pengembangan tes menyimak dengan ancangan integratif ila nafilah

PENGEMBANGAN TES MENYIMAK DENGAN
ANCANGAN INTEGRATIF

Oleh :
ILA NAFILAH,
S.S., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA dan SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS BAHASA dan SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, peneliti lafadzkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan
baik. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul junjungan

1

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan segenap umatnya hingga
akhir zaman.

Penelitian ini berisi tentang pengembangan tes menyimak dengan
ancangan integratif, khususnya dalam menulis puisi siswa kelas V SD.
Penelitian ini bertujuan agar mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia,
khususnya yang sedang mengambil mata kuliah pragmatik mengetahui apa itu
hakekat menyimak, hakekat tes, hakekat ancangan integratif, hakekat
keterampilan menulis, hakekat pemelajaran menulis, hakekat apresiasi sastra,
dan hakekat puisi. Penelitian ini juga bermanfaat bagi para dosen dan peneliti
lainnya yang akan meneliti bentuk tes-tes lainnya dalam bahasa Indonesia.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan di dalam
i
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap masukan dan kritik baik dari
mahasiswa maupun rekan-rekan sesama dosen demi kesempurnaan penelitian
ini.
Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pemelajaran yang akan datang, khususnya mengenai analisis kesalahan
berbahasa.

Jakarta, Maret 2012
2


Peneliti
ILA NAFILAH, S.S., M.Pd

DAFTAR
ISI
ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
1. LATAR BELAKANG
1.1 Alasan Memilih Judul

...................................................................... 1

1.2 Pentingnya Menyimak dalam
Penguasaan Bahasa ...................................................................... 4
1.3 Mengapa Integratif

........................................................................ 5


1.4 Apa Cakupan Kemampuan
yang diukur

................................................................................... 6

2. KAJIAN TEORI
2.1 Hakekat Pendekatan Integratif

...................................................... 9

2.2 Hakekat Tes Menyimak .................................................................. 10
2.3 Materi Tes Menyimak .................................................................... 11
2.4 Bentuk Tes ....................................................................................... 11
2.4.1.

Karakteristik Bentuk Tes .................................................... 12
3

2.4.2.


Prinsip Penyusunan Bentuk Tes ...................................... 16

3. RANCANGAN TES
3.1

Rumusan Tujuan

......................................................................... 25

3.2

Bentuk Tes yang Dipilih ................................................................ 25

3.3

Materi Tes ....................................................................................... 26

3.4


Kisi-Kisi (Terlampir) ........................................................................ 26

3.5

iii
Komponen Tes .............................................................................
34

4. Wujud TES
4.1

Identifikasi Tes .............................................................................. 35

4.2

Petunjuk Tes .................................................................................. 35

4.3 Soal .............................................................................................. 36
4.4 Lembar Jawaban ........................................................................... 39
4.5 Cara Penilaian ............................................................................... 39

4.6 Kunci Jawaban .............................................................................. 40
5. REKOMENDASI ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

4

iv

5

1.1

Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan

yang pelaksanaannya meliputi berbagai bagian dan tahapan. Penyelenggaraan
pengajarannya pun tidak sebatas pada interaksi belajar-mengajar antara siswa
dan guru di ruang kelas, tetapi juga meliputi pemilihan bahan ajar yang sesuai
dengan tujuan, metode dan teknik pengajaran serta latihan yang sesuai dengan
apa yang diajarkan.

Penyelenggaraan pengajaran pada akhirnya memerlukan berbagai
macam tes yang digunakan guru untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan siswa dalam suatu bidang ajaran tertentu. Dari hasil tes itu dapat
diperoleh informasi dan sekaligus sebagai umpan balik tentang hal-hal lain,
seperti ketepatan identifikasi dan rumusan tujuan pengajaran, kesesuaian jenis
dan cakupan bahan ajar, kesesuaian metode dan kemampuan mengajar guru,
kesesuaian penyediaan waktu, dan sebagainya. berbagai kajian yang harus
dipenuhi serta tujuan yang harus dicapai. Dalam pengajaran bahasa, tes
semacam itu dikenal sebagai tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat
kemampuan berbahasa.
Dalam kajian kebahasaan, kemampuan berbahasa dibedakan ke dalam
kompetensi berbahasa dan keterampilan berbahasa. Kompetensi berbahasa
mengacu pada kemampuan yang lebih abstrak, berupa potensi yang dimilki
seorang pemakai bahasa. Sebaliknya, keterampilan berbahasa bersifat
kongkret dan mengacu pada penggunaan bahasa secara nyata, dalam bentuk
lisan yang dapat didengar, atau dalam bentuk tertullis yang dapat dibaca.

1

Semua itu merupakan sasaran tes bahasa, yang merupakan bagian dari kajian

kebahasaan.
Sebagai bagian dari kajian kebahasaan, tes bahasa dapat saja disebut
tes kebahasaan. Karena sasaran pokoknya adalah kemampuan berbahasa,
bukan pengetahuan tentang bahasa, tes bahasa dapat juga meliputi tes
kompetensi berbahasa, dan tes keterampilan berbahasa. Meskipun demikian,
dalam praktek sehari-hari, istilah yang lazim digunakan adalah tes bahasa,
yang dapat menunjuk pada kemampuan berbahasa yang bersifat umum, atau
kompetensi

berbahasa

dan

keterampilan

berbahasa

yang

merupakan


rinciannya. Semua itu dicakup dalam istilah tes bahasa.
Kemampuan berbahasa secara konvensional dianggap meliputi empat
jenis kemampuan. Ke-4 jenis kemampuan berbahasa itu adalah 1. Kemampuan
menyimak, untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan, 2.
Kemampuan membaca, untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara
tertulis, 3. Kemampuan berbicara, untuk mengungkapkan diri secara lisan, 4.
Kemampuan menulis, untuk mengungkapkan diri secara tertulis. Dengan
demikian, tes bahasa yang sasaran umumnya adalah kemampuan berbahasa,
rincian sasarannya meliputi kemampuan menyimak, kemampuan membaca,
kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Sejalan dengan rincian
sasaran itu, tes bahasa pun dapat dirinci ke dalam tes menyimak, tes
membaca, tes berbicara, dan tes menulis.1
Kemampuan berbahasa dapat pula dikaitkan dengan penguasaan
terhadap komponen bahasa. Bagian-bagian yang dikenal sebagai komponen
bahasa itu, terdiri dari bunyi bahasa, kosakata, dan tatabahasa. Penguasaan
1

M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran (Bandung : ITB, 1996), p.2.


2

atas

komponen-komponen

bahasa

dianggap

merupakan

bagian

dari

kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, tes bahasa yang sasarannya adalah
kemampuan berbahasa, meliputi pula tes bunyi bahasa, tes kosakata, tes
tatabahasa. Dengan demikian cakupan tes bahasa secara keseluruhan meliputi
dua kelompok sasaran. Kelompok sasaran pertama adalah 1) kemampuan

berbahasa, yang terdiri dari a) kemampuan menyimak, b) kemampuan
membaca, c) kemampuan berbicara, dan d) kemampuan menulis. Kelompok
sasaran kedua adalah komponen bahasa, yang terdiri dari a) bunyi, b)
kosakata, dan c) tatabahasa. 2
Pendekatan integratif merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan
komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa.
Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk
bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang
membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi untuk pada akhirnya
merupakan bentukan terbesar berupa bahasa seutuhnya . 3 Dalam tes integratif
aspek-aspek kebahasaan tidak dipisahkan satu dengan yang lain untuk
diteskan secara sendiri, melainkan dalam wujud bahasa yang merupakan suatu
kesatuan yang padu. Penggabungan unsur-unsur semacam itu terjadi juga
antara komponen bahasa yang satu dengan yang lain, dan bahkan juga antara
kemampuan berbahasa dan komponen bahasa. Penggunaan bahasa secara
lisan, misalnya senantiasa menyangkut penggabungan berbagai komponen
bahasa seperti bunyi bahasa, kosakata, dan tatabahasa, dengan kemampuan
berbahasa lisan.
2
3

Ibid, p.3.
Ibid., p. 10

3

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa terdapat empat jenis tes
untuk mengukur tingkat kemampuan berbahasa, salah satunya adalah tes
untuk

mengukur

kemampan

menyimak.

Untuk

mengukur

kemampuan

menyimak penulis menggunakan pendekatan integratif yang memadukan
antara kemampuan menyimak dengan kemampuan menulis. Dari penjelasan di
atas inilah yang menjadi alasan penulis memilih judul Pengembangan Tes
Menyimak dengan Ancangan Integratif.

1.2 Pentingnya Menyimak dalam Penguasaan Bahasa
Pembelajaran

bahasa

mencakup

penguasaan

empat

macam

keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai satu
dari empat kemampuan berbahasa, menyimak merupakan kemampuan yang
memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang
digunakan secara lisan. Karena banyaknya komunikasi sehari-hari yang
dilakukan secara lisan, kemampuan ini amat penting dimiliki oleh setiap
pemakai bahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak
kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa, yang
dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan
kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan menyimak merupakan
bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa,
terutama bila tujuan penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan
berbahasa selengkapnya.
Jadi, kemampuan menyimak memiliki tujuan utama yaitu pemahaman
penggunaan bahasa lisan, mengandalkan pada kemampuan menyimak yang
bersifat pasif reseptif.

4

Penguasaan kemampuan menyimak meliputi jangkauan yang lebih luas.
Penguasaan

bunyi-bunyi

bahasa

tidak

hanya

untuk

mengenal

dan

membedakan bunyi bahasa. Kemampuan menyimak terutama terkait dengan
kemampuan untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang
diungkapkan secara lisan.

1.3 Mengapa Integratif
Meskipun bertitik tolak dari pandangan struktural yang sama terhadap
bahasa, penggunaan tes bahasa integratif, atau tes integratif tidak semata-mata
memmperhatikan satu bagian terkecil saja dari kemampuan berbahasa atau
komponen bahasa dalam satu butir tes. Penggabungan itu dapat terjadi antara
satu bagian dari kemampuan berbahasa atau komponen bahasa dengan
bagian yang lain, atau satu bagian dengan bagian lain dari ke dua komponen
itu. Mengubah bentuk suatu kalimat menjadi bentuk kalimat yang lain, misalnya
tidak saja menuntut kemampuan tentang susunan kalimat sebagai bagian dari
tatabahasa, melainkan juga memerlukan penguasaan perubahan bentuk kata,
dan bahkan makna kata-katanya yang merupakan bagian dari penguasaan
kosakata. Tergantung pada jenis dan bentuk tesnya, penggabungan itu dapat
meliputi banyak aspek kebahasaan. Tes memahami bacaan, misalnya
mempersyaratkan penggunaan beberapa aspek kemampuan berbahasa dan
komponen bahasa, tidak saja pemahaman isi bacaan, melainkan juga
pemahaman organisasi bacaan, struktur kalimat, dan bahkan kosakata. Semua
itu terintegrasikan dalam bacaan, yang harus dipahami secara integratif pula,
sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam tes integratif.

5

Selain itu, menggunakan pendekatan integratif, sebab integratif adalah
keterpaduan

penggunaan

empat

keterampilan

bahasa

yaitu

mendengar/menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Dalam pendekatan
integratif, pembelajar juga dilibatkan dalam aktivitas di kelas dan di luar kelas,
baik dalam bentuk tugas terstruktur maupun dalam bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, pembelajar diberi latihan lisan di kelas
dengan cara bermain peran dan diberi tugas untuk berkomunikasi secara
tertulis dengan penutur asli. Dalam kaitannya dengan menyimak, maka tes
menyimak dapat dipadukan dengan berbagai macam komponen bahasa
lainnya, misalkan saja menulis. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan cara
menyimak siaran berita di televisi atau radio kemudian menuliskan pokok-pokok
pentingnya saja.

1.4 Apa Cakupan Kemampuan yang diukur
Cakupan kemampuan yang diukur dalam menyimak yaitu kemampuan
untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang diungkapkan
secara lisan.
Pemahaman bahasa lisan secara luas dapat meliputi semua bentuk dan
jenis ungkapan lisan, mulai dari bunyi bahasa, fonem, suku kata, kata-kata
lepas, frasa, kalimat, dan wacana yang lebih utuh dan lengkap. Meskipun
demikian, tidak semua bentuk dan jenis ungkapan lisan itu memiliki dan terkait
dengan makna, baik makna yang bersifat harfiah, gramatikal, maupun
kontekstual. Makna serupa itu hanya terkait dengan kata-kata lepas, frasa,
kalimat, dan wacana yang lebih besar, dan tidak dengan bunyi bahasa, fonem,
dan bahkan suku kata.

6

Cakupan kemampuan yang diukur dalam menyimak atau mendengar
menurut Ur dalam Safari bahwa dalam pengjaran mendengar perlu diperhatikan
dua hal yang sangat penting yaitu mendengar untuk persepsi dan mendengar
untuk pemahaman.4 Mendengar untuk persepsi meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan perbedaan suara, kombinasi suara, dan intonasi, baik
pada kata maupun kalimat. Sedangkan mendengar untuk pemahaman meliputi:
(1) mendengar dan tidak menjawab pertanyaan, misalnya dibacakan sebuah
teks kemudian siswa mengikutinya; (2) mendengar dan menjawab singkat,
seperti dijelaskan sebuah kalimat atau pernyataan, dan lain-lain, kemudian
siswa diberi pertanyaan yang berhubungan dengan hal yang dijelaskan; (3)
mendengar dan menjawab lebih panjang dari pertanyaan yang disediakan,
seperti disajikan sebuah ilustrasi, cerita, dan lain-lain, kemudian siswa dapat
menceritakan

kembali,

menyimpulkan

dengan

poin-poin

yang

penting,

menjawab pertanyaan yang disajikan; (4) mendengar sebagai dasar untuk
mengkaji dan mendiskusikan, misalnya dijelaskan sebuah ilustrasi tentang
masalah, kemudian siswa dapat menanggapi dan mendiskusikannya.
Secara

umum

aspek

yang

dapat

dinilai

di

dalam

ujian

mendengar/menyimak di antaranya adalah sebagai berikut ini.
a. Aspek kebahasaan, di antaranya:
1) pemahaman isi,
2) ketepatan penangkapan isi,
3) kelogisan penafsiran,
4) ketahanan konsetrasi,
4

Safari, Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Cet. Kedua (Jakarta :
Kartanegara, 1997), p.60.

7

5) ketelitian menangkap dan kemampuan memahami.
b. Aspek pelaksanaan dan sikap, di antaranya:
1) menghormati,
2) menghargai,
3) konsentrasi/kesungguhan menyimak,
4) kritis,

2. KAJIAN TEORI

8

2.1 Hakikat Pendekatan Integratif
Pendekatan

integratif

beranggapan

bahwa

bahasa

merupakan

penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang
bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari
bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang
secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar
lagi, untuk pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa
seutuhnya.5
Tes yang bersifat integratif muncul sebagai reaksi terhadap teori tes
diskrit. Jika dalam tes diskrit aspek-aspek bahasa dan keterampilan berbahasa
dilakukan secara terpisah, dalam tes integratif aspek dan keterampilan
berbahasa itu tercakup secara bersamaan. Hal ini sebagaimana pernyataan
Oller yang mengatakan bahwa:
Whereas discrete items attempt to test
knowledge of language one bit at a time,
integrative test attempt to assess a learner’s
capacity to use many bits all at the same time,
and possibly while exercising several
presumed components of a gramatikal system,
and perhaps more than one of the traditionally
recognized skills or aspects of skills.6
Maksudnya bahwa, jika dalam tes diskrit pada
satu waktu hanya mengeteskan satu aspek
kebahasaan saja, dalam tes integratif
berusaha mengukur kemampuan siswa
mempergunakan berbagai aspek kebahasaan
atau beberapa keterampilan berbahasa.
Dengan

perkataan

lain, pendekatan

integratif menilai

kapasitas

pembelajaran dengan menggunakan banyak bit pada waktu bersamaan.
5
6

M. Soenardi Djiwandono, Loc.Cit.
John W. Oller, Jr, Language Tests at School (Longman : University of New Mexico
Albuquerque, 1979), p.37.

9

Tes integratif menurut Nurgiyantoro adalah suatu tes kebahasaan yang
berusaha

mengukur

beberapa

aspek

kebahasaan

atau

keterampilan

berbahasa pada satu waktu.7 Aspek kebahasaan itu meliputi kemampuan
berbahasa dan komponen bahasa.

2.2 Hakikat Tes Menyimak
Kemampuan menyimak (komprehensi lisan, komprehensi dengar)
diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Tes
komprehensi

lisan

dimaksudkan

untuk

mengukur

kemampuan

siswa

menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana
tersebut yang diterima melalui saluran pendengaran. 8 Maksudnya adalah Tes
menyimak merupakan tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah
seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan
seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya.
Lebih lanjut, Djiwandono mengatakan bahwa menyimak pada dasarnya
bersifat pasif-reseptif, dalam arti bahwa inisiatif untuk berkomunikasi tidak
pertama-tama berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain. 9 Sikap dan
tindakan yang diharapkan dari seorang pendengar yang diajak berkomunikasi,
terutama adalah mendengarkan dan memahami apa yang didengarnya.
Kegiatan untuk mendengarkan dan memahami ungkapan orang lain itulah yang
membuat kegiatan menyimak sebagai pertama-tama bersifat pasif-reseptif.

2.3 Materi Tes Menyimak
7

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Cet.
Pertama (Yogyakarta : BPFE, 2001), p.173.
8
Ibid., p.234.
9
M. Soenardi Djiwandono, Op.Cit., p.55.

10

Materi tes menyimak berupa wacana. Pemilihan wacana sebagai bahan
untuk tes kemampuan menyimak hendaknya juga mempertimbangkan adanya
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Nurgiyantoro antara lain
ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan
cakupan, maupun jenis-jenis wacana.10
Menurut Safari materi tes menyimak terdiri dari : 1) menguji kemampuan
mendengarkan/menyimak

pengucapan

fonem,

2)

menguji

kemampuan

mendengarkan/menyimak tekanan dan intonasi, dan 3) menguji kemampuan
memahami isi/hal yang didengar.11
Materi tes menyimak menurut Djiwandono antara lain: 1) menjawab
pertanyaan frasa, 2) menjawab pertanyaan kalimat, 3) merumuskan inti
wacana, 4) menjawab pertanyaan wacana, dan 5) menceritakan kembali. 12

2.4 Bentuk Tes
Bentuk tes menurut Nurgiyantoro terdiri dari : 1) tes esai, dan 2) tes
objektif, di antaranya terdiri dari : a) tes benar-salah, b) tes pilihan ganda, c) tes
isian, d) tes penjodohan.13 Sedangkan Safari menyebutkan bentuk tes terdiri
dari : 1) bentuk benar-salah, 2) bentuk menjodohkan/mencocokkan, 3) bentuk
isian, 4) bentuk jawaban singkat, 5) bentuk pilihan ganda, dan 6) uraian. 14
Selain itu bentuk-bentuk tes di atas, terdapat dua bentuk tes lagi yang termasuk
ke dalam pengajaran bahasa yang dapat bersifat pragmatif dan integratif,
bentuk tes itu adalah dikte, tes cloze, dan tes C.
10

Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., p.234.
Safari, Op.Cit., pp.62-69.
12
M. Soenardi Djiwandono, Op.Cit., pp.56-61.
13
Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., pp.71-91.
14
Safari, Op.Cit., pp.25-38.
11

11

2.4.1.

Karakteristik Bentuk Tes

1. Tes Esai
Tes Esai/Uraian menurut Arikunto adalah sejenis tes kemajuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. 15
Sedangkan Safari berpendapat bahwa:
tes uraian/esai merupakan suatu soal yang
jawabannya
menuntut
siswa
untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal
yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan
atau
mengekspresikan
gagasan
itu
secara
tertulis
dengan
16
mengunakan kata-katanya sendiri.
Ciri-ciri pertanyaan tes esai ini didahului dengan kata-kata seperti:
uraikan,

jelaskan,

mengapa,

bagaimana,

bandingkan,

simpulkan,

dan

sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya
sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk
esai

ini

menuntut

kemampuan

siswa

untuk

dapat

mengorganisir,

menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat
mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya
kreativitas yang tinggi.
2. Tes benar-salah
Bentuk soal benar-salah merupakan salah satu bentuk soal objektif yang
setiap soalnya terdapat dua macam kemungkinan jawaban yang berlawanan
yaitu benar dan salah.17
15

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cet. Ke-8. (Jakarta :
Bumi Aksara, 2008), p.162.
16
Safari, Op.Cit., p. 38.
17
Ibid., p.25.

12

3. Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak
dipergunakan dalam dunia pendidikan. Pada hakikatnya, tes pilihan ganda tak
berbeda dengan tes benar-salah. Tes pilihan ganda juga memberikan
pernyataan benar dan salah pada setiap alternatif jawaban, hanya yang salah
lebih dari sebuah.
Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat yang
belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk
yang dapat untuk melengkapinya.18 Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya
sebuah yang tepat, sedang yang lain merupakan pengecoh (distractors).
Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Linn dan Gronlund
bahwa :
The correct alternative in each item is called
the answer, and the remaining alternatives
are called distracters (also called decoys or
foils). These incorrect alternatives receive
their name from their intended function-to
distract those students who are in doubt
about the correct answer.19
4. Tes Isian
Tes isian, melengkapi, atau menyempurnakan merupakan suatu bentuk
tes objektif yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang sengajar dihilangkan
sebagian unsurnya, atau yang sengaja dibuat secara tidak lengkap. Untuk
dapat mengerjakan bentuk soal ini, siswa harus mengisikan kata atau
pernyataan tertentu yang tepat. Pernyataan itu hanya berisi satu atau beberapa
kata saja. Berbeda halnya dengan kedua bentuk tes objektif di atas, dalam tes
18

19

Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., pp.83.

Robert L. Linn and Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment in
Teaching (London : Prentice-Hall, Inc., 1995), pp.173-174.

13

bentuk ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri isian jawaban yang benar
karena belum disediakan dalam tes. Walau jawaban siswa bervariasi, jika tidak
sesuai dengan jawaban yang ditentukan benar, jawaban itu tetap dinyatakan
salah. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan butir-butir soal bentuk ini
relatif lebih panjang daripada kedua bentuk tes di atas.
5. Tes Penjodohan
Tes

bentuk

penjodohan/menjodohkan,

mempertandingkan,

mencocokkan, atau memasangkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri

jawaban.

Masing-masing

pertanyaan

mempunyai

jawabnya

yang

tercantum dalam seri jawaban. Pernyataan di lajur kiri mungkin berupa
pernyataan atau kalimat yang belum lengkap, dan pelengkapnya diletakkan di
lajur kanan. Jumlah alternatif pernyataan di lajur kanan dapat sama dengan
jumlah pernyataan di lajur kiri atau lebih. Tugas siswa adalah mencari dan
menempatkan

jawaban-jawaban,

sehingga

sesuai

atau

cocok dengan

pertanyaannya.

6. Tes Dikte
Dikte menurut Djiwandono adalah melafalkan atau membacakan suatu
wacana untuk dituliskan oleh orang lain. 20 Dalam pengajaran bahasa, dikte
dapat diterapkan sebagai salah satu bentuk pengajaran atau salah satu bentu
tes. Secara tradisional, dikte pada umumnya semata-mata dikaitkan dengan
kemampuan menyimak, yaitu memahami wacana lisan, bahkan kadang20

M. Soenardi Djiwandono, Op.Cit., p.74.

14

kadang sekedar kamampuan dan ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi
bahasa yang terdapat dalam wacana yang dibacakan.
Dikte yang banyak digunakan di sekolah-sekolah mengikuti format biasa
yang dapat digolongkan sebagai dikte standar atau baku. Di samping itu
terdapat pula dikte sebagian.

Pada format pertama, dikte diselenggarakan

secara konvensional, dengan menggunakan teks lengkap yang telah dipilih
berdasarkan beberapa pertimbangan, termasuk kesesuaian isi, jenis teks,
panjang teks, penggunaan kosa kata dan istilah, dan sebagainya. Dikte
menurut format kedua, dikte sebagian, pada dasarnya merupakan gabungan
antara dikte dan cloze.
7. Tes Cloze
Cloze merupakan bentuk tes bahasa yang tidak secara khusus terkait
dengan salah satu aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa.
Heaton menyatakan bahwa : The principle of cloze testing is based on the
Gestalt theory of ‘closure’ (closing gaps in patterns subconsciously). Thus,
cloze test measure the reader’s ability to decode ‘interrupted’ or ‘mutilated’
messages’.21 Maksudnya, Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan
kata-kata yang telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan tingkat
kemampuan berbahasa, dan yang merupakan sasaran tes cloze. Jadi,
penghilangan kata-kata dari suatu wacana tulis merupakan ciri khas pokok dari
tes cloze.
8. Tes C
Tes C merupakan salah satu hasil usaha pengembangan tes cloze, yang
penggunaannya ternyata menimbulkan banyak catatan dan keberatan dari
21

J.B. Heaton, Writing English Language Tests (London : Longman, 1989), p.16.

15

berbagai pihak.

22

Seperti halnya tes cloze, tes-C diselenggarakan dengan

menggunakan wacana berupa teks bacaan sebagai bahan. Perbedaannya
dengan tes cloze yang pada dasarnya menggunakan satu teks bacaan yang
utuh, tes-C menggunakan beberapa teks

bacaan pendek. Di samping itu,

penghilangan kata pada tes-C dilakukan atas dasar dan cara yang berbeda,
tanpa mengikuti formula setiap kata ke-n seperti pada tes cloze.

2.4.2.

Prinsip Penyusunan Bentuk Tes

1. Tes Esai
Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif,
b) Hendaknya soal-soal tes tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan,
c) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaiannya,
d) Hendaknya

diusahakan

agar

pertanyaannya

bervariasi

antara

“Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, “Seberapa jauh”, agar dapat
diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan,
e) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh siswa,
f) Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi
harus spesifik.
22

M. Soenardi Djiwandono, Op.Cit., p.86.

16

2. Tes benar-salah
Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelasjelasnya,
b) Hindarkan pernyataan yang mengandung data yang meragukan (bersifat
umum) atau sebaliknya pernyataan yang menunjukkan jawaban yang
dikehendaki,
c) Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif/negatif ganda,
d) Hindarkan pernyataan yang panjang-panjang dan kompleks,
e) Hindarkan pernyataan-pernyataan yang masih dapat dipersoalkan,
f) Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang
salah,
g) Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak,
h) Setiap satu soal hanya mengandung satu gagasan
i) Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal
lainnya,
j) Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari
buku,
k) Gunakan bahasa yang baku,
l) Hindarkan hal-hal yang kurang perlu atau bersifat teka-teki/tebaktebakan untuk ditanyakan karena hal ini dapat menjerumuskan pemikiran
siswa,
m) Kalimat tanya, kalimat perintah hendaknya dihindarkan,
n) Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih,

17

o) Bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang
bersangkutan,
p) Apabila soal itu menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber
yang mengemukakan pendapat itu.
3. Tes pilihan ganda
Dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda ada 4 hal pokok yang perlu
diperhatikan dan dipahami oleh para penulis soal. Empat hal itu adalah
penulisan dasar pertanyaan, pokok soal, pilihan jawaban, dan bahasa/budaya.
a. Dasar pertanyaan/stimulus (bila ada atau diperlukan), syarat-syaratnya
adalah:
1) Dasar pertanyaan harus dapat memberikan informasi yang diperlukan
guna menjawab pertanyaan,
2) Dasar pertanyaan yang berbentuk grafik, diagram, tabel, peta, atau alat
bantu lainnya harus diberi label atau tanda-tanda secara jelas,
3) Dasar pertanyaan harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa yang
diuji,
4) Dasar pertanyaan yang dipergunakan harus dipilih bentuk/jenisnya yang
paling tepat,
5) Alat

bantu

yang

dijadikan

dasar

pertanyaan

hendaknya

dapat

memberikan keterangan yang singkat dan jelas,
6) Dasar pertanyaan harus dapat membantu proses komunikasi, tidak
menghambat/membuat bingung peserta ujian,
7) Dasar pertanyaan harus sesuai dengan tujuan yang hendak ditanyakan
atau sesuai dengan permintaan dalam rumusan indikator,

18

8) Hindarkan kata ganti saya, kamu, dan lain sebagainya dalam dasar
pertanyaan yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung
pada situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap peserta
ujian,
9) Hindarkan hal-hal yang dapat menyebabkan peserta ujian dapat salah
menginterpretasikan terhadap kata, ungkapan, gambar, atau keterangan
lainnya yang disajikan di dalam dasar pertanyaan.
b. Pokok soal (stem), syarat-syaratnya adalah:
1) Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas,
2) Perumusan

pokok soal

dan

pilihan

jawaban

harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja,
3) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda,
4) Pokok soal tidak mengandung ungkapan/pernyataan yang bersifat tidak
pasti,
5) Hindarkan penggunaan kata ganti saya, kamu, dan lain-lain dalam pokok
soal yang dapat menyebabkan jawaban peserta ujian tergantung pada
situasi, latar belakang, dan pengalaman pribadi setiap siswa,
6) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
c. Pilihan jawaban (option), harus memperhatikan dua hal yaitu kunci jawaban
soal dan pengecohnya:
1) Kunci jawaban:
a) Kunci jawaban harus benar-benar betul,
b) Untuk setiap soal hanya ada satu kunci jawaban,

19

c) Penempatan kunci jawaban (untuk satu perangkat tes) harus
disusun secara menyebar dan acak,
d) Hindarkan penggunaan kata, kelompok kata, ungkapan, atau
istilah yang sama persis dalam pilihan jawaban atau sama persis
dengan pernyataan yang ada pada akhir pokok soal,
e) Kunci jawaban soal atau butir soal tidak bergantung pada jawaban
soal sebelumnya.
2) Pengecoh (distracters):
a) Pengecoh harus homogen, logis, dan berfungsi,
b) Hindarkan pernyataan “semua jawaban salah/benar”,
c) Pengecoh

harus

disusun

atau

dirumuskan

relatif

sama

panjangnya, tingkat kerumitannya, dan susunan kalimat/katanya
dengan pola rumusan kunci jawaban,
d) Pengecoh/pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis.
d. Bahasa/budaya, syarat-syaratnya adalah:
1) Para penulis soal harus menggunakan dengan benar kaidah bahasa
Indonesia dalam penulisan soal, bentuk pilihan ganda, terutama dalam
hal struktur/tatabahasa dan pemakaian: kalimat, kata, dan ejaan dalam
soal,
2) Para penulis soal di dalam menulis soal perlu menghindarkan
penggunaan kata, kelompok kata, nama, atau gambar yang diperkirakan
dapat menyebabkan bias budaya dalam soal.
4. Tes Isian

20

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Tiap satu pernyataan yang berisi tempat kosong yang harus dijawab
siswa harus hanya berisi satu kemungkinan jawaban yang benar,
b) Kutipan dari buku yang bersifat verbatim hendaknya dihindari karena hal
itu akan menimbulkan sikap menghafal siswa tanpa disertai pengertian,
c) Pemberian tempat kosong atau titik-titik hendaknya sama panjang agar
tidak menimbulkan penafsiran tertentu pada pihak siswa. Titik-titik di
tengah kalimat sebaiknya berjumlah empat, sedang di akhir kalimat lima
buah karena yang sebuah berlaku sebagai titik akhir kalimat,
d) Tempat kosong sebaiknya tidak ditempatkan di awal kalimat karena hal
itu kurang mendorong lancarnya pemikiran siswa.
5. Tes Penjodohan
Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan
hendaknya bahan yang sejenis,
b) Butir-butir jawaban di lajur sebelah kanan harus pendek-pendek, tidak
bersifat tumpang tindih, satu butir jawaban hanya tepat dihubungkan
dengan satu pernyataan yang ada di lajur kiri,
c) Jumlah butir jawaban di lajur kanan hendaknya lebih banyak daripada
jumlah pernyataan di lajur kiri, misalnya 8 : 5,
d) Jumlah butir soal untuk satu unit tes penjodohan jangan terlalu banyak
atau sedikit karena hal itu akan menyebabkan tes menjadi terlalu sulit
atau terlalu mudah.
6. Tes Dikte

21

Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Dikte standar, teks biasanya dibacakan tiga kali. Bacaan pertama
dilakukan terhadap seluruh teks untuk memberikan kesan dan gambaran
umum tentang teks yang digunakan. Ini dilakukan dengan kecapatan
membaca biasa. Bacaan kedua dilakukan bagian demi bagian, masingmasing diikuti dengan jeda yang cukup bagi peserta dikte untuk
menuliskannya. Bagian-bagian itu harus merupakan wacana yang wajar,
dengan panjang yang cukup untuk diingat dan dipahami sebagai bahan
ingatan jangka pendek. Bacaan ketiga dilakukan kembali terhadap
seluruh teks menjelang akhir dikte, dengan kecepatan biasa. Maksud
pekerjaan terakhir ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada
peserta

didik

untuk

melakukan

pemeriksaan

akhir

terhadap

pekerjaannya.
b) Dikte sebagian, pada teks yang dibacakan guru, siswa hendaknya
memiliki teks tertulis yang pada dasarnya sama dengan teks yang
dibacakan, kecuali untuk beberapa bagian yang telah dihilangkan.
Bagian-bagian yang harus dihilangkan itulah yang harus didengarkan
baik-baik, dan dituliskan selengkapnya. Bagian-bagian itu telah dipilih
berdasarkan suatu kriteria yang dianggap penting untuk dijadikan bahan
tes.
7. Tes Cloze
Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Pada format aslinya penghilangan kata-kata itu dilakukan secara
sistematis,

dengan

menggunakan

22

rumus

yang

dikenal

sebagai

penghilangan kata ke-n. Maksudnya, bahwa pada suatu teks yang telah
dipilih, kata yang ke-sekian (misalnya ke-5, ke-6, atau ke-7 dan
sebagainya) dihilangkan dengan cara menghapuskannya, sehingga
meninggalkan suatu tempat kosong,
b) Tes cloze menghubungkan antar bagian dalam wacana merupakan
unsur yang penting. Untuk itu dibutuhkan wacana yang cukup panjang,
dan bukan sekedar kumpulan kalimat-kalimat lepas seperti yang
mungkin digunakan pada bentuk tes melengkapi,
c) Wacana yang utuh dan cukup panjang sekaligus juga memungkinkan
penghilangan kata-kata dalam jumlah yang layak untuk menyusun satu
tes yang utuh, yang terdiri dari kira-kira 50 butir soal.
8. Tes-C
Prinsip penyusunannya adalah sebagai berikut :
a) Penghilangan kata dalam pengembangan tes-C dilakukan dengan
menerapkan formula kaidah serba dua,
b) Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan pada suatu teks bacaan tetap
utuh seperti pada tes cloze, penerapan formula itu berupa penghilangan
bagian ke-2 dari setiap 2 kata, dimulai dari kata ke-2 pada kalimat ke-2.
c) Bagian kata dalam kalimat yaitu huruf-huruf yang membentuk kata, yang
mungkin berjumlah genap atau ganjil, maka bagian yang dihilangkan
adalah bagian yang lebih besar daripada yang dipertahankan,
d) Bagian kata yang dihilangkan dapat diganti sekedar dengan bagian yang
kosong, atau dapat pula diganti dengan titik-titik dalam jumlah yang
sama dengan jumlah huruf yang dihilangkan.

23

3. RANCANGAN TES
3.1 Rumusan Tujuan
Tes ini menggunakan pendekatan integratif yang memadukan dua
komponen

kemampuan

berbahasa,

antara

lain

kemampuan

mendengarkan/menyimak dan kemampuan menulis. Adapun rumusan tujuan
dari aspek mendengarkan/menyimak adalah:
Standar

Kompetensi

:

Memahami

puisi

yang

langsung/tidak langsung

24

disampaikan

secara

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman
Indikator : 1. Mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan
bermakna lambang)
2. Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
3. Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang
4. Menentukan/menulis tema puisi yang dibacakan.
5. Mengungkapkan pesan dalam puisi yang dibacakan/didengar.
Kegiatan yang bisa dilakukan di dalam kelas antara lain setelah
mendengarkan/menyimak pembacaan puisi melalui media rekaman, siswa
diharapkan mampu menulis pesan/isi berita yang telah didengarkan/disimaknya
itu.

3.2 Bentuk Tes yang Dipilih
Bentuk tes yang dipilih dalam makalah ini, yaitu penulis menggunakan
bentuk dikte. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa dikte adalah
melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk dituliskan oleh orang lain.
Secara tradisional dikte pada umumnya semata-mata dikaitkan dengan
kemampuan menyimak, yaitu memahami wacana lisan, bahkan kadang-kadang
sekedar kemampuan dan ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang
terdapat dalam wacana yang dibacakan.

3.3 Materi Tes
Materi tes yang akan diujikan yaitu menyimak puisi yang telah
direkam.

25

3.4 Kisi-Kisi (Terlampir)
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH
TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jumlah soal : 3
Bentuk soal : Dikte
Bentuk penilaian : Tulis

No.
INDIKATOR
SOAL
1.
Siswa
dapat 1. Tulislah kembali baris puisi
menulis
baris

kembali yang dibacakan/didengarkan

puisi

yang sebanyak tiga kali melalui

diberi

rekaman berikut ini

KUNCI
1. Baris 1:
Sekarang petang
datang membayang
Batang usiaku

tekanan/diulang

sudah tinggi

dalam

Baris 2 :

penggalan
Menyesal

puisi

yang

didengar

telah

Karya : Ali Hasjmi

melalui

Beta lengah di masa
muda

Pagiku hilang sudah melayang
rekaman.

Hari mudaku sudah pergi
.................................................
.................................................
Aku lalai di hari pagi
.................................................
Kini hidup meracun hati,

Miskin ilmu, miskin
harta
3:

Baris
Menyesal tua

tiada berguna
Baris 4 :
Kepada yang muda

.................................................
kuharapkan,

26

Akh, apa guna kusesalkan
.................................................

Menuju ke arah
padang bakti!

Hanya menambah luka sukma
.................................................
Atur barisan di hari pagi
.................................................
(Baru, 1954)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Dikte
Bentuk penilaian : Tulis
No.
INDIKATOR
SOAL
2.
Siswa dapat menulis kembali 2. Tulislah kembali
penggalan bait puisi
bait
puisi
yang
diberi yang
sibacakan/didengarkan
tekanan/diulang puisi yang sebanyak tiga kali
melalui rekaman
telah
didengar
melalui berikut ini
rekaman.

Sepisaupi
Karya : Sutardji

27

KUNCI

Sepisaupi
Karya :
Sutardji
Calzoum

Calzoum Bachri

Bachri

sepisau luka sepisau
duri
sepikul dosa
sepukau sepi
sepisau duka serisau
diri
sepisau sepi sepisau
nyanyi

sepisau luka
sepisaui duri
sepikul dosa
sepukau sepi
sepisau duka
serisau diri
sepisau sepi
sepisau
nyanyi

sepisaupa sepisaupi
sepisapunya sepikan
sepi
sepisaupa sepisaupi
sepikul diri keranjang
duri
(O, Amuk, Kapak,
1976)

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH
TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Uraian
Bentuk penilaian : Tulis

28

No.
3.

INDIKATOR
Siswa

SOAL
dapat 3. Tulislah tema dan

KUNCI
Tema puisi di atas

menentukan tema dan

pesan puisi yang telah

adalah patriotisme.

pesan puisi yang telah

direkam berikut ini:

Pesan puisi berjudul

direkam

Diponegoro
Karya : Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi
api
Di depan sekali tuan
menanti
Tak gentar. Lawan
banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di
kiri
Berselubung semangat
yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak
bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda
menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Serbu Serang
Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)

Diponegoro
bahwa

adalah

Diponegoro

seorang

patriot

bangsa yang pantas
diteladani
bangsa

oleh
Indonesia.

Pasukan
Diponegoro
memancarkan
kekuatan,
mengandalkan
semangat
kesetiakawanan,
dan

saling

mempercayai.
pada

Dan

akhirnya

disadari bahwa jika
hidup

ini

sudah

diberi

arti,

maka

kematian
diterima

29

akan
dengan

lapang dada.

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS/MADRASAH ALIYAH
TAHUN 2009
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Jumlah soal : 4
Bentuk soal : Uraian
Bentuk penilaian : Tulis

30

No.
INDIKATOR
SOAL
4.
Siswa
dapat 4. Artikanlah bait-bait puisi pada
mengartikan

kata-kata, frase berkonotasi

dengan menulis

dan makna lambang pada

kata-kata,

puisi yang direkam.

frase

berkonotasi dan

Padamu Jua

makna lambang

Karya : Amir Hamzah

pada puisi yang Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
direkam.
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang pada jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku

31

KUNCI
Pada
bait
I
dinyatakan bahwa
cintanya telah habis
dan hilang terbang.
Namun, walau ia
telah
berpisah
dengan kekasihnya
itu, hatinya selalu
kembali
padanya
pulang kembali aku
pada-Mu / seperti
dahulu
Bait II menunjukkan
bahwa kekasihnya
itu sangat berharga,
bagaikan
lampu
kecil di malam gelap
(kandil kemerlap /
pelita jendela di
malam gelap).
Meski sudah
berpisah,
kekasihnya selalu
memanggil-manggil
dengan sabar dan
setia (melambai
pulang perlahan /
sabar / setia selalu).
Bait
III
Penyair
merasa
bahwa
dirinya
hanyalah manusia
biasa. Ia tidak kuat
jika
hanya
membayangkan
bahwa kekasihnya
dalam
anganangan.
Ia
ingin
berjumpa
dengan
kekasihnya,
menatap wajahnya,
dan
bersalaman
dengannya
(aku
manusia / rindu
rasa / rindu rupa).
Pada bait ke IV
penyair
mulai

(Nyanyi Sunyi, 1937)

32

penasaran karena
tidak
pernah
bertemu
dengan
kekasihnya.
Ia
mempertanyakan
keadaan itu (Di
mana Engkau /
rupa tiada / suara
sayup).
Penyair
hanya
bisa
mendengar
suara
kekasihnya secara
sayup-sayup. Hal ini
lebih menyedihkan
hatinya (Hanya kata
merangkai hati).
Pada Bait V
Penyair
sangat
penasaran.
Ia
menyatakan
kekasihnya
cemburu dan ganas
karena
dianggap
karena
hanya
mempermainkannya
secara
kejam
(mangsa aku dalam
cakarmu) dan tidak
berbelas
kasihan
(bertukar tangkap
dengan
lepas).
Kata tangkap berarti
wajah
dan
bayangan kekasih si
aku
lirik
dapat
dibayangkan secara
jelas atau nyata.
Kata bisa diartikan
saat
wajah
kekasihnya
tidak
dapat dibayangkan
atau hilang dari
bayangannya.
Pada Bait VI
Penyair
merasa
patah
arang,
bingung
dan
penasaran (nanar,

gila, sasar) tetapi
cintanya
selalu
kembali
kepada
sang
kekasih
(sayang
berulang
padamu
jua).
Kekasihnya
itu
mempunyai
kekuatan gaib yang
memikat
dirinya
(pelik penarik ingin).
Bab
VII
Penyair
pasrah
terhadap keadaan
berjauhan dengan
kekasihnya.
Ia
harus
menerima
cinta
dalam
kesepian
dan
kesendirian, serta
tidak
mempunyai
waktu
untuk
berjumpa
dengannya
(kasihmu sunyi /
menunggu seorang
diri).
Yang
dimaksud
“kekasih” di sini
dapat
berarti
kekasih dalam arti
sesungguhnya,
namun dapat juga
mengacu
kepada
Tuhan yang sangat
dirindukan penyair.

3.5 Komponen Tes
Komponen tes atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas :
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.

33

b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi
testee untuk mengerjakan tes.
c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki.
d. Pedoman penilaian, berisi rancangan perincian tentang skor atau angka
yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan

4. Wujud Tes
4.1 Identifikasi Tes
Tes ini adalah tes menyimak yang dipadukan dengan menulis, sebab tes
ini menggunakan pendekatan integratif. Tes ini diajukan untuk siswa kelas X
SLTA pada semester I.

4.2 Petunjuk Tes

34

Petunjuk tes untuk bentuk soal dikte adalah sebagai berikut:
1. Dengarkanlah baik-baik rekaman puisi berjudul “Menyesal”, karya: “Ali
Hasjmi” berikut ini. Kemudian lengkapilah beberapa baris puisi yang hilang!
(rekaman puisi diputar sebanyak tiga kali). Setiap siswa diberi teks puisi
yang berisi baris puisi yang hilang tersebut.
2. Dengarkanlah baik-baik rekaman puisi berikut ini yang mula-mula akan
diputar seluruhnya. Sesudah itu rekaman akan dibacakan bagian demi
bagian, untuk dapat ditulis oleh siswa. Pada akhirnya seluruh rekaman akan
diputar sekali lagi agar siswa dapat memeriksa pekerjaannya sendiri
sebelum dikumpulkan!.
Petunjuk tes untuk bentuk soal uraian adalah sebagai berikut:
1. Dengarkanlah rekaman puisi berjudul “Diponegroro”, karya “Chairil Anwar”
berikut ini!. Rekaman diputar sebanyak tiga kali. Kemudian siswa
diperintahkan menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan!.
2. Dengarkanlah rekaman puisi berjudul “Padamu Jua”, karya: “Amir Hamzah.
Kemudian artikanlah bait-per bait kata-kata, frase yang berkonotasi dan
makna lambang pada puisi yang direkam.

4.3 Soal
1. Lengkapilah beberapa baris puisi yang hilang pada rekaman puisi berikut
ini!.
Menyesal
Karya : Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang

35

Hari mudaku sudah pergi
....................................................
....................................................
Aku lalai di hari pagi
.....................................................
Kini hidup meracun hati,
.....................................................
Akh, apa guna kusesalkan
.....................................................
Hanya menambah luka sukma
.........................................................
Atur barisan di hari pagi
..........................................................
(Baru, 1954)
2. Tulislah kembali bait puisi yang telah dibacakan/didengarkan sebanyak tiga
kali melalui rekaman berikut ini

Sepisaupi
Karya : Sutardji Calzoum Bachri
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi
sepisapunya sepikan sepi
sepisaupa sepisaupi
sepikul diri keranjang duri
(O, Amuk, Kapak, 1976)

36

3. Tulislah tema dan pesan puisi yang telah direkam berikut ini:
Diponegoro
Karya : Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Serbu Serang
Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)
4. Artikanlah bait-bait puisi pada kata-kata, frase berkonotasi dan makna
lambang pada puisi yang direkam.

Padamu Jua
Karya : Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia

37

Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang pada jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku
(Nyanyi Sunyi, 1937)

4.4 Lembar Jawaban
Lembar jawaban siswa berupa kertas folio bergaris, yang berisi data-data siswa
mengenai :
Nama Siswa

:

Kelas

:

Mata Pelajaran

:

Hari / Tanggal

:

38

Jawaban :
1.............................................................................................................................
2 ............................................................................................................................
3 ............................................................................................................................
4 ............................................................................................................................

4.5 Cara Penilaian
3. Bila siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perintah, kemudian
menuliskannya dengan lengkap dan benar, maka siswa dapat memperoleh
skor maksimum.
4. Bila siswa tidak dapat menuliskannya dengan benar atau tidak lengkap,
maka siswa memperoleh skor kurang dari maksimum.
5. Bila siswa tidak menuliskan apa-apa/ kosong, maka diberi skor nol.
Adapun kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
1. Untuk soal no 1. Bila jawaban siswa benar semua, maka diberi point
maksimal 25.
2. Untuk soal no 2. Bila jawaban siswa benar semua, maka diberi point 25.
3. Untuk soal no. 3. Bila
jawaban

siswa

Nilai Siswa

Paraf Guru

benar,

maka diberi point 25.
4. Untuk soal no. 3. Bila jawaban siswa benar, maka diberi point 25.
5. Jadi, jumlah nilai untuk semua soal adalah 100.

4.6 Kunci Jawaban

39

1. Baris 1 : Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Baris 2 : Beta lengah di masa muda
Miskin ilmu, miskin harta
Baris 3 :

Menyesal tua tiada berguna

Baris 4 :

Kepada yang muda kuharapkan,
Menuju ke arah padang bakti!

2