PEMETAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KE

PEMETAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK),
TINGKAT KESEMPATAN KERJA DAN TINGKAT PENGANGGURAN
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Informasi Geografi Terapan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan
yang di bina Oleh : Purwanto, S.Pd, M.Si

LAPORAN

Disusun Oleh :
Nama
NIM
Off/Minat

: Al Istiqomah
: 130722607356
: H/ Kependudukan dan Ketenagakerjan

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MEI 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia kini telah meningkatkan berbagai aspek kehidupan
penduduk. Aspek sosial misalnya, dapat ditunjukkan adanya peningkatan pendidikan
masyarakat pada umumnya, kependudukan, angka harapan hidup meningkat seiring
dengan menurunnya angka kematian bayi dan fertilitas yang cenderung menurun
terus. Sebagai akibat keberhasilannya program Keluarga Berencana dan masih
banyak lagi. Namun sejak tahun 1997, Indonesia dan juga kawasan Asia dilanda
bencana

krisis

moneter

yang

mengakibatkan


terjadinya

krisis

ekonomi.

(Pitartono,2012)
Pengalaman pada awal-awal terjadinya krisis ekonomi karena kondisi yang
tidak memungkinkan banyak pekerja dan pengusaha yang kehilangan pekerjaan. Hal
ini disebabkan karena usahanya yang semakin menciut atau bahkan gulung tikar.
Kemudian banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus dihadapi
oleh negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Jumlah penduduk yang
terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan selalu menjadi pemicu
menjamurnya pengangguran.
Tingginya tingkat pengangguran dalam suatu negara dapat membawa dampak
negatif terhadap perekonomian negara tersebut. Dimana, pengangguran akan menjadi
beban tersendiri, tidak hanya bagi pemerintah, namun juga berdampak terhadap
keluarga, lingkungan, dan lain sebagainya. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran

di suatu negara, dapat pula meningkatkan jumlah kriminilatias, menambah keresahan
sosial, serta meningkatkan kemiskinan di dalam suatu Negara.
Keadaan ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada tahun 2013 menunjukkan
adanya perubahan yang di gambarkan dengan adanya penurunan kelompok penduduk
yang bekerja,dan peningkatan pengangguran. Jumlah angkatan kerja mencapai 16,99
juta orang berkurang sebesar 4 ribu orang dibandingkan tahun 2012. Sementara
jumlah pengangguran mengalami peningkatan sebesar 61 ribu orang jika

2

dibandingkan tahun 2012. (BPS Jawa Tengah, 2013). Jika tingkat pertumbuhan
angkatan kerja lambat dan pertumbuhan lapangan kerja juga lambat, maka akan
menyebabkan masalah pengangguran di Jawa Tengah.
Berdasarkan hal tersebut, maka kali ini peneliti akan mengkaji mengenai
tingkat pengangguran di Jawa Tengah, dengan menghubungkan antara kesempatan
kerja dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Jawa Tengah pada tahun
2014. Selain itu juga memproyeksikan ketenagakerjaan di Jawa Tengah untuk
mengetahui jumlah pengangguran, TPAK dan kesempatan kerja pada tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1.2.1 Bagaimanakah persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Jawa Tengah tahun 2014?
1.2.2 Bagaimanakah persebaran kesempatan kerja di Jawa Tengah tahun 2014?
1.2.3 Bagaimanakah persebaran pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014?
1.2.4 Bagaimanakah hubungan antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun
2014?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Jawa Tengah tahun 2014.
1.3.2 Untuk mengetahui persebaran kesempatan kerja di Jawa Tengah tahun 2014.
1.3.3 Untuk mengetahui persebaran pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.
1.3.4 Untuk mengetahui hubungan antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun
2014.


3

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk berlatih dalam
melakukan penelitian serta peka terhadap permasalahan-permasalahan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat
pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.
1.4.2 Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat
pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.
1.4.3 Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan
tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:
1.5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Jawa Tengah yang diketahui dari
perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja pada tahun
2014.
1.5.2 Kesempatan kerja di Jawa Tengah, yang diketahui dari selisih antara jumlah

angkatan kerja dengan jumlah pengangguran di Jawa Tengah pada tahun
2014.
1.5.3 Tingkat pengangguran, yang diketahui dari perbandingan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2014

1.6 Definisi Operasional
Definisi Operasional pada penelitian ini adalah:
1.6.1 Pemetaan
Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi,
pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap

4

sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang
tepat. (Soekidjo,1994 dalam Sugito, 2013)
1.6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja. Yang dimaksud dengan
penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun yang

berpotensi memproduksi barang dan jasa.
1.6.3 Kesempatan kerja
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau
orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja
semakin luas kesempatan kerja. (Esmara,1986 dalam Putu,2008)
1.6.4 Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat
memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994).

5

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pemetaan
Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan,
sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang
memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994 dalam
Sugito, 2013).

Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan
dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan data,
dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi
dan Liesnoor, 2001 dalam Sugito, 2013)
Jadi, dari dua definisi diatas dan disesuaikan dengan penelitian ini maka pemetaan
merupakan proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah awal dalam
pembuatan peta, dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara
meruang, memindahkan keadaan sesungguhnya kedalam peta dasar, yang dinyatakan
dengan penggunaan skala peta.
Proses pemetaan
Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukandengan perancangan
sebuah peta. Menurut Intan Pernanasari (2007) dalam Sugito 2013, mengemukakan
bahwa: ada 3 tahap proses dalam pemetaan yang harus dilakukan:
a. Tahap pengumpulan data
`

Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data

merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan data
sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi

tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer
atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial,
artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu
wilayah tertentu. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian

6

dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti kelompok data kualitatif atau
data kuantitatif.
Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan
dan pemilihan bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel–tabel, sebelum diolah
ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat
menggunakan

simbol

batang,

lingkaran,


arsir

bertingkat

dan

sebagainya,

melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh bentuk simbol yang
sesuai.
b. Tahap penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut
menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data
pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan
dapat tercapai.
c. Tahap pengumpulan data
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan

keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat
digunakan/dibaca

dengan

mudah.

Peta

merupakan

alat

untuk

melakukan

komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar pembuat peta (map
maker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta harus dapat merancang
peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis
oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat membaca peta dan memperoleh
gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).

2.2 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Secara umum Sistem Informasi Geografis adalah suatu

komponen

yang

terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya
manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,
memperbaiki,

memperbaharui, mengelola,

memanipulasi,

mengintegrasikan,

7

menganalisa,

dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.

(Sugandi,2009)
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti:
lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya. Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu
sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendirisendiri. (Sugandi,2009)
Jadi secara umum, SIG merupakan suatu sistem komputer yang memiliki
empat kemampuan utama dalam menangani data, yakni :
a. memasukan data (Input Data).
b. mengeluarkan data / informasi.
c. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data).
d. Analisis dan manipulasi data.
Komponen Utama
Komponen utama SIG terdiri atas :
1. Hardware
Hardware SIG teridiri dari komputer, GPS, Printer, Plotter, dan lain-lain.
Dimana

perangkat

keras

ini

berfungsi

sebagai

media

dalam

pengolahan/pengerjaan SIG. Mulai dari tahap pengambilan data hingga ke produk
akhir baik itu peta cetak, CD, danlain-lain.
2. Software
Software SIG merupakan sekumpulan program applikasi yang dapat
memudahkan

kita

dalam

melakukan

berbagai

macam

pengolahan data,

penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.
3. Brainware
Brainware atau dalam istilah indonesia disebut sebagai sumbedaya manusia
merupakan

manusia

yang

mengoprasikan

Hardware

dan Software

untuk

8

mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan
tertentu.
4. Data Spasial
Data dan Informasi spasial atau keruangan merupakan bahan dasar dalam
SIG. Data ataupun realitas di dunia/alam akandiolah menjadi suatu informasi yang
terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan tertentu.
Tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan SIG dengan tujuan apapun itu sangat
bergantung dari interaksi ke empat faktor ini. Jika salah satunya pincang maka
hasilnyapun tidak akan ada gunanya. (Sugandi,2009)
Data Spasial
Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi
lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. Contoh
lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi
misalnya adalah Kode Pos.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa
mempunyai beberapa

atribut

atau

properti

yang berkaitan

dengannya ;

contohnya jenis bencana, kependudukan, pendapatan per tahun,dan lain-lain.

Model Aplikasi SIG
Aplikasi SIG sudah hampir menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan,
terutama dalam bidang perencanaan pembangunan, kesehatan, pertanian, militer,
sosial budaya, hingga politik. (Sugandi,2009). Dibawah ini disajikan beberapa
contoh model aplikasi SIG saat ini:
Bidang Kebencanaan

9

Penggunaan teknologi SIG dalam bidang kebencanaan paling umum adalah
untuk memetakan kawasan-kawasan rawan atau beresiko bencana,

peta jalur

evakuasi, peta rencana kontigensi, dll.
Bidang Kesehatan

Bidang kesehatan juga telah menggunakan teknologi GIS dalam membantu
efektifitas pengambilan kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
ataupun dalam rangka menanggulangi wabah penyakit tertentu.

Memetakan

sebaran pusat-pusat pelayan kesehatan masyarakat (Rumah sakit, puskesmas,
hingga posyandu atau pustu), sebaran kepadatan penduduk, sebaran pemukiman
kumuh, dan lain sebagainya.
Bidang Perencanaan Pembangunan

Sektor inilah yang paling giat dalam menggunakan teknologi SIG, dimana hal
ini sangat memudahkan para perencana dalam mengelola data dan informasi yang
sedemikian

banyak

dan

berseri.

Sehingga

membantu mereka

dalam

mengefisienkan biaya, waktu dan tenaga serta memudahkan dalam mengambilk
kebijakan-kebijakan yang efektif untuk diterapkan di lingkungan atau daerah
perencanaannya. Umumnya mereka

menggunakan tenolgi sig untuk membuat

peta-peta kondisi eksisting, kemudian peta-peta kesesuaian lahan baik untuk
pertanian, penempatan fasilitas tertentu, industri, ataupun perencanaan jaringan
jalan.

2.3 Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika dalam kegiatan
produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri dari
golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja
(employed persons) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan
yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya yang
tergolong siap bekerja dan mencari pekerjaan termasuk dalam golongan menganggur.
Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja
maupun mencari pekerjaan, atau bisa dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang

10

sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produksi.
Kelompok bukan angkatan kerja ini terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan
yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang menerima pendapatan. Pekerja
tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh
penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang rumah tangga atau bukan
anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji seseorang tidak memiliki pekerjaan
tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir
untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999).
Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi merekabelum dapat
memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Pengangguran dapat terjadi
disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang
diminta. Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara
aktif mencari pekerjaan tidak tergolongsebagai penganggur.
Faktor

utama

yang menimbulkan pengangguran

adalah

kekurangan

pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud
untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan diperoleh apabila para
pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar
permintaan, semakin besar pula barang dan jasa yang akan mereka wujudkan.
Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaaan tenaga kerja.
Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat diantara tingkat pendapatan nasional
yang dicapai (GDP) dengan penggunaan tenga kerja yang dilakukan; semakin tinggi
pendapatan nasional (GDP), semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian. (Alghofari,2008).

11

2.4 TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)
Menurut Sadono (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri
atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang sedang mencari
pekerjaan, Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka
yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain
atau penerima pendapatan. Sedangkan, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia
kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah
berusia 15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun
2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas
untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun
sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, penduduk
usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun atau lebih.
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja
yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya
penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif didalam
bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja
penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan
menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Untuk menghitung tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut :
TPAK =



� � � �

� �







%

Semakin besar tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan dampak dari
semakin besar jumlah angkatan kerja. Begitupun sebaliknya, semakin besar jumlah
penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus rumah tangga)
semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase TPAK juga
mengecil.
Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin

12

banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula
yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya
TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat
konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. (Rasydi,2010)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi :
a. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga hubungan antara TPAK
dan jumlah penduduk yang masih berekolah adalah semakin besar jumlah
penduduk yang bersekolah, semakin kecil junlah angkatan kerja yang berarti
semakin kecil TPAK.Tingkat umur Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya
kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab
yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka
umumnya bersekolah.
b. Tingkat upah
Kaitan antara tingkat upah TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi
tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik
masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi TPAK.
c. Tinggi pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.

2.5 Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang
mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta
aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun
keatas yang bekerja atau disebut pekerja.
Menurut Esmara (1986) dalam Putu,2008, kesempatan kerja dapat diartikan
sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau orang yang sudah memperoleh pekerjaan,
semakin banyak orang yang bekerja semakin luas kesempatan kerja. Sedangkan Sagir
(1994:52) dalam Putu,2008, memberi pengertian kesempatan kerja sebagai lapangan
usaha atau kesempatan kerja yang sudah tersedia untuk bekerja akibat dari suatu

13

kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan
yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam
pembangunan.
Sukirno (2000:68) dalam Putu,2008, memberikan pengertian kesempatan kerja
sebagai suatu keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat
upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan.Berdasarkan definisi di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa kesempatan kerja adalah penduduk yang berusia
produktif yang sedang memiliki pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan atau sedang
mencari pekerjaan.

14

BAB III
METODE

3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang
pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena
sosial tersetu. Penggunaan rancangan pendekatan ini diharapkan dapat mengetahui
variable-variabel terhadap fenomena yang akan diteliti secara mendalam. Berikut
adalah diagram alur dari penelitian ini:
Tenaga
kerja Jawa
Tengah
2014

PUK
Jawa
Tengah
2014

TPAK

Jumlah
Angkatan
kerja
Jawa
Tengah
2014

Jumlah
pengangg
uran
Jawa
Tengah
2014

Angkatan
Kerja
Jawa
Tengah
2014

Kesempatan
Kerja

Penganggu
ran Jawa
Tengah
2014

Peta
Administ
rasi Jawa
Tengah

Tingkat
Pengangguran

Input data ke ArcMap

Klasifikasi kelas di
ArcMap

Peta Persebaran
TPAK Jawa
Tengah Skala
1: 100.000

Peta Persebaran
Kesempatan Kerja
Jawa Tengah Skala
1: 100.000

Peta Persebaran
Pengangguran Jawa
Tengah Skala
1: 100.000

Analisis Data : Hubungan antara TPAK,
Kesempatan kerja dengan Tingkat Pengangguran

15

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki 35 Kabupaten.
No

No

1

Kabupaten
Kab Cilacap

Kabupaten

19

Kab Kudus

2

Kab Banyumas

20

Kab Jepara

3

Kab Purbalingga

21

Kab Demak

4

Kab Banjarnegara

22

Kab Semarang

5

Kab Kebumen

23

Kab Temanggung

6

Kab Purworejo

24

Kab Kendal

7

Kab Wonosobo

25

Kab Batang

8

Kab Magelang

26

Kab Pekalongan

9

Kab Boyolali

27

Kab Pemalang

10

Kab Klaten

28

Kab Tegal

11

Kab Sukoharjo

29

Kab Brebes

12

Kab Wonogiri

30

Kota Magelang

13

Kab Karanganyar

31

Kota Surakarta

14

Kab Sragen

32

Kota Salatiga

15

Kab Grobogan

33

Kota Semarang

16

Kab Blora

34

Kota Pekalongan

17

Kab Rembang

35

Kota Tegal

18

Kab Pati

Sumber: BPS Jawa Tengah

3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
3.3.1 Alat
1. Laptop
2. Software ArcGIS
3. Microsoft Office
4. Kertas Hvs

3.3.2 Bahan
1. Data Jumlah Angkatan Kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014
2. Data jumlah pengangguran Prov. Jawa Tengah tahun 2014
3. Data hasil perhitungan presentase tingkat pengangguran Prov. Jawa Tengah
tahun 2014

16

4. Data jumlah tenaga kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014
5. Data penduduk usia kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014
6. Data hasil perhitungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Prov.
Jawa Tengah tahun 2014
7. Data hasil perhitungan kesempatan kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014

3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang
dikumpulkan berupa angka-angka yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas. Misalkan, jumlah angkatan kerja, jumlah tenaga kerja, dan lain-lain.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,yaitu data
yang diperoleh bukan dari pihak pertama melainkan dari pihak-pihak tertentu
yang terkait dengan penelitian ini. data berupa dokumentasi terkait dengan peta
Jawa Tengah serta data yang berasal dari instansi pemerintah provinsi jawa
tengah,yaitu berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi/kepustakaan, yaitu teknik
memperoleh data dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dilakukan karena data yang di peroleh berasal dari
dokumen-dokumen yang merupakan data sekunder. Data ini diperoleh dari data BPS
Provinsi Jawa Tengah tahun 2014.

3.6 Teknik Analisis Data
Pada kerangka penelitian, analisis data merupakan pengolahan data dan
interpretasi data untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan untuk menarik suatu
kesimpulan dalam penelitian yang telah dilakukan. Analisis data yang digunakan

17

dalam pembuatan Pemetaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat
Kesempatan Kerja Dan Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa Tengah Tahun 20152020 adalah menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
3.6.1 Rumus menghitung tingkat pengangguran adalah sebagai berikut :
�ℎ �

Tingkat Pengangguran :

�� ��

�ℎ � � � �







%

3.6.2 Rumus menghitung Tingkat Partisiapasi Angkatan Kerja:
TPAK =



� � � �

� �







%

3.6.3 Rumus menghitung Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja = Jumlah Angkatan Kerja −

(Rusli, Said. 1989)

Jumlah Pengangguran

3.6.4 Proyeksi dengan menggunakan Software Spektrum
3.6.5 Pemetaan menggunakan ArcMap
Setelah semua data diperoleh, kemudian dipetakan menggunakan ArcMap.
Setelah dipetakan maka dapat diketahui persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja Dan Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014,yang kemudian nantinya dianalisis hasil dari pemetaan tersebut.
Hasil output peta adalah peta persebaran TTingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK), peta persebaran kesempatan kerja, serta peta tingkat pengangguran, yang
masing-masing peta memiliki skala 1: 100.000.

18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Tengah
tahun 2014.
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja
yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya
penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam
bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan
penduduk dalam usia kerja. Semakin

besar jumlah penduduk

usia kerja akan

menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja.
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja
yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya
penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif didalam
bekerja dan tidak aktif bekerja.Berikut adalah tabel Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja di Jawa Tengah tahun 2014.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan angka TPAK Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
No

Kab/Kota

Angkatan Kerja

PUK

TPAK (%)

1

Kab Cilacap

780.345

1.233.991

63,24

2

Kab Banyumas

779.804

1.213.250

64,27

3

Kab Purbalingga

463.847

653.727

70,95

4

Kab Banjarnegara

500.421

605.440

82,65

5

Kab Kebumen

646.434

866.899

74,57

6

Kab Purworejo

368.602

538.585

68,44

7

Kab Wonosobo

419.388

567.530

73,90

8

Kab Magelang

668.142

931.057

71,76

9

Kab Boyolali

543.310

726.169

74,82

10

Kab Klaten

630.300

894.546

70,46

11

Kab Sukoharjo

458.046

660.177

69,38

19

12

Kab Wonogiri

534.725

747.653

71,52

13

Kab Karanganyar

449.704

646.348

69,58

14

Kab Sragen

479.572

671.266

71,44

15

Kab Grobogan

751.484

1.006.699

74,65

16

Kab Blora

446.214

651.368

68,50

17

Kab Rembang

322.111

472.756

68,13

18

Kab Pati

649.323

942.338

68,91

19

Kab Kudus

449.416

624.845

71,92

20

Kab Jepara

590.514

866.831

68,12

21

Kab Demak

552.014

813.507

67,86

22

Kab Semarang

568.870

755.120

75,34

23

Kab Temanggung

430.682

561.269

76,73

24

Kab Kendal

501.077

703.513

71,22

25

Kab Batang

395.629

551.993

71,67

26

Kab Pekalongan

436.970

628.597

69,52

27

Kab Pemalang

641.579

927.833

69,15

28

Kab Tegal

652.338

1.024.804

63,65

29

Kab Brebes

844.001

1.294.882

65,18

30

Kota Magelang

64.382

94.007

68,49

31

Kota Surakarta

275.191

401.830

68,48

32

Kota Salatiga

92.268

141.356

65,27

33

Kota Semarang

889.295

1.299.596

68,43

34

Kota Pekalongan

151.553

218.618

69,32

35

Kota Tegal

119.475

183.567

65,09

7.634.941

17.547.026

69,85%

Jumlah

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja yang
ada di Jawa Tengah adalah sebesar 7.634.941 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia
kerjanya adalah sebesar 17.547.026 jiwa, sehingga total TPAK Jawa Tengah tahun 2014

20

adalah sebesar 69,85%. Semakin tinggi penduduk usia kerja maka semakin tinggi pula
angkatan kerjanya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tinggi ada di Kabupaten

Banjarnegara, dengan TPAK sebesar 82,65% hal ini disebabkan oleh jumlah
angkatan kerjanya tinggi yaitu sebesar 500.421 jiwa dari jumlah penduduk usia
kerjanya sebesar 605.440 jiwa. Karena jumlah penduduk yang tidak bekerja sedikit,
sedangkan jumlah penduduk usia kerjanya juga sedikit, sehingga tingkat pastisipasi
angkatan kerjanya tinggi. Sedangkan penduduk yang memiliki TPAK rendah adalah
Kabupaten Cilacap, dengan TPAK sebesar 63,24%, dari jumlah penduduk usia kerja
sebesar 1.233.991 jiwa yang angkatan kerja atau yang sudah bekerja hanya sebesar
780.345 jiwa, jadi masih banyak penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan perhitungan tersebut, rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja di
Jawa Tengah tahun 2014 adalah sebesar 70,08% yang masuk dalam kategori sedang.
Berikut adalah persebaran TPAK di Jawa Tengah tahun 2014.

Gambar 4.1. Peta Persebaran TPAK di Jawa Tengah tahun 2014

Peta tersebut menggambarkan persebaran TPAK di Jawa Tengah, dari peta
tersebut dapat diketahui persebaran TPAK yang sangat rendah rata-rata berada di
Jawa Tengah bagian barat yang digambarkan oleh warna biru muda atau cerah, hal ini

21

disebabkan karena banyaknya penduduk yang belum bekerja dan jumlah penduduk
usia kerjanya tinggi. Sedangkan TPAK yang tinggi menyebar di Jawa Tengah bagian
utara yang digambarakan warna biru agak tua, yaitu sekitar Kabupaten
Pekalongan,Pemalang dan sekitarnya. Sedangkan yang rendah berada di Jawa Tengah
bagian timur yang digambarkan dengan warna biru agak muda, yaitu sekitar
Kabupaten Rembang, Pati, Jepara, Kudus, Blora,Demak,Semarang, Karanganyar,
Sukoharjo,

dll.

TPAK

sangat

tinggi

berada

di

Kabupaten

Banjarngara,

Grobogan,Kebumen, Kota Semarang,Boyolali dll, yang digambarkan dengan warna
biru tua.
Persebaran TPAK yang tinggi sampai sangat tingggi yang digambarkan oleh
warna biru sampai biru tua berada di Jawa Tengah bagian tengah, hal ini disebabkan
karena jumlah penduduk usia kerjanya yang tingi serta diikuti dengan tingginya
angkatan kerja. Sedangkan yang rendah sampai sangat rendah atau sedang berada di
Jawa Tengah bagian barat dan timur yang digambarkan dengan warna biru muda, hal
ini disebabkan oleh sedikitnya penduduk usia kerja dan rendahnya jumlah angkatan
kerja. Jadi, semakin rendah penduduk usia kerja dan diikuti dengan rendahnya tingkat
partisipasi angkatan kerja maka TPAKnya rendah. Sedangkan semakin tinggi
penduduk usia kerja dan diikuti dengan tinginya angkatan kerja maka akan semakin
tinggi pula TPAKnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya TPAK itu
berbanding lurus antara penduduk usia kerja dengan angkatan kerja.

4.2 Persebaran tingkat Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang
mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta
aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun
keatas yang bekera atau disebut pekerja. Berikut adalah tabel perhitungan kesempatan
kerja di Jawa Tengah yang diperoleh dari perbandingan jumlah angkatan kerja dan
jumlah pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014:

22

Tabel 4.2 Hasil perhitungan angka Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
No

Kab/Kota

Jumlah AK

Jumlah
Pengangguran

Kesempatan
Kerja

Presentase

1

Kab Cilacap

780.345

44.098

736.247

4,45%

2

Kab Banyumas

779.804

41.873

737.931

4,46%

3

Kab Purbalingga

463.847

23.782

440.065

2,66%

4

Kab Banjarnegara

500.421

20.298

480.123

2,90%

5

Kab Kebumen

646.434

20.985

625.449

3,78%

6

Kab Purworejo

368.602

18.783

349.819

2,11%

7

Kab Wonosobo

419.388

22.386

397.002

2,40%

8

Kab Magelang

668.142

49.809

618.333

3,74%

9

Kab Boyolali

543.310

26.889

516.421

3,12%

10

Kab Klaten

630.300

29.953

600.347

3,63%

11

Kab Sukoharjo

458.046

21.058

436.988

2,64%

12

Kab Wonogiri

534.725

18.431

516.294

3,12%

13

Kab Karanganyar

449.704

15.937

433.767

2,62%

14

Kab Sragen

479.572

28.954

450.618

2,72%

15

Kab Grobogan

751.484

31.911

719.573

4,35%

16

Kab Blora

446.214

19.176

427.038

2,58%

17

Kab Rembang

322.111

16.831

305.280

1,84%

18

Kab Pati

649.323

41.390

607.933

3,67%

19

Kab Kudus

449.416

22.612

426.804

2,58%

20

Kab Jepara

590.514

30.058

560.456

3,39%

21

Kab Demak

552.014

28.552

523.462

3,16%

22

Kab Semarang

568.870

24.890

543.980

3,29%

23

Kab Temanggung

430.682

13.724

416.958

2,52%

24

Kab Kendal

501.077

30.823

470.254

2,84%

25

Kab Batang

395.629

29.345

366.284

2,21%

26

Kab Pekalongan

436.970

26.345

410.625

2,48%

27

Kab Pemalang

641.579

47.759

593.820

3,59%

28

Kab Tegal

652.338

55.259

597.079

3,61%

29

Kab Brebes

844.001

80.420

763.581

4,61%

30

Kota Magelang

64.382

4.754

59.628

0,36%

31

Kota Surakarta

275.191

16.957

258.234

1,56%

32

Kota Salatiga

92.268

4.119

88.149

0,53%

33

Kota Semarang

889.295

68.978

820.317

4,96%

34

Kota Pekalongan

151.553

8.210

143.343

0,87%

35

Kota Tegal

119.475

10.995

108.480

0,66%

Jumlah

17.547.026

996.344

16.550.682

100,00%

Sumber: Hasil perhitungan

23

Berdasarkan perhitungan kesempatan kerja tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah pangangguran yang ada di Jawa Tengah sebesar 996.344 jiwa dengan
kesempatan kerja sebesar 16.550.682 jiwa. Kesempatan kerja yang tertinggi berada di
Kota Semarang, yaitu sebesar 4,96% dari jumlah kesempatan kerja di Jawa Tengah.
Angkatan kerja yang terserap di Kota Semarang tersmasuk tinggi yaitu sebesar
889.295 jiwa sedangkan yang menganggur adalah sebesar 68.978 jiwa. Sehingga
kesempatan kerjanya tinggi, karena jumlah angkatan kerja yang terserap atau ikut
daalam kegiatan perekonomian adalah tinggi. Sedangkan kesempatan kerja yang
rendah berada di Kota Magelang yaitu sebesar 0,36% dari jumlah seluruh kesempatan
kerja yang ada di Jawa Tengah. Rata-rata kesempatan kerja di Jawa Tengah adalah
sebesar 2,86% dengan jumlah kesempatan kerja atau jumlah angkatan kerja yang
terserap dalam sebagai tenaga kerja adalah sebesar 16.550.682 jiwa. Berikut adalah
peta persebaran kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah tahun 2014.

Gambar 4.2. Peta persebaran Kesempatan Kerja di Jawa Tengah tahun 2014

Pada peta tersebut dapat diketahui kesempatan tinggi sampai sangat tinggi
yang digambarkan dengan warna ungu agak tua sampai ungu tua yang berada pada

24

Kabupaten yang ada di jawa Tengah bagian barat, yaitu sekitar kabupaten Cilacap,
Brebes,Kebumen, Tegal, Pemalang,Banyumas, dan lain-lain. Sedangkan yang
memiliki kesempatan kerja rendah adalah berada di Jawa Tengah bagian tengah yang
digambarkan dengan warna ungu muda dan terang yang menyebar di Jawa Tengah
bagian tengah dan timur, yaitu berada di Kabupaten Pekalongan, Wonosobo,
Purbalingga, Purworejo,Rembang, Blora. Tinggi rendahnya kesempatan kerja
dipengaruhi oleh jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran, jika angkatan
kerjanya tinggi dan penganggurannya rendah, maka kesempatan kerjanya tinggi. akan
tetapi apabila angkatan kerjanya rendah dan penganggurannya tinggi, maka
kesempatan kerjanya juga rendah.

4.3 Persebaran Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka diukur
sebagai persentase jumlah penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja.
Berikut adalah tabel perhitungan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014:

Tabel 4.3 Hasil perhitungan angka Pengangguran Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
No

Kab/Kota

Jumlah
Pengangguran

Jumlah AK

Tingkat
Pengangguran

1

Kab Cilacap

44.098

780.345

5,65%

2

Kab Banyumas

41.873

779.804

5,37%

3

Kab Purbalingga

23.782

463.847

5,13%

4

Kab Banjarnegara

20.298

500.421

4,06%

5

Kab Kebumen

20.985

646.434

3,25%

6

Kab Purworejo

18.783

368.602

5,10%

7

Kab Wonosobo

22.386

419.388

5,34%

8

Kab Magelang

49.809

668.142

7,45%

9

Kab Boyolali

26.889

543.310

4,95%

10

Kab Klaten

29.953

630.300

4,75%

11

Kab Sukoharjo

21.058

458.046

4,60%

12

Kab Wonogiri

18.431

534.725

3,45%

13

Kab Karanganyar

15.937

449.704

3,54%

25

14

Kab Sragen

28.954

479.572

6,04%

15

Kab Grobogan

31.911

751.484

4,25%

16

Kab Blora

19.176

446.214

4,30%

17

Kab Rembang

16.831

322.111

5,23%

18

Kab Pati

41.390

649.323

6,37%

19

Kab Kudus

22.612

449.416

5,03%

20

Kab Jepara

30.058

590.514

5,09%

21

Kab Demak

28.552

552.014

5,17%

22

Kab Semarang

24.890

568.870

4,38%

23

Kab Temanggung

13.724

430.682

3,19%

24

Kab Kendal

30.823

501.077

6,15%

25

Kab Batang

29.345

395.629

7,42%

26

Kab Pekalongan

26.345

436.970

6,03%

27

Kab Pemalang

47.759

641.579

7,44%

28

Kab Tegal

55.259

652.338

8,47%

29

Kab Brebes

80.420

844.001

9,53%

30

Kota Magelang

4.754

64.382

7,38%

31

Kota Surakarta

16.957

275.191

6,16%

32

Kota Salatiga

4.119

92.268

4,46%

33

Kota Semarang

68.978

889.295

7,76%

34

Kota Pekalongan

8.210

151.553

5,42%

35

Kota Tegal

10.995

119.475

9,20%

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran
yang

paling

tinggi

yaitu

berada

di

Kabupaten

Brebes

dengan

tingkat

penganggurannya sebesar 9,53%, dan jumlah penganggurannya sebesar 80.420 jiwa
dan jumlah angkatan kerjanya sebesar 844.001 jiwa, hal ini disebabkan oleh jumlah
penganggurannya yang tinggi dengan angkatan kerja yang tinggi. sedangkan untuk
tingkat pengangguran yang rendah berada di Kabupaten Temanggung dengan tingkat
penganggurannya sebesar 3,19% dan jumlah angkatan kerjanya sebesar 13.724
sedangkan jumlah angkatan kerjanya sebesar 430.682 jiwa. Rata-rata pengangguran
yang ada di Jawa Tengah adalah sebesar 5,63%, dengan jumlah angkatan kerjanya
sebesar

996.344 jiwa dan jumlah angkatan kerjanya sebesar 17.547.026 jiwa.

Besarnya tingkat pengangguran dipengaruhi oleh jumlah orang yang menganggur
dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Semakin tinggi jumlah pengangguran
dan jumlah angkatan kerjanya rendah, maka tingkat penganggurannnya juga tinggi

26

sedangkan Berikut adalah peta persebaran tingkat pengangguran di Jawa Tengah
tahun 2014.

Gambar 4.3. Peta Persebaran Pegangguran di Jawa Tengah tahun 2014

Peta tersebut menggambarkan tentang persebaran tingkat pengangguran yang
ada di Jwa Tengah pada tahun 2014. Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui
tingkat pengangguran tertinggi berada di Jawa Tengah bagian utara, yaitu berada di
Kabupaten Brebes, Tegal, Pekalongan, Pemalang,Batang, Kendal dan lain-lain yang
digambarkan dengan menggunakan warna orange tua.

Sedangkan tingkat

pengangguran yang rendah menyebar di Jawa Tengah bagian selatan, yaitu berada di
Kabupaten Wonogiri, Kranganyar,Temanggung, Kebumen, Klaten, dan lain-lain.
Sedangkan di Jawa Tengah bagian timur rata-rata memiliki tingkat pengangguran
yang sedang, yaitu sekitar Kota Semarang, Grobogan, dan lain-lain. Tingginya
tingkat pengangguran dipengaruhi oleh rendahnya kesempatan kerja yang ada di Jawa
Tengah.

27

4.4 Hubungan antara TPAK, Kesempatan Kerja dan Pengangguran di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2014
Tingkat partisiapasi angkatan kerja merupakan ukuran tingkat partisipasi
penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai
berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benarbenar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja.
Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang
mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta
aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun
keatas yang bekera atau disebut pekerja.
Sedangkan pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut dapatt diketahui bahwa hubungan antara TPAK,
Kesempatan kerja dan pengangguran adalah, semakin tinggi TPAK dan diikuti
tingginya kesempatan kerja yang ada maka tingkat penganggurannya akan rendah,
sedangkan semakin tinggi TPAK akan tetapi kesempatan kerjanya rendah, maka
tingkat penganggurannya tinggi.

28

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tinggi ada di Kabupaten Banjarnegara,
dengan TPAK sebesar 82,65%, sedangkan penduduk yang memiliki TPAK rendah
adalah Kabupaten Cilacap, dengan TPAK sebesar 63,24%, dari jumlah penduduk
usia kerja sebesar 1.233.991 jiwa yang angkatan kerja atau yang sudah bekerja
hanya sebesar 780.345 jiwa, jadi masih banyak penduduk yang belum
mendapatkan pekerjaan. Persebaran TPAK yang tinggi sampai sangat tingggi
berada di Jawa Tengah bagian tengah.
2. Kesempatan kerja yang tertinggi berada di Kota Semarang, yaitu sebesar 4,96%
dari jumlah kesempatan kerja di Jawa Tengah. Sedangkan kesempatan kerja yang
rendah berada di Kota Magelang yaitu sebesar 0,36% dari jumlah seluruh
kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah. Rata-rata kesempatan kerja di Jawa
Tengah adalah sebesar 2,86% dengan jumlah kesempatan kerja atau jumlah
angkatan kerja yang terserap dalam sebagai tenaga kerja adalah sebesar
16.550.682 jiwa
3. Tingkat pengangguran yang paling tinggi yaitu berada di Kabupaten Brebes
dengan tingkat penganggurannya sebesar 9,53%. Sedangkan untuk tingkat
pengangguran yang rendah berada di Kabupaten Temanggung dengan tingkat
penganggurannya sebesar 3,19%. Rata-rata pengangguran yang ada di Jawa
Tengah adalah sebesar 5,63%, dengan jumlah angkatan kerjanya sebesar 996.344
jiwa dan jumlah angkatan kerjanya sebesar 17.547.026 jiwa.
4. Hubungan antara TPAK, Kesempatan kerja dan pengangguran adalah, semakin

tinggi TPAK dan diikuti tingginya kesempatan kerja yang ada maka tingkat
penganggurannya akan rendah, sedangkan semakin tinggi TPAK akan tetapi
kesempatan kerjanya rendah, maka tingkat penganggurannya tinggi.

29

DATAR RUJUKAN
Alghofari,Farid.2008. Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 19802007. Semarang:Undip
Badan Pusat Statistik, 2008. Jawa Tengah Dalam Angka 2014. Semarang
Irianto,2015. Kajian Tentang Pertumbuhan Penduduk , Angkatan Kerja,
Kesempatan Kerja dan Pengangguran Di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
GaneÇ Swara Vol. 9 No.1 Maret 2015. NTB: Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi AMM Mataram
Pitartono,Ronny.2012.Analisis Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah Tahun 19972012. Semarang: Universitas Diponegoro

Putu, Ayu. 2008. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral Di Kabupaten Bangli dengan
Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Piramida Vol V No. 1. Bali:
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Rahman, Abdur. 2011. Inderaja Dan Sistim Informasi Geografis Perairan
(Gmkb604). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Rasydi,Anwar. 2010. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (Tpak) Terhadap Kemiskinan Di Indonesia.

Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah
Rusli, Said. 1989. Pengantar Ilmu Kependudukan . Jakarta: LP3ES
Sugandi.2009. Sistem Infomasi Geografis. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas
Ilmu Pendidikan.
Sugito, Nanin. 2013. Survey dan Pemetaan. Jakarta: Universitas Pendidikan Inonesia.
Syahruddin, dkk.2003. Perencanaan Kesempatan Kerja Repelita VII Sumatera Barat.
Kanwil Depnaker Propinsi Sumatera Barat dan Pusat Studi Kependudukan,
Padang.
Zuardi, Khoirullah. 2015. Proyeksi Kesempatan Kerja Di Kota Medan Pada Tahun
2011-2015. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

30