
perguruan tinggi sederajat S-2 yang bertujuan menciptakan sumberdaya manusia
yang profesional dalam pengelolaan lingkungan (environmental management).
Perkuliahan Manajemen Lingkungan (Environtmental Management) sebagai
mata kuliah yang diibutuhkan untuk mahasiswa dalam memberikan gambaran
umum mengenai aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengelolaan lingkungan.
Dalam hal ini mahasiswa diberikan pengetahuan konsep-konsep dasar yang perlu
dipahami dalam pengelolaan sumberdaya alam berbasis ekoregion.
Dalam rangka memahami konsep-konsep dasar diperlukan pengamatan
secara langsung dilapangan berupa observasi sumberdaya alam berbasis ekoregion
(bentanglahan). Secara alami kondisi ekoregion pada suatu daerah atau wilayah
akan berpegaruh terhadap potensi-potensi sumberdaya alam, sumberdaya hayati,
dan sumberdaya manusia yang saling berhubungan sesuai konsep pengelolaan
lingkungan. Hal ini menggambarkan kondisi ekoregion akan berpengaruh
terhadap karakteristik lingkungan hidup secara umum, dan perilaku manusia
dalam mengelolanya.
Permasalahan akan muncul jika kurangnya informasi dan pengetahuan
dalam berperilaku terhadap sumberdaya (Ajzen 1991). Perlakuan manusia
terhadap lingkungan, maka akan menyebabkan munculnya berbagai permasalahan
lingkungan, yang dapat dikategorikan sebagai kerawanan lingkungan, seperti :
banjir, pencemaran air dan udara, kekritisan air, kerusakan pesisir dan hutan
mangrove, konflik sosial, serta berbagai permasalahan lingkungan lainnya.
Aktifitas manusia yang tidak arif tersebut maka dapat melampaui batas toleransi
karakteristik

dan

kemampuan

lingkungan

untuk

mendukungnya,

yang

menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu (Santosa 2013).
Memahami pola pikir dalam pengelolaan lingkungan yang berbasis
ekoregion (bentanglahan) berarti mempelajari bagian dari sebuah ekosistem-

P a g e 4 | 29

ekosistem yang membentuknya. Oleh karena itu, mempelajari ekosistem tersebut
secara langsung dilapangan sangat diperlukan. Sehingga ouput dalam pengelolaan
lingkungan

secara

menyeluruh,

terintegrasi,

berwawasan

lingkungan,

berkelanjutan, dan berbasis masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kearifan
budaya lokal untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta berciri
khas pada prinsip dasar keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan fungsi
ekologi (economic and ecologic balance) dengan tetap menjunjung penegakan
hukum lingkungan sesuai yang diamanatkan dalam UUPPLH N0. 32 tahun 2009

1.2.

Tujuan
Praktek Lapang dalam mata Kuliah Manajemen Lingkungan ini memiliki

tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran umum aspek-aspek (sumberdaya alam) dalam
pengelolaan lingkungan berbasis ekoregion.
2. Membuat titik pengamatan dan observasi di lapangan berdasarkan
karakteristik bentanglahan, ekonomi, dan sosial-budaya.
3. Memahami secara langsung kondisi lingkungan sebagai aspek kajian yang
akan dikelola dalam satuan pengelolaan lingkungan.

P a g e 5 | 29

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebagai hukum tertinggi di negara ini yang berupa Undang-Undang maka

pengertian lingkungan hidup berdasarkan UULH Nomor 32 tahun 2009 adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam pengertian tersebut
tesirat bahwa sebuah kesatuan yang dapat diinterpretasikan pada Gambar 2.1.
dibawah ini.

Gambar 2.1. Konsep Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sumber: Santosa 2010
Pengelolaan lingkungan terkait fakor abiotik, biotik dan kultural (manusia
dan peradabannya), karam adanya hubungan saling terkait (interrelationship) dan
saling kebergantungan (interdependency) antar berbagai komponen lingkungan
tersebut yang mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia yang tinggal di
dalamnya (Verstappen 1983).

P a g e 6 | 29

2.2.

Konsep Ekoregion
Berdasarkan UULH Nomor 32 tahun 2009 mengenai pengelolaan

lingkungan berbasis ekoregion. Bentang lahan adalah bentangan permukaan bumi
yang di dalamnya terjadi hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling
kebergantungan (interdependency) antar berbagai komponen lingkungan, seperti:
udara, air, batuan, tanah, dan flora-fauna, yang mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya (Verstappen 1983). Dalam asal mula
proses pembentukan bentanglahan yang dikenal dengan morfogenetik yang dapat
diklasifikasikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Bentuk Bentanglahan dalam konsep Ekoregion
Bentuk Asal
Denudasional (D)

Keterangan
Perbukitan terkikis, pegunungan terkikis, bukit sisa, buit terisolasi, dataran
nyaris, dataran nyaris terangkat, lereng kaki,pedimen,piedmont, gawir,
kipas rombakan lereng, daerah dengan gerak masa kiat, lahan rusak
Struktural (S)
Blok sesar, gawir sesar, garis-garis sesar, pegunungan antiklinal,
perbukitan, antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan sinklinal,
pegunungan monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan dome,
perbukitan dome, datran tinggi (plateau), cuesta, hogback, falr iron, lembah
antiklinal, lembah sinklinal, lembah subsekuen, horst, graben perbukitan
lipatan, kompleks
Volkanik (V)
Kepundan, kerucut gunungapi, lereng gunungapi atas, lereng gunung api
tengah, lereng gunungapi bawah, kaki gunungapi, dataran kaki gunung api,
dataran fluvial gunung api, lava plateau, planezes, padang abu, tuff atau
lapili, solfatar, fumarol, bukit gunungapi, terdenudasi, leher gunung api,
sumbat gunung api, kerucut parasiter, boka, dike baranko.
Fluvial (F)
Dataran aluvial, dasar sungai, rawa, belakang, saluran/sungai mati,
dataran banjir, tanggul alam, ledok flluvial, bekas dasar danau, creavasse
splyas, godong lengkung dalam, gosong sungai, teras fluvial, kipas aluvial
aktif, kipas aluvial tidak aktif, delta igir delta, ledok delta, pantai delta,
rataan delta
Marin (M)
Pelataran pengikidan gelombang, tebing terja, gisik, beting gisik, tombolo,
depresi antar beting gisik, gumuk pantai aktif, gumuk pantai tidak aktif,
rataan pasang surut bervegatasi, rataan pasang surut tidak bervegetasi,
dataran aluvila, pantai (payau), datran aluvial pantai (tawar) dataran aluvial
pantai tergenang, teras [antao, arol, terumbu koral, rataan terumbu, tudung
terumbu, perisai dan akumulasi koral, lagin gosong laut
Solusional (K)
Dataran tinggi karst, lereng dan perbukitan karstik terkikis, kubah karst
bukit sisa batu gamping terisolasi, dataran aluvial karst, uvala, dolin, polje,
lembah kering, ngarai karst
Eolin (A)
Gumuk pasir memanjang longitudinal, gumuk pasir barkan, gumuk pasir
parabola
Glasial (G)
Cirque, lembah bergantung glasial, pegunungan tertutup salju, gletser, es
abadi, padang erdangkal, dataran endapan matarial glasial
Sumber : (Effendi 2003)

P a g e 7 | 29

2.3.

Potensi Sumberdaya Air
Air tanah dan mata air merupakan penyuplai utama keperluan air domestik

sebesar 90 persen. Sistem aliran air tanah pada akuifer batuan dasar bervariasi,
umumnya melalui ruang antar butir, ruang antar butir dan rekahan, dan sistem
aliran melalui celahan/saluran. Daerah dengan kandungan sumber air tanah paling
produktif adalah daerah antara kaki Gunung, daerah ini merupakan wilayah
lepasan (discharge area ) dengan akifer utama (Sutikno 1982 dalam lily 2003).
Sifat-sifat air tanah akan tergantung kepada kuantitas dari presipitasi air
hujan yang menyerap masuk kedalam tanah dan proses geokimia yang
berlangsung dibawah permukaan. Selain itu, faktor-faktor tersebut juga akan
mempengaruhi kualitas air tanah, zat padat terlarut (total dissolved solid/TDS),
daya hantar listrik (DHL), dan seluruh reaksi kimia di dalam akifer. Perubahan
dari kualitas air tanah juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimiawi batuan,
salinitas, temperature, dan tentunya aktivitas manusia.

2.3.1

Konsep Daya hantar listrik
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk

menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi

numerik

yang menunjukkan kemampuan suatu

larutan

untuk

menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kandungan ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya (Effendi 2003)
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm.
Dalam analis air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami
sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Effendi 2003). Pengukuran DHL dilakukan
menggunakan konduktivitimeter dengan satuan µmhos/cm.
Indikator dalam pengukuran DHL sebagai parameter kualitas air bertujuan
untuk mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta
memprediksi kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan
berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik
P a g e 8 | 29

dimana semakin besar nilai daya hantar listrik akan menunjukan semakin besar
kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam air sehingga dapat
diindikasikan semakin banyak mineral yang terkandung dalam air tersebut.
Berikut ini disajikan pada Tabel 2.2. mengenai kategori sebaran nilai DHL
Tabel 2.2. Kategori sebaran nilai DHL
Kategori
Jenis
DHL (µmhos/cm)
Tawar
1500 - ≤ 5000
Payau
> 5000 - ≤ 15000
Asin
>15000 - ≤ 50000
Sangat Asin
>50000
Sumber: (Effendi 2003)

2.3.2

Menurut Davis dan De Wies
Jenis
DHL (µmhos/cm)
Air murni
≤ 0,055
Air suling
0,5-5,0
Air hujan
5-30
Air tanah
30-2000
Air laut
35.000-45.000

Konsep Total Disolved Solids
Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion anorganik

(TDS) yang disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara TDS dan DHL
Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada penentuan nilai TDS,
bahan-bahan yang mudah menguap (volatile) tidak terukur karena melibatkan
proses pemanasan.
Tabel 2.3. Klasifiksi padatan yang terlarut
Klasifikasi Padatan
Padatan terlarut
Koloid
Padatan Tersuspensi
Sumber: (Effendi 2003)

Ukuran diameter (µm)
< 10-3
10-3 – 1
>1

Ukuran diameter (µmm)
< 10-6
10-6- 10-3
>10-3

Parameter yang menentukan kualitas air dalam standar kualitas air meliputi
syarat kimia, fisika, dan biologi. Dalam praktek ini kualitas air berdasarkan syarat
TDS sebagai bentuk hasil analisis kualitas air, penentuan TDS merupakan indikasi
untuk mengetahui secara umum unsur-unsur yang cukup ion mineral yang terlarut.
Kosentrasi unsur yang terlarut dalam air dalam menentukan kualitas air seperti
yang dikutip oleh Lily (2003) dalam Appelo dan Postna yaitu pada dasarnya
kualitas air tanah mencakup masalah kosentrasi unsur-unsur air tanah atau
kuantitas zat terlarut dalam air yaitu perbandingan antara zat terlarut (solute)
dengan air sebagai pelarutnya (solvent).

P a g e 9 | 29

2.4.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam komponen lingkungan hidup (biotik, abiotik dan sosial) saling

ketergantungan dan terjadi suatu hubungan timbal balik antara manusia dan
makhluk lain dengan faktor-faktor alam. Hubungan timbal-balik antara komponen
penyusun lingkungan tersebut berjalan dalam berbagai proses ekologi dan
merupakan satu kesatuan sistem, yang disebut dengan ekosistem. Jadi ekosistem
adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh,
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup (UUPPLH Nomor 32 tahun 2009).
Untuk mengelola ekosistem secara lebih baik, maka ditetapkan Undangundang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH), sebagai amanah utama bagi seluruh lapisan masyarakat bangsa
ini dalam kaitannya dengan berbagai rencana yang dirumuskan dan tindakan yang
dilaksanakan dalam setiap gerak laju pembangunan pada masa-masa yang akan
datang (Santosa 2013).
Santosa (2013) menyatakan bahwa Kebijakan ini dirumuskan mengingat
bahwa selama ini negara kita selalu dihadapkan pada masalah dampak
pembangunan, yaitu semakin langkanya sumberdaya alam tertentu, menurunnya
kualitas lingkungan hidup sebagai akibat eksploitasi sumberdaya yang tak
terkendali, pertumbuhan industri dan praktek bisnis yang tidak berwawasan
lingkungan, yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan fisik,
seperti : tanah, air, dan udara. Kerusakan lingkungan hidup tentu akan
berpengaruh terhadap kemerosotan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia
yang menjadi sasaran utama pembangunan nasional. Dengan demikian
sumberdaya manusia profesional merupakan kunci utama dalam keberhasilan
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan yang diamanatkan dalam UUPPLH Nomor 32 tahun
2009, bahwa data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan hidup
yang disajikan dalam Inventarisasi Lingkungan Hidup ini, merupakan data dasar
bagi upaya penyusunan program-program pembangunan dalam bentuk Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Sistem Informasi Lingkungan (SIL).

P a g e 10 | 29

BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil survei dan observasi sumberdaya alam berbasisi ekoregion di
lapangan yang telah teridentifikasi sebanyak 3 bentuk bentanglahan yang terdiri
dari dataran fluvial, dataran aluvial rawa, dan vulkanik-tekuk lereng Gunung
Merapi. Titik koordinat observasi diperoleh dari GPS-Google Commander
Software. Berikut ini disajikan pada Gambar 3.1. mengenai lokasi survei dan
observasi ekoregion di lokasi kajian.

(a) Daratan Fluvial

(b) Daratan Aluvial Rawa

(c) Vulkanik-Tekuk Lereng

Gambar 3.1. Lokasi Survei sumberdaya alam berbasis Ekoregion.
Sumber: Google.Commander Software

P a g e 11 | 29

Berikut ini disajikan pada Tabel 3.1. mengenai titik koordinat lokasi
survei dan observasi di daerah kajian dan Tabel 3.2. mengenai pengukuran
kualitas air di lokasi survei serta pada Gambar 3.2. mengenai peta lokasi
observasi menggunakan software ArcGis 10.2.
Tabel 3.1. Titik koordinat lokasi survei di daerah kajian.
Plot
1
2
3

Lintang Selatan
70 45’ 46’’
70 45’ 43’’
70 36’ 11’’

Komponen
Bujur Timur
1100 32’ 38’’
1100 37’ 31’’
1100 38’ 42’’

Bentanglahan
Daratan Fluvial
Daratan Aluvial Rawa
Vulkanik-Tekuk Lereng

Sumber: Data Primer

Tabel 3.2. Data pengukuran kualitas air di lokasi survei.
Plot
Fluvial-Daratan Fluvial
Vulkanik-TekukLereng
Fluvial-Daratan Aluvial Rawa

DHL
(µmhos/cm)
198
155
1 323
2 326
3 298

Nilai
TDS (µm)

Suhu (oC)

0,245
0,120

26.4
23,1

0,87
1,20
1,19

26
25.2
26,3

Sumber: Data Primer

Gambar 3.2. Peta lokasi survei sumberdaya alam berbasis Ekoregion

P a g e 12 | 29

3.1.

Dataran Fluvial
Berdasarkan hasil survei dan observasi yang diperoleh di lapangan pada

plot pertama adalah ekoregion dataran fluvial, lokasi terletak di koordinat garis
lintang 7o 45’46’’ dan bujur timur 110o32’38’’. Secara wilayah administrasi lokasi
ini berada di Desa Madurejo Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi
Jawa tengah

3.1.1

Profil Ekoregion: Dataran Fluvial

Proses Geomorfologi Dataran fluvial. Mengenai bentuk asal proses
pembentukan dataran fluvial. Berikut ini disajikan pada Gambar 3.1. mengenai
potensi daratan fluvial yang memiliki tanah yang subur.
Tabel 3.1. Bentuk Bentanglahan dalam konsep Ekoregion
Bentuk Asal
Fluvial (F)

Keterangan
Dataran aluvial, dasar sungai, rawa, belakang, saluran/sungai mati,
dataran banjir, tanggul alam, ledok flluvial, bekas dasar danau,
creavasse splyas, godong lengkung dalam, gosong sungai, teras
fluvial, kipas aluvial aktif, kipas aluvial tidak aktif, delta igir delta,
ledok delta, pantai delta, rataan delta
Sumber : (Effendi 2003)
Pada titik observasi ini bila ditinjau dari segi pembentukan bentanglahan,
hidrologi, sosial dan budaya. karakteristik bentanglahan dataran fluvial (fluvio
vulcanic plain) memiliki tanah yang subur, hasil pengendapan material yang

dibawa oleh aktivitas sungai, karakteristik hidrologi kawasan ini memiliki potensi
sumber daya air yang tinggi karena berada di sistem akuifer merapi sebagai
cekungan hidrologi.
Berdasarkan analisis yang disajikan pada Gambar 3.3. bahwa dataran
fluvial dipengaruhi oleh aktifitas sungai yang mengalir sepanjang tahun
(perennial), bagian timur berasal dari sungai merapi dan barat dari sungai progo.
Sehingga daerah ini merupakan kawasan budidaya pertanian seperti tanaman
pangan, tanaman lahan kering, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Konsep dasar peruntukan ruang yang termasuk dalam pedesaan.

P a g e 13 | 29

Aktifitas Sungai

Gambar 3.3. Peta lokasi survei dataran fluvial. Sumber: Syampadzi

3.1.2. Potensi dan Permasalahan Sumberdaya Alam Ekoregion: Dataran fluvial

Berdasarkan hasil observasi disajikan Pada Gambar 3.4. ekoregion
dataran fluvial merupakan kawasan budidaya pertanian seperti sawah dan sayuran.
Saluran irigasi yang nampak menujukan sumber daya air sangat melimpah untuk
menjalankan roda perekonomian dalam budidaya pertanian. Berikut ini Gambar
3.4. mengenai potensi sumberdaya alam ekoregion dataran fluvial dengan
hamparan sawah dan pertanian.

Gambar 3.4. Potensi sumberdaya alam ekoregion dataran fluvial. Sumber: Syampadzi

P a g e 14 | 29

Gambar 3.5. Mata pencaharian utama bercocok tanam. sumber: Syampadzi

Gambar 3.6. Budidaya tembakau sebagai alternatif pada musim kering. Sumber: Theresa

Gambar 3.7. Pengukuran kualitas airtanah di dataran fluvial. Sumber: Syampadzi
P a g e 15 | 29

Berdasarkan hasil observasi yang disajikan pada Gambar 3.5. bahwa mata
pencaharian utama di ekoregion dataran fluvial adalah bercocok tanam,
masyarakat mengolah lahan didukung dengan melimpahnya sumberdaya air.
Sedangkan Gambar 3.6. menjelaskan bahwa kondisi iklim berupa curah hujan
mempengaruhi budidaya pertanian, hal ini berkaitan dengan musim hujan dan
musim kemarau. Budidaya tembakau merupakan salah satu alternatif masyarakat
untuk bercocok tanam pada musim kering. Hal ini membuktikan bahwa sepanjang
tahun ekoregion dataran aluvial terus bisa beraktivitas menjalankan roda
perekonomian setempat.
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas airtanah disajikan pada Gambar
3.7. diperoleh bahwa kualitas airtanah disekitar lokasi survei sangat baik, hal ini
dilihat dari 3 parameter DHL (daya hantar listrik), TDS (total dissolved solids)
dan suhu air. Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2. mengenai data pengukuran
langsung di lapangan.
Tabel 3.2. Data pengukuran kualitas air di lokasi survei.
Plot
Dataran
fluvial

Nilai
DHL
TDS Suhu Keterangan
(µmhos/cm) (µm) (oC)
198
0,245 26,4 DHL sebesar 155 (µmhos/cm) nilai ini
menunjukan bahwa jenis air tawar (

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72