STUDI SEJARAH PADA ARSITEKTUR MASJID AL

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

STUDI SEJARAH PADA ARSITEKTUR MASJID ALHILAL KATANGKA GOWA

Rusman 1, A. Annisa Amalia, S.T., M.T.

1

2

2

ahasiswa, uin alauddin makassar (Teknik Arsitektur, Fakultas sains dan
teknologi, UIN Alauddin akassar)
Dosen pembimbing, uin alauddin makassar (Teknik Arsitektur, Fakultas
sains dan teknologi, UIN Alauddin akassar)
1

rusmanmansur@yahoo.co.id
2
nisa_urban@ymail.com

Abstrak

asjid Al-Hilal Katangka berlokasi di jalan Syekh Yusuf, Kelurahan Katangka,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. asjid
tua Katangka pada awalnya dibangun untuk menyebarkan agama Islam di
Kerajaan Gowa, yang pada saat itu 41 orang yang berasal dari Yaman masuk
ke Gowa untuk mengajak Raja Gowa untuk masuk ke agama Islam. Pada saat
itu, ke-41 orang tersebut mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di bawah
pohon katangka, ini merupakan dasar mengapa mesjid ini dinamakan esjid
Katangka, yang mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang menaungi
para mubaligh dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin sholat jumat di
lokasi itu.
ereka lah yang membawa siar Islam dan memperkenalkannya
kepada Raja Gowa. Dan kayu dari Pohon Katangka inilah yang dijadikan
kuda-kuda
asjid tua Al Hilal Katangka. Kayu katangka yang pertama kali

ditebang saat itu, masih diyakini bertahan sebagai kuda-kuda di bagian atap
masjid hingga saat ini, yang lainnya sudah ada yang mengalami perubahan
saat renovasi masjid dilakukan. asjid ini memiliki dinding dengan ketebalan
120 cm, yang memang pada dasarnya masjid ini digunakan sebagai benteng
pertahanan Kerajaan Gowa.
emiliki 5 pintu utama yang berflosof dari 5
rukun Islam. emiliki 6 jendela yang berflosof dari 6 rukun Iman. emiliki
4 tiang utama yang berflosof dari 4 sahabat Rasululllah. Pembangunan
asjid tua Katangka mengadopsi 4 kebudayaan, yakni dari Atap masjid yang
mengadopsi atap joglo (Jawa), dari atap imbar yang mirip klenteng (china),
dari kolom dengan bentuk dan ornamen seperti dorik (Eropa), dan jendela
dan ornamennya bentuk segi 4 atau sulapa eppa (bugis makassar). Penelitian
ini menggunakan metode Kualitatif.

Kata kunci: Sejarah, Arsitektur

asjid Al-Hilal Katangka

Pendahuluan
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin

Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|1

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

Perkembangan Islam di Indonesia memang tidak lepas dari adanya
beberapa bangunan masjid.
asjid dapat diartikan sebagai tempat
sembahyang (ibadah) bagi umat muslim. Seperti Sabda Rasulullah
uhammad Saw : “ dimanapun engkau bersembahyang, tempat itulah
masjid”. Kata
asjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali didalam Alqur’an, berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk
penuh hormat dan Taksim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan

dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut di
atas. Oleh karena itu bangunan yang di buat khusus untuk shalat disebut
asjid yang artinya: tempat untuk bersujud. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata
asjid (mesjid) berarti rumah atau bangunan tempat
bersembahyang orang islam. Berdasarkan akar katanya, asjid mengandung
arti tunduk dan patuh, maka hakikat dari masjid adalah tempat melakukan
segala aktivitas berkaitan dengan keputusan Allah semata. Dan bagaimana
sejarah masjid hingga muncul sampai sekarang,berikut akan di bahas
dibawah, yakni Sejarah pada asjid Al-Hilal katangka, Gowa.
Salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan yaitu
asjid Al-hilal
Katangka.
asjid Al-hilal atau
asjid Tua Katangka terletak di Desa
Ketangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.
asjid berbatasan dengan kompleks makam Katangka dan
perkampungan di sebelah selatan dan barat, Jalan Raya Syeh Yusuf di
sebelah utara, dan perkampungan dari sebelah barat. esjid Tua Katangka

disebut juga asjid Agung Syeh Yusuf merupakan mesjid pertama dan tertua
di Pulau Sulawesi dan di wilayah waktu Indonesia bagian tengah, sekaligus
masjid tertua ke sembilan di Indonesia.
asjid Katangka dibangun di atas
areal seluas 610 m², luas bangunannya 212,7 m². asjid menghadap timur
dan memiliki halaman depan. Bangunan masjid mempunyai serambi dan
ruang utama. Serambi masjid terdapat di depan. Dinding serambi luar
berkerawang dari tembok. Pintu masuk ke serambi ada dua buah masingmasing berdaun pintu dua. Di serambi utara (di luar) terdapat tempat wudhu.
Dinding pembatas antara serambi dan ruang utama terbuat dari tembok
tertutup. Pintunya tiga buah untuk menuju ke ruang utama. Dinding di
sebelah utara, selatan, dan barat berjendela masing-masing dua buah
terdapat tulisan Arab berbahasa akassar. Ruangan utama masjid terdapat
tiang dan mihrab serta mimbar.
Tujuan melakukan penelitian ini untuk mengetahui Sejarah umum,
struktur, dan Arsitektur
asjid Al-hilal Katangka. Adapun
anfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini bagi kepentingan pendidikan antara lain:
1.


emperkaya pustaka akan studi masjid tradisional di nusantara,
khususnya dalam hal sejarah umum, Sejarah Struktur, dan Sejarah
Arsitektur.
2.
emberikan hasil studi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
perancangan dalam pendidikan melalui studio atau perkuliahan yang
berdasarkan pada arsitektur tradisional.
3. Bagi perencana di bidang arsitektur, penelitian ini dapat memberikan
masukan prinsip desain masjid tradisional sehingga memungkinkan
untuk dikembangkan menjadi bentuk desain masa kini dengan nilai
lokal Indonesia.
Untuk itu permasalahan yang hendak di jawab dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Sejarah umum, sejarah struktur, dan sejarah Arsitektur
asjid Al-hilal Katangka? Permasalahan ini akan dijawab melalui upaya
mengidentifkasi sejarah pada masjid Al-hilal Katangka.
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar


|2

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

Metode Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka
penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian kualitatif dengan
Pendekatan Historis, Sosiologis dan ajaran Islam.
Adapun yang menjadi Objek Penelitian yaitu Arsitektur
Katangka, Gowa, Sulawesi Selatan

asjid Al-Hilal

etode pencarian data dilakukan melalui studi literature tentang
sejarah
asjid tua Al- Hilal Katangka, Gowa ataupun hal-hal yang

berhubungan dengar Arsitektur
asjid Katangka, Gowa. Pengambilan data
melalui studi lapangan atau survey di lokasi masjid Al-Hilal katangka, Gowa,
dan wawancara kepada juru kunci dan Imam masjid
asjid Al-Hilal
(katangka). Serta, Diskusi Umum oleh Juru Kunci dan Imam asjid Al- Hilal
(Katangka).
Adapun Tahapan Penelitian antara lain:
1. Studi literature tentang Sejarah dan Sistem Struktur
asjid Al-Hilal
Katangka, Gowa.
2. Studi lapangan, yakni survey langsung ke asjid Al-Hilal Katangka, Gowa
3. Diskusi Umum dengan Juru kunci dan Imam
asjid Al-Hilal Katangka,
Gowa tentang Sejarah, Sistem Struktur dan Arsitektur
asjid Al-Hilal
Katangka, Gowa.
4. Wawancara dengan Juru kunci dan Imam asjid Al-Hilal Katangka, Gowa
tentang Sejarah dan Sistem Struktur asjid Al-Hilal Katangka, Gowa.
Alat yang digunakan dalam Pengumpulan Data antara lain: Komputer

(laptop), Kamera, Buku tulis, Pulpen, dan Literature

Pembahasan
A. Sejarah Umum Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa
asjid Al-Hilal Katangka disebut juga
asjid Agung Syekh Yusuf
merupakan masjid tertua di Gowa dan dibangun pada masa pemerintahan
raja Gowa XIV ( Sultan Alaudin I) tahun 1603. Penamaan masjid ini diambil
dari nama seorang syuf yang kharismatik yang dipuja masyarakat Sulawesi
Selatan. Syuf tersebut adalah Syekh Yusuf al- akassari yang merupakan
kerabat raja Gowa.
asjid Al Hilal Juga disebut
asjid Katangka, yang pada awalnya
dibangun untuk menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa, yang pada saat
itu 41 orang yang berasal dari Yaman masuk ke Gowa untuk mengajak Raja
Gowa untuk masuk ke agama Islam. Pada saat itu, ke-41 orang tersebut
mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di bawah pohon katangka, ini
merupakan dasar mengapa mesjid ini dinamakan
esjid Katangka, yang
mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang menaungi para mubaligh

dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin sholat jumat di lokasi itu. ereka
lah yang membawa siar Islam dan memperkenalkannya kepada Raja Gowa.
Dan kayu dari Pohon Katangka inilah yang dijadikan kuda-kuda asjid tua Al
Hilal Katangka. , kayu katangka yang pertama kali ditebang saat itu, masih
diyakini bertahan sebagai kuda-kuda di bagian atap masjid hingga saat ini,
yang lainnya sudah ada yang mengalami perubahan saat renovasi masjid
dilakukan.
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|3

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”


asjid Katangka berbentuk denah bujur sangkar dengan dinding yang
terbuat dari batu bata dengan ketebalan 120 cm. Dengan ruang utama
tempat shalat berukuran 12 m x 12 m.
esjid memiliki ruang peralihan
sebelum masuk ke dalam ruang utama mesjid yang menyatu dengan atap
mesjid, ruangan ini digunakan masyarakat sebagai tempat untuk meminta
sedekah kepada bangsawan pada masa kerajaan, sedangkan sekarang
ruangan ini digunakan ulama untuk beristirahat setelah melaksanakan
ibadah.
asjid Al-Hilal Katangka berlokasi di jalan Syekh Yusuf, Kelurahan
Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.
asjid Katangka dibangun di atas areal seluas 610 m², luas
bangunannya 212,7 m².
asjid menghadap timur dan memiliki halaman
depan. Bangunan masjid mempunyai serambi dan ruang utama. Serambi
masjid terdapat di depan. Dinding serambi luar berkerawang dari tembok.
Pintu masuk ke serambi ada dua buah masing-masing berdaun pintu dua. Di
serambi utara (di luar) terdapat tempat wudhu. Dinding pembatas antara
serambi dan ruang utama terbuat dari tembok tertutup. Pintunya tiga buah
untuk menuju ke ruang utama. Dinding di sebelah utara, selatan, dan barat
berjendela masing-masing dua buah terdapat tulisan Arab berbahasa
akassar. Ruangan utama masjid terdapat tiang dan mihrab serta mimbar.
asjid ini dahulu berada didalam komplek benteng Kerajaan Gowa
sebagai tempat raja dan pengawalnya untuk melaksanakan sholat dan
pertemuan lainnya.
enurut cerita turun temurun, para khatib saat akan
membawakan khotbah Jumat dikawal oleh 2 pengawal yang membawa
pedang dan tombak bermata tiga, guna
menghormati dan melindungi
keberadaan khotib dalam menyebarkan Islam. Serta untuk menghalau
jemaah sholat jum’at yang biasanya berlomba-lomba untuk menggigit ujung
naskah khotbah yang tengah di bacakan sang khotib. “Saat itu orang-orang
percaya bahwa barang siapa yang mampu menggigit ujung naskah khotbah
yang terbuat dari gulungan daun lontara, maka orang itu akan menjadi sakti
dan kebal terhadap ujung senjata tajam jenis apapun”
eski kebiasaan ini kini telah ditinggalkan, namun dikedua sisi
mimbar masih dipancang tombak bermata tiga. Dua tombak besi yang
dipancang dikedua sisi mimbar tersebut bermakna 2 kalimat syahadat. Dan
masing-masing pada tombak tersebut tergantung bendera, yakni di samping
kanan bendera Putih yang bertuliskan 2 kalimat syahadat, yang mana warna
putih melambangkan Kesucian. Sedang disamping kiri mimbar, tergantung
bendera warna Hijau yang bertuliskan 2 kalimat Syahadat, yang mana warna
hijau merupakan warna kesukaan Rasulullah SAW.
Dua tahun setelah didirikan, yakni tahun 1605, Sultan Alauddin
menetapkannya sebagai pusat kegiatan dakwah Kesultanan Gowa dan
menjadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan karena Gowa telah
menjadikan Islam sebagai dasar pemerintahan. Dengan langkah pasti,
Kesultanan Gowa menyebarkan Islam ke seluruh daerah di Sulawesi Selatan
dan menempatkan
asjid Katangka sebagai pusat dakwah dan penyebaran
Islam. Dengan demikian fungsi masjid bukan hanya sekadar tempat
beribadah, tetapi juga menjadi tempat pertemuan pembesar Kesultanan dan
menyampaikan berbagai pengumuman kepada rakyat. “ asjid Katangka
sebagai pusat Kesultanan Gowa. Dulunya,
asjid tua Al Hilal Katangka ini
merupakan asjid dari Kerajaan Gowa. Khusus diperuntukkan bagi raja dan
keluarga beserta kerabatnya. Berada pada sebelah utara dari kompleks
makam Sultan Hasanuddin, yang mana lokasi makam juga diyakini sebagai
tempat berdirinya Istana Tamalate, Istana Raja Gowa.
asjid ini telah
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|4

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

mengalami enam kali renovasi tanpa mengubah pondasi awal serta arsitektur
yang ada (http://www.makassarguide.com/2014/08/masjid-katangka.html)
a. tahun 1816 pada masa Raja Gowa XXX Sultan Abdul Rauf, Renovasi ini
meliputi penguatan dinding.
b. tahun 1884 yang dilakukan oleh Raja Gowa XXXII Sultan Abdul Kadir,
Renovasi meliputi pengubahan posisi pintu dari arah selatan ke timur.
Jendela juga di ubah modelnya dari bentuk kubah memanjang ke bentuk
segi empat sepeti sekarang ini. Genteng yang didatangkan dari Belanda
juga di pasang. Prasasti yang menceritakan mengenai renovasi yang
kedua ini terdapat pada utara, prasasti itu berisi tentang tanggal renovasi
pada hari senin 8 Rajab tahun Dal, bertepatan dengan tanggal 12 April
1884.
c. tahun 1963 oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Renovasi ini berupa
Pemugaran oleh Pemerintah.
d. tahun 1971 oleh Kantor Wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Sulawesi Selatan,
e. tahun 1980 oleh Swaka Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan serta
pada
f. tahun 2007 yang merupakan renovasi terakhir dan dilakukan atas
swadaya pengurus masjid serta bantuan dari masyarakat hingga
mendapati bangunan yang sekarang ini
Saat ini, asjid tua Al Hilal Katangka sudah digunakan sebagai sarana
ibadah umat Islam pada umumnya, serambinya digunakan untuk mengaji
para santri dan untuk mengadakan kajian-kajian. Tidak lagi terbatas hanya
untuk raja, keluarga beserta kerabatnya saja. Walaupun halaman samping
dan belakang
asjid masjid ini dijadikan areal perkuburan hanya bagi
kalangan keluarga Raja Gowa saja.
B. Sejarah Struktur Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa
1)

Sub Struktur

a) Pondasi
Pondasi yang di gunakan pada
asjid Al-Hilal Katangka, Gowa yaitu
Pondasi Rollag Bata dengan penyusunan bata yang semakin kebawah
semakin lebar.
aterial bata merah yang digunakan tidak sama
dengan batu bata yang sekarang, yakni ukurannya lebih besar dan
panjang. Pondasi tidak menggunakan Beton (baja ataupun besi) yakni
hanya Batu Bata.
b)Lantai
Pada lantai asjid Al-Hilal Katangka, Gowa, tidak menggunakan
beton, yakni hanya bata merah yang ukurannya lebih lebar dari
sekarang, dengan dimensi 30 cm X 30 cm X 3 cm.Pada lantai masjid ini
juga sudah menggunakan tegel keramik yang berasal dari China
dengan ukuran sekitar 60 cm X 60 cm, yang kabarnya di bawa
langsung oleh salah satu Arsiteknya yang berasal dari Tiongkok,
China.

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
UIN
Alauddin
a.batu Sains
bata Dan Teknologib.
keramik
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

Gambar 2. Ornament batu bata dan keramik pada lantai masjid Al-Hilal
Katangka
(Sumber: hasil pengamatan penulis 2016)

|5

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

2)

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

Super Struktur

Kolom (Tiang)
Kolom utama pada asjid Al-Hilal Katangka, Gowa ada 4 buah,
yang sejarah dan flosofnya bermakna dari 4 khulafahul Rosidin (kalifah
dan sahabat nabi SAW) Kolom pada
asjid Al-Hilal Katangka, Gowa
mengadopsi kolom bangunan Eropa yakni dari kolom/pilar Portugis yang
mirip dengan pilar yunani (dorik), yakni diameter kolom pada bagian
tengah membesar (pilar gendut). Struktur kolom pada masjid ini tidak
menggunakan beton, yakni hanya menggunakan material Batu bata.
Namun sekarang Kolomnya sudah di renovasi dan diganti dengan bentuk
dan ukuran yang sama persis dengan aslinya, dan sudah menggunakan
beton.

3)

a.kolom
Upper
Struktur b.ujung atas kolom

c.Ujung bawah kolom

Gambar
Atap 3. Bentuk dan Ornamen kolom masjid Al-Hilal Katangka (sumber: hasil pengamatan
penulis 2016)

Atap pada masjid Al-Hilal Katangka, Gowa mengadopsi Atap
Jawa (atap joglo), yakni bentuk atap pyramid. Atap pada masjid ini
terdiri atas 2 lapisan atap, yakni atap paling atas biasanya digunakan
sebagi tempat pengintaian dan tempat penyimpanan mustaka. Struktur
dan konstruksi kuda-kuda pada atap masjid ini sampai sekarang belum
pernah mengalami perubahan yakni kuda-kuda dari kayu katangka.
Pada ringbalk juga menggunakan material kayu. Pada lapisan atap
kedua menggunakan balok kayu dan bambu besar.
aterial penutup atap yang digunakan masjid ini yaitu Genteng
yang terbuat dari keramik berwarna merah, itu dipastikan berasal dari
Belanda, sebab di genteng itu sendiri tertulis “Stoom Pannen fabriek
Van Echt”, dengan tahun pembuatan 1884. Genteng yang secara khusus
didatangkan dari Belanda itu merupakan pesanan Raja Gowa I Kumala
Daeng Parani Karaeng Lembang Parang, Sultan Abdul Kadir
uhammad Aididdin Tumenanga ri Kakuasanna.

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|6

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

Gambar 4. Atap pada Masjid Al-Hilal Katangka (sumber: hasil
pengamatan penulis 2016)

C. Sejarah Arsitektur Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa
1. pintu
Pintu pada masjid ini terdiri atas 5 buah, yang berarti 5 rukun
islam. Pintu asjid ini terbuat dari kayu. Pintu masuk ke ruang sholat
utama ada 3, yang berarti pintu masuk Raja dan kelurga raja, pintu
masuk bangsawan dan pintu masuk rakyat biasa. Adapun pintu masuk
terluar ada 2. Pada 2 pintu utama terluar memiliki ventilasi diatas pintu
yang mirip dengan bulu ayam. Filosof ornamen bulu ayam tersebut
memang diambil dari flosof ayam, yang bermakna bahwa, ayam bagi
orang akassar dianggap sebagai Jannah yang berarti Surga. Adapula
yang menganggap bahwa
akna Ayam bermakna Raja Gowa yaitu
Sultan Hasanuddin dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur.

a.Pintu dalam
c.Pintu luar

b.ornamen pintu luar

Gambar 5. Bentuk dan Ornamen pintu masjid Al-Hilal Katangka
(sumber: hasil pengamatan penulis 2016)

2. Jendela
Jendela masjid ini ada 6 yang berflosof dari 6 rukun Iman. asjid ini
juga sekarang sudah dipasangkan kipas Angin, bahkan terdapat enam
buah mesin pendingin udara (Air Conditioner/ AC) yang menggantikan
fungsi jendela sebagai sirkulasi udara.

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|7

Seminar Nasional

ISSN : XXXX-YYYY

“Akulturasi Budaya : Refeksi

anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

a.jendela dari dalam

b.jendela dari luar

Gambar 6. Bentuk dan Ornamen jendela masjid Al-Hilal Katangka
(sumber: hasil pengamatan penulis 2016)

3. Dinding
asjid Tua Katangka didirikan di dalam Benteng Kalegowa yang
berarti masih dalam kawasan Istana Tamalatea. Benteng Kalegowa
merupakan benteng terkuat yang dimiliki kerajaan Gowa pada masa itu.
Rumah-rumah raja dan bangsawan di bangun dalam benteng ini.
Dinding
asjid Tua Katangka dibangun dengan bahan yang sama
dengan dinding Benteng Kalegowa.
Dinding Pada asjid Al-Hilal Katangka, Gowa sangat kokoh dan
tebal, yakni dengan ketebalan 120cm, dengan material penyusun yaitu
batu bata yang ukurannya lebih besar daripada sekarang.
enurut
catatan sejarah, dinding Benteng kalegowa dibuat dari susunan bata
dengan posisi miring, tidak direbahkan sebagaimana posisi pemasangan
batu bata di zaman sekarang. Konon, untuk merekatkan bata tersebut
hanya menggunakan telur dan kapur.
Dinding pada masjid ini di buat tebal dengan pertimbangan
bahwa masjid ini dahulu tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi
juga sebagai benteng pertahanan kerajaan Gowa, yakni Istana
Tamalate. dan juga masjid ini sebagai tempat perlindungan utama pada
saat perang, serta penyimpanan alat-alat perang. Dinding masjid
memang sangat kokoh, dan telah dibuktikan sejak peluncuran meriam
oleh Belanda di sekitar Istana Tamalate, hanya masjid ini yang tidak
mengalami kerusakan oleh meriam.
Fungsi asjid sebagai Benteng pertahanan juga di perkuat
dengan ditemukannya meriam dan pelurunya saat dilakukan penggalian
di bagian halaman masjid. eriam tersebut kemudian dipindahkan ke
komplek makam Sultan Hasanuddin di Pallantikang.

Gambar 7. Ketebalan dinding masjid Al-Hilal Katangka (sumber: hasil
pengamatan penulis 2016)

4. Plafon
Plafon
asjid Al-hilal Katangka terbuat dari seng plat bergelombang
yang juga berasal dari Belanda. Pada plafon itu terdapat lampu lampion
yang digantung dengan gantungan besi. Tetapi sekarang lampu lampion
itu tidak pernah lagi di nyalakan. asjid ini juga merespon masa, yang
mana pada lampu lampion sekarang digantikan oleh lampu listrik akan
tetapi lampu lampion tetap masih digantung.

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

|8

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

Gambar 8. Plafon dengan material seng plat pada masjid Al-Hilal
Katangka (sumber: hasil pengamatan penulis 2016)

5.

ihrab Dan imbar
ihrab terdapat di dinding sebelah barat, berbentuk ceruk sehingga
dinding mihrab menjorok keluar terbuat dari tembok.
imbar dalam
masjid ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian muka, tengah, dan
bawah.

a.Mimbar

b.Mihrab

Gambar 9. Bentuk dan ornamen mimbar dan mihrab pada masjid
Al-Hilal Katangka (sumber: hasil pengamatan penulis 2016)

6. Bedug
Bedug merupakan salah satu media yang digunakan pada masjid
sebelum digantikan oleh pengeras suara. Bedug pada
asjid Al-Hilal
Katangka sekarang tidak terlalu di gunakan karena adanya pengeras
suara yang menggantikan fungsinya. Bedug ini dibuat oleh Kerajaan
Bone, pada saat itu Kerajaan Bone membuat 3 bedug yakni di berikan
kepada Kerjaan Luwu, Kerajaan Gowa, Dan kerajaan Bone sendiri.
Proses pengiriman bedug dari Bone ke Gowa tidak menggunakan
kendaraan, tapi hanya dari tangan ke tangan hingga ke kerajaan Bone.
Bedug ini pula, kabarnya memiliki suara yang begitu keras, yakni
sekitar 3 km dari sumber suara masih bisa terdengar suara bedug
tersebut.

10. bedug
pada
masjid
Al-HilalUIN
Katangka
Jurusan Gambar
Teknik Arsitektur
Fakultas
Sains
Dan Teknologi
Alauddin (sumber:
akassar hasil
penulis
Training Center Kampus I UINApengamatan
12-13 Desember
2016 2016)

|9

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

7. Sumur
Sebelum sampai di asjid, akan di jumpai dengan Sumur yang begitu
besar yang usianya jauh lebih tua daripada
asjid Al-Hilal. Sumur
tersebut bernama Bungung Lompo, Sebuah sumur yang tak pernah
kering meskipun musim kemarau melanda. Sumur Bungung ini dipakai
oleh para prajurit Kerajaan Gowa mensucikan diri sebelum berangkat
ke medan perang. Dan setelah asjid ini berdiri, Sumur ini kemudian
menjadi tempat berwudhu para jamaah sebelum menunaikan sholat.
Selain Bungung Lompo, di dinding utara masjid juga terdapat satu
sumur lagi, yang umurnya sama tuanya dengan
asjid Al- Hilal
katangka ini. Air dari sumur ini diyakini bertuah, bisa membuat awet
muda bagi yang orang-orang yang berwudhu atau hanya sekedar
membasuh muka.

8.

akam
Di areal
masjid, terdapat pemakaman. akam yang ada di areal masjid
Gambar 11. Sumur pada masjid Al-Hilal Katangka (sumber: hasil
terdiri atas
akam Keluarga
Keturunan
Raja Gowa, serta makam
pengamatan
penulis 2016)
pemuka agama dan kerabat pendiri masjid. Khusus makam para pendiri
masjid memiliki atap di atasnya berbentuk kubah, sedangkan makam
keluarga keturunan Raja Gowa ditandai dengan pemasangan papan
bicara.

a.Makam pyramid

b. Makam kubah

Gambar 12. makam di sekitar masjid Al-Hilal Katangka (sumber: hasil
pengamatan penulis 2015)

Kesimpulan
asjid Al-Hilal Katangka berlokasi di jalan Syekh Yusuf, Kelurahan
Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.
asjid tua Katangka pada awalnya dibangun untuk menyebarkan
agama Islam di Kerajaan Gowa, yang pada saat itu 41 orang yang berasal
dari Yaman masuk ke Gowa untuk mengajak Raja Gowa untuk masuk ke
agama Islam. ke-41 orang tersebut mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di
bawah pohon katangka, ini merupakan dasar mengapa mesjid ini dinamakan
esjid Katangka, yang mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang
menaungi para mubaligh dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin sholat
jumat di lokasi itu.
ereka lah yang membawa siar Islam dan
memperkenalkannya kepada Raja Gowa. Dan kayu dari Pohon Katangka
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

| 10

Seminar Nasional
“Akulturasi Budaya : Refeksi

ISSN : XXXX-YYYY
anifestasi Integrasi Keislaman dan Kearifan Lokal”

inilah yang dijadikan kuda-kuda asjid tua Al Hilal Katangka. Kayu katangka
yang pertama kali ditebang saat itu, masih diyakini bertahan sebagai kudakuda di bagian atap masjid hingga saat ini, yang lainnya sudah ada yang
mengalami perubahan saat renovasi masjid dilakukan.
asjid ini memiliki
dinding dengan ketebalan 120 cm, yang memang pada dasarnya masjid ini
digunakan sebagai benteng pertahanan Kerajaan Gowa.
emiliki 5 pintu
utama yang berflosof dari 5 rukun Islam. emiliki 6 jendela yang berflosof
dari 6 rukun Iman.
emiliki 4 tiang utama yang berflosof dari 4 sahabat
Rasululllah.
Pembangunan asjid tua Katangka mengadopsi 4 kebudayaan, yakni
dari Atap masjid yang mengadopsi atap joglo (Jawa), dari atap imbar yang
mirip klenteng (china), dari kolom dengan bentuk dan ornamen seperti dorik
(Eropa), dan jendela dan ornamennya bentuk segi 4 atau sulapa eppa (bugis
makassar).
asjid Al-Hilal Katangka sudah mengalami 6 kali renovasi yakni pada
tahun 1816, 1884, 1963, 1971, 1980 dan 2007. Adapun material yang
digunakan beberapa yang di kirim langsung dari luar negeri seperti material
Keramik yang didatangkan langsung oleh salah satu Arsiteknya yang berasal
dari China, aterial Genteng dan plafon plat yang didatangkan langsung dari
Belanda, hasil pemesanan Kerajaan Gowa. Terdapat juga
akam Raja-Raja
dan keluarga serta kerabat Raja Gowa di sekitar
asjid Al-Hilal Katangka,
Gowa.
Saran
asjid Al-Hilal Katangka adalah salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan,
diharapkan bagi seluruh masyarakat untuk senantiasa menjaga dan
melestarikan masjid tua katangka, baik struktur maupun konstruksinya.
Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan Arsitektur
asjid Al-Hilal Katangka, Gowa.

Referensi
Sumalyo Yulianto.2006. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim.
Yogyakarta. Gajah ada University Press.
utmainnah,
ST, T.Template
akassar:Teknik Arsitektur

Metode

Penilitian.

UIN

Alauddin

http://www.makassarguide.com/2014/08/masjid-katangka.html
http://hellomakassar.com/masjid-tua-al-hilal-katangka/
http://www.hizbut-tahrir.or.id/2012/12/06/masjid-tua-al-hilal-katangkabenteng-islam-di-sulawesi-selatan/
http://melayuonline.com/ind/history/dig/299/masjid-al-hilal-makasar
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1393/masjid-tua-katangka-gowa
http://www.tabloidlintas.com/2014/11/masjid-tua-katangka-dan-makam-rajagowa.html

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Training Center Kampus I UINA 12-13 Desember 2016

akassar

| 11

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25