BAB II haris ibu Copy

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja (performance) menurut Mahmudi (2005:6) merupakan suatu
konstruk (construct) yang bersifat multidimensional, pengukurannya juga
bervariasi tergantung pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja.
Mangkuprawira dan Hubeis dalam bukunya Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia (2007:153) mengatakan bahwa kinerja meruapakan hasil dari proses
pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta
organisasi. Kinerja merupakan bagian dari kajian ilmu administrasi publik.
Menurut

Keban

administrasi

publik

manajemen,

etika,


Berkenaan

dengan

(2008),

yaitu

terdapat

kebijakan,

lingkungan,
kinerja,

dan

enam


struktur,

dimensi

organisasi,

akuntabilitas

kinerja.

merupakan

tingkat

Kinerja

pencapaian hasil yang dapat dinilai menurut pelaku yaitu hasil
yang diraih oleh individu, atau kelompok (kinerja kelompok), oleh
institusi (kinerja organisasi) dan oleh suatu program atau
kebijakan (kinerja program atau kebijakan).

Menurut Simanjuntak (2005:221), definisi kinerja adalah tingkat
pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja setiap orang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu kompetensi
individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi, dan dukungan
manajemen (Simanjuntak,2005:210). Harrington (1991), menetapkan
bahwa pengukuran kinerja dimulai dari adanya keinginan untuk

8

9

peningkatan kinerja, oleh karena itu jika tidak dapat mengukur
kinerja yang dilakukan, maka tidak akan dapat melakukan
peningkatan kinerja dari aktivitas tersebut.
Syarat yang diperlukan untuk dapat menilai kinerja secara efektif adalah
adanya kriteria yang dapat diukur secara objektif dan adanya objektifitas dalam
proses penilaiannya. Ada tiga kriteria yang dapat dipakai untuk melakukan
penilaian kinerja secara efektif, yaitu relevancy, reliability dan discrimination.
Relevancy menunjukkan tingkat kesesuaian antara kriteria dan tujuan kinerja.
Reliability menunjukkan tingkat makna kriteria kinerja yang menghasilkan hasil

yang konsisten. Sedangkan discrimination digunakan untuk mengukur tingkat
dimana suatu kriteria kinerja dapat memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam
kinerja. Jika nilai cenderung menunjukkan semuanya baik atau semuanya jelek,
berarti ukuran kinerja tidak bersifat diskriminatif. Menurut Ismail Nawawi Uha
(2013, p.212), kinerja didefinisikan berdasarkan 2 segi, yaitu kinerja individu dan
kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja perseorangan dalam
organisasi. Dan kinerja organisasi adalah hasil kerja keseluruhan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan. Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel
dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif balanced scorecard
(Mulyadi, 2007, p363). Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
pencapaian perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam memuaskan pelanggan,
pertumbuhan yang baik dalam pembelajaran pada setiap tingkat managerial,
mencapai keseimbangan finansial melalui proses bisnis yang efektif dan juga
efisien.
2.1.2 Balanced Scorecard

10

Balanced Scorecard adalah suatu konsep manajemen yang membantu
mengubah strategi ke dalam tindakan. Balanced scorecard adalah lebih dari

sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis. Perusahaan-perusahaan
inovatif menggunakannya sebagai suatu sistem manajemen strategis yang
mengelola strategi perusahaan (Gapersz, 2005). Berdasarkan pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard adalah tolak ukur kinerja yang
terintegrasi berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan di
seluruh organisasi. Berikut ditampilkan framework balanced scorecard:

2.2 Penilaian Kinerja PDAM Tirta Daroy Banda Aceh Sesuai Kriteria Badan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Menggunakan Balanced
Scorecard
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum sesuai dengan Permen PU Nomor

11

27/PRT/M/Tahun 2016 pasal 17 ayat 2 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum menetapkan kriteria penilaian Badan Penyelenggara
Sistem Penyediaan Air Minum (BPSPAM) untuk mengetahui tingkat kesehatan
BPSPAM meliputi 4 (empat) aspek yaitu :
1. Aspek Operasional

2. Aspek Perbaikan dan Pelayanan
3. Aspek Keuangan
4. Aspek Sumber Daya Manusia
Penilaian kinerja Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (BPSPAM) dengan empat aspek tersebut menghasilkan nilai kinerja yang
mengelompokkan PDAM ke dalam tiga kategori:
1. Sehat ( > 2,8)
2. Kurang Sehat, dengan nilai 2,2 - 2,8
3. Sakit, dengan nilai < 2,2
2.2.1 Aspek Operasional
Penilaian kinerja aspek operasional bertujuan untuk mengukur tingkat
perspektif operasional seperti: efektifitas produksi dan distribusi, besarnya
kehilangan air, kontinuitas pelayanan air kepada pelanggan, apresiasi terhadap alat
ukur transaksi jualbeli, produk yang dijual kepada pelanggan serta tekanan air
rata-rata kepada pelanggan.Perspektif operasional tersebut diwakili oleh indikatorindikator aspek operasionalseperti berikut:
1.

Efisiensi Produksi (Faktor Pemanfaatan Produksi)

12


Efisiensi produksi merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
efisiensi sistem produksi.
Formulasi indikator efisiensi produksi (faktor pemanfaatan produksi)
adalah:
realisasi produksi (m3)
x 100
kapasitas terpasang( m3)
Keterangan:
 Realisasi produksi adalah volume air yang diproduksi secara riil oleh
PDAM (volumeproduksi riil).
 Kapasitas terpasang adalah kapasitas unit produksi PDAM yang
terpasang sesuai denganrencana.
2.

Air Tak Berekening-ATR (NRW)
Air tak berekening merupakan selisih antara air yang masuk unit distribusi

dengan air yang berekening dalam jangka waktu selama periode evaluasi.
Formulasi air tak berekening adalah:

distribusi air ( m3 )−air terjual(m 3)
x 100
distribusi air (m3)
Keterangan:
 Distribusi air adalah banyaknya air yang disalurkan kepada pelanggan
melalui jaringanpipa distribusi selama periode evaluasi.
 Air terjual adalah banyaknya air yang terpakai oleh pelanggan dan
tercatat dalamIkhtisar Rekening Air (IRA) selama periode evaluasi.
3.

Jam Operasi Layanan
Jam operasi layanan merupakan indikator untuk mengukur efisiensi sistem

secarakeseluruhan dan kaitannya dengan kontinuitas pelayanan. Jam operasi
produksi mengindikasikan kemampuan sistem penyediaan air

13

minum dalam memanfaatkan sistem produksi, dimana semakin
tinggi


jam

operasi,

semakin

baik

pemanfaatan

sistem

penyediaan air minum yang ada.
Formulasi indikator jam operasi layanan adalah:
waktu distribusi air ke pelanggan selama periode evaluasi
periode evaluasi(hari)
Keterangan:
 Waktu distribusi air ke pelanggan adalah pelayanan distribusi air yang
dapat disediakankepada pelanggan selama periode evaluasi.

4.

Tekanan Air Pada Sambungan Pelanggan
Tekanan air pada sambungan pelanggan merupakan indikator untuk

mengukur jumlah pelanggan yang dilayani dengan tekanan sesuai dengan tekanan
minimum yangditentukan.
Formulasi indikator tekanan air pada sambungan pelanggan adalah:
¯
jlh . pelangganterlayani dengan tekananminimal 0,7 (SR)
x 100
jumlah pelanggan( SR)

Keterangan:
 Jumlah pelanggan terlayani dengan tekanan minimal 0,7 bar adalah
banyaknya pelanggan yang dapat memperoleh pelayanan tekanan air
minimal padawaktu jam puncak (jam 07.00 – 08.00).
 Jumlah pelanggan adalah banyaknya pelanggan aktif.
5.


Penggantian Meter Air Pelanggan
Penggantian meter air pelanggan merupakan indikator untuk mengukur

tingkat ketelitian/akurasi meter air pelanggan.

14

Formulasi indikator penggantian/kalibrasi meter air pelanggan adalah:
jumlah meter pelanggan yang diganti (SR)
x 100
jumlah pelanggan (SR)
Keterangan:
 Jumlah meter air yang diganti adalah banyaknya meter air pelanggan
yang digantiselama periode evaluasi.
 Jumlah pelanggan adalah banyaknya pelanggan aktif.

2.2.2 Aspek Perbaikan dan Pelayanan
Penilaian kinerja aspek perbaikan dan pelayanan bertujuan untuk
mengukur beberapa perspektif pelayanan yang menggambarkan tingkat
kemampuan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh dalam memenuhi kebutuhan
pelanggannya. Perspektif yang tercakup diantaranya: kualitas, kuantitas,
kontinuitas, kepuasan pelanggan, kemampuan nyata pelayanan, dan pertumbuhan
pelanggan. Berdasarkan perspektif tersebut, maka disimpulkan bahwa terdapat 5
(lima) indikator yang diperkirakan dapat mewakili perspektif pelayanan seperti
dimaksud, yaitu:
1. Cakupan Pelayanan Teknis
Pengertian dari cakupan pelayanan teknis adalah suatu ukuran untuk
mengetahui berapa besar presentase jumlah penduduk yang terlayani oleh PDAM
dibanding dengan jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM.
Formulasi indikator cakupan pelayanan teknis adalah:
jumlah penduduk terlayani( jiwa)
x 100
jumlah penduduk diwilayah pelayanan( jiwa)
Keterangan:

15

 Jumlah penduduk terlayani merupakan jumlah sambungan dikali ratarata jiwa per KK (didasarkan pada data BPS). Jumlah sambungan
adalah jumlah sambungan aktif pada akhir periode penilaian.
 Jumlah penduduk di wilayah pelayanan merupakan jumlah penduduk di
wilayahpelayanan teknis (wilayah yang ada dalam perencanaan).

2. Pertumbuhan Pelanggan
Indikator ini digunakan untuk mengetahui berapa presentase peningkatan
jumlah pelanggan PDAM dalam satu periode (bulanan, triwulan, semester atau
tahunan). Indikator ini menunjukkan seberapa besar kemampuan PDAM dalam
memasarkan produknya. Selain itu, indikator ini juga dapat menunjukkan
kemampuan PDAM dalam berinvestasi untuk mengembangkan pelayanan air
minumnya.
Formulasi indikator pertumbuhan pelanggan adalah:
jumlah pelanggan periodeini− jumlah pelanggan periode lalu
x 100
jumlah pelanggan periode lalu
Keterangan:
 Jumlah pelanggan periodeini adalah jumlah pelanggan total yang
tercatat di dalam administrasi pelayanan pada akhir periode evaluasi.
 Jumlah pelanggan periode lalu adalah jumlah pelanggan total yang
tercatat didalam administrasi pelayanan pada akhir periode lalu.
3. Tingkat Penyelesaian Pengaduan
Tingkat penyelesaian pengaduan merupakan ukuran untuk menilai respon
atau tanggapan PDAM terhadap pengaduan pelanggannya.
Formulasi indikator tingkat penyelesaian pengaduan adalah:

16

jumlah pengaduan pelanggan yang tertangani
x 100
jumlah pengaduan
Keterangan:
 Jumlah pengaduan yang tertangani adalah banyaknya pengaduan
pelanggan yang tercatat dan telah diselesaikan masalahnya dalam satu
periode evaluasi kinerja.
 Jumlah pengaduan adalah banyaknya pengaduan dari pelanggan yang
tercatat selama satu periode evaluasi kinerja.
4. Kualitas Air Pelanggan
Kualitas air pelanggan merupakan ukuran yang digunakan untuk
mengetahui apakah kualitas air yang didistribusikan oleh PDAM kepada
pelanggan telah memenuhi kualitas air minum seperti yang ditetapkan dalam
Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/V/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Formulasi indikator kualitas air pelanggan adalah:
jumlah uji yang memenuhi syarat
x 100
jumlah yang diuji
Keterangan:
 Jumlah uji yang memenuhi syarat adalah banyaknya hasil uji kualitas
(sampel) air dititik pelanggan yang telah memenuhi syarat kualitas air
minum menurut Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
 Jumlah sampel yang diuji adalah banyaknya pengambilan sampel yang
harus

dilakukan

menurut

736/MENKES/PER/VI/2010.
5. Konsumsi Air Domestik

ketentuan

Permenkes

Nomor

17

Konsumsi air domestik merupakan ukuran yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat pemakaian air oleh pelanggan kategori domestik (rumah
tangga).
Formulasi indikator konsumsi air domestik adalah:
jumlah air terjual pelanggan domestik per bulan(m3)
jumlah pelanggan domestik ( SR)
Keterangan:
 Jumlah air terjual pelanggan domestik rata-rata per bulan adalah
banyaknya air yangdikonsumsi oleh pelanggan domestik rata-rata per
bulan.
 Jumlah pelanggan domestik adalah banyaknya pelanggan domestik yang
masih aktif.
2.2.3 Aspek Keuangan
Penilaian kinerja aspek keuangan pada prinsipnya merupakan penilaian
yang mencakup kemampuan PDAM untuk menciptakan laba dan mengefisienkan
kegiatan operasionalnya.Aspek keuangan memiliki 3 (tiga) indikator utama yaitu:
Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas.
A. Rentabilitas
Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan PDAM untuk menciptakan
keuntungan atau memperoleh laba dan menjamin kesinambungan operasional.
Ukuran tersebut digambarkan melalui besaran 2 (dua) indikator, yaitu:
1. Return on Equity (ROE) merupakan suatu rasio untuk mengukur tingkat
kemampuan memperoleh laba dari modal (ekuitas) yang ada.
Formulasi indikator return on equity adalah:

18

lababersih setelah pajak ( Rp)
x 100
jumlah ekuitas ( modal+cadangan ) ( Rp)

Keterangan:
 Laba Bersih Setelah Pajak adalah Kelebihan seluruh pendapatan atas
seluruh beban untuk satu periode tertentu (satu tahun) setelah dikurangi
pajak penghasilan yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
 Jumlah Ekuitas adalah jumlah modal ditambah cadangan atau aset
dikurangikewajiban.
2. Rasio Operasi, merupakan suatu rasio untuk mengukur tingkat efisiensi
beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan.
Formulasi indikator rasio operasi adalah:
beban operasi( Rp)
pendapatan operasi(Rp)
Keterangan:
 Beban operasi adalah seluruh beban usaha baik beban langsung usaha
(beban sumber air, beban pengolahan air dan beban transmisi
&distribusi) maupun beban tidak langsung usaha (beban administrasi
dan umum).
 Pendapatan operasi adalah seluruh pendapatan usaha yang meliputi
pendapatan air dan pendapatan non air.
B. Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengetahui
kemampuan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau dengan kata lain kemampuan PDAM untuk memenuhi kewajiban

19

yang harus segera dibayar dengan harta lancarnya. Ukuran likuiditas digambarkan
melalui besaran 2 (dua) indikator, yaitu:
1. Rasio Kas, yang memiliki pengertian sebagai suatu rasio untuk
mengukurkemampuan kas dalam rangka menjamin kewajiban jangka
pendek.

Formulasi rasio kas adalah:
jumlah kas+ setara kas ( Rp)
x 100
jumlah kewajiban lancar( Rp)
Keterangan:
 Jumlah Kas adalah seluruh jumlah uang kas yang ada baik yang berada
di kas perusahaan (tunai) maupun yang ada di Bank.
 Setara Kas adalah surat berharga yang dimiliki yang secara seketika
dapat diuangkan termasuk deposito, surat berharga, promes dan cek
mundur (yang masuk dalam aset lancar).
 Jumlah Kewajiban Lancar adalah seluruh kewajiban yang harus dapat
dilunasi dalam satu tahun buku.
2. Efektivitas Penagihan, merupakan ukuran dalam menakarefektifitas
kegiatan penagihan atas hasil penjualan air.
Formulasi efektifitas penagihan adalah:
jumlah penerimaan rekening air ( Rp)
x 100
jumlah rekening air ( Rp)
Keterangan:

20

 Jumlah Penerimaan Rekening Air adalah penerimaan tunai (penerimaan
melalui kas atau melalui bank) dalam satu tahun buku atas volume air
terjual (jumlah rekening air).
 Jumlah Rekening Air adalah seluruh jumlah tagihan kepada pelanggan
PDAM sesuai daftar rekening ditagih (DRD) air selama satu tahun
(DRD air terdiri atas harga air dan beban tetap).Pengertian ini
didasarkan bahwa penjualan air PDAM (pendapatan penjualan air)
dicatat berdasarkan jumlah air yang dikonsumsi pelanggan pada saat
transaksi terjadi, pelanggan tidak langsung membayar.
C. Solvabilitas
Solvabilitas diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengetahui kemampuan
PDAM menjamin kewajiban-kewajiban jangka panjang dengan asetnya.
Solvabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh
kewajiban yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Kondisi
keuangan PDAM yang solvable menjadi salah satu faktor penting dalam
penentuan kelayakan diberikannya pinjaman kepada PDAM terutama untuk
mengembangkan pelayanan air minumnya.
Formulasi indikator solvabilitas adalah:
jumlah aset ( Rp)
x 100
jumlah kewajiban( Rp)
Keterangan:
 Jumlah aset adalah sumber daya yang dikuasai PDAM sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
 Jumlah kewajiban adalah jumlah kewajiban yang harus dibayar.

21

2.2.4 Aspek Sumber Daya Manusia
Penilaian kinerja aspek sumber daya manusia bertujuan untuk mengukur
tingkat inovasi dan pembelajaran dalam kaitannya dengan pengelolaan PDAM.
Aspek sumber daya manusia yang dimaksud meliputi: efektifitas, apresiasi,
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Indikator-indikator yang
mewakili aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1.Rasio Pegawai terhadap Pelanggan
Rasio pegawai terhadap pelanggan menggambarkan tingkat efisiensi dan
efektifitas penggunaan tenaga kerja untuk memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Semakintinggi rasio yang terukur menggambarkan rendahnya efisiensi
dan efektifitas tenagakerja yang ada begitu pula sebaliknya.
Formulasi indikator rasio pegawai terhadap pelanggan adalah:
jumlah pegawai
jumlah pelanggan/1000
Keterangan:
 Jumlah pegawai adalah banyaknya pegawai yang tercatat sebagai
pegawai tetap danhonorer.
 Jumlah pelanggan adalah seluruh pelanggan PDAM.
2. Rasio Diklat Pegawai
Rasio diklat (pendidikan dan pelatihan) pegawai merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur kepedulian perusahaan dalam upaya meningkatkan
efektivitas pegawai. Indikator ini juga menunjukkan seberapa besar tingkat
kompetensi pegawai yang dimilikioleh PDAM sehingga dapat memberikan
dampak positif pada peningkatan pelayanankepada pelanggan.

22

Formulasi indikator rasio diklat pegawai adalah:
jumlah pegawai yang mengikuti diklat
x 100
jumlah pegawai
Keterangan:
 Jumlah pegawai yang mengikuti diklat adalah banyaknya pegawai yang
tercatat mengikuti pendidikan dan latihan selama periode evaluasi.
 Jumlah pegawai adalah banyaknya pegawai yang tercatat sebagai
pegawai tetap dan honorer.
3. Rasio Beban Diklat Terhadap Beban Pegawai
Rasio beban diklat merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
upaya perusahaan dalam hal peningkatan kompetensi pegawai. Rasio ini memiliki
korelasi eratdengan rasio diklat pegawai karena rasio beban diklat muncul sebagai
akibat daripelaksanaan diklat pegawai.
Formulasi indikator rasio beban diklat pegawai adalah:
jumlah beban diklat (Rp)
x 100
jumlah beban pegawai( Rp)
Keterangan:
 Jumlah beban diklat adalah seluruh beban yang dikeluarkan oleh
PDAM terkait dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan pegawai
(termasuk SPPD dan transportasi/akomodasi).
 Jumlah beban pegawai adalah seluruh beban pegawai yang tercatat
sebagai pegawai tetap dan honorer.
2.3 Bobot Standar dan Nilai Standar Indikator Kinerja PDAM
Bobot, standar dan nilai standar indikator kinerja merupakan angka-angka
acuanyang digunakan untuk menghitung nilai kinerja PDAM dengan besaran

23

yang sama atau berbedauntuk setiap indikator kinerja PDAM seperti dijelaskan
berikut ini.

2.3.1 Aspek Operasional
Aspek operasional memiliki bobot sebesar 35% atau 0,35 meliputi:
1. Efisiensi produksi (faktor pemanfaatan produksi) dengan bobot sebesar
0,07
2. Air tak berekening-ATR (NRW) dengan bobot sebesar 0,07
3. Jam operasi layanan dengan bobot sebesar 0,08
4. Tekanan air pada sambungan pelanggan dengan bobot sebesar 0,065
5. Penggantian dan (atau) kalibrasi meter air pelanggan dengan bobot
sebesar 0,065.
Bobot standar dan nilai dari indikator kinerja aspek operasional tersebut
direkapitulasikan ke dalam tabel 2.3.

No
1

2

3
4

Tabel 2.1
indikator kinerja aspek operasional
Indikator Kinerja
Bobot
Standar
≥ 90 %
80 - < 90 %
Efisiensi Produksi
0,07
70 - < 80 %
60 - < 70 %
< 60 %
≤25 %
> 25 – 30 %
Air Tak Berekening
0,07
> 30 – 35 %
> 35 – 40 %
> 40 %
21 – 24 jam
18 - < 21 jam
Jam Operasi Layanan
0,08
16 - < 18 jam
12 - < 16 jam
14 org
≥ 80 %
60 - < 80 %
2
Rasio Diklat Pegawai
0,04
40 - < 60 %
20 - < 40 %
< 20 %
≥ 10 %
7,5 - < 10 %
Beban Diklat terhadap
3
0,04
5 - < 7,5 %
Beban Pegawai
2,5 - < 5 %
< 2,5 %
Sumber : Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja PDAM, 2018

Nilai Standar
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

2.4 Parameter Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Air Bersih
Meskipun target Pemerintah bahwa masyarakat Indonesia pada tahun 2020
akan memiliki akses 100 % terhadap air bersih yang layah tersebut dipandang
terlalu ambisius namun ini merupakan sebuah keniscayaan yang harus dikejar
menuju bangsa yang lebih produktif. Dengan kata lain, dimasa depan kita semua

28

berharap bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat terjamin kualitas,
kuantitas dan kontinuitasnya.
2.4.1 Parameter Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 429/ Menkes /Per / VI /
2010 tentang mutu kualitas air minum adalah yang memenuhi kesehatan yang
dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air
yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 / Menkes / SK /
VII /2002 yang merupakan standar kualitas air minum di Indonesia. Parameterparameter kualitas air tersebut seperti berikut:
1. Syarat Fisik
Unsur-unsur yang terdapat pada syarat fisik kualitas air minum seperti suhu
air minum sama dengan suhu kamar (berkisar antara 20° C - 26° C), warna,
bau, rasa dan kekeruhan.
2.

Syarat Kimia
Unsur-unsur yang terdapat pada syarat kimia antara lain : Mangan (Mn),
Aluminium (Al), Besi (Fe), Nitrat, Sulfat, Kesadahan, Kalsium dan
Magnesium (Mg).

3.

Syarat Radioaktif
Sinar radioaktif dapat mengakibatkan timbulnya kontaminasi radioaktif pada
lingkungan dan dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel pada tubuh manusia.
Dalam standar kualitas dari Depkes RI telah ditetapkan bahwa kandungan

29

sinar alfa maksimal yaitu 10-9 mc/ml dan kandungan sinar beta maksimal
adalah 10-8 mc/ml
4.

Syarat Mikrobiologi
Unsur-unsur yang terdapat dalam syarat mikrobiologi antara lain total
coliform dan bakteri golongan coli sampai melebihi batas-batas yang telah
ditentukan yaitu 1 coli atau 100 ml air.

2.4.2Parameter Kuantitas Air Bersih
Menurut Sunjaya dalam Karsidi (1999:18) Ditinjau dari jumlah atau
kuantitas air yang dibuthkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah
air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak
yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar
sehari-hari.
2.4.3Parameter Kontinuitas Air Bersih
Menurut Sutrisno (2004) kontinuitas (ketepatan waktu pengaliran) air
bersih adalah pencatatan debit air pada setiap saat, sehingga dengan demikian
akan dapat mengetahui air yang bermasalah. Selain itu juga mengontrol atau
memeriksa peralatan pencatatan debit serta peralatan lainnya (seperti pompa,
saringan, pintu air) untuk menjaga kontinuitas debit pengaliran.
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Kotler (2009) diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.,Sedangkan menurut
Freddy Rangkuti (2013), analisis SWOT diartikan sebagai : “analisa yang
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun

secara

bersamaan

dapat meminimalkan

30

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)”. Analisis SWOT merupakan
salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang
dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif
akan meminimalkan kelemahan danancaman. Bila diterapkan secara akurat,
asumsi sederhana ini

mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu

strategi yang berhasil.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang
berdasarkan

faktor

eksternal

dan

faktor

internal

yaitu

strength,

opportunities,weaknesesses, threats.
2.5.1

Model Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan

ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Faktor internal
dimasukan kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi internal atau IFAS
(Internal Strategic Factor Analisis Summary). Faktor eksternal dimasukkan
kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal
Strategic Factor Analysis Summary). Setelah matrik faktor strategi internal dan
eksternal selesai disusun, kemudian hasilnya dimasukkan dalam model kuantitatif,
yaitu matrik SWOT untuk merumuskan strategi kompetitif perusahaan.
Tabel 2.5
Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Faktor

Bobot

Ratimg

Strategi
Eksternal
Peluang

Bobot *

Keterangan

Rating
X

X

X

X

31

Jumlah
X
Ancaman
X
Jumlah
X
Total
X
Sumber : Fredi Rangkuti (2013)

X
X
X
X

X
X
X
X

X
X
X
X

Tabel 2.6
Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor

Bobot

Ratimg

Strategi

Keterangan

Rating

Internal
Kekuatan
X
Jumlah
X
Kelemahan
X
Jumlah
X
Total
X
Sumber : Fredi Rangkuti (2013)
2.5.2

Bobot *

X
X
X
X
X

X
X
X
X
X

X
X
X
X
X

Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah

matrik SWOT. Matrik ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan 4 set
kemungkinan alternatif strategis.

IFAS EFAS
OPPORTUNITI ES (O)

Tabel 2.7
Matrik SWOT
STRENGHT (S)
Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal
STRATEGI SO Ciptakan

WEAKNESS ES (W)
Tentukan 5-10
kelemahan internal
STRATEGI WO

32

Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal

strategi yang menggunak
an kekuatan untuk
memanfaatk an peluang

THREATS (T) Tentukan
5-10 faktor ancaman
eksternal

STARAEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunak an kekuatan
untuk Mengatasi
ancaman

Ciptakan strategi yang
meminimalka n
kelemahan untuk
memanfaatka n peluang
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalka n
kelemahan dan
menghindari ancaman

Strategi SO (Strength-Opportunities) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Strategi ST (StrenghtsThreats) Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman. Strategi WO (Weknesses- Opportunities) Strategi ini
diterapkan

berdasarkan

pemanfaatan

peluang

yang

ada

dengan

cara

meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT (Weknesses- Threats) Strategi
ini

berdasarkan

pada

kegiatan

yang

bersifat

defensive

dan

berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai penilaian kinerja BPSPAM
telah dilakukan beberapa peneliti. Adapun persamaan dan
perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
sebagaimana dalam Tabel 2.8

33

Tabel 2.8
Matriks penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
N

Judul

Peneliti/Tah

o
1.

2.

Metode

Hasil

un
Strategi
PDAM Dalam
Meningkatkan
Kualitas Air
Bersih Untuk
Menunjang
Pembangunan
di Kota Wisata
Batu (Studi
Pada Kantor
PDAM Kota
Batu)

Agrifa Maser

Analisis
Kinerja
Pelayanan
Publik
Perusahaan
Daerah Air
Minum
(PDAM) Tirta
Kencana Kota
Samarinda

Rindah
Sandayani, Jamal
Amin, dan Rosa
Anggraeny (2013)

(2017)

Metode
Kualitatif

Metode
accidental
sampling

Dari hasil penelitian Strategi yang
digunakan oleh PDAM Kota Batu
dalam meningkatkan kualitas air
bersih
adalah
meningkatan
pelayanan air bersih bagi penduduk
dengan cakupan minimal 80%
dengan
mengembangkan
kelembagaan sektor air bersih
maka, PDAM Kota Batu dapat
meningkatkan pendapatan dan
meningkatkan
efisiensi
serta
PDAM
Kota
Batu
dapat
memperoleh keuntungan dengan
cara meningkatkan kuantitas dan
kualitas pelayanan air bersih dan
menjaga daya dukung lingkungan
sekitar.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kinerja pelayanan publik
PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda tergolong kurang baik,
dengan nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat sebesar 2,48 dan nilai
konversi 62,21, ini berarti kualitas
layanannya adalah C. Untuk
analisis kinerja melalui Cartesian
Diagram, menunjukkan bahwa ada
beberapa dimensi yang sangat perlu
diperbaiki, yaitu prosedur
pelayanan, tanggung jawab,
pelayanan menerima

34

ketidakberpihakan dan komplotan
dan petugas pelayanan.

3.

Manajemen
Sistem
Pemipaan
Untuk
Penyedia Air
Bersih Pada
Kecamatan
Medan
Sunggal Kota
Medan

Rafuad Siregar,
Rumilia Harahap
(2018)

Metode
penelitian
yang
dilakukan
adalah
melakukan
pengumpulan
data primer
dan sekunder
dengan
Program
EPANET 2.0

Hasil penelitian ini
didapat proyeksi jumlah
penduduk pada tahun
2034 sebanyak 129.076
jiwa dan debit air yang
dibutuhkan untuk sektor
domestik dan non
domestik adalah sebesar
292.951 l/s.

Tabel 2.8
(Lanjutan)
4.

Anlisis Sistem
Akuntansi
Penggajian Pada
Perusahaan
Daerah Air
Minum (PDAM)
Tirta Daroy

Maksalmina
(2017)

Metode
deskriptif
kuantitatif

Hasilnya menunjukkan PDAM
Tirta Daroy Banda Aceh telah
menerapkan akuntansi yang rapi
dan baik sistem sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku.
Sistem akuntansi penggajian di
PDAM Tirta Daroy Banda Aceh
digunakan untuk mengatasi
kesalahan dan penyimpangan
dalam perhitungan dan pembayaran
gaji.

5.

Analisa Kinerja
Jaringan Dan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan Pdam
Kota Ungaran
Kabupaten
Semarang
Penyusunan Skala
Prioritas
Rehabilitasi
Kerusakan Sistem
Penyediaan Air
Minum di
Kabupaten
Banjarnegara

Bambang
Setiabudi
(2012)

Metode
deskriptif
kuantitatif

Pralambang
Galih
Wicaksono
(2015)

Metode AHP
digunakan
untuk
menentukan
skala prioritas
rehabilitasi
SPAM

Dari hasil penilaian kinerja sesuai
kriteria BPPSPAM dari penilaian
bidang teknis,
bidang keuangan dan bidang
manajemen memperoleh nilai akhir
2,055 termasuk dalam kategori
sehat
Berdasarkan hasil Penialian kinerja
BPSPAM setelah direkapitulasi
maka diperoleh nilai akhir sebesar
2,081 (BPSPAM sehat). Hasil
penentuan skala prioritas
rehabilitasi SPAM Kabupaten
Banjarnegara dengan metode AHP
menunjukkan nilai tertinggi
decision scors adalah BPSPAM
Tirta Sari Kec. Pagedongan, artinya
prioritas pertama rehabilitasi
jaringan SPAM Kabupaten
Banjarnegara dilakukan di
BPSPAM Tirta Sari, prioritas kedua
di BPSPAM Tirta Lestari Kec.

6.

35

7.

8.

Analisis Kinerja
Pelayanan Air
Bersih
Perusahaan
Daerah Air
Minum (PDAM)
Kota Cirebon
Dalam Rangka
Peningkatan
Pelayanan
Tehnical
performance
evaluation of
water distribution
networks based
on EPANET

Nano Carsono
(2011)

Muraho.J,
A.Ferreira, J.
Sousa, A.
Gomes, A.
Sa’Marques
(2014)

Metode
Kuantitatif
Deskriptif.

Punggelan, prioritas ketiga di
BPSPAM Banyu Lestari Kec.
Bawang, prioritas keempat di
BPSPAM Tirta Modal Kec.
Pagentan, dan prioritas kelima di
BPSPAM Banyu Mulya Kec.
Wanadadi.
Penilaian
kinerja
PDAM
KotaCirebon
sesuai
kriteria
BPPSPAM Dirjen CiptaKarya
Tahun 2005 yang ditinjau dari tiga
bidang (bidang teknis, bidang
keuangandan bidang manajemen),
diperoleh hasil bahwa PDAM Kota
Cirebon termasukdalam kategori
PDAM Sehat.