DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENSIUN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Aparatur

Disusun oleh.

1. Dwi Ratna Sari

(125030107111111)

2. Elfananda Istiqlalia

(135030101111060)

3. Deasy Ayu Sartika D

(135030101111066)

4. Rosita Adhe SW

(135030107111038)


PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
Latar belakang ............................................................................................................. 1
BAB II Tinjaun Pustaka
Pengertian ................................................................................................................... 4
Penyelenggaraan Pensiun ........................................................................................... 5
Manfaat Pensiun ......................................................................................................... 6
BAB III Pembahasan
Pembiayaan Pensiun ................................................................................................... 7
Masa Keja Penerima Pensiun ..................................................................................... 7
Hak Atas Pensiun Pegawai ......................................................................................... 8
Hak Atas Pensiun Janda/Duda .................................................................................... 11

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pensiun merupakan dambaan memperoleh penghasilan setelah masa kerja. Setelah usia
pensiun tentunya pegawai negeri memasuki masa yang kurang produktif sehingga jaminan masa
depan sangat diperlukan. Dengan adanya program dana pensiun maka pegawai negeri yang akan
memasuki usia pensiun tidak perlu khawatir. Selain itu dana tersebut bisa digunakan sebagai
modal usaha setelah ia pensiun.
Pensiun merupakan jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai
negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam Dinas Pemerintah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sifat pensiun pegawai negeri sipil adalah sebagai “jaminan hari tua” dan
sebagai “penghargaan”.
Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan jaminan kesejahteraan pada
pegawai negeri. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk manfaat atau imbalan pensiun pada
saat pegawai negeri tersebut memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan. Jaminan
tersebut akan memberikan ketenangan pada pegawai negeri karena adanya kepastian akan masa
depannya. Secara psikologis, jaminan akan masa depan ini akan meningkatkan motivasi kerja

pegawai negeri sehingga akan menguntungkan baik perusahaan maupun pegawai negeri itu
sendiri.
Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternatif untuk memberikan
jaminan kesejahteraan kepada pegawai. Adanya jaminan kesejahteraan tersebut memungkinkan
pegawai untuk memperkecil masalah-masalah yang timbul dari risiko-risiko yang akan dihadapi
dalam perjalanan hidupnya, misalnya risiko kehilangan pekerjaan, lanjut usia, dan kecelakaan
yang mengakibatkan cacat tubuh atau bahkan mungkin kematian. Risiko-risiko tersebut
memberikan dampak finansial, terutama bagi kehidupan pegawai dan keluarganya. Sehingga
kesejahteraan yang bersangkutan akan menggangu kelangsungan hidupnya. Untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya keadaan-keadaan tersebut sehingga diciptakanlah beberapa usaha
pencegahan antara lain dengan penyelenggaraan maupun pemerintah sebagai pemberi kerja yang
telah dikenal selama ini.

Setiap orang ingin di masa pensiunnya menikmati hidup yang layak, terutama mereka
yang dimasa mudanya mempunyai kehidupan yang layak dan normal. Masa pensiun merupakan
periode yang sangat ditakuti berbagai pihak bila tidak dipersiapkan dengan baik.
Di negara-negara maju, penyelenggaraan program pensiun sebagai salah satu bentuk
kesejahteraan bagi pegawai, baik pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta telah
dilakukan sejak tahun 1800-an. Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan produktivitas serta untuk
memberikan daya guna dan hasil guna yang optimaldalam peyelenggaraan program pensiun

sesuai dengan fungsinya, pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang No 11 Tahun 1992
tentang dana pensiun.
Ide dana pensiun diselenggarakan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi
pegawai dan keluarganya pada saat pegawai memasuki masa pensiun atau mengalami
kecelakaan semasa kerja yang mengakibatkan cacat tubuh atau meninggal dunia. Jaminan
kesejahteraan tersebut dalam bentuk pensiun (pension benefit) diberikan kepada pegawai dan
keluarganya yang dibayarkan secara berkalasesuai dengan peraturan dana pensiun.
Di Negara-negara maju penyelenggaraan program pensiun sudah dilakukan sejak tahun
1800-an. Di Canada Undang-Undang Dana Pensiun yang dikenal dengan nama Pension Fund
Societies Act of 1887, mulai dilaksanakan sejak tahun 1887, merupakan program pensiun untuk
pegawai pemerintah federal, karyawan kereta api, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya.
Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun
swasta. Pelaksana dana pensiun pemerintah antara lain Jamsostek, suatu program kontribusi tetap
dan wajib untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peran dalam pemgawasannya (UU
No.3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta
(dana pensiun lembaga keuangan dan dana pensiun yang disponsori pemiik uasaha) yang di
tanggung jawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden N0. 8/1997) dan ASABRI
dana pensiun angkatan besenjata, berada dibawah Departeen Pertahanan (Keputusan Presiden
No. 8/1977). Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hokum yang berbeda-beda.disamping

itu, ada pula UU No. 40/2004 tenteng Sistem Jaminan Sosial Nasional yang terbit tahun 2004.
Dalam UU itu, upaya mewujudkan kesejahteraan (memberantas kemiskinan) di upayakan
dengan mewujudkan rasa aman bagi setiap penduduk Indonesia, sejak lahir hingga keliang

kubur, dalam bentuk program perlindungan sosial di bidang kesehatah, kecelakaan kerja, hari
tua, pensiun, dan kematian.
Di Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 1983 tantang Pajak Penghasilan dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 250/KMK.001/1985 tanggal 6 Maret 1985 telah diberikan perlakuan
khusus kepada usaha swasta yang menyelenggarakan program pensiun.
Untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan program
pensiun, pemerintah telah menetapkan suatu undang-undang tentang Dana Pensiun, yaitu UU
No. 11 Tahun 1992 yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1992. Selain itu, pemerintah telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan UU No. 11/1992, yaitu Peraturan
Pemerintah No. 76 Tahun 1992 tantang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Peraturan Pemerintah
No. 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar
untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini didasarkan pada prinsip “kebebasan
untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menepatinya” yaitu, walaupun pembentukan
program pensiun secara sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan utama
diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta, menyediakan

standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun pada waktunya,
untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber penghasilan yang
berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan pengaturan yang tepat untuk dana
pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana pensiun jangka panjang, dan
untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan digunakan oleh pengusaha untuk
investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat, tetapi akan mengalir kepasar-pasar
keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang penanggulangan risiko.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Definisi pensiun sendiri ada bermacam-macam tergantung sistem/metode yang
digunakan dalam pelaksanaaanya dan tempat atau organisasi yang menerapkannya, menurut
Arifianto Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun setiap bulan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (Arifianto, 2004:4).
Pengertian pensiun sebagaimana tertuang dalam undang-undang Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kepegawaian pasal 10 disebutkan bahwa pensiun adalah jaminan hari tua
dan balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada
negara. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pensiun adalah suatu

kondisi dimana seseorang tidak bekerja lagi sebagai pegawai negeri dengan mendapatkan
penghasilan yang teratur.
Masa Pensiun merupakan masa yang akan dihadapi oleh seorang Pegawai bagi yang
bekerja pada instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga BUMN (Fillipo, 1984:283). Pensiun
dilaksanakan untuk menjamin produktivitas kerja suatu instansi atau perusahaan agar tetap
seimbang mengingat semakin bertambahnya usia maka produktivitas kerjanya pun akan
menurun. Dengan adanya program pensiun maka perencanaan pembinaan masa depan seorang
pegawai setelah pensiun dapat terjamin.
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga
untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan
kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi dasar
penyelenggaraan program pensiun. Pembayaran manfaat tersebut dikaitkan dengan pencapaian
usia tertentu.
Menurut Kasmir dalam bukunya „Pengantar Manajemen Keuangan‟, dana pensiun
merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan dari suatu perusahaan. Artinya,
perusahaan memotong dana (gaji karyawan suatu perusahaan) dengan jumlah tertentu yang
kemudian disetorkan ke perusahaan dana pensiun. Dana yang terkumpul oleh perusahaan
digunakan atau diinvestasikan kembali. Setelah memasuki pensiun maka perusahaan dana

pensiun si karyawan dapat mengambil uangnya kembali sesuai dengan perjanjian yang telah

dibuat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
menyatakan bahwa dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Berdasarkan defenisi diatas dana
pensiun merupakan lembaga atau badan hokum yang mengelola program pensiun yang
dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama
yang sudah pensiun.
Selain itu, dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan
kesejahteraan pesertanya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan
pembangunan nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi atau perantara antara
penyedia dana dan peminta dana, dana pensiun menjual sekuritas sekundernya kepada penyedia
dana yaitu program-program pensiun yang ditawarkan dan membeli sekuritas primer yang
dikeluarkan oleh peminta dana seperti obligasi dan saham yang diterbitkan oleh peminta dana.

2.2 Penyelenggaraan Pensiun
Menurut Nurul Huda dan Mohamad Heykal (2010), pada dasarnya program pensiun
memiliki tiga fungsi, meliputi:
1.


Fungi asuransi, program pensiun memilki program asuransi karena memberikan jaminan
kepada para peserta untuk mengatasi risiko kehilangan pendapatan yang disebabkan oleh
kematian atau usia pensiun.

2.

Funsi tabungan, program pensiun memiliki fungsi tabungan, karena selama masa program
peserta diharuskan untuk membayar iuran.

3.

Fungsi pensiun, program pensiun memiliki fungsi pensiun, karena manfaat yang akan
diterima oleh peserta dapat dilakukan secara berkala selama hidup.
Penyelenggaraan program pensiun mengandung asas kebersamaan seperti halnya

program asuransi. Sebagai contoh, bila peserta program pensiun mengalami musibah, baik cacat
maupun meninggal dunia, yang mengakibatkan terputusnya pendapatan sebelum memasuki masa
pensiun, maka kepada peserta tersebut diberi manfaat sebesar yang dijanjikan atas beban dana
pensiun. Funsi tabungan, karena program pensiun bertugas untuk mengumpulkan dan


mengembangkan dana yang merupakan dana yang terakumulasi dari iuran peserta, diman iuran
tersebut diperlakukan seperti halnya tabungan.

2.3 Manfaat Pensiun
Program Pensiun merupakan bagian dari program kesejahteraan yang diharapkan bisa
memberikan ketenangan PNS dalam bekertja dan mampu memotivasi untuk meningkatkan
produktivitas karena adanya suatu jaminan hidup di masa yang akan datang. Sesuai dengan
ketentuan Undang Undang Nomor 11 Tahun 1969 Pasal 1 dinyatakan pensiun diberikan sebagai
jaminan hari tua dan penghargaan atas jasa-jasa pegawai selama bertahun-tahun bekerja dalam
dinas pemerintahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sifat pensiun PNS adalah sebagai
jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun
bekerja dalam dinas pemerintah.
Sedangkan manfaat pensiun PNS sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1992 tentang Peraturan Dana Pensiun, mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan cara
yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Dalam pasal 9 Undang undang Nomor 11
Tahuun 1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda pegawai setidaknya ada 4 jenis
manfaat pensiun, yakni :



Manfaat pensiun normal (syarat usia 50 tahun dan masa kerja 20 tahun)



Manfaat pensiun dipercepat (syarat usia 50 tahun dan masa kerja 10 tahun)



Manfaat pensiun ditunda (syarat masa kerja 10 tahun dan usia belum mencapai 50 tahun)



Manfaat Pensiun cacat

BAB III
PEMBAHASAN

Pensiun berdasarkan Undang-undang yang menjelaskan sistematika dan semua yang
berurusan dengan pensiunan pegawai, pensiunan pegawai bagi janda/duda, dan hak-hak atas
pensiun. Undang-undang yang digunakan adalah UU Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun
Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai dan PP Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional.

3.4

Pembiayaan Pensiun

Pensiun-pegawai, pensiun-janda/duda dan tunjangan-tunjangan serta bantuan-bantuan di
atas pensiun yang dapat diberikan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UU Nomor 11 Tahun
1969, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi pegawai negeri/bekas pegawai negeri yang terakhir sebelum berhenti sebagai pegawai
negeri atau meninggal dunia, berhak menerima gaji atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, menjelang pembentukan dan penyelenggaraan suatu Dana Pensiun yang akan
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dibiayai sepenuhnya oleh Negara, sedangkan
pengeluaran-pengeluaran untuk pembiayaan itu dibebankan atas anggaran termaksud;
b. Bagi pegawai negeri/bekas pegawai negeri yang tidak termasuk huruf a di atas ini, dibiayai
oleh suatu dana pensiun yang di bentuk dengan dan penyelenggaraannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

3.5

Masa Kerja Penerima Pensiun

Menurut UU Nomor 11 Tahun 1969 penerima pensiun adalah:
1) Masa-kerja yang dihitung untuk menetapkan hak dan besarnya pensiun untuk selanjutnya
disebut masa-kerja untuk pensiun ialah:
a.

Waktu bekerja sebagai Pegawai Negeri;

b.

Waktu bekerja sebagai anggota A.B.R.I.;

c.

Waktu bekerja sebagai tenaga bulanan/harian dengan menerima penghasilan dari
Anggaran Negara atau Anggaran Perusahaan Negara, Bank Negara;

d.

Masa selama menjalankan kewajiban berbakti sebagai pelajar dalam Pemerintah
Republik Indonesia pada masa perjuangan phisik;

e.

Masa berjuang sebagai Veteran Pembela Kemerdekaan;

f.

Masa berjuang sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan;

g.

Waktu bekerja sebagai pegawai pada sekolah partikelir bersubsidi.

2) Waktu bekerja sebagai pegawai negeri pada Pemerintah Republik Indonesia dahulu yang
dialami antara tanggal 17 Agustus 1945 dan 1 Januari 1950, dan masa termaksud huruf d dan
f ayat (1) pasal ini, dihitung 2 (dua) kali sebagai masa kerja untuk pensiun.
3) Waktu menjalankan suatu kewajiban Negara dalam kedudukan lain daripada sebagai pegawai
negeri, dihitung penuh apabila yang bersangkutan pada saat pemberhentiannya sebagai
pegawai negeri telah bekerja sebagai pegawai negeri sekurang-kurangnya selama 5 (lima)
tahun.
4) Waktu bekerja dalam kedudukan lain daripada yang disebut pada ayat (1) dan (3) pasal ini
dalam hal-hal tertentu dapat dihitung untuk sebagian atau penuh sebagai masa-kerja untuk
pensiun. Ketentuan-ketentuan mengenai hal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5) Dalam perhitungan masa-kerja, maka pecahan bulan dibulatkan ke atas menjadi sebulan
penuh.

3.3 Hak Atas Pensiun Pegawai
3.3.1 Menurut UU Nomor 11 Tahun 1969 hak atas pensiun pegawai dan batas usia pensiun
adalah sebagai berikut.
1) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri berhak menerima
pensiun-pegawai, jikalau ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri.
a. telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan mempunyai
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun.
b. Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan
tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi
dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rokhani yang disebabkan
oleh 10eizing10na ia menjalankan kewajiban jabatan atau
c. mempunyai masa-kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dan oleh badan/pejabat
yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian

kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun
juga karena keadaan jasmani atau rokhani, yang tidak disebabkan oleh 11eizing11na
ia menjalankan kewajiban jabatannya.
2) Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaannya karena
penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai, penertiban aparatur Negara
atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan kembali
sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan
dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai
pegawai negeri itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masakerja
untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
3) Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak dipekerjakan
kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun-pegawai apabila ia
diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya
sebagai pegawai negeri ia telah mencapai usia sekurangkurangnya 50 (lima puluh)
tahun dan memiliki masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
4) Apabila pegawai negeri yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pasal ini pada saat ia
diberhentikan sebagai pegawai negeri telah memiliki masa kerja untuk pensiun
sekurang-kurangnya 10 tahun akan tetapi pada saat itu belum mencapai usia 50 tahun,
maka pemberian pensiun kepadanya ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun.

3.5.3

Batas usia pensiun bagi pejabat fungsional menurut PP Nomor 21 Tahun 2014
adalah sebagai berikut.

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama
serta Pejabat fungsional Keterampilan;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:
1.

Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya;

2.

Jabatan Fungsional Apoteker;

3.

Jabatan Fungsional Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan
kesehatan negeri;

4.

Jabatan Fungsional Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit
pelayanan kesehatan negeri;

5.

Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Muda dan Pertama;

6.

Jabatan Fungsional Medik Veteriner;

7.

Jabatan Fungsional Penilik;

8.

Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah;

9.

Jabatan Fungsional Widyaiswara Madya dan Muda; atau

10. Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:
1.

Jabatan Fungsional Peneliti Utama dan Peneliti Madya yang ditugaskan secara
penuh di bidang penelitian;

2.

Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Utama dan Madya;

3.

Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama;

4.

Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi Utama;

5.

Jabatan Fungsional Perekayasa Utama;

6.

Jabatan Fungsional Pustakawan Utama;

7.

Jabatan Fungsional Pranata Nuklir Utama; atau

8.

Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.

3.5.4

Besarnya Pensiun Pegawai

Menurut UU Nomor 11 Tahun 1969 besarnya pensiun pegawai adalah sebagai berikut.
1) Besarnya pensiun-pegawai sebulan adalah 2% dari dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun
masa-kerja, dengan ketentuan bahwa:
a.

Pensiun pegawai sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75% dari dasar pensiun;

b.

Pensiun pegawai sebulan dalam hal termaksud dalampasal 9 ayat (1) huruf b
Undang-undang ini adalahsebesar 75% dari dasar pensiun;

c.

Pensiun pegawai sebulan tidak boleh kurang darigaji-pokok terendah menurut
Peraturan Pemerintah tentang gaji dan pangkat yang berlaku bagi pegawai negeri
yang bersangkutan.

2) Pensiun pegawai tersebut pada ayat (1) huruf b pasal ini dipertinggi dengan suatu
jumlah tertentu dalam hal pegawai negeri yang bersangkutan dinyatakan tidak dapat
bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena cacat jasmani dan/atau rokhani yang
terjadi didalam dan/atau oleh karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. Ketentuan-

ketentuan tentang pemberian tambahan atas pensiun-pegawai ini diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

3.5.5

Pembatalan Pemberian Pensiun Pegawai

Menurut UU Nomor 11 Tahun 1969 pemberian pensiun pegawai dapat dibatalkan
dikarenakan hal berikut.
1) Pembayaran pensiun pegawai dihentikan dan surat keputusan tentang pemberian
pensiun-pegawai dibatalkan, apabila penerima pensiun-pegawai diangkat kembali
menjadi Pegawai Negeri atau diangkat kembali dalam suatu jabatan negeri dengan hak
untuk kemudian setelah diberhentikan lagi, memperoleh pensiun menurut Undangundang ini atau peraturan yang sesuai dengan Undang-undang ini.
2) Jika Pegawai Negeri termaksud pada ayat (1) pasal ini kemudian diberhentikan dari
kedudukannya terakhir maka kepadanya diberikan lagi pensiun-pegawai termaksud
ayat (1) pasal ini atau pensiun berdasarkan peraturan pensiun yang berlaku dalam
kedudukan terakhir itu, yang ditetapkan dengan mengingat jumlah masa-kerja dan gaji
yang lama dan baru, apabila perhitungan ini lebih menguntungkan.

3.4 Hak Atas Pensiun Janda/Duda
3.4.1 Menurut pasal 16 UU Nomor 11 Tahun 1969 hak atas pensiun janda/duda adalah sebagai
berikut.
1) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai meninggal dunia, maka isteri
(istri-istri)-nya untuk pegawai Negeri pria atau suaminya untuk Pegawai Negeri Wanita,
yang sebelumnya telah terdaftar-pada kantor Urusan Pegawai, berhak menerima
pensiun-janda atau pensiun-duda.
2) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai yang beristeri/bersuami
meninggal dunia, sedangkan tidak ada istri/suami yang terdaftar sebagai yang berhak
menerima pensiun-janda/duda, maka dengan menyimpang dari ketentuan pada ayat (1)
pasal ini, pensiun-janda/duda diberikan kepada istri/suami yang ada pada waktu ia
meninggal dunia. Dalam hal Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai pria
termaksud diatas beristri lebih dari seorang, maka pensiun-janda diberikan kepada istri
yang ada waktu itu paling lama dan tidak terputus-putus dinikahnya.

Menurut pasal 18 UU Nomor 11 Tahun 1969 hak atas pensiun janda/duda adalah sebagai
berikut.
1) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai meninggal dunia, sedangkan ia
tidak mempunyai isteri/suami lagi yang berhak untuk menerima pensiun-janda/duda
atau bagian pensiun-janda termaksud pasal 17 Undang-undang ini maka:
a. pensiun-janda diberikan kepada anak/anak-anaknya, apabila hanya terdapat satu
golongan anak yang seayah-seibu.
b. satu bagian pensiun-janda diberikan kepada masing-masing golongan anak yang
seayah-seibu.
c. pensiun-duda diberikan kepada anak (anak-anaknya).
2) Apabila pegawai negeri pria atau penerima pensiun-pegawai pria meninggal dunia,
sedangkan ia mempunyai isteri (isteri-isteri) yang berhak menerima pensiun janda/
bagian pensiun-janda di samping anak (anak-anak) dari isteri (isteri-isteri) yang telah
meninggal dunia atau telah cerai, maka bagian pensiun-janda diberikan kepada masingmasing isteri dan golongan anak (anak-anak) seayah-seibu termaksud.
3) Kepada anak (anak-anak) yang ibu dan ayahnya berkedudukan sebagai pegawai negeri
dan kedua-duanya meninggal dunia, diberikan satu pensiun-janda, bagian pensiun-janda
atau pensiun-duda atas dasar yang lebih menguntungkan.
4) Anak (anak-anak) yang berhak menerima pensiun-janda atau bagian pensiun-janda
menurut ketentuan-ketentuan ayat (1) atau ayat (2) pasal ini, ialah anak (anak-anak)
yang pada waktu pegawai atau penerima pensiun-pegawai meninggal dunia:
a. belum mencapai usia 25 tahun, atau
b. tidak mempunyai penghasilan sendiri, atau
c. belum nikah atau belum pernah nikah.

3.5.6

Besarnya pensiun janda/duda menurut UU Nomor 11 Tahun 1969

1) Besarnya pensiun-janda/duda sebulan adalah 36% (tiga puluh enam persen) dari dasarpensiun, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat lebih dari seorang istri yang berhak
menerima pensiun-janda, maka besarnya bagian pensiun-janda untuk masingmasing
istri, adalah 36% (tiga puluh enam perseratus) dibagi rata antara istri-istri itu.

2) Jumlah 36% (tiga puluh enam perseratus) dari dasar pensiun termaksud ayat (1) pasal
ini tidak boleh kurang dari 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari gaji-pokok terendah
menurut Peraturan Pemerintah tentang gaji dan pangkat Pegawai Negeri yang berlaku
bagi almarhum suami/istrinya.
3) Apabila Pegawai Negeri tewas, maka besarya pensiun-janda/duda adalah 72% (tujuh
puluh dua perseratus) dari dasar-pensiun, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat
lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun-janda maka besarnya bagian
pensiun-janda untuk masing-masing isteri adalah 72% (tujuh puluh dua perseratus)
dibagi rata antara isteri-isteri itu.
4) Jumlah 72% (tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun termaksud ayat (3) pasal ini
tidak boleh kurang dari gaji-pokok terendah menurut Peraturan Pemerintah tentang gaji
dan pangkat Pegawai Negeri yang berlaku bagi almarhum suami/isterinya.

3.5.7

Terhapusnya Hak Pensiun untuk Janda/Duda menurut UU Nomor 11 Tahun 1969

1) Hak untuk menerima pensiun-pegawai atau pensiun-janda/ duda hapus:
a. jika penerima pensiun-pegawai tidak seizing pemerintah menjadi anggota tentara
atau pegawai negeri suatu negara asing.
b. jika penerima pensiun-pegawai/pensiun-janda/duda/bagian pensiun-janda menurut
keputusan pejabat/Badan Negara yang berwenang dinyatakan salah melakukan
tindakan atau terlibat dalam suatu gerakan yang bertentangan dengan kesetiaan
terhadap Negara dan Haluan Negara yang berdasarkan Panca Sila.
c. Jika ternyata bahwa keterangan-keterangan yang diajukan sebagai bahan untuk
penetapan pemberian pensiun-pegawai/ pensiun-janda/duda/bagian pensiunjanda,
tidak benar dan bekas Pegawai Negeri atau janda/duda/anak yang bersangkutan
sebenarnya tidak berhak diberikan pensiun.
2) Dalam hal-hal tersebut pada ayat (1) huruf a dan b pasal ini, maka surat keputusan
pemberian pensiun dibatalkan, sedang dalam hal-hal tersebut huruf c, ayat itu surat
keputusan termaksud dicabut.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai
PP Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas
Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Peraturan Dana Pensiun
Kasmir, 2012,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Soemitra, Andi, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana
Pensiun Pegawai Negeri Sipil, diakses pada tanggal 20 Desember 2014
(http://padepokannurulhudaalfatawy.blogspot.com/2012/12/pensiun-pegawai-negerisipil-republik.html)
Pensiun, diakses pada tanggal 20 Desember 2014
(http://12better.wordpress.com/2012/02/17/pensiun1/)
Dana Pensiun, diakses pada tanggal 20 Desember 2014
(http://trueloverizkabuzrin.blogspot.com/2013/05/dana-pensiun.html)
Dana Pensiun, diakses pada tanggal 20 Desember 2014
(http://kumpulanmakalahnia.blogspot.com/2014/03/dana-pensiun.html)